Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai penggunaan besi,
misalnya untuk membangun jembatan, kendaraan dan gedung. Disisi lain, kita ketahui
bahwa besi sangat mudah mengalami korosi atau yang biasa disebut berkarat.
Perkaratan (korosi) besi banyak menimbulkan kerugian karena sifat mudah rapuh
yang dimiliki oleh besi berkarat. Akibatnya bangunan keropos dan tidak dapat
digunakan kembali jika besi yang digunakan untuk membangunnya sudah berkarat.
Sebenarnya korosi merupakan reaksi redoks antara logam dan lingkungannya
sehingga dihasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki.
Pada peristiwa perkaratan, besi teroksidasi oleh oksigen yang ada di udara.
Perkaratan dapat dipercepat dengan adanya air. Itulah sebabnya, rumus kimia karat
besi adalah Fe2O3.xH2O. Warna karat besi jauh berbeda dengan besi yang
mengkilap, yaitu berwarna coklat kemerahan. Karat besi sangat berpori dan selalu
mengelupas sehingga perkaratan dapat terjadi terus menerus. Oleh karena ini perlu
dilakukannya praktikum ini.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini adalah :
1. Bagaimana proses perkaratan paku dengan berbagai perlakuan?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan paku mengalami korosi?
3. Bagaimana cara pencegahan korosi pada paku?

C. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah :
1. Mengetahui proses perkaratan paku dengan berbagai perlakuan
2. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan paku mengalami korosi
3. Mengetahui cara pencegahan korosi pada paku

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Besi dan Korosi


1. Besi
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak
digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari dari yang bermanfaat sampai
dengan yang merusakkan. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe
dan nomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya
Hal itu karena beberapa hal, diantaranya:
 Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar
 Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan
 Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah
dimodifikasi.

Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi


menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai
barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi
dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat (stainless
steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan penggunaan besi.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya
Zink dan Magnesium dapat melindungi besi dari korosi.

2. Korosi
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat
reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang
menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa
sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah
perkaratan besi.
Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen
(udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau
karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang
berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian
tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Fe(s) <--> Fe2+(aq) + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, di mana oksigen tereduksi .
+
O2(g) + 4H (aq) + 4e <--> 2H2O(l)
atau
O2(g) + 2H2O(l) + 4e <--> 4OH-(aq)
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi(III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat

2
besi. Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan
bagian mana yang bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor,
misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena
logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada
definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari
proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral
logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi oksida atau besi
sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi yang digunakan
untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan
bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi
senyawa besi oksida).
Deret Volta dan hukum Nernst akan membantu untuk dapat mengetahui
kemungkinan terjadinya korosi. Kecepatan korosi sangat tergantung pada
banyak faktor, seperti ada atau tidaknya lapisan oksida, karena lapisan oksida
dapat menghalangi beda potensial terhadap elektroda lainnya yang akan sangat
berbeda bila masih bersih dari oksida.

B. Penyebab Korosi dan Pengendalian Korosi


1. Penyebab korosi
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan. Faktor dari
bahan meliputi kemurnian bahan, struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur
kelumit yang ada dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya.
Faktor dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu, kelembaban,
keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya. Bahan-bahan
korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa serta garam,
baik dalam bentuk senyawa an-organik maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat mempercepat
proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau basa dapat
memeprcepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam ruangan
tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta persenyawaan-persenyawaannya
dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai
untuk sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan
kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan
tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah terlepas
ke udara.

2. Pengendalian korosi
Korosi menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur
berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Sebenarnya
korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan karat
(stainless steel). Akan tetapi, proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan
penggunaan besi.

