Dalam kehidupan sehari-hari, jika kita mengamati benda-benda logam yang ada
lingkungan kita, misalnya pagar halaman, pisau, paku, kawat, kerangka gedung
bertingkat, kapal, dan berbagai jenis kendaraan, tampak adanya kecenderungan
kerusakan pada logam tersebut. Proses perusakan pada permukaan logam yang
Proses perkaratan suatu logam disebabkan oleh reaksi kimia yang disebut korosi.
Pada musim hujan kita sering melihat alat-alat yang terbuat dari besi cenderung
untuk mudah berkarat. hal ini membuktikan bahwa air merupakan zat yang ikut
bertanggung jawab terhadap kerusakan logam besi tersebut. Demikian juga zat-
zat yang terdapat pada laboratorium sekolah, seperti asam dan basa.
perkaratan besi pada body mobil
(sumber: www.texasescapes.com)
Menurut hasil penelitian, zat-zat kimia yang ada di lingkungan seperti H2O dan
O2 dapat menyebabkan kerusakan atau korosi pada logam. Ironisnya gas-gas hasil
pembakaran minyak bumi seperti CO2 dan SO2 dalam keadaan lembab atau hujan
dapat membentuk asam karbonat atau asam sulfit yang juga dapat mempercepat
korosi pada logam.
sisa pembakaran BBM yang dapat mempercepat korosi
(sumber: http://m.kompas.com)
A. Pengertian Korosi
Korosi (Perkaratan) merupakan reaksi redoks spontan antar logam dengan zat
yang ada di sekitarnya dan menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki
biasanya berupa oksida logam atau logam karbonat. Korosi terjadi karena
sebagian besar logam mudah teroksidasi dengan melepas oksigen di udara dan
membentuk oksida logam. Mudah tidaknya suatu logam terkorosi dapat dipahami
dari deret Volta ataupun nilai potensial elektrode standarnya, Eo. (sumber:
assembly.gov.nt.ca)
logam besi yang belum terkorosi logam besi yang sudah terkorosi
Perhatikan contoh reaksi korosi yang terjadi pada logam besi berikut:
Logam Fe terkena kontak langsung dengan udara akan teroksidasi membentuk
ion Fe2+. Sebagian ion Fe2+ bergerak menuju katoda melalui air ke katoda.
Elektron bergerak ke katoda melalui logam. Elektron mengoksidasi oksigen
menghasilkan uap air. Sebagian oksigen yang larut dalam uap air mengoksidasi
Fe2+ menjadi Fe3+ dan membentuk karat
Reaksi di
Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e- Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e-
Anode
Pada kondisi netral atau basa, ion Fe2+ dan OH- selanjutnya membentuk endapan
Fe(OH)2. Di udara, Fe(OH)2 tidak stabil dan membentuk Fe2O3 xH2O. Inilah yang
disebut karat. Pada kondisi asam, banyaknya ion H+ memicu terjadinya reaksi
reduksi lainnya yang juga berlangsung, yakni evolusi atau membentukan
hidrogen menurut persamaan reaksi: 2H+(aq) + 2e- → H2(g). Adanya 2 reaksi di
katode pada kondisi asam menyebabkan lebih banyak logam besi yang
teroksidasi. Hal ini menjelaskan mengapa korosi paku besi pada kondisi asam
lebih besar daripada korosi dalam air.
(sumber: http://rumahcor.com)
3. Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi
dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit
yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.
bangkai kapal di dasar laut yang telah terkorosi oleh kandungan garam yang
tinggi
(sumber: http://www.diveholidayisle.com)
4. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara
umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini
disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi
kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi
redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin
meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat
pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya
menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas
secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).
knalpot kendaraan bermotor yang mudah terkorosi akibat temperatur tinggi
(sumber: http://202.43.165.157/gramedia/otomotif/otoweb/index.php?)
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar,
karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom
logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin
besar.
korosi pada kondisi asam lebih cepat terjadi logam besi yang belum terkorosi
pada kondisi netral
(sumber: http://www.cosmoeng.co.jp)
5. Permukaan logam / Efek Galvanic Coupling
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan
memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.
permukaan logam yang kasar cenderung mengalami korosi
(sumber: http://www.flickr.com)
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom
unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya
efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada
permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang
berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah.
Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi
oksidasi pada daerah anode.
6. Terbentuknya Sel Elektrokimia
Jika dua logam yang berbeda potensial bersinggungan pada lingkungan berair
atau lembap, dapat terbentuk sel elektrokimia secara langsung. Logam yang
potensialnya lebih rendah akan segera melepaskan elektron ketika bersentuhan
dengan logam yang potensialnya lebih tinggi serta akan mengalami oksidasi oleh
O2 dari logam yang potensialnya rendah, sedangkan logam yang potensialnya
tinggi justru lebih awet. Sebagai contoh, paku keling yang terbuat dari tembaga
untuk menyambung besi akan menyebabkan besi di sekitar paku tersebut berkarat
lebih cepat.
7. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan
korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu
mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara
lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri
oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.
korosi pada permukaan logam yang disebabkan oleh mikroba
(sumber: http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com)
koloni bakteri Thiobacillus ferrooxidans pada permukaan logam besi yang
terkorosi
(sumber: http://filebox.vt.edu)
koloni bakteri Thiobacillus thiooxidans yang dapat menyebabkan korosi pada
logam
(sumber: http://textbookofbacteriology.net)
C. Dampak Korosi
Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia yang bersifat alamiah dan
berlangsung spontan, oleh karena itu korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan
sama sekali. Korosi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga
memperlambat proses kerusakannya. Korosi pada logam menimbulkan kerugian
yang tidak sedikit. Hasil riset yang berlangsung tahun 2002 di Amerika Serikat
memperkirakan kerugian akibat korosi yang menyerag permesinan industri,
infrastruktur, samapai perangkat transportasi di negara adidaya tersebut mencapai
276 miliar dollar AS.
jembatan yang runtuh akibat korosi yang terjadi pada tiang penahannya
(sumber: http://www.matcoinc.com)
Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan kerugian
tidak langsung. Kerugian langsung berupa terjadinya kerusakan pada peralatan,
permesinan atau struktur bangunan. Sedangkan kerugian tidak langsung berupa
terhentinya aktivitas produksi, karena terjadinya pergantian peralatan yang rusak
akibat korosi, bahkan kerugian tidak langsung dapat berupa terjadinya kecelakaan
yang menimbulkan korban jiwa, seperti kejadian runtuhnya jembatan akibat
korosi, terjadinya kebakaran akiba kebocoran pipa gas karena korosi, dan
meledaknya pembangkit tenaga nuklir akibat terjadinya korosi pada pipa uapnya
korosi yang menyebabkan kebocoran pada pipa yang terbuat dari logam
(sumber: http://www.radarbuton.com)
D. Mencegah Korosi
Kerusakan dan penanganan korosi pada benda-benda yang terbuat dari logam
telah menelan biaya yang sangat besar, untuk itu diperlukan upaya pencegahan
untuk meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan oleh korosi. Pecegahan
terhadap korosi dapat dilakukan dengan perlindungan mekanis dan perlindungan
elektrokimia. Perlindungan mekanis dilakukan dengan mencegah agar
permukaan logam tidak bersentuhan dengan udara dan air, misalnya dengan
pengecatan dan pelapisan dengan logam lain (penyepuhan). Contoh lapisan
pelindung yang digunakan untuk mencegah kontak langsung dengan H2O adalah
lapisan cat, lapisan oli dan gemuk, lapisan plastik, dan lapisan dengan logam lain,
seperti Cr, Zn, dan Sn.
Metode Penggunaan Keterangan
Lapisan cat mencegah kontak langsung besi
Lapisan cat Kapal, jembatan, mobil dengan O2 dan H2O. Hanya jika cat
tergores/terkelupas, maka korosi mulai terjadi
Bagian bergerak dari
mesin, seperti mesin Lapisan oli dan gemuk mencegah kontak
Lapisan oli
mobil, barang-barang di langsung besi dengan O2 dan H2O dan harus
dan gemuk
dapur, seperti rak dioleskan secara berkala.
pengering
Lapisan plastik mencegah kontak langsung besi
Lapisan Barang-barang di dapur,
dengan O2 dan H2O. Hanya jika plastik
Plastik seperti rak pengering
terkelupas, korosi mulai terjadi.
Lapisan Sn dapat mencegah kontak langsung
logam dengan O2 dan H2O. Akan tetapi, Sn (E° =
Pelapisan
Kaleng makanan - 0.14V) kurang reakstif dibanding Fe (E° = -
Sn
0.44V). Jadi apabila lapisan Sn tergores, maka
besi dibawahnya mulai terkorosi.
Perlindungan elektrokimia dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi elektrolit
(reaksi elektrokimia yang mengoksidasi logam). Perlindungan tersebut disebut
juga perlindungan katode (proteksi katodik) atau perlindungan anode.
Perlindungan Katode
Perlindungan katode dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
1. Menggunakan Logam Lain yang Lebih Reaktif Sebagai Anode Korban
Penggunaan logam lain yang lebih reaktif akan menempatkan logam sebagai
penyuplai e- atau bertindak sebagai anode dalam sel elektrokimia korosi. Untuk
memahami hal ini, ambil contoh penggunaan logam Mg (E° = -2.37V).untuk
perlindungan logam Fe (E° = -0.44V). Mg akan bertindak sebagai anode yang
teroksidasi, sedangkan Fe akan menjadi katode dimana reduksi oksigen
berlangsung.
