Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH RADIOKMIA

RADIONUKLIDA DALAM BIDANG BUMI DAN ANGKASA LUAR


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Radiokimia
Dosen Pengampu: Dr. Agung Rahmadani, S. Pd., M. Sc.

Oleh:
Kelompok 2
1. Nabilah Nailah Awaliah NIM. 2105026003
2. Ariza Rafidah Husna NIM. 2105026004
3. Muhammad Rijal Muttaqin NIM. 2105026021
4. Aprilia Sandra Kartika NIM. 2105026028
5. Rosita Ningrum NIM. 2105026030

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa juga
kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari seluruh pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini yang berjudul “Radionuklida pada
Bidang Bumi dan Angkasa Luar”. Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Dr. Agung Rahmadani, S. Pd., M. Sc. selaku dosen pengampu mata
kuliah radiokimia.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh masyarakat Indonesia khususnya para
mahasiswa untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah ini agar menjadi lebih baik lagi. Adanya keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Samarinda, November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................. 3
D. Manfaat ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 4
A. Radionuklida ....................................................................................... 4
1. Radionuklida Kosmogenik ........................................................... 4
2. Radionuklida Primordial .............................................................. 5
B. Penerapan Radionuklida dalam Bidang Bumi dan Angkasa Luar ...... 6
1. Jam Radioaktif .............................................................................. 7
2. Bidang Geologi ............................................................................ 12
3. Bidang Hidrologi .......................................................................... 12
4. Reaksi Inti Bintang ....................................................................... 15
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 17
A. Kesimpulan ......................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... I

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Maria sklodowska-Curie dan Pierre Curie merupakan pengembang
pertama skema pemisahan radiokimia lebih dari seratus tahun yang lalu,
radiokimia sendiri memiliki berbagai aplikasi medis dan radium
pengamatan efek radiasi yang mana telah dimulai pada ratusan tahun lalu.
Radiokimia sendiri telah dikembangkan oleh berbagai pihak salah satunya
oleh pemerintah polandia yang mana hingga mendirikan Badan Energi
Nuklir Polandia yang dikenal INCT atau IChTJ. Pengembangannya
radiokimia sendiri sudah ke berbagai macam yaitu seperti radiometrik.
Pembangunan ini telah didukung dari tahun 2011 (Chmielewski, 2011).
Radiokimia sendiri sudah diteliti terhadap sinyal elektromagnetik dari
satelit dan stasiun radar. Dijelaskan bahwasanya radiasi terlibat tabrakan
yang mana radio spektrum akan terbentuk. Sehingga, radiokimia sendiri
merupakan suatu materi yang mencakup fisika dan kimia yang
menghasilkan frekuensi (UHF) dab inframerah gelombang panjang (IR)
(Golubkov, 2014).
Radiasi yang datang dari angkasa luar, serta sumber- sumber radiasi
yang ada disekeliling manusia termasuk dalam kategori sumber eksternal.
Untuk jangka pendek, pelepas unsur-unsur radioaktif hasil fisi baik karena
kecelakaan reaktor nuklir maupun ledakan senjata nuklir dapat berpotensi
sebagai sumber radiasi eksternal bagi sekelompok penduduk yang berada di
sekitar lokasi pelepasan. Salah satu unsur radioaktif yang penting dalam
peristiwa itu adalah 131I. Radioisotop ini menghasilkan paparan radiasi
terbesar dalam waktu singkat sampai beberapa minggu setelah peristiwa.
Hal ini disebabkan karena 131I dihasilkan melalui proses fisi dalam jumlah
yang relatif besar. Radioisotop 131I terkontaminasi radioaktif berupa
jatuhan lokal maupun tranposfer. Namun karena waktu paruh (T1/2) dari