3
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Kemudian, kita ketahui
bahwa berbagai jenis logam dapat melindungi besi terhadap korosi. Cara-cara
pencegahan korosi besi yang akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua
sifat tersebut.
1) Mengecat. Jembatan, pagar dan railing biasanya dicat. Cat
menghindarkan kontak besi dengan udara dan air.
2) Melumuri dengan oli atau gemuk. Cara ini diterapkan untuk
berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak
besi dengan air.
3) Dibalut dengan plastik. Berbagai macam barang, misalnya rak
piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik
mencegah kontak besi dengan udara dan air.
4) Tin plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan
timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut
electroplating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan
tetapi, lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka
timah justru mendorong / mempercepat korosi besi. Hal itu
terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada
timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan
membentuk suatu sel elekrokimia dengan besi sebagai anode.
Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi,
hal itu justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas
cepat hancur.
5) Galvanisasi (pelapisan dengan zink).
Pipa besi, tiang telpon, badan mobil, dan berbagai barang lain
dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat
melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh.
Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang disebut dengan
perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih
positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan
membentuk sel elekrokimia dengan besi sebagai katode.
Dengan demikian, besi terlindungi dan zink yang mengalami
oksidasi.
6) Cromium plating (pelapisan dengan kromium).
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk
memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk
bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan
elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi
perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.

4
BAB III

PROSEDUR PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


 6 Gelas Plastik
 5 Karet Gelang
 Amplas
 5 Kantong Plastik
 6 Paku Besi
 Kawat Tembaga
 Logam Seng
 Larutan Garam
 Minyak Goreng
 Air Biasa
 Cuka

B. Langkah Kerja
1. Siapkan 6 buah gelas plastik dan beri label,
2. Tuangkan bahan kedalam gelas plastik,
3. Masukkan masing – masing paku yang telah diamplas kedalam gelas plastik,
4. Tutuplah gelas dengan plastik kecuali gelas nomor 1, dan
5. Tunggu hasilnya 6 kemudian.

C. Waktu pengamatan
Pengamatan dilakukan pada tanggal 8 November 2022 sampai 14 November 2022.

5
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Dari pengamatan yang kami lakukan kami memperoleh hasil sbb.

Identitas Perubahan yang Terjadi


Gelas
A Hari ke-1: Belum terjadi perubahan
Hari ke-2: Belum mengalami perubahan
Hari ke-3: Tidak terjadi korosi
Hari ke-4: Tidak terjadi korosi
Hari ke-5: Tidak terjadi korosi
Hari ke-6: Tidak terjadi korosi
B Hari ke-1: Belum ada Perubahan
Hari ke-2: Terjadi perubahan, mulai timbul korosi pada paku
dibagian bawah
Hari ke-3: Terjadi perubahan, mulai timbul korosi pada paku
Dibagian tengah,
Hari ke-4: Terjadi perubahan, mulai timbul korosi pada paku
dan warna air menjadi kuning.
Hari ke-5: Mengalami korosi dan warna air menjadi kuning.
Hari ke-6: Korosi bertambah banyak
C Hari ke-1: Belum ada perubahan
Hari ke-2: Terjadi perubahan sedikit korosi
Hari ke-3: Mengalami korosi di semua bagian paku dan warna
air sedikit kekuninggan
Hari ke-4: Mengalami korosi di semua bagian paku dan warna
air pada paku menguning.
Hari ke-5: Air menjadi menguning karena paku berkorosi lebih
banyak.
Hari ke-6: Korosi bertambah banyak di seluruh bagian paku
D Hari ke-1: Belum ada perubahan
Hari ke-2: Belum ada perubahan
Hari ke-3: Tidak terjadi korosi
Hari ke-4: Tidak terjadi korosi
Hari ke-5: Tidak terjadi korosi
Hari ke-6: Tidak terjadi korosi
E Hari ke-1:
Belum ada perubahan
Hari ke-2:
Belum ada perubahan
Hari ke-3:

6
Mulai mengalami perubahan
Hari ke-4:
Mulai mengalami korosi di semua bagian paku dan warna air
pada paku menguning.Serta terjadi penguapan.
Hari ke-5:
Air menjadi menguning karena paku berkorosi lebih banyak.
Dan korosi lebih banyak Serta terjadi penguapan.
Hari ke-6:
Korosi bertambah banyak di seluruh bagian paku dan warna air
menguning.Serta terjadi penguapan.
Hari ke-1:
Belum ada perubahan
Hari ke-2:
Mulai mengalami perubahan
Hari ke-3:
F Terjadi perubahan, timbul gelembung-gelembung di sekitar
paku dan paku berubah menjadi hitam, air tetap berwarna
putih.
Hari ke-4:
Terjadi perubahan, timbul gelembung-gelembung di sekitar
paku dan paku berubah menjadi hitam, air tetap berwarna putih
Hari ke-5:
Gelembung-gelembung bertambah banyak di sekitar paku dan
paku berubah menjadi hitam, air tetap berwarna putih.
Hari ke-6:
Gelembung-gelembung bertambah banyak di sekitar paku dan
paku berubah menjadi hitam, air tetap berwarna putih.

