Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENCEGAHAN KOROSI METODE DESAIN

Disusun oleh :
Favian verris 17614005
Hegar Illyasa 17614020
Jepri Kurniawan 17614038
Mohammad Aminnuddin Yusup 17614028
Muhammad satrio 17614013

PROGRAM STUDI PETRO DAN OLEO KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada allah swt atas berkat – NYA, karya ilmiah ini dapat
terselesaikan. Penulisan karya ilmiah ini bertujuanuntuk mengamati korosi
pada besi, faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya korosi, selain itu juga
sebagai tugas yang diberikan dan syarat dalam melaksanakan pendidikan.

Dengan terselesaikannya karya ilmiah ini diharapkan dapat


memberikan pengetahuan tentang bahan – bahan yang dapat yang dapat
timbulkan dan mempercepat terjadinya korosi, proses terjadinya korosi,
kerugian serta cara mencegah terjadinya korosi. Oleh Karena itu,
terselesaikan karya ilmiah ini tentu saja bukan Karena kemampuan penulis
semata – mata. Namun, berkat dukungan dan bantuan – bantuan dari pihak
terkait.

Saya menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kriyik serta saran yang membangun dari pembaca sangat saya
harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat member manfaat bagi pembaca
tentang faktor terjadinya korosi.

2|Korosi
ABSTRAK

Karya ilmiah yang berjudul Pengamatan terjadinya korosi pada paku


ini membahas faktor yang mempengaruhi korosi pada paku dan cara
pencegahannya. Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui
bahan-bahan yang dapat mempercepat terjadinya korosi. Metode yang
digunakan dengan melakukan penelitian langsung terhadap paku.
Berdasarkan hasil penelitian, paku yang lebih cepat berkarat / korosi adalah
paku di dalam asam cuka yang terbuka. Salah satu penyebabnya adalah
karena asam cuka mengandung H+ dan asam serta dipengaruhi oleh
kelembaban udara di sekitar tempat penyimpanan.

Adapun karya ilmiah ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana


proses terjadinya korosi. Bagaimana reaksi – reaksi yang terjadi pada saat
korosi, entah itu reaksi kimia, fisika, dan biologi.

3|Korosi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang masalah

Dalam bahasa sehari-hari korosi dikenal dengan perkaratan. Karat


adalah sebutan bagi korosi pada besi, padahal korosi merupakan gejala
destruktif yang mempengaruhi hampir semua logam. Besi adalah salah satu
dari banyak jenis logam yang mengalami korosi. Karena itu tidak
mengherankan bila istilah korosi dan karat hampir dianggap sama. Korosi
dikenal merugikan karena bersifat merusak logam dan membahayakan. Oleh
karena itu, dengan pentingnya mempelajari pencegahan korosi.

Mempelajari korosi juga penting bagi dunia industry terutama


industry yang bahan bakunya atau alat yang digunakan merupakan bahan
yang mudah terjadinya proses korosi. Akan sangat berbahaya, jika hasil dari
proses korosi ini masuk ke dalam pencernaan manusia. Maka dari itu akan
dijabarkan bagaimana pencegahan korosi pada benda logam.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses terjadinya korosi?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya korosi?
3. Pencegahan korosi metode desain

1.3. Tujuan masalah


1. Mengetahui proses bagaimana terjadinya korosi.
2. Mengetahui penyebab terjadinya korosi.
3. Mengetahui cara mencegah korosi dengan metode desain

4|Korosi
BAB II
KAJIAN TEORITIS

2.1. Korosi
Korosi merupakan proses perubahan logam menjadi senyawa,
terutama terjadi dalam lingkungan yang mengandung air, atau peristiwa
teroksidasinya suatu logam oleh gas oksigen di udara.

Salah satu contoh korosi adalah yang terjadi pada besi, atau biasa
disebut dengan karat. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan
rumus Fe2O3.XH2O. Pada proses pengamatan, besi (Fe) bertindak sebagai
preduksi dan Oksigen (O2) yang terlarut dalam air bertindak sebagai
pengoksidasi. Persamaan reaksi pembentukan karat :

Anode : Fe2++ + 2e- → Fe


Katode : 2H2O → O2- + 4H+ + 4e-
Redoks : Fe2+ + 2 H2O → 2 Fe + O2 + 4 H+
Karat disebut sebagai autokatalis karena karat yang terjadi pada
logam akan mempercepat proses pengaratan berikutnya. Korosi adalah
kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu logam
dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa
korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia
karat besi adalah Fe2O3. nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi merupakan proses elektro kimia.Pada korosi besi, bagian tertentu dari
besi itu berlaku sebagai anode, dimana besi mengalami oksidasi.

