Anda di halaman 1dari 12

KOROSI DAN PENYEPUHAN

TUGAS MANDIRI TIDAK TERSTRUKTUR

Disusun oleh :
Nama

No.induk

Kelas

SMA SAVERIUS KARANGMALANG


TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

KOROSI DAN PENYEPUHAN


A.

Korosi
1. Pengertian Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks
antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa
sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim
adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi,
sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya
adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah
Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu
dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu
yang bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
O2(g) + 4H+(aq) + 4e <--> 2H2O(l)
Atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi
membentuk ion besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida
terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang
bertindak sebagai anode dan bagian mana yang bertindak sebagai katode,
bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau perbedaan
rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena
logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada
definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses
ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam
besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi
sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang
digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian,

baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi


(kembali menjadi senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada
banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan
oksida dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang
akan sangat berbeda bila masih bersih dari oksida.
2. Contoh Korosi
Beton yang selama ini dikenal sebagai material yang tahan karat,
sebenarnya bisa juga mengalami korosi sebagaimana korosi atau karat
yang terjadi pada struktur baja. Korosi yang dimaksud di sini adalah
kerusakan material beton tersebut akibat proses kimia yang terjadi di
dalamnya. Tentu saja bentuk korosi beton ini tidak sama dengan korosi
yang terjadi pada besi baja.
Struktur beton yang rentan terhadap korosi adalah :
Struktur yang terletak di lingkungan laut, seperti platform offshore,
dermaga, jetty, dsb.
Struktur yang terletak di dalam tanah, seperti pondasi, basement,
terowongan, dsb.
Struktur yang terletak di lingkungan karbondioksida yang tinggi
Korosi pada struktur beton bertulang ada 2 jenis, yaitu :
a. Korosi Pada Baja Tulangan

Pada korosi jenis ini, kerusakan terjadi pada tulangan di dalam beton.
Ini disebabkan karena tulangan di dalam beton bereaksi dengan air
dan membentuk karat. Karat yang terbentuk pada tulangan ini
mengakibatkan pengembangan volume besi tulangan tersebut.

Pengembangan volume ini kemudian mendesak beton sehingga beton


tersebut

terkelupas

atau

pecah.

Terjadinya karat ini disebabkan adanya reaksi antara unsur besi (Fe +)
di dalam tulangan dengan unsur hidroksi (OH-) dari air.
2Fe2+ + 4OH- 2Fe(OH)2
Lalu dari mana datangnya air yang kemudian menyebabkan besi
tulangan tersebut berkarat ? Air ini dapat masuk ke dalam beton dan
sampai ke tulangan melalui 2 cara, yaitu:
1. Air yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori
beton karena beton tidak kedap air.
2. Proses karbonasi, yaitu reaksi antara karbondioksida (CO2)
dengan unsur kalsium hidroksida di dalam beton (Ca(OH)2)
karena beton tidak kedap udara. Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
b. Korosi Pada Beton

Foto di atas adalah contoh korosi pada beton yang terjadi di


permukaan bagian bawah lantai dermaga. Korosi pada beton terjadi
akibat terbentuknya ettringite akibat reaksi kimia antara unsur
kalsium di dalam beton dengan garam sulfat dari luar. Sama seperti
karat pada besi, ettringite yang terjadi menyebabkan pengembangan
volume beton sehingga menyebabkan massa beton terdesak dan
pecah. Secara lengkapnya, proses terjadinya ettringite ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Proses hidrasi antara semen (C3S dan C2S) dengan air menjadi pasta
semen (3CaO.2SiO2.3H2O disingkat CSH).

C3S

H2O

CSH

Ca(OH)2

C2S + H2O CSH + Ca(OH)2


Ca(OH)2 yang terjadi kemudian bereaksi dengan garam sulfat dari
tanah atau laut
Ca(OH)2 + MgSO4 Mg(OH)2 + CaSO4
CaSO4 yang terjadi bereaksi kembali dengan C3A dari semen dan air
menjadi ettringite
C3A + CaSO4 + H2O ettringite
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi
Korosi pada permukaan suatu logam dapat dipercepat oleh beberapa
faktor, antara lain:
a. Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2

Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung


reaksi

redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini.

sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O 2) dan air
(H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran
karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut.
Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom
logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak
sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang
larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi
sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa
korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak
denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi
pada permukaan logam tersebut. Perhatikan animasi. berikut: animasi
korosi besi
b. Keberadaan Zat Pengotor
Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya
reaksi reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang
teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil

pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat


reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam. Dengan demikian
peristiwa korosi semakin dipercepat.
c. Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan

elektrolit,

mempercepat laju

seperti

garam

dalam

air

laut

dapat

korosi dengan menambah terjadinya reaksi

tambahan. Sedangkan konsentrasi elektrolit yang besar dapat


melakukan laju aliran elektron sehingga korosi meningkat.
d. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa
korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat
terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya
temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga
kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks
semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada logam semakin
meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur
dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam
pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting
tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan
bermotor).
e. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7
semakin besar, karena adanya reaksi reduksi tambahan yang
berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- H2
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih
banyak atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada
permukaan logam semakin besar.
f. Metalurgi
1) Permukaan logam

Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda


potensial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang
terkorosi.
2) Efek Galvanic Coupling

Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya


atom-atom unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga
memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya
perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E
antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada
permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu
korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi
oksidasi pada daerah anode.
g. Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan
peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba
tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk
memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang
mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi
mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfursulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.
4. Cara pencegahan korosi
Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip berikut :
- Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada,
maka peristiwa

korosi tidak dapat terjadi. Korosi dapat dicegah

dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi
(logam yang lebih aktif seperti seg dan krom). Penggunaan logam lain
yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng
bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga
bersifat mampercepat proses korosi.
- Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)

Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif
akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda. Di sini,
besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam
lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi. Dalam hal
ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda,
dikorbankan). Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya
masih ada / belum habis. Untuk perlindungan katoda pada sistem
jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg.
Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.
- Membuat alloy atau paduan logam yang bersifat tahan karat,
misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless
(72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).
B.

Penyepuhan
1. Pengertian Penyepuhan
PENYEPUHAN

(ELECTROPLATING)

sesuai

dengan

namanya, metode elektrokimia adalah metode yang didasarkan pada


reaksi redoks, yakni gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi, yang
berlangsung pada elektroda yang sama/berbeda dalam suatu sistem
elektrokimia. Sistem elektrokimia meliputi sel elektrokimia dan reaksi
elektrokimia. Sel elektrokimia yang menghasilkan listrik karena
terjadinya reaksi spontan di dalamnya di sebut sel galvani. Sedangkan
sel elektrokimia di mana reaksi tak-spontan terjadi di dalamnya disebut
sel elektrolisis. Peralatan dasar dari sel elektrokimia adalah dua
elektroda-umumnya konduktor logam-yang dicelupkan ke dalam
elektrolit konduktor ion (yang dapat berupa larutan maupun cairan) dan
sumber arus. Karena didasarkan pada reaksi redoks, pereaksi utama
yang berperan dalam metode ini adalah elektron yang di pasok dari
suatu sumber listrik. Sesuai dengan reaksi yang berlangsung, elektroda
dalam suatu sistem elektrokimia dapat dibedakan menjadi katoda, yakni
elektroda di mana reaksi reduksi (reaksi katodik) berlangsung dan
anoda di mana reaksi oksidasi (reaksi anodik) berlangsung.

Aplikasi utama dari metoda elektrokimia adalah untuk


electroplating. Industri yang bergerak dalam bidang electroplating
menerima penyepuhan peralatan teknik maupun perbaikan lapisan
logam. Dalam produksi benda-benda logam, suatu benda yang terbuat
dari logam atau aliase logam seringkali disalut dengan suatu lapisan
tipis logam lain. Penyepuhan (electroplating) dimaksudkan untuk
melindungi logam terhadap korosi atau untuk memperbaiki penampilan.
Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan katode,
sedangkan logam penyepuhnya sebagai anode. Kedua elektroda ini
dicelupkan dalam larutan garam dari logam penyepuh dan dihubungkan
dengan sumber arus searah.
Perhatikan pada gb.2 kita mempunyai logam yang siap disepuh.
Garam NiCl2 terionisasi dalam air menjadi ion Ni++ dan dua ion Cl- .
Sel terdiri dari dua setengah sel yang elektodenya dihubungkan dengan
kawat beraliran listrik searah. Logam yang akan disepuh dihubungkan
dengan kabel pada kutub negative baterai sedangkan logam nikel
dihubungkan dengan kutub positif baterai.
Objek yang disepuh menjadi bermuatan negative dan menarik
ion positif Ni++ menuju objek, kemudian electron mengalir dari anoda
ke katoda. Ion Ni++ tertarik ke katoda dan direduksi menjadi Ni(p).
Jadi, logam nikel (anoda) melarut sebagai Ni++ dalam larutan,
menyediakan pengganti nikel utuk logam yang akan disepuh, dan
mempertahankan larutan nikel klorida dalam sel.
Untuk setiap ion Ni++ , 2 elektron digunakan untuk
menetralisasi muatan positif dan mereduksi atom dari logam Ni++ .
Jumlah perubahan kimia yang dihasilkan sebanding dengan besarnya
muatan listrik yang melewati sel elektrolisis. Selama energi baterai
tetap ada, nikel terus melarut dari anode dan menyalut katoda.