1
radioisotop ini sangat pendek, yaitu 8 hari, maka 131I yang masuk sampai
ke stratosfer akan kehilangan keradioaktifannya sebelum mencapai ke
bumi. Sedangkan untuk jangka panjang, karena sebagian besar unsur-unsur
radioaktif hasil fisi umumnya ber waktu paruh pendek, dan hanya beberapa
jenis unsur radioaktif yang berwaktu paruh panjang, maka potensi bahaya
yang paling utama adalah masuknya unsur-unsur radioaktif berwaktu paro
panjang ke dalam tubuh manusia. Unsur-unsur itu dapat berperan sebagai
sumber radiasi internal bagi tubuh manusia.
Radiasi yang datang dari angkasa luar, serta sumber- sumber radiasi
yang ada di sekeliling manusia termasuk dalam kategori sumber eksternal.
Untuk jangka pendek, pelepas unsur-unsur radioaktif hasil fisi baik karena
kecelakaan reaktor nuklir maupun ledakan senjata nuklir dapat berpotensi
sebagai sumber radiasi eksternal bagi sekelompok penduduk yang berada di
sekitar lokasi pelepasan. Salah satu unsur radioaktif yang penting dalam
peristiwa itu adalah 131I. Radioisotop ini menghasilkan paparan radiasi
terbesar dalam waktu singkat sampai beberapa minggu setelah peristiwa.
Hal ini disebabkan karena 131I dihasilkan melalui proses fisi dalam jumlah
yang relatif besar. Radioisotop 131I terkontaminasi radioaktif berupa
jatuhan lokal maupun tranposfer. Namun karena waktu paruh (T1/2) dari
radioisotop ini sangat pendek, yaitu 8 hari, maka 131I yang masuk sampai
ke stratosfer akan kehilangan keradioaktifannya sebelum mencapai ke
bumi. Sedangkan untuk jangka panjang, karena sebagian besar unsur-unsur
radioaktif hasil fisi umumnya ber waktu paruh pendek, dan hanya beberapa
jenis unsur radioaktif yang berwaktu paruh panjang, maka potensi bahaya
yang paling utama adalah masuknya unsur-unsur radioaktif berwaktu paro
panjang ke dalam tubuh manusia. Unsur-unsur itu dapat berperan sebagai
sumber radiasi internal bagi tubuh manusia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat disimpulkan rumusan masalah berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan radionuklida ?

2
2. Apa saja penerapan radionuklida dalam bidang bumi pengetahuan
bumi dan angkasa luar ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan radionuklida
2. Untuk mengetahui penerapan radionuklida dalam bidang bumi dan
angkasa luar

D. Manfaat
Makalah yang dibuat dengan judul “Radionuklida dalam Bidang Bumi dan
Angkasa Luar” diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Agar dapat memahami apa yang dimaksud dengan radionuklida
2. Agar dapat mengetahui penerapan radionuklida dalam bidang bumi
dan angkasa luar

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Radionuklida
Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tidak stabil untuk
memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti stabil. Proses perubahan ini
disebut peluruhan yang berarti perubahan inti atom yang tidak stabil
menjadi inti atom yang lain. Inti atom yang tidak stabil disebut radionuklida.
Materi yang mengandung radionuklida disebut zat radioaktif. Dengan kata
lain radioaktifitas adalah transmutasi inti suatu unsur karena memancarkan
zat radioaktif alfa, beta atau gamma yang secara berurutan dikenal sebagai
inti helium, elektron/positron dan foton berenergi tinggi. Pada dasarnya ada
empat deret radioisotop, yaitu selain yang disebutkan diatas, masih terdapat
deret Neptunium (deret 4n +1) yaitu salah satu deret radioisotop yang
memiliki umur paroh begitu pendek yang tidak dijumpai di alam, tetapi
sudah dapat dibuat di Laboratorium dengan jalan menembak inti berat
dengan neutron (Malaka, 2019).
Menurut Malaka (2019), ditinjau dari proses terbentuknya, unsur-
unsur radioaktif atau radionuklida yang ada di lingkungan dapat
dikelompokkan ke dalam dua golongan besar, yaitu radionuklida alam dan
radionuklida buatan yang keduanya dapat berperan sebagai sumber radiasi
alam atau lingkungan. Dikatakan sebagai radionuklida alam karena sumber
radiasi itu sudah ada semenjak alam ini terbentuk. Radionuklida alam yang
terdapat di lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:
1. Radionuklida Kosmogenik
Radionuklida kosmogenik adalah radionuklida yang terbentuk
akibat interaksi antara sinar kosmik dengan atom target yang terdapat
dalam atmosfer. Radionuklida yang ada di atmosfer jatuh ke permukaan
bumi bersamaan dengan angin, hujan, dan salju. Sumber pencemaran
lingkungan oleh radionuklida alam diantaranya yaitu pembakaran batu