Dari data potensial elektrode dapat dihitung bahwa emf standar untuk proses


korosi ini adalah Eosel = +1,67 V. Reaksi ini terjadi pada lingkungan asam
dengan ion H+ sebagian dapat diperoleh dari reaksi karbon dioksida atmosfer
dengan air membentuk H2CO3. Ion Fe2+ yang terbentuk di anode kemudian
teroksidasi lebih lanjut oleh oksigen membentuk besi(III) oksida:

4 Fe2+ (aq) + O2 (g) + (4 + 2x) H2O (l)   2 Fe2O3.x H2O + 8 H+ (aq)

Hidrat besi(III) oksida inilah yang dikenal dengan karat besi. Sirkuit listrik
dipacu oleh migrasi elektron dan ion. Itulah sebabnya korosi cepat terjadi

5|Korosi
dalam air garam. Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka
reaksi katodik yang terjadi adalah:

O2 (g) + 2 H2O (l) + 2 e   4 OH- (aq)

Korosi besi relatif lebih cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab
lapisan senyawa besi(III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah
ditembus oleh udara maupun air. Tetapi, aluminium mempunyai potensial
reduksi jauh lebih negatif dibandingakn besi, proses korosi lanjut menjadi
terhambat karena hasil oksidasi, Al 2O3, yang melapisinya tidak
bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan
udara luar.

2.2. Penyebab korosi


Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan.

Faktor dari bahan meliputi :


1. kemurnian bahan
2. struktur bahan
3. bentuk kristal
4. unsur-unsur kelumit yang ada dalam bahan
5. teknik pencampuran bahan dan sebagainya.

Faktor dari lingkungan meliputi :

1. tingkat pencemaran udara


Tingkat pencemaran udara ini berpengaruh dikarenakan dalam
udara terdapat berbagai macam unsur yang dapat mempercepat
ataupun memperlambat proses korosi pada suatu logam

2. suhu
Suhu dapat berpengaruh karena suhu akan proses korosi
memerlukan temperature yang optimal, dan akan mempengaruhi
kecepatan dari proses korosi tersebut.

6|Korosi
3. Kelembaban
Semakin lembab lingkungan, akan semakin mempercepat
proses korosi. Hal ini dikarenakan lebih banyaknya ion oksgen
yang akan bereaksi.

4. keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan sebagainya.


Dengan keberadaan zat – zat yang bersifat korosif seperti zat –
zat asam, akan mempercepat korosi tersebut. Bahan-bahan
korosif (yang dapat menyebabkan korosi) terdiri atas asam, basa
serta garam, baik dalam bentuk senyawa maupunan-organik.

Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat


mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu asam atau
basa dapat mepercepat proses korosi peralatan elektronik yang ada dalam
ruangan tersebut. Flour, hidrogen fluorida beserta senyawaan-senyawaannya
dikenal sebagai bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai
untuk sintesa bahan-bahan organik. Amoniak (NH 3) merupakan bahan kimia
yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri. Pada suhu dan
tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk gas dan sangat mudah
terlepas ke udara. (Purba, Michael.2007)

2.3. Proses Terjadinya Korosi


Korosi atau pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan –
bahan logam yang pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion pada
permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair dan
oksigen. Contoh yang paling umum, yaitu kerusakan logam besi dengan
terbentuknya karat oksida. Dengan demikian, korosi menimbulkan banyak
kerugian. Korosi logam melibatkan proses anodik, yaitu oksidasi logam
menjadi ion dengan melepaskan elektron ke dalam (permukaan) logam dan
proses katodik yang mengkonsumsi electron tersebut dengan laju yang
sama : proses katodik biasanya merupakan reduksi ion hidrogen atau oksigen
dari lingkungan sekitarnya. Untuk contoh korosi logam besi dalam udara
lembab. (Purba, Michale. 2007)