Anode : Mg → Mg2+ + 2e-
Katode (Fe) : ½ O2(aq)2 + H2O(I) + 2e- → 2OH-(aq)
(sumber: http://rizkisaputro.wordpress.com)
rectifier, yang berfungsi untuk menstabilkan arus listrik yang disuplai ke anode
inert
(sumber: http://www.metalindoabadi.com)
E. Mengatasi Korosi
Apabila logam terlanjur terkorosi, maka dapat diatasi dengan cara:
1. Merendam pada cairan yang bersifat asam seperti cuka, lemon/ jeruk nipis,
larutan asam fosfat/ asam klorida, kentang.
a. Cuka
Asam rumah tangga tidak beracun ini di antara sejumlah aplikasi rumah
tangga yang mampu mengatasi karat. Cukup tenggelamkan bahan berkarat di
dalam cuka semalaman, kemudian kikis karat di pagi hari. Lebih baik
menggunakan cuka sari apel dibandingkan cuka putih. Meskipun cuka putih
juga dapat digunakan, ia tidak seefektif cuka sari apel. Meskipun cuka efektif,
ia relatif ringan. Anda mungkin perlu merendam barang tersebut lebih lama
dari hanya semalam; rendam dalam sehari mungkin lebih baik.
b. Lemon / Jeruk Nipis
Lemon atau jeruk nipis bekerja sangat baik untuk menghilangkan noda
pada pakaian, tetapi juga cukup efektif untuk menghilangkan karat pada logam
jika dibiarkan bekerja untuk waktu yang cukup lama. Taburkan garam di atas
bagian yang berkarat, rendam dengan lemon atau jeruk nipis, dan kemudian
kikis dengan bola penggosok alumunium.
c. Larutan asam fosfat/ asam klorida
Asam fosfat dan klorida adalah barang rumah tangga biasa yang murah dan
sangat baik untuk mengatasi karat. Di sinilah kita dapat menemukan bahan
tersebut, dan cara menggunakannya: Asam fosfat sebenarnya adalah
"konverter" karat karena ia merubah oksida besi (atau karat) menjadi fosfat
besi, sebuah lapisan hitam. Rendam bahan berkarat dalam asam fosfat dan
biarkan semalaman. Kemudian biarkan kering. Kikis bersih besi fosfat setelah
permukaan kering. Asam fosfat dapat diperoleh dari minuman kola, rumput
laut, dan molase. Asam klorida sering digunakan dalam industri baja untuk
"mengawetkan" baja dengan cara menghilangkan karat atau kerak air. Asam
klorida dapat ditemukan di beberapa bahan pembersih rumah, kebanyakan
pada pembersih kakus toilet. Asam klorida terus bekerja, bahkan setelah Anda
membilas dan mengeringkannya. Uapnya bisa memengaruhi benda dengan
lapisan metal lainnya yang ada di ruangan yang sama, serta mengubah warna
benda tersebut. Salah satu cara untuk mencegah hal ini terjadi adalah dengan
memanaskan benda yang sudah diberi asam klorida dalam oven atau di atas
nyala api. Kita juga bisa menggunakan pasta kapur penetral, atau lim.
d. Kentang
Asam oksalat yang terkandung pada kentang membantu menghilangkan
penumpukan karat. Metode ini sangat berguna untuk benda kecil yang
berkarat, seperti pisau. Ada dua cara menggunakan kentang untuk
menghilangkan karat: Cukup menusuk pisau masuk ke dalam kentang dan
biarkan selama sehari atau semalam. (Hati-hati saat menusuk kentang). Angkat
pisau dari kentang dan gosok bersih karat. Iris kentang menjadi dua bagian,
lapisi bagian dalam dengan soda kue secukupnya, dan gosoklah dengan kuat
permukaan berkarat dengan kentang berlapis soda kue. Kemudian gosok
dengan bahan abrasif, seperti sabut baja.
e. Cairan Asam
Sering kali, kita dapat membuat cairan penghilang karat Anda sendiri
bahkan tanpa meninggalkan dapur. Sebenarnya apapun yang bersifat asam
akan mampu melepaskan karat dan akhirnya menghapus oksida besi. Cairan
yang dibuat dari bahan-bahan rumah tangga bekerja sangat baik pada benda-
benda kecil yang berkarat. Bahan aktif dalam kebanyakan cairan kimia yang
dibeli di toko adalah salah satu bentuk zat asam, biasanya fosfat atau klorida,
dan kebanyakan subtansi asam yang terdapat di rumah kita dapat melakukan
trik yang sama. Jika Anda memiliki pertanyaan tentang interaksi asam atau
bahan kimia, lakukan sedikit penelitian sebelum menggunakannya. Meskipun
sebagian besar barang rumah tangga boleh digunakan sebagai campuran,
beberapa kombinasi sebaiknya dihindari.