4
bara. pemakaian bahan bakar/fosil, pamakaian bahan-bahan yang
mengandung radionuklida, dan pemakaian fosfat alam.
2. Radionuklida Primordial
Radionuklida Primordial adalah radionuklida alam yang berasal dari
dalam bumi. Radionuklida ini dapat ditemukan dalam lapisan tanah atau
batuan, air serta udara. Unsur-unsur yang termasuk kelompok
radionuklida primordial ini jumlahnya sangat banyak. Dari sekian
banyak unsur tersebut, ada beberapa kelompok radionuklida alam yang
tergolong sangat tua karena waktu paro induknya di atas 100 juta tahun.
Pada umumnya batuan yang berumur sangat tua, yaitu lebih dari 600
juta tahun, mengandung bahan radioaktif 238U dengan kadar yang relatif
tinggi. Berdasarkan penyebaran radiasi ke lingkungan, radiasi
primordial terbagi dalam dua kelompok yaitu NORM (Naturally
Ocurring Radioactive Material) dan TENORM (Technologicalny
Enhanced Naturally Occurring Radioactive Material). NORM
(Naturally Occurring Radioactive Material) NORM (Naturally
Occurring Radioactive Material) merupakan bahan radioaktif dari
peluruhan deret primordial yang termobilisasi ke dalam makhluk hidup
atau lingkungan secara alami sehingga sudah merupakan bagian dari
kehidupan makhluk hidup. NORM terdapat di mana-mana, karena
hampir semua bahan alami, baik di dalam tubuh, makanan, ataupun
lingkungan sedikit banyak mengandung bahan radioaktif alami. Sumber
radiasi ini masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
pernafasan, atau luka. Radiasi internal ini terutama diterima dari
radionuklida 14C, ³H, 40K, dan Radon. Selain itu masih ada sumber lain
seperti 210PB, 210PO yang banyak berasal dari ikan dan kerang-
kerangan, sedangkan buah-buahan biasanya mengandung unsur 40K
TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive
Material) Kegiatan pada beberapa industri yang memanfaatkan bahan
baku yang berasal dari dalam bumi dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan konsentrasi radionuklida alam.

5
Hal ini disebabkan karena radionuklida alam yang terkandung dalam
batuan pada kulit bumi selama proses kegiatan pengolahan dan
pemanfaatannya termobilisasi, sehingga membentuk produk samping
berupa bahan radioaktif. Bahan radioaktif yang terbentuk ini disebut
TENORM (Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive
Material). Radioaktif yang terkandung di dalam TENORM pada
umumnya adalah 40K, deret Uranium-238 (238U), dan deret Thorium
(232TH). Radiasi eksternal yang diperolehpekerja ataupun masyarakat
karena fasilitas industri tersebut telah terkontaminasi oleh TENORM,
sedangkan radiasi internal diterima melalui pernafasan, makanan, dan
minuman yang terkonsumsi. Berbeda dengan radionuklida alam,
radionuklida buatan adalah sumber radiasi yang proses terbentuknya
melibatkan intervensi manusia, baik sumber tersebut sengaja dibuat
untuk maksud-maksud tertentu atau merupakan hasil samping dari
pemanfaatan teknologi nuklir oleh umat manusia, yang sebenarnya tidak
disengaja atau bahkan tidak dikehendaki kemunculannya. Secara umum
telah diketahui bahwa kerak bumi (misal tanah, bebatuan, pasir, dan air)
mengandung bahan- bahan radioaktif alamiah, diantaranya yang
dominan adalah U238 dan Th232 yang sudah ada dalam kerak bumi
sejak bumi terbentuk, meluruh di dalam kerak bumi yang menjadi anak
turuhannya yang radioaktif hingga terbentuk unsur-unsur radium
(Ra226 dan Ra224). Ra226 kemudian meluruh menjadi Rn222 (Radon)
dan Ra24 meluruh menjadi Rn220 (Toron) yang keduanya merupakan
unsur radioaktif gas mulia dan dapat beremanasi ke udara. Di udara
Radon dan Toron meluruh membentuk anak-anak luruhannya yang juga
radioaktif dan pada umumnya mempunyai waktu paro yang relatif
pendek, misalnya yang dominan di udara adalah Ra-B (Pb214) dan Ra-
C (Bi214) dari turunan Radon serta Th-B (Pb212) dan Th-C (Bi212) dari
turunan Toron.