Laju korosi juga dikenal dengan rasio korosi. Laju korosi dihitung dengan
mengambil korosi pada seluruh permukaan. Laju korosi diukur dengan
kondisi mpy (mils per penetration)

7|Korosi
mpy = (berat hilang akibat korosi dalam gram) x (22300) / (A)(dt)

dimana:
A = luas permukaan (in2)
d = massa jenis logam (g/cm3)
t = wakt korosi (hari)

2.4. JENIS – JENIS KOROSI

1. KOROSI HOMOGEN

Korosi homogen terjadi karena reaksi electro chemical yang secara


homogen terjadi karat ke seluruh bagian material yang terbuka (telanjang)

Korosi homogen memiliki Sifat :

a. Merata dan material menipis


b. Kehilangan tonage besar dan kecepatan tinggi

Contoh korosi pada badan kapal, pilar – pilar pelabuhan, korosi pada
kaki kaki jacket, sebatang besi yang tercelup larutan asam sulfat, atap seng.

Korosi homogen dapat dicegah dengan pemilihan material yang


sesuai, coating yang sesuai, penambahan inhibitor dan katodic protection

2. GALVANIC CORROSION (Korosi galvanik)

Apabila terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda
potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua
logam. Logam yang mempunyai tahanan korosi rendah (potensial rendah)
akan terkikis dan yang tahanan korosinya lebih tinggi (potensial tinggi) akan
mengalami penurunan korosinya. Korosi galvanic corrosion dipengaruhi oleh,
lingkungan, jarak, area/luas

Pencegahannya :

Memilih logam dengan posisi deret sedekat mungkin, menghilangkan


pengaruh rasio luas penampang yang tidak diinginkan, memberikan isolasi
diantara dua logam yang berbeda bila memungkinkan, penerapan coating
dengan mengutamakan pada logam anode, penambahan inhibitor dengan
cermat untuk mengurangi keagresifan logam dalam proses korosi,
pencegahan sistem sambungan mur baut dengan bahan berbeda dengan
logam induknya

8|Korosi
3. CREVICE CORROSION (Korosi celah)

Crevice corrosion memiliki sifat :

a. Tidak tampak dari luar dan sangat merusak konstruksi


b. Sering terjadi pada sambungan kurang kedap

Hal ini disebabkan oleh, lubang, gasket, lap joint, kotoran/endapan

Reaksi dari korosi ini :

Oksidasi :             M    + 1e

Reduksi :             O2 + 2H20 + 4e  4OH-

Dari reaksi diatas ion electron (e) yang dihasilkan dalam reaksi
oksidasi akan digunakan oleh oksigen (o2) untuk mereduksi air (H2O) untuk
menjadi ion OH. Dengan kata lain bahwa ion hidroksil (H+) dihasilkan pada
setiap pembentukan ion logam M+. Karena tempatnya atau celahnya
terbatas maka reaksi reduksi dari oksigen pada daerah tersebut habis
sedangkan metal M terus bereksi

Kecenderungan pembentukan ion M+ ini kemudian disetimbangkan


oleh adanya ion klorida atau cl- yang terdapat pada celah tersebut. Hasil
reaksi dari kedua ion tersebut akan meningkatkan konsentrasi dari metal
clorida atau MCl.

Dari reaksi diatas didapat HCL yang berubah ion H+ atau CL- yang
dapat meningkatkan laju penghancuran metal didalam celah. Laju korosi
didalam celah tersebut sangat cepat dan bersifat auto katalik karena adanya
ion H+ dan Cl-

Hal ini dapat di cegah dengan :

1. Penggunaan sistem sambungan butt joint dengan pengelasan


dibanding dengan sambungan keling untuk peralatan peralatan baru
2. Celah sambungan ditutup dengan pengelasan menerus atau dengan
soldering
3. Peralatan – peralatan harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur,
terutama pada sambungan – sambungan yang rawan
4. Hindari pemakaian packing yang bersifat higroskopis
5. Penggunaan gasket dan absorbent seperti teflon jika memungkinkan
6. Pada desain saluran drainase,hindari adanya lengkungan –
lengkungan tajam serta daerah genangan fluida

9|Korosi
4. FILIFORM CORROSION

Filiform corrosion memiliki sifat :

Serangan dari korosi ini tidak merusak komponen utama metal tetapi
hanya mempengaruhi atau merusak penampilan permukaan metal dimana
permukaan dan penampilan kaleng makanan atau minuman.