Gb.2 Sel elektrolisis

Reduksi: Ni2+(aq) + 2e Ni(p)


Oksidasi : Ni(p) Ni2+(aq) + 2e
Total : Ni(p) (anoda) Ni(p) (katoda)
Untuk logam-logam berikut ini, larutan yang digunakan adalah
sebagai berikut.

Kromium : asam kromium dengan asam belerang

Nikel : nikel sulfat dengan asam boric dan nikel klorida

Cadmium : cadmium sianida dengan natrium sianida dan natrium


hidroksida

cadmium sianida dalam larutan alkalis


Seng : seng sulfat dengan asam boric,

- seng sianida dengan natrium sianida


- seng sianida dalam larutan alkali
- seng klorida dalam asam hidroklorida
Tembaga : tembaga sulfat asam belerang
- tembaga sulfat dengan natrium sianida dalam larutan alkali
- tembaga sianida dengan sodium sianida dalam larutan alkali

Perak : perak sianida dalam larutan alkali

perak sianida dengan kalium dalam larutan alkali.

Gb.3 Electroplating tembaga pada kunci


Faktor yang mempengaruhi dalam usaha untuk memperoleh
salutan yang tebalnya seragam dan melekat kuat pada logam dasarnya
adalah:
a. Bersihnya permukaan yang akan disalut
b. Voltase
c. Kemurnian larutan
d. Temperature
e. Konsentrasi ion yang akan disepuhkan
f. Konsentrasi total ion-ion dalam larutan itu.
2.

Contoh Penyepuhan
a. Penyepuhan Perak
Pada penyepuhan, logam yang akan disepuh dijadikan katode,
sedangkan logam penyepuhnya sebagai anode. Kedua electrode itu
dicelupkan dalam larutan garam dari logam penyepuh. Contoh,
penyepuhan sendok yang digunakan sebagai katode, sedangkan
anode adalah perak murni. Larutan elektrilitnya adalah larutan
perak nitrat. Pada katode akan terjadi pengendapan perak,
sedangkan perak pada anode terus-menerus larut. Konsentrasi ion
Agdalam larutan tidak berubah.
Katode (Fe) : Ag (aq ) + e Ag (S)
Anode (Ag) : Ag (S) Ag + e
+
Ag (Anode) Ag (Katode)

b.

Gold Plating / Penyepuhan Emas


Gold plating atau penyepuhan emas adalah metode memberikan
lapisan tipis emas ke permukaan logam lain, biasanya tembaga atau
perak, dengan menggunakan bahan kimia. Gold Plating adalah
proses elektrik (elektrokimia) yang merupakan proses perubahan
energi listrik menjadi energi kimia. Proses ini melibatkan elektroda
(logam-logam yang dihubungkan dengan sumber listrik) dan
elektrolit (cairan tempat logam-logam tadi dicelupkan).
Secara tradisional proses penyepuhan menggunakan emas 24 karat.
Penyepuhan dilakukan pertama-tama dengan merendam logam
(perak) di dalam air panas yang sebelumnya dibubuhi potasium,
kemudian, logam dicuci dengan buah lerak dan disikat dengan
seksama. Setelah benar-benar bersih, perhiasan dicelupkan dalam
larutan potas dan emas yang dipanasi. Untuk membuat larutan
sepuh, emas dikaitkan pada kawat tembaga yang disambungkan
pada kutub positif aki kering. Logam yang disepuh dikaitkan pada
kawat tembaga pada sambungan kutub lain. Untuk meratakan
lapisan, perhiasan digoyang-goyangkan beberapa kali.
Penyepuhan perak oleh emas digunakan dalam pembuatan
perhiasan. Namun, karena atom perak berdifusi ke lapisan emas,
lambat laun akan memudarkan warnanya dan akhirnya menodai
lapisan permukaan. Proses ini dapat berlangsung berbulan-bulan
dan bahkan bertahun-tahun, tergantung pada ketebalan lapisan
emas. Sebuah "penghalang" berupa lapisan logam digunakan untuk
melawan efek ini. Tembaga, yang juga dapat bermigrasi menjadi
emas, kecepatannya jauh lebih lambat daripada perak. Tembaga
lebih jauh lagi disepuh dengan nikel, sehingga perak berlapis emas
biasanya merupakan perak yang di-substrat dengan lapisan
tembaga dan nikel, dan emas berada pada lapisan paling atas.

Anda mungkin juga menyukai