B. Penerapan Radionuklida dalam Bidang Bumi dan Angkasa Luar

6
1. Jam Radioaktif
Penemuan zat radioaktif dengan cara peluruhannya, serta
penemuan adanya deret radioaktif dalam alam ini memungkin
penentuan umur secara lebih terinci. Demikian misalnya dengan
jumlah helium yang terdapat dalam pelikan uranium dan thorium,
unsur pelikan dapat ditaksir. Dengan pengetahuan bahwa timbal
merupakan unsur terakhir dari kebanyakan deret radioaktif,
memungkinkan penentuan umur dari pengukuran perbandingan
kadar timbal dan kadar uranium dalam suatu pelikan. Demikian pula
umur dapat ditentukan dengan mengukur perbandingan kadar
stronsium terhadap kadar rubidium, dan kadar argon terhadap kadar
kalium. Cara penentuan umur dengan penentuan C-14 juga banyak
digunakan (Amiruddin, 1965).
Semua cara ini akan diuraikan dalam fasal berikut. Tetapi
sebelum membicarakan semua cara ini satu per satu, perlu
ditunjukkan adanya kemungkinan bahwa masing-masing cara
memberikan hasil yang berbeda. Hal ini disebabkan anggapan yang
harus dimasukkan pada masing-masing cara kadang-kadang
berbeda. Sebagai contoh misalnya, pada penentuan umur dengan
menggunakan kadar helium. Dalam penentuan ini dianggap bahwa
setelah suatu waktu tertentu pelikan sudah membeku sedemikian
rupa sehingga helium yang terbentuk tidak lagi dapat keluar dari
pelikan. Anggapan atau titik pangkal ini sudah terang tidak sama
dengan anggapan pada penetuan secara rubidium-stronsium yang
hanya mengajukan syarat bahwa pelikan telah membeku, ataupun
titik pangkal pada penentuan secara C-14 yang menggunakan titik
pangkal setelah kayu berhenti melakukan asimilasi dengan udara
(Amiruddin, 1965).
a. Penentuan Umur Melalui Carbon-14
Radionuklida kosmogenik yang cukup penting karena dapat
dimanfaatkan untuk penanggalan bahan-bahan yang

7
mengandung senyawa organik adalah karbon-14 (14C). Neutron
yang dipancarkan dari reaksi inti radiasi kosmis primer akan
kehilangan sebagian besar energinya melalui tumbukan dengan
inti-inti atom di atmosfer. Neutron yang telah mencapai energi
termik dapat ditangkap oleh unsur nitrogen-14 (14N) yang
membentuk kira-kira 78% isi atmosfer bumi. Penangkapan
tersebut mendorong terjadinya reaksi inti sehingga terbentuk 14C
melalui proses 14N(n,β+)14C. Produksi 14C berlangsung terus di
14
atmosfer bagian atas. Namun C juga selalu melakukan
peluruhan sehingga jumlahnya di atmosfer selalu konstan
(Yulianti dan Mukhlis, 2005).
Menurut Yulianti dan Mukhlis (2005), radionuklida 14C
dapat jatuh ke bumi bersama-sama dengan angin, hujan maupun
salju. Apabila masuk ke atmosfer bumi, 14C akan bereaksi
dengan oksigen membentuk carbon dioksida (14CO2).
Selanjutnya melalui proses fotosintesa dan bantuan klorofil daun
pada tanaman akan dihasilkan karbohidrat/glukosa (C6H12O6)
melalui persamaan reaksi sebagai berikut :
614CO2 + 6H2O + energi matahari → 14C6H12O6 + 6O2
Radionuklida 14C masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui
rantai makanan baik langsung seperti manusia mengkonsumsi
karbohidrat, maupun tidak langsung seperti melalui konsumsi
ternak maupun produk-produk turunannya. Radionuklida ini
pada umumnya terikat pada jaringan lunak makhluk hidup.
Dalam bidang arkheologi, menentukan usia benda purba
merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting, namun
seringkali sangat sulit untuk dilakukan, terutama bila tidak cukup
atau bahkan tidak ada sama sekali bukti-bukti sejarah yang
mendukung. Salah satu metode yang sering dimanfaatkan untuk
penentuan usia temuan benda kuno dalam bidang arkheologi
adalah penanggalan radiocarbon (radiocarbon dating).

8
Penanggalan radiocarbon bertumpu pada peluruhan unsur
radioaktif alam 14C. Karena dapat memberikan hasil yang sangat
memuaskan (Yulianti dan Mukhlis, 2005).
Jumlah radionuklida kosmogenik 14C dalam tubuh makhluk
hidup (manusia, hewan serta tumbuh-tumbuhan) selalu tetap,
karena disamping terjadi pemasukan juga terjadi pengeluaran
maupun peluruhan secara kontinyu. Namun setelah kematian
makhluk hidup, pemasukan 14C ke dalam tubuhnya tidak terjadi
14
lagi. Dilain pihak, karena C ini bersifat radioaktif, maka
radionuklida tersebut akan melakukan peluruhan sehingga
jumlahnya terus berkurang secara eksponensial oleh waktu.
Apabila pada suatu saat jasad makhluk hidup tersebut ditemukan
dalam bentuk fosil, usia dari fosil dapat diketahui melalui
14
pengukuran kadar C yang masih tertinggal di dalam fosil
tersebut. Cara penentuan umur fosil melalui kandungan
radionuklida ini disebut penanggalan radioaktif (radioactive
14
dating). Khusus penanggalan dengan radioaktif C ini disebut
14
penanggalan radiocarbon. Radionuklida C sendiri memiliki
waktu paro 5.730 tahun (Yulianti dan Mukhlis, 2005).
b. Penanggalan Uranium-Timbal
Salah satu penanggalan dengan hasil paling memuaskan
untuk tujuan penanggalan Bumi adalah melalui penentuan waktu
geologi yang didasarkan pada telaah tentang perubahan tingkat
radioaktivitas dari suatu radionuklida primordial di dalam suatu
batuan. Keberadaan radionuklida primordial dalam lapisan-
lapisan kerak bumi seusia dengan keberadaan planet Bumi
sehingga perjalanan waktu peluruhan radionuklida itu juga sudah
dimulai sejak keduanya terbentuk. Oleh karena itu, para ahli
geologi dapat memanfaatkan keberadaan radionuklida
primordial sebagai jam atau petunjuk waktu geologi untuk
memperkirakan kapan lapisan suatu batuan itu terbentuk dan

9
memperkirakan usia fosil yang ditemukan di dalamnya (Akhadi,
2023).
Ketika lava suatu batuan mendingin, peristiwa itu akan
diikuti dengan pembentukan batuan beku dan radionuklida
primordial akan terperangkap di dalamnya. Setelah itu, inti atom
unsur radioaktif itu langsung mengalami peluruhan inti dengan
laju yang dapat diukur. Mulai saat itulah jam geologi sudah dan
akan terus bekerja. Melalui pengukuran jumlah radionuklida
yang tersisa (yang belum melakukan peluruhan) dan
membandingkannya dengan jumlah atom anak stabil yang
terbentuk dalam batuan, para ilmuan dapat memperkirakan
jangka waktu sejak kapan batuan itu terbentuk (Akhadi, 2023).
Ernest Rutherford, fisikawan asal Inggris, ialah orang
pertama yang menduga bahwa peluruhan alfa dari radionuklida
alamiah isotop-isotop uranium menyebabkan terbentuknya unsur
helium (He) di dalam mineral-mineral uranium. Dengan
demikian, jumlah unsur He yang terdapat di dalam mineral itu
dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan jangka
waktu kapan dimulai proses pembentukan unsur tersebut
sehingga umur mineral dapat diperkirakan. Diketahui juga
bahwa unsur timbal (Pb) merupakan produk akhir dari proses
peluruhan uranium. Dengan demikian, kandungan Pb dalam
mineral uranium dapat dimanfaatkan untuk menentukan umur
mineral (Akhadi, 2023).
Salah satu metode penanggalan radioaktif untuk menentukan
penentuan umur Bumi yang cukup banyak digunakan ialah
dengan memanfaatkan rasio kemunculan unsur anak dalam
206
bentuk PB sebagai hasil dari peluruhan radionuklida induk
238U. Dengan mengukur rasio 206PB/238U dapat diperoleh
hasil perhitungan yang menyatakan usia sampel geologi yang
diukur. Metode penanggalan radioaktif lainnya untuk penentuan

10
umur Bumi adalah memanfaatkan keberadaan unsur stabil 206Pb
dan 207Pb secara bersamaan. Batuan yang mengandung
radionuklida induk dalam bentuk 238U dan 235U dapat
ditentukan umurnya secara langsung dengan mengukur rasio
206PB/207Pb. Metode ini dinilai dapat memberikan data hasil
perhitungan yang lebih akurat kerena memanfaatkan dua deret
peluruhan U yang berlangsung di dalam sampel, yaitu peluruhan
yang terjadi melalui deret 238U dan deret 235U (Akhadi, 2023).
c. Penanggalan Kalium-40 dan Argon-40
Penentuan waktu geologi juga dapat dilakukan dengan dasar
peluruhan radionuklida induk kalium-40 (40K). Radionuklida ini
memiliki waktu paroh 1,3 minilar tahun, meluruh menghasilkan
unsur anak yang stabil berupa gas argon-40 (40Ar). Peluruhan
berlangsung di dalam batuan sehingga meskipun berupa gas,
unsur anak dapat terperangkap dan menetap di dalam batuan
selama batuan tersebut tidak mengalami proses metamorfosis.
Radionuklida induk 40K meluruh dan jumlahnya terus
berkurang, sementara unsur stabil anak 40Ar terbentuk dan
jumlahnya terus bertambah seiring degnan berjalannya waku
(Akhadi, 2023).
Metode Penentuan penanggalan waktu kalium-argon
dilakukan dengan cara mengukur jumlah pertumbuhan 40Ar dari
hasil peluruhan 40K dan membandingkannya dengan jumlah
40K yang masih tersisa dalam sampel batuan. Dari perbandingan
ini, waktu dimulainya pembentukan suatu batuan dapat
diperkirakan. Dalam batuan beku, jam kalium-argon ini mulai
bekerja pada saat batuan pertama kali mengkristal dari cairan
magma. Pada kondisi tersebut, yang ada dalam magma hanyalah
40K, sementara gas 40Ar yang terbentuk dari hasil peluruhan
sebelumnya habis menguap ketika magma masih dalam keadaan
cair (Akhadi, 2023).

11
2. Bidang Geologi
Selain penggunaan analisis aktivasi untuk menentukan kadar
cuplikan geologi dan penentuan umur batuan yang disebutkan dalam
bab 10.2. radioisotop masih juga memegang peran dalam beberapa
segi yang lain. Persoalan mengenai pendinginan bumi misalnya
hanya dapat diterangkan dengan anggapan bahwa sebagian besar
kalor yang diperlukan untuk mempertahankan panas bumi berasal
dari peluruhan zat radioaktif. Isotop yang mungkin memegang peran
penting pada pemanasan bumi ini ialah U-238, U-235, Th-232 dan
K-40. Isotop yang lain tidak begitu penting, baik karena
kelimpahannya terlalu kecil atau karena umur paronya terlalu
pendek (Amiruddin, 1965).
U.L. Whitehead dalam salah satu simposia mengenai gejala
nuklir dalam pengetahuan bumi, memberikan suatu ulasan mengenai
pembentukan hidrokarbon secara radiasi oleh zat radioaktif, dan
kemungkinan peran radioaktivitas dalam pembentukan minyak
bumi. Dikemukakannya kemungkinan bahwa radiasi alfa yang
berasal dari uranium atau thorium mungkin menyebabkan reaksi
yang mengubah zat organik menjadi senyawa hidrokarbon
(Amiruddin, 1965).
Demikian pula dalam beberapa penerbitan dikemukan
adanya hubungan antara radioaktivitas yang anomal dengan adanya
sumber minyak bumi. Serpih misalnya yang ada hubungan dengan
tempat minyak bumi, ternyata lebih radioaktif daripada sedimentasi
yang lain, sehingga dari pengukuran aktivitas dapat ditentukan
daerah tempat serpih. Seringkali ditemukan bahwa daerah produksi
berbatasan dengan deposit zat radioaktif (Amiruddin, 1965).
3. Bidang Hidrologi
Investigasi di bidang hidrologi dan hidrogeologi sering kali
terhambat oleh kurangnya parameter yang memungkinkan observasi
atau pemantauan langsung terhadap proses yang diteliti. Alat yang

12
ampuh untuk memantau proses tidak langsung adalah pelacak
perairan. Penggunaannya umumnya menghasilkan kumpulan data
yang memungkinkan penilaian integratif terhadap proses yang
diselidiki, termasuk kekuatan pendorongnya dan dampak yang
ditimbulkannya. Radioisotop yang larut dalam air, ketika digunakan
sebagai pelacak lingkungan, telah terbukti memberikan informasi
berharga untuk pemahaman komprehensif tentang proses hidrologi
dan hidrogeologi. Secara umum, mereka mempunyai keuntungan
karena konsentrasi aktivitasnya di badan air tanah atau permukaan
berubah sesuai fungsi waktu yang ditentukan oleh waktu paruhnya
masing-masing. Oleh karena itu, konsentrasi aktivitas air dalam
sampel air dapat, misalnya, digunakan sebagai indikator waktu
tinggal air tanah atau air permukaan (Schubert & Jan, 2021).
Pelacak isotop secara garis besar dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu stabil dan tidak stabil. Isotop stabil adalah isotop yang
tidak mengalami peluruhan radioaktif seiring berjalannya waktu,
jadi intinya stabil dan massanya tetap sama. Isotop stabil mencakup
isotop lingkungan, sedangkan isotop tidak stabil bersifat radioaktif
misalnya 3H, 51Cr, 60Co, 82Br, dan 131I. Potensi kontribusi
radioisotop sebagai teknik pelacak adalah penentuan parameter fisik
yang berkaitan dengan dinamika aliran dan struktur sistem,
penggambaran proses yang terlibat (pelacakan proses) selama aliran
dan sirkulasi air, studi asal usul ( genesis) air, rasio pencampuran
aliran komponen (penelusuran komponen) (Andrade dkk., 2022).
Menurut Chandra (2016) Penerapan radioisotop dalam
bidang hidrologi adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengukur arah gerakan air tanah
Data gerakan air tanah pada suatu wilayah merupakan data
yang sangat penting untuk berbagai keperluan, misalnya
berkaitan dengan rencana pembangunan suatu bendungan,
penentuan lokasi penyimpanan limbah berbahaya, dan

13
sebagainya. Air tanah selalu bergerak sesuai dengan kondisi
geologinya. Untuk mengetahui gerakannya dapat digunakan
metode sumur banyal. Dalam metode ini, radiotracer
diinjeksikan ke dalam sumur yang berada di tengah-tengah
lokasi sehingga larut dalam air tanah dan terbawa ke mana-mana
mengikuti aliran air tanah. Radiotracer yang terlarut dan terbawa
oleh air tanah tersebut dapat dirunut dan dicacah dari sumur-
sumur lain yang berada di sekililingnya, sehingga arah gerakan
air tanah dapat ditentukan. Dalam hal ini, radiotracer hanya akan
ditemukan dalam air tanah pada sumur-sumur tertentu. Itu berarti
radiotracer hanya ditemukan pada sumur yang dilalui air tanah
berasal dari sumur yang diinjeksi tadi. Teknik perunut ini juga
dapat diterapkan untuk mengetahui kecepatan aliran air tanah,
dan menentukan permeabilitas tanahnya.
b. Kadar air tanah
Banyak alat konvensional yang dirancang khusus untuk
mengukur kadar air, namun alat yang portable (dapat dibawa-
bawa) itu jarang dapat melakukan pengukuran secara cepat dan
teliti. Pengukuran kadar air tanah dengan neutron ternyata
mampu mengatasi kendala tersebut. Teknik ini banyak
digunakan dalam bidang teknik sipil, agronomi dan hidrologi,
misal untuk mengukur kepadatan tanah, aspal dan beton. Data
hasil pengukuran digunakan untuk merancang pondasi
bangunan, jalan raya, pembuatan tanggul dan lain sebagainya.
Dalam bidang industri teknik ini digunakan untuk mengukur
hasil akhir. Dalam laboratorium dimanfaatkan untuk meneliti
suatu sampel. Alat pengukur kadar air ini mempunyai sumber
neutron cepat. Proses kerja alat dengan mengukur hasil
tumbukan antara neutron cepat dengan atom hidrogen air dalam
materi yang diteliti. Dari tumbukan itu terbentuk neutron termik.
Jumlah neutron termik akan tertangkap oleh alat pemantau

14
neutron yang menunjukkan hasil cacahan neutron termik
sebanding dengan jumlah air yang terkandung dalam bahan
tersebut. Karena kesederhanaannya, alat pengukur kadar air
dengan neutron banyak diminati oleh berbagai pihak.
4. Reaksi Inti Bintang
Radiasi dari angkasa luar yang paling penting untuk
diketahui adalah radiasi kosmis. Banyak penelitian telah dilakukan
dalam rangka mempelajari radiasi kosmis. Hasil studi lainnya
menunjukkan bahwa radiasi dari angkasa luar ini terdiri atas dua
macam, yaitu radiasi kosmis primer dan sekunder. Radiasi kosmis
primer selanjutnya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : radiasi
kosmik galaksi, radiasi yang terperangkap dalam medan magnet
bumi dan radiasi kosmis dari matahari.
a. Sinar kosmis galaksi berasal dari luar sistem tata surya dan
sebagian besar berupa partikel bermuatan positif. Radiasi
tersebut berupa energi yang dipancarkan oleh bintang-bintang
yang ada di alam raya, dapat juga berasal dari ledakan supernova
yang terjadi di angkasa luar yang jaraknya puluhan tahun cahaya
dari bumi. Hasil studi menunjukkan bahwa di luar atmosfer bumi
sinar kosmis terdiri atas radiasi dalam bentuk proton (87 %),
partikel-α (12 %) dan lain-lainnya (1 %). Partikel tersebut
mempunyai energi dari beberapa MeV hingga lebih besar dari
1017eV. Tidak semua radiasi kosmis primer dapat mencapai
bumi.
b. Pada saat partikel bermuatan listrik tersebut mendekati bumi,
sebagian dari sinar tersebut ada yang terperangkap oleh medan
magnet bumi. Kira-kira 30 % dari sinar kosmis primer
terperangkap oleh medan magnet bumi dan membentuk sabuk
radiasi yang disebut sabuk radiasi Van Allen. Radiasi yang
terperangkap oleh medan magnet bumi tadi membentuk dua

15
sabuk radiasi, yaitu elektron dan proton yang dapat diamati pada
tempat yang sangat tinggi.
c. Radiasi kosmis primer tipe ketiga adalah radiasi kosmis yang
dipancarkan oleh matahari. Ledakan supernova dalam skala
yang lebih kecil dapat juga terjadi pada matahari dalam sistim
tata surya kita. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di matahari
seringkali diikuti dengan semburan partikel sub-atomik yang
dapat mencapai atmosfer bumi. Partikel sub-atomik yang
dipancarkan dari permukaan matahari bertambah banyak pada
saat matahari bersinar terang. Partikel sub-atomik ini terdiri atas
sejumlah proton, elektron dan inti atom. Energi yang dibawa
oleh radiasi kosmis dari matahari berorde antara 1010 - 1017 eV
Pada saat radiasi kosmis primer berenergi tinggi memasuki
atmosfer bumi, maka akan terjadi reaksi inti antara partikel-partikel
kosmis tersebut dengan inti atom unsur-unsur yang ada di dalam
atmosfer bumi, seperti carbon (C), hidrogen (H), oksigen (O),
nitrogen (N) dan lain-lain. Reaksi nuklir yang terjadi dapat
menghasilkan sinar kosmis sekunder yang terdiri atas meson,
elektron, foton, neutron, proton, dan lain-lain. Partikel itu
selanjutnya dapat menghasilkan sinar kosmis sekunder lainnya pada
saat bertumbukan dengan unsur-unsur di atmosfer atau meluruh
dalam perjalanannya menuju permukaan bumi.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Radionuklida adalah unsur atau isotop yang tidak stabil dan
mengalami peluruhan radioaktif, yang berarti mereka melepaskan energi
dalam bentuk radiasi untuk mencapai kestabilan. Proses peluruhan ini dapat
melibatkan emisi partikel alfa, beta, atau foton gamma. Radionuklida alam
yang terdapat di lingkungan dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu
radionuklida kosmogenik dan radionuklida primordial. Dalam bumi dan
angkasa luar penerapan radionuklida dapat digunakan sebagai jam
radioaktif yang meliputi penentuan umur melalui Carbon-14; penanggalan
Uranium-Timbal; penanggalan Kalium-40 dan Argon-40, penerapan pada
bidang geologi, penerapan pada bidang hidrologi, dan penerapan pada
reaksi inti bintang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. 2023. Penanggalan Radioaktif: Mengungkap Sejarah dan


Peradaban Bumi dengan Teknik Nuklir. Jakarta: BRIN.

Amiruddi, A. 1965. Kimia Inti, Radiokimia dan Penggunaan Radioisotop.


Tanggerang : Jajasan Karjawan Kimia.

Chmielewski, A. G. 2011. Chemistry for the nuclear energy of the future.


Nukleonika, 56(3), 241-249.

Golubkov, G. V., Manzhelii, M. I., & Lushnikov, A. A. 2014.


Radiochemical physics of the upper Earth’s atmosphere. Russian
Journal of Physical Chemistry B, 8, 604-611.

Malaka, M. 2019. Dampak Radiasi Radioaktif Terhadap Kesehatan.


Foramadiahi: Jurnal Kajian Pendidikan Keislaman, 11(2). 199-
211.

Schubert, M dan Jan, S. 2021. Natural Radionuclides as Aquatic Tracers in


the Terrestrial and the Coastal/Marine Environment. Water, 13 (5),
1-4.

Yulianti, H., dan Mukhlis, A. 2005. Radionuklida Kosmogenik Untuk


Penanggalan. Jurnal Buletin Alara, 6(3). 163-171.

Anda mungkin juga menyukai