B. Pembahasan
Dari hasil pengamatan tersebut, kita memberikan 4 perlakuan beda pada paku
yaitu paku yang diberi air biasa, paku yang diberi air yang sudah dimasak, pemberian
air garam pada paku, pemberian air cuka pada paku tersebut serta 2 perlakuan berbeda
pada aqua gelas yaitu aqua gelas tertutup dan tidak tertutup.
Dari hasil pengamatan selama 6 hari kami mendapati bahwa pada medium
aqua terbuka pada paku A (tanpa air) tidak terjadi korosi, pada paku B (air biasa)
terjadi korosi secara menyeluruh pada paku dan membuat air pada paku tersebut
berubah warnanya menjadi kuning ,pada paku C(air yang sudah dimasak) terjadi
korosi dan membuat air pada paku tersebut berubah warnanya menjadi kuning, Kami
juga melakukan pangamatan pada medium aqua gelas tertutup dan kami mendapati
bahwa paku D(tanpa air) tidak terjadi korosi sedikitpun dalam 6 hari pengamatan,
pada paku E( air garam ) terjadi korosi secara keseluruhan dan membuat air pada paku
tersebut berubah warnanya menjadi kuning serta terjadi penguapan, sedangkan pada
paku F(air cuka) CH3COOH terjadi korosi secara keseluruhan dengan keadaan paling

7
cepat terjadinya korosi di bandingkan dengan keadaan lain tetapi paku berwarna
hitam. Hal ini di karenakan asam lebih cepat menyebabkan korosi.
Setelah di bandingkan ternyata secara keseluruhan paku yang tidak terkena air
tidak mengalami korosi. Perbedaan juga terjadi antara paku di air biasa/ air panas / air
garam dengan paku di air cuka. Korosi yang terjadi pada paku yang diletakkan di
air biasa/ air panas / air garam berwarna kuning dan air juga berubah menjadi kuning,
karena korosi tersebut terjadi oleh oksodasi oksigen. sedangkan korosi yang terjadi
pada paku yang diletakkan di air cuka berwarna hitam, korosi tersebut terjadi karena
asam pada cuka.

8
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pratikum tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa paku yang tidak
mengalami korosi terjadi pada paku A dan D(paku terbuka tanpa air dan paku
tertutup tanpa air) hal ini bisa terjadi karena tidak ada kontak langsung antara oksigen
dan air serta plastik merupakan pencegahan agar tidak terjadi korosi.
Kemudian dari praktek tersebut di benarkan bahwa salah satu faktor korosi
adanya kontak antara udara dan air.Agar tidak terjadi korosi pada besi jangan sampai
besi terkontaminasi dengan air atau larutan yang dapat menyebabkan oksidasi
sehingga besi dapat berkarat. Jika kita menghindarkan besi dari air, maka besi tidak
dapat bereaksi dengan oksigen yang dapat membuatnya berkarat.
 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Korosi Adalah:
a) Air
b) Oksigen
 Faktor-Faktor Yang Dapat Mempercepat Terjadinya Korosi:
a) Elektrolit
b) Permukaan Besi
 Cara Mengatasi Korosi Adalah :
a) Sacrificial Protection (Pengorbanan Anode)
b) Cromium Plating (Pelapisan Dengan Kromium)
c) Galvanisasi (Pelapisan Dengan Zink)
d) Tin Plating (Pelapisan Dengan Timah)
e) Dibalut Dengan Plastic
f) Melumuri Dengan Oli Atau Minyak
g) Dicat

B. Saran
Setiap melakukan praktikum diharapkan untuk dapat memperhatikan prosedur
kerja serta memperhatikan keselamatan kerja. Selain itu, diusahakan untuk
memperbanyak referensi guna memudahkan kita baik dalam melakukan praktikum
maupun dalam penyusunan laporan praktikum.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://netsains.id/laporan-praktikum-korosi/

http://widyaastutisahnur.blogspot.com/2013/10/laporan-praktikum-korosi-
pada-paku.html?m=1

10
LAMPIRAN – LAMPIRAN

11

Anda mungkin juga menyukai