Disusun oleh :
Favian verris 17614005
Hegar Illyasa 17614020
Jepri Kurniawan 17614038
Mohammad Aminnuddin Yusup 17614028
Muhammad satrio 17614013
Puji syukur kepada allah swt atas berkat – NYA, karya ilmiah ini dapat
terselesaikan. Penulisan karya ilmiah ini bertujuanuntuk mengamati korosi
pada besi, faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya korosi, selain itu juga
sebagai tugas yang diberikan dan syarat dalam melaksanakan pendidikan.
Saya menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, kriyik serta saran yang membangun dari pembaca sangat saya
harapkan. Semoga karya ilmiah ini dapat member manfaat bagi pembaca
tentang faktor terjadinya korosi.
2|Korosi
ABSTRAK
3|Korosi
BAB I
PENDAHULUAN
4|Korosi
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1. Korosi
Korosi merupakan proses perubahan logam menjadi senyawa,
terutama terjadi dalam lingkungan yang mengandung air, atau peristiwa
teroksidasinya suatu logam oleh gas oksigen di udara.
Salah satu contoh korosi adalah yang terjadi pada besi, atau biasa
disebut dengan karat. Besi yang mengalami korosi membentuk karat dengan
rumus Fe2O3.XH2O. Pada proses pengamatan, besi (Fe) bertindak sebagai
preduksi dan Oksigen (O2) yang terlarut dalam air bertindak sebagai
pengoksidasi. Persamaan reaksi pembentukan karat :
Hidrat besi(III) oksida inilah yang dikenal dengan karat besi. Sirkuit listrik
dipacu oleh migrasi elektron dan ion. Itulah sebabnya korosi cepat terjadi
5|Korosi
dalam air garam. Jika proses korosi terjadi dalam lingkungan basa, maka
reaksi katodik yang terjadi adalah:
Korosi besi relatif lebih cepat terjadi dan berlangsung terus, sebab
lapisan senyawa besi(III) oksida yang terjadi bersifat porous sehingga mudah
ditembus oleh udara maupun air. Tetapi, aluminium mempunyai potensial
reduksi jauh lebih negatif dibandingakn besi, proses korosi lanjut menjadi
terhambat karena hasil oksidasi, Al 2O3, yang melapisinya tidak
bersifat porous sehingga melindungi logam yang dilapisi dari kontak dengan
udara luar.
2. suhu
Suhu dapat berpengaruh karena suhu akan proses korosi
memerlukan temperature yang optimal, dan akan mempengaruhi
kecepatan dari proses korosi tersebut.
6|Korosi
3. Kelembaban
Semakin lembab lingkungan, akan semakin mempercepat
proses korosi. Hal ini dikarenakan lebih banyaknya ion oksgen
yang akan bereaksi.
Laju korosi juga dikenal dengan rasio korosi. Laju korosi dihitung dengan
mengambil korosi pada seluruh permukaan. Laju korosi diukur dengan
kondisi mpy (mils per penetration)
7|Korosi
mpy = (berat hilang akibat korosi dalam gram) x (22300) / (A)(dt)
dimana:
A = luas permukaan (in2)
d = massa jenis logam (g/cm3)
t = wakt korosi (hari)
1. KOROSI HOMOGEN
Contoh korosi pada badan kapal, pilar – pilar pelabuhan, korosi pada
kaki kaki jacket, sebatang besi yang tercelup larutan asam sulfat, atap seng.
Apabila terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda
potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua
logam. Logam yang mempunyai tahanan korosi rendah (potensial rendah)
akan terkikis dan yang tahanan korosinya lebih tinggi (potensial tinggi) akan
mengalami penurunan korosinya. Korosi galvanic corrosion dipengaruhi oleh,
lingkungan, jarak, area/luas
Pencegahannya :
8|Korosi
3. CREVICE CORROSION (Korosi celah)
Oksidasi : M + 1e
Dari reaksi diatas ion electron (e) yang dihasilkan dalam reaksi
oksidasi akan digunakan oleh oksigen (o2) untuk mereduksi air (H2O) untuk
menjadi ion OH. Dengan kata lain bahwa ion hidroksil (H+) dihasilkan pada
setiap pembentukan ion logam M+. Karena tempatnya atau celahnya
terbatas maka reaksi reduksi dari oksigen pada daerah tersebut habis
sedangkan metal M terus bereksi
Dari reaksi diatas didapat HCL yang berubah ion H+ atau CL- yang
dapat meningkatkan laju penghancuran metal didalam celah. Laju korosi
didalam celah tersebut sangat cepat dan bersifat auto katalik karena adanya
ion H+ dan Cl-
9|Korosi
4. FILIFORM CORROSION
Serangan dari korosi ini tidak merusak komponen utama metal tetapi
hanya mempengaruhi atau merusak penampilan permukaan metal dimana
permukaan dan penampilan kaleng makanan atau minuman.
10 | K o r o s i
terjadinya transfer elektron dari logam ke lingkungannya. Logam berlaku
sebagai sel yang memberikan elektron dan lingkungannya sebagai penerima
elektron. Reaksi yang terjadi pada logam yang mengalami korosi adalah
reaksi oksidasi, dimana atom-atom logam larut kelingkungannya menjadi ion-
ion dengan melepaskan elektron pada logam tersebut. Sedangkan dari
katoda terjadi reaksi, dimana ion-ion dari lingkungan mendekati logam dan
menangkap elektro-elektron yang tertinggal pada logam. Dampak yang
ditimbulkan korosi sungguh luar biasa.
11 | K o r o s i
membuat tebal dinding dua kali lipat dari yang diperlukan untuk umur struktur
yang diinginkan. Namun, ketebalan dinding harus memenuhi persyaratan
mekanis untuk tekanan, tekanan, dan berat. Aturan umum penggunaan
ketebalan dinding berlipat ganda ini menambah biaya dan berat tambahan.
Oleh karena itu, perbandingan keuangan yang terperinci harus dibuat untuk
memilih di antara opsi-opsi ini. Aturan ini tidak perlu diikuti jika ada data
korosi yang andal dan sistem pemantauan yang efektif. Sebagai contoh, kita
mungkin menggunakan kelonggaran korosi yang berbeda untuk daerah atas
dan bawah dari kapal vertikal tinggi.
13 | K o r o s i
8. Minimalkan Turbulensi dalam Sistem Pipa
Dalam sistem perpipaan, perancangan harus sedemikian rupa sehingga aliran
memiliki turbulensi minimum. Aliran turbulen meningkatkan korosi, sehingga
aliran harus berlapis dan ketebalan struktur harus cukup besar sehingga dapat
menanggung efeknya. Jumlah tikungan harus seminimal mungkin dan penting
untuk membulatkan tikungan tajam. Tekuk tajam harus dihindari dalam sistem
perpipaan dengan cairan atau padatan berkecepatan tinggi dalam suspensi
untuk mencegah korosi erosi.
(Temukan lebih banyak tips dalam Memerangi Korosi Cavitatif dan Korosi
Erosive.)
14 | K o r o s i
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah sebagai
berikut:
15 | K o r o s i
DAFTAR PUSTAKA
Suroso, Asih, dkk.2011. Kimia untuk SMA/MA Kelas XII Semester 1. Aspirasi
Purba, Michael. 2007. KIMIA untuk Kelas XII. Jakarta : Erlangga
Sagala, Polmer P. 2011. Jago KIMIA SMA Kelas 1, 2, 3. Jakarta : Kawan
Pustaka
16 | K o r o s i
LAMPIRAN
17 | K o r o s i
Gambar 4. Korosi batas butir
18 | K o r o s i