Puji dan syukur saya panjatknan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah FISIKA ini. Shalawat dan
salam saya panjatkan kepada junjunaan alam semesta yaitu Nabi besar Muhammad
SAW, kepada sahabat –sahabatnya dan sampai pada kita sebagai umat- Nya
Saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat atas
pembuatannya makalah ini, terutama kepada kedua orang tua saya yang selalu
memberikan motifasi yang sangat luar biasa yang bisa buat saya semua lebih giat
untuk belajar.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Fisika. Yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Dan penuh dengan kesabaran terutama pertolongan dari Allah SWT. Akhirnya
makalah ini dapat saya selesaikan.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan saya, karna saya
masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak yang membaca yang sifatnya membangun untuk dijadikan bahan
masukan guna penulisan yang akan datang sehingga menjadi lebih baik lagi. Semoga
karya tulis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Semarang, 31 September 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................
A. Pengertian Otonomi Daerah......................................................... 3
B. Latar Belakang Daerah Secara Internal dan Eksternal................. 4
C. Landasan Hukum Otonomi Daerah ............................................. 5
D. Prisip-Prinsip Otonomi Daerah ................................................... 6
E. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia ................................ 7
BAB III PENUTUP ................................................................................ 9
A. Kesimpulan .................................................................................. 9
B. Saran ............................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap aktivitas yang kita lakukan atau suatu alat yang kita gunakan
membutuhkan energy. Energy yang ditimbulkan dari sebuah alat mengandung
unsure-unsur radiasi. Radiasi adalah setiap proses di mana energi bergerak
melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Radiasi
sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Dalam dunia kedokteran, radiasi
dimanfaatkan sebagai bahan untuk mendiagnosa. Seperti sinar X untuk keperluan
radiologi, cahaya tampak untuk tindakan endoskopi, sinar ultraviolet untuk
sterilisasi dan masih banyak yang lainnya.
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Efek biologi dari radiasi ionisasi pada generasi yang belum lahir disebut
efek genetik. Efek ini timbul karena kerusakan molekul DNA pada sperma
atau ovarium akibat radiasi. Atau, bila radiasi berinteraksi dengan makro
molekul DNA, dapat memodifikasi struktur molekul ini dengan cara memecah
kromosom atau mengubah jumlah DNA yang terdapat dalam sel melalui
perubahan informasi genetik sel. Tipe ini dapat menimbulkan penyakit
genetik yang diteruskan ke generasi berikutnya.
e. Efek non stokastik ini meliputi beberapa efek somatic seperti luka
bakar, sterilitas (kemandulan), katarak, kelainan congenital (setelah
iradiasi dalam rahim).Efek genetic adalah efek stokastik, sedangkan efek
somatic dapat stokastik (leukemia, kanker) maupun non stokastik.
2. Kulit
Efek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya dosis.
Pajanan radiasi sekitar 2-3 Gy dapat menimbulkan efek kemerahan (eritema)
sementara yang timbul dalam waktu beberapa jam. Beberapa minggu
kemudian, eritema akan kembali muncul sebagai akibat dari hilangnya sel-
sel basal pada epidermis. Dosis sekitar 3 – 8 Gy menyebabkan terjadinya
kerontokan rambut (epilasi) dan pengelupasan kering (deskuamasi kering)
dalam waktu 3 – 6 minggu setelah pajanan radiasi. Pada dosis yang lebih
tinggi, 12 – 20 Gy, akan mengakibatkan terjadinya pengelupasan kulit
disertai dengan pelepuhan dan bernanah (blister) serta peradangan akibat
infeksi pada lapisan dalam kulit (dermis) sekitar 4 – 6 minggu kemudian.
Kematian jaringan (nekrosis) dalam waktu 10 minggu pemajanan radiasi
dengan dosis lebih besar dari 20 Gy, sebagai akibat dari kerusakan yang
parah pada pembuluh darah. Bila dosis yang di terima sekitar 50 Gy,
nekrosis akan terjadi dalam waktu yang lebih singkat yaitu sekitar 3 minggu.
3. Mata
Mata terkena pajanan radiasi baik akibat dari radiasi lokal (akut atau
protraksi) maupun pajanan radiasi seluruh tubuh. Lensa mata merupakan
bagian dari struktur mata yang paling sensitif terhadap radiasi. Terjadinya
kekeruhan atau hilangnya sifat transparansi lensa mata sudah mulai dapat
dideteksi setelah pajanan radiasi yang relatif rendah yaitu sekitar 0,5 Gy dan
bersifat akumulatif. Dengan demikian tidak seperti efek deterministik pada
organ lainnya, katarak tidak akan terjadi beberapa saat setelah pajanan, tetapi
setelah masa laten antara 6 bulan sampai 35 tahun, dengan rerata sekitar 3
tahun.