Mekanisme terjadinya korosi ini merupakan kasus khusus untuk jenis


korosi celah. Selama pertumbuhannya, pada bagian kepala unsur seperti H2O
dan O2 dari udara luar secara osmosis. Kedua unsur ini selanjutnya bereaksi
dengan ion Fe konsentrasi tinggi membentuk oksida Fe. H2O dan O2 ini akan
berdifusi masuk kebagian kepala dan keluar dari bagian ekor secara terus
menerus, korosi tertahan dibagian kepala dimana hidrolisa yang terjadi
dibagian kepala menyebabkanlingkungan yang bersifat asam, sehingga korosi
ini dapat menyebar secara otomatis

Pencegahan secara global :

a. Menyimpan material berlapis metal (email) didalam  kondisi kering


b. Memberikan lapisan brittle film

5. INTERGRANULAR CORROSION (Korosi batas butir)

Korosi intergranular terjadi pada daerah tertentu dengan


penyebab grain boundary. Hal ini disebabkan oleh adanya kekosongan
unsur/elemen pada kristal ataupun impurities dari proses casting. Korosi ini
terjadi pada casting and welding

Casting, pada proses ini harus dilakukan dengan jalan mengecor


logam dengan step yang benar, komposisi yang benar dan pendinginan yang
benar sesuai dengan karakteristik masing – masing logam dan kegunaannya

2.5. Dampak dari korosi


Karatan adalah logam yang mengalami kerusakan berbentuk keropos.
Sedangkan bagian logam yang rusak dan berwarna hitam kecoklatan pada
baja disebut Karat. Secara teoritis karat adalah istilah yang diberikan
terhadap satu jenis logam saja yaitu baja, sedangkan secara umum istilah
karat lebih tepat disebut korosi. Korosi didefenisikan sebagai degradasi
material (khususnya logam dan paduannya) atau sifatnya akibat berinteraksi
dengan lingkungannya. Korosi merupakan proses atau reaksi elektrokimia
yang bersifat alamiah dan berlangsung dengan sendirinya, oleh karena itu
korosi tidak dapat dicegah atau dihentikan sama sekali. Korosi hanya bisa
dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat proses
perusakannya. Dilihat dari aspek elektrokimia, korosi merupakan proses

10 | K o r o s i
terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku
sebagai sel yang memberikan elektron dan lingkungannya sebagai penerima
elektron. Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah
reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-
ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari
katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan
menangkap elektro-elektron yang tertinggal pada logam. Dampak yang
ditimbulkan korosi sungguh luar biasa.

Dampak yang ditimbulkan korosi dapat berupa kerugian langsung dan


kerugian tidak langsung. Kerugian langsung adalah berupa terjadinya
kerusakan pada peralatan, permesinan atau stuktur bangunan. Sedangkan
kerugian tidak langsung berupa terhentinya aktifitas produksi karena
terjadinya penggantian peralatan yang rusak akibat korosi, kehilangan produk
akibat adanya kerusakan pada kontainer, tangki bahan bakar atau jaringan
pipa air bersih atau minyak mentah, terakumulasinya produk korosi pada alat
penukar panas dan jaringan pemipaannya akan menurunkan efisiensi
perpindahan panas, dan lain sebagainya. Berdasarkan kondisi lingkungannya,
korosi dapat diklasifikasikan sebagai korosi basah yaitu korosi yang terjadi
dilingkungan air, korosi atmosferik yang terjadi di udara terbuka dan korosi
temperatur tinggi yaitu korosi yang terjadi dilingkungan bertemperatur diatas
500oC.

2.6 pencegahan korosi metode desain


Merancang struktur dan bagian untuk mencegah atau mengendalikan korosi
lebih hemat biaya daripada menunggu peralatan gagal berfungsi. Komunikasi
yang erat antara desainer dan insinyur korosi dapat sangat bermanfaat dan
harus dipastikan dalam aplikasi di mana korosi cenderung menjadi masalah.
(Untuk lebih lanjut tentang proses desain, baca Pertimbangan Kontrol Korosi
dalam Proses Desain Peralatan.) Ada beberapa aturan desain utama yang dapat
diikuti untuk membantu mencegah korosi:

1. Sesuaikan Ketebalan Dinding


Karena korosi melibatkan degradasi material, proses ini terus menerus
memakan material dan mengurangi ketebalannya. Oleh karena itu, bagian dari
desain tahan korosi melibatkan membuat kelonggaran untuk pengurangan
ketebalan pipa, tangki penyimpanan dan bagian lainnya. Metode umum adalah

11 | K o r o s i
membuat tebal dinding dua kali lipat dari yang diperlukan untuk umur struktur
yang diinginkan. Namun, ketebalan dinding harus memenuhi persyaratan
mekanis untuk tekanan, tekanan, dan berat. Aturan umum penggunaan
ketebalan dinding berlipat ganda ini menambah biaya dan berat tambahan.
Oleh karena itu, perbandingan keuangan yang terperinci harus dibuat untuk
memilih di antara opsi-opsi ini. Aturan ini tidak perlu diikuti jika ada data
korosi yang andal dan sistem pemantauan yang efektif. Sebagai contoh, kita
mungkin menggunakan kelonggaran korosi yang berbeda untuk daerah atas
dan bawah dari kapal vertikal tinggi.

2. Pastikan ada Drainase yang Memadai


Tangki dan wadah penyimpanan lainnya harus dirancang sedemikian rupa
sehingga mudah dikeringkan dan dibersihkan. Karena itu, semua transisi harus
mulus, dan keran harus ditempatkan sehingga tangki dapat dikeringkan
sepenuhnya.

3. Minimalkan Sel Korosi Bi-Logam


Hindari korosi galvanik dengan menggunakan logam serupa di seluruh
struktur, jika mungkin, atau dengan menghindari kontak listrik dengan
mengisolasi bahan yang berbeda. Komponen-komponen yang lebih rentan
terhadap korosi harus mudah diganti. Bagian khusus (pembuang) juga dapat
digunakan untuk menarik korosi, sehingga melindungi bagian lain. Untuk
menghindari korosi celah, segel harus digunakan dan tekanan harus
disesuaikan pada gasket untuk mencegah penetrasi cairan di dalam celah.
Dengan cara ini, adalah mungkin untuk menghindari keberadaan genangan air
di celah-celah dan celah sempit. (Untuk informasi latar belakang, lihat
Pengantar Seri Galvanik: Kompatibilitas dan Korosi Galvanik.)

4. Hindari Sel Aerasi Diferensial


Aerasi diferensial harus dihindari. Untuk komponen yang dicelupkan ke dalam
air, aerasi yang cukup harus dipastikan menyebabkan pasivasi, yang
memperlambat korosi. Kalau tidak, aerasi harus dicegah sebanyak mungkin.
Demikian pula, untuk struktur yang terpapar ke atmosfer, drainase yang
mudah dan pasokan udara yang cukup harus dipastikan, dan sebaliknya untuk
12 | K o r o s i
permukaan berpori atau struktur yang memiliki rongga - mereka harus disegel
dengan benar.
Gunakan sambungan yang menekan masalah korosi juga. Misalnya, las butt
harus digunakan alih-alih sambungan yang tumpang tindih. Pengelasan harus
lebih disukai daripada memukau dalam tangki dan wadah, tetapi pengelasan
harus dihindari jika bahan dilindungi oleh cat atau lapisan seng. Ini adalah
praktik yang baik untuk merawat lasan juga. Mereka mungkin ledakan
dibersihkan dan dilapisi dengan selotip, cat atau semprotan termal.

5. Minimalkan Gradien Suhu


Peralatan untuk transportasi panas harus dirancang sehingga suhu permukaan
bervariasi sesedikit mungkin. Titik dingin dan panas harus dihindari. Bintik
super panas rentan terhadap korosi termogalvanik dan bintik-bintik dingin
dapat meningkatkan kondensasi lokal, yang mengarah pada korosi. Oleh
karena itu, gradien termal harus dijaga agar tetap minimum.

6. Minimalkan Gradien Stres


Konsentrasi tegangan dalam komponen yang terpapar pada media korosif
harus dihindari, terutama ketika menggunakan bahan yang rentan terhadap
retak akibat korosi. Oleh karena itu, desainer harus bertujuan untuk geometri
sederhana, karena perubahan dimensi yang tiba-tiba dapat memberikan lokasi
untuk konsentrasi tegangan.

7. Lingkungan yang terpisah


Lingkungan sekitar harus dipertimbangkan untuk meminimalkan konsekuensi
korosi. Ini melibatkan memastikan bahwa sistem yang terpisah tidak merusak
lingkungan orang lain. Misalnya, jika paduan tembaga terkorosi dan uap air
yang mengandung ion tembaga bersentuhan dengan komponen aluminium, itu
akan menghasilkan korosi galvanik. Pabrik yang mencemari atau lingkungan
harus melawan angin agar strukturnya terlindungi jika memungkinkan,
sehingga udara tidak mengandung kotoran berbahaya.

13 | K o r o s i
8. Minimalkan Turbulensi dalam Sistem Pipa
Dalam sistem perpipaan, perancangan harus sedemikian rupa sehingga aliran
memiliki turbulensi minimum. Aliran turbulen meningkatkan korosi, sehingga
aliran harus berlapis dan ketebalan struktur harus cukup besar sehingga dapat
menanggung efeknya. Jumlah tikungan harus seminimal mungkin dan penting
untuk membulatkan tikungan tajam. Tekuk tajam harus dihindari dalam sistem
perpipaan dengan cairan atau padatan berkecepatan tinggi dalam suspensi
untuk mencegah korosi erosi.
(Temukan lebih banyak tips dalam Memerangi Korosi Cavitatif dan Korosi
Erosive.)

9. Kuncinya: Hindari Heterogenitas


Aturan paling umum untuk desain yang tepat adalah untuk menghindari
heterogenitas. Heterogenitas terdiri dari logam yang berbeda, tegangan yang
tidak merata, dan distribusi suhu. Sudut yang tajam harus dihindari karena
sulit untuk dicat dengan ketebalan yang seragam. Geometri kompleks dan
celah sempit menghalangi perawatan permukaan seperti lukisan,
penyemprotan termal dan pembersihan ledakan; menambah biaya; dan
membuatnya sulit untuk dibersihkan dan dijemur. Semua kode dan standar
yang relevan harus dipenuhi. Aturan untuk kesenjangan minimum antara profil
diberikan dalam ISO 12944-3: 99.
Prosedur untuk pengujian dan penyimpanan suku cadang dan peralatan,
operasi, dan pemeliharaan harus ditentukan. (Dijelaskan secara rinci dalam
artikel Perlindungan Korosi Sementara selama Penyimpanan, Transportasi dan
Penanganan.) Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa desain yang tepat
untuk mengendalikan korosi sama pentingnya dengan pemilihan bahan. Kita
harus bertujuan untuk desain yang sederhana, dan menghindari heterogenitas
sebanyak mungkin. Prosedur untuk pengujian dan penyimpanan suku cadang
dan peralatan, operasi, dan pemeliharaan harus ditentukan.

14 | K o r o s i
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah sebagai
berikut:

1. Korosi merupakan proses perubahan logam menjadi senyawa, terutama


terjadi dalam lingkungan yang mengandung air, atau peristiwa
teroksidasinya suatu logam oleh gas oksigen di udara.
2. Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan dari lingkungan
3. Korosi dapat diminimalisir dengan metode desain

15 | K o r o s i
DAFTAR PUSTAKA

Suroso, Asih, dkk.2011. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII Semester 1. Aspirasi
Purba, Michael. 2007. KIMIA untuk Kelas XII. Jakarta : Erlangga
Sagala, Polmer P. 2011. Jago KIMIA SMA Kelas 1, 2, 3. Jakarta : Kawan
Pustaka

16 | K o r o s i
LAMPIRAN

Gambar 1. Korosi homogeny

Gambar 2. Korosi galvanic

Gambar 3. Korosi celah

17 | K o r o s i
Gambar 4. Korosi batas butir

Gambar 5. Proses korosi

18 | K o r o s i

Anda mungkin juga menyukai