5. Paru
Paru dapat terkena pajanan radiasi secara eksterna dan interna. Efek
deterministik berupa pneumonitis biasanya mulai timbul setelah beberapa
minggu atau bulan. Efek utama adalah pneumonitis interstisial yang dapat
diikuti dengan terjadinya fibrosis sebagai akibat dari rusaknya sel sistim
vaskularisasi kapiler dan jaringan ikat, yang dapat berakhir dengan kematian.
Kerusakan sel yang mengakibatkan terjadinya peradangan akut paru ini
biasanya terjadi pada dosis 5 – 15 Gy. Perkembangan tingkat kerusakan
sangat bergantung pada volume paru yang terkena radiasi dan laju dosis. Hal
ini juga dapat terjadi setelah inhalasi partikel radioaktif dengan aktivitas
tinggi dan waktu paro pendek.
Efek stokastik berupa kanker paru. Keadaan ini banyak dijumpai pada
para penambang uranium. Selama melakukan aktivitasnya, para pekerja
menginhalasi gas Radon-222 secara berkesinambungan sebagai hasil luruh
dari uranium. Di dalam paru, radon selama proses peluruhannya sampai
mencapai bentuk stabil yaitu timbal, akan melepaskan partikel alpa yang
sangat berbahaya sebagai sumber pajanan radiasi interna.
Radiasi dan zat radioaktif digunakan untuk diagnosis, pengobatan, dan penelitian.
sinar X, misalnya, melalui otot dan jaringan lunak lainnya tapi dihentikan oleh
bahan padat. Properti sinar X ini memungkinkan dokter untuk menemukan tulang
rusak dan untuk menemukan kanker yang mungkin tumbuh dalam tubuh. Dokter
juga menemukan penyakit tertentu dengan menyuntikkan zat radioaktif dan
pemantauan radiasi yang dilepaskan sebagai bergerak melalui substansi tubuh.
2. Katarak
Katarak terjadi pada penyinaran mata dengan dosis diatas 1,5 Gray (Gy),
dengan masa tenang antara 5 – 10 tahun.
Sterilitas dapat terjadi karena akibat penyinaran pada kelenjar kelamin. Efek
berupa pengurangan kesuburan sampai kemandulan. Sel sperma yang muda lebih
peka dari pada sel tua. Aktivitas pembentukan sperma dapat mulai menurun pada
dosis beberapa senti Gray (cGy).
Sindrom Radiasi Akut dapat terjadi setelah penyinaran seluruh tubuh dengan
dosis lebih dari 1 Gy yang diterima secara sekaligus dengan laju dosis yang cukup
tinggi oleh radiasi yang berdaya tembus besar.
Gejala diawali dengan gejala tidak khas seperti mual dan muntah, demam, rasa
lelah, sakit kepala serta diare, kemudian diikuti masa tenang selama 2 sampai 3
minggu. Pada masa ini gejala mereda, setelah masa tenang lewat, maka timbul nyeri
perut, diare, perdarahan, anemia, infeksi bahkan kematian.
J. Pengertian Instrumentasi
1. Macam Peralatan
Dari sekian banyak alat yang digunakan sebagai penunjang medis dikategorikan
menjadi 4 :
1. peralatan elektronik
2. peralatan dari logam
3. peralatan dari gelas
4. peralatan dari karet / plastik
a . Peralatan elektronik
Menggunakan sumber daya dari listrik
Ex : ventilator, EKG, alat rontgen dll
Perawatan :
- hindari dari goncangan
- hindari pengaruh medan magnet
- suhu ruangan 18 0C – 25 0C
- untuk menghindari suhu tinggi perlu kipas angin
- hindari dari debu
d. Peralatan karet/plastik
- Bahan : karet / latex, plastik, dll
- Alat : hand schoen / sarung tangan, spuit injeksi, dll
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengertian radiasi
Dalam fisika, radiasi mendeskripsikan setiap proses di mana energi bergerak
melalui media atau melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Apa
yang membuat radiasi adalah bahwa energi memancarkan (yaitu, bergerak ke
luar dalam garis lurus ke segala arah) dari suatu sumber. geometri ini secara
alami mengarah pada sistem pengukuran dan unit fisik yang sama berlaku untuk
semua jenis radiasi.
Instrumentasi merupakan bagian depan/ awal dari bagian-bagian selanjutnya (bagian
kendalinya), dan bisa berupa pengukur dari semua jenis besaran fisis, kimia, mekanis,
maupun besaran listrik. Beberapa contoh di antaranya adalah pengukur: massa,
waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban, tekanan, aliran, pH (keasaman), level,
radiasi, suara, cahaya, kecepatan, torque, sifat listrik (arus listrik, tegangan listrik,
tahanan listrik), viskositas, density, dll.
a. peralatan elektronik
b. peralatan dari logam
c. peralatan dari gelas
d. peralatan dari karet / plastik
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN