Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FISIKA ATOM DAN INTI

“PENERAPAN FISIKA INTI DALAM BIDANG PETERNAKAN”

DOSEN PENGAMPU :
Dra. JUFRIDA, M.Si.

DI SUSUN OLEH :
NAMA : LILIS FATONA
NIM : A1C317030
KELAS : FISIKA REGULER B 2017

PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Fisika Atom dan Inti yang berjudul
“Penerapan Fisika Inti dalam Bidang Peternakan.”
Selanjutnya saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Jufrida, M.Si. selaku
dosen pengampu mata kuliah Fisika Atom dan Inti yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Serta tak lupa pula saya ucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan, baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Untuk
itu, kritik dan saran dari Ibu sangat saya harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Sungai Penuh, 23 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat Lahirnya Fisika Inti ...................................................................... 3
2.2 Penemuan Radioaktivitas ....................................................................................... 3
2.3 Reaksi Inti Atom atau Reaksi Nuklir ..................................................................... 5
2.3.1 Reaksi Fisi .................................................................................................. 6
2.3.2 Reaksi Fusi .................................................................................................. 6
2.4 Penerapan Fisika Inti dalam Bidang Peternakan.................................................... 6
2.4.1 Peningkatan Produksi Ternak .................................................................... 7
2.4.2 Kesehatan Ternak ...................................................................................... 13
2.4.3 Reproduksi Ternak ................................................................................... 16
2.5 Pentingnya Iradiasi pada Pakan Ternak ............................................................... 17

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 19
3.2 Saran ................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mata kuliah fisika atom dan inti pasti kita telah mengenal dan tidak asing
dengan kata zat radioaktif dan radiasi nuklir. Dua terminologi fisika tersebut masih
memberikan kesan menyeramkan dan bahkan menakutkan. Namun, sebenarnya dua
hal tersebut telah memberikan kontribusi yang baik dalam berbagai bidang kebutuhan
manusia seperti bidang kesehatan, industri, hidrologi, pertanian, arkeologi,
pertambangan, kimia dan khususnya di sini akan dibahas dalam dibidang peternakan.
Zat radioaktif adalah zat yang mengalami peluruhan yang merupakan kumpulan
beragam proses di mana sebuah inti atom yang tidak stabil memancarkan partikel sub
atomik atau partikel radiasi. Dewasa ini penggunaan energi nuklir telah berkembang
pesat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya pusat pembangkit dan studi tenaga atom
serta industri radiasi komersial di berbagai negara termasuk Indonesia. Salah satu
sumber radiasi yang sering digunakan yaitu sumber radiasi buatan manusia (sumber
radiasi pengion). Sinar gamma sebagai sinar pengion, salah satu bentuk energi nuklir,
telah diaplikasikan di bidang pertanian secara luas. Pada prinsipnya interaksi sinar
gamma dengan bahan yang diiradiasi menghasilkan efek fotoelektris, efek Compton,
dan pembentukan pasangan positron-elektron. Ketiga efek ini mendasari aplikasi dan
perunutan isotop dari metode iradiasi.
Keuntungan penggunaan teknik nuklir dalam bidang peternakan yaitu kepekaan
deteksi tinggi, akurat untuk perunutan, efektif dan efisien, aman, serta ekonomis.
Perunutan merupakan suatu proses pemanfaatan senyawa yang telah ditandai dengan
isotop atau radioisotop untuk menjadi bagian dari sistem biologi/mekanik sehingga
diketahui mekanisme yang terjadi atau diperoleh suatu hasil pengukuran. Teknik
perunutan dapat menggunakan isotop atau radioisotop. Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) sebagai lembaga negara yang bergerak dalam bidang pemanfaatan nuklir
telah brhasil membuat teknologi yang memanfaatkan teknik perunutan diantaranya
adalah suplemen pakan Urea Molasses Multinutrient Block (UMMB) dan
Radioimmunoassay (RIA).

1
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu untuk dipelajari bagaimana penerapan
atau peranan zat radioaktif atau radioisotop atau radiasi (nuklir) dalam bidang
peternakan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah singkat lahirnya fisika inti?
2. Bagaimana tahapan penemuan radioaktivitas?
3. Apakah yang dimaksud dengan reaksi inti atom atau reaksi nuklir?
4. Bagaimana penerapan fisika inti dalam bidang peternakan?
5. Apakah pentingnya iradiasi pada pakan ternak?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah singkat lahirnya fisika inti.
2. Untuk mengetahui tahapan penemuan radioaktivitas?
3. Untuk mengetahui apa itu reaksi inti atom atau reaksi nuklir.
4. Untuk mengetahui penerapan fisika inti dalam bidang peternakan.
5. Untuk mengetahui pentingnya iradiasi pada pakan ternak.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat Lahirnya Fisika Inti
Sejarah lahirnya fisika inti dapat dirangkum sebagai berikut: Tahun 1896,
lahirnya fisika inti dimana Becquerel menemukan radioaktivitas dalam uranium.
Dilanjutkan dengan Rutherford yang berhasil menunjukkan tiga tipe radiasi, yaitu alfa
(inti He), beta (elektron) dan gamma (foton berenergi tinggi). Tahun 1911, Rutherford,
Geiger dan Marsden melakukan eksperimen hamburan dan memperoleh informasi
tentang muatan inti serta gaya nuklir yang merupakan gaya jenis baru. Tahun 1919,
Rutherford dan beberapa lainnya mengamati reaksi inti pertama kali. Tahun 1932,
Cockcroft dan Walton pertama kali menggunakan pemercepat proton untuk
menghasilkan reaksi inti. Tahun 1932, Chadwick menemukan neutron. Tahun 1933,
Marie Curie menemukan radioaktif buatan. Tahun 1938, Hahn dan Strassmann
menemukan fisi nuklir. Tahun 1942, Fermi membuat reaktor fisi inti yang pertama
yang dapat dikontrol (Santosa, 2018).
2.2 Penemuan Radioaktivitas
Pada bulan Februari 1896, Henri Bequerel, ahli fisika Prancis, tertarik dengan
penemuan sinar-X oleh W.C Rontgen yang dapat menghasilkan fluoressensi pada
dinding gelas tabung sinar-X dan beberapa material lain. Di samping itu Becquerel
telah mewarisi suatu gejala yang menarik dari ayah dan kakeknya, yaitu fosforessensi,
suatu gejala zat tertentu yang dapat memancarkan sinar lemah setelah zat tersebut
disinari dengan sinar kuat. Ayahnya Edmud Becquerel (1820-1891) telah mempelajari
fosforessensi garam uranium.
Sekitar tahun 1880 Henri Becquerel menyiapkan cuplikan kalium uranil sulfat,
K2UO2(SO4)2.12H2O, dan mencatat bahwa zat tersebut berfosforessensi karena
dieksitasi oleh sinar ultraviolet. Becquerel melanjutkan eksperimennya dengan
membungkus plat fotografi dengan kertas, menempatkan garam uranium di atasnya,
dan meletakkannya pada sinar matahari. Ketika plat foto dicuci, ternyata film menjadi
hitam, yang menunjukkan bahwa garam uranium mengemisikan radiasi yang dapat
menembus kertas.

3
Pada tanggal 26 Februari 1896, Becquerel menyiapkan lagi plat foto dan garam
uranium, tetapi karena saat itu matahari tidak bersinar, akhirnya disimpan di dalam laci.
Pada tanggal 1 Maret 1896, matahari tetap belum tampak, namun plat foto tetap dicuci
dengan harapan ada pengaruh radiasi yang lemah terhadap plat film. Di luar dugaannya,
ternyata pengaruh radiasi terhadap plat foto sangat kuat. Hal ini berarti bahwa radiasi
yang berpengaruh hanya berasal dari garam uranium. Jadi, Becquerel telah menemukan
suatu gejala baru, dan gejala itu oleh Madame Curie disebut radioaktivitas atau
peluruhan (decay). Zat yang memancarkan radiasi disebut zat radioaktif, dan radiasi
yang dipancarkan oleh zat radioaktif disebut sinar radioaktif (Sukarna, dkk, 2014).
Inti atom yang tidak stabil akan meluruh (bertransformasi) secara spontan
menuju ke konfigurasi baru yang mantap (stabil), dengan memancarkan partikel-
partikel α, β-, β+, atau sinar γ. Peristiwa peluruhan menuju yang stabil ini disebut
sebagai proses radioaktivitas. Radioaktivitas adalah proses perubahan keadaan inti
atom secara spontan yang disertai radiasi berupa zarah dan atau gelombang
elektromagnetik. Perubahan dalam inti atom akan membawa perubahan dari suatu
nuklida menjadi nuklida yang lain atau dari satu unsur menjadi unsur yang lain. Gejala
radioaktivitas semata-mata ditentukan oleh inti atom yang bersangkutan dan tidak
dipengaruhi, dipercepat atau diperlambat dengan mengubah kondisi di luar inti atom
seperti suhu, tekanan, bentuk senyawa kimia dan sebagainya.
Peluruhan zat radioaktif merupakan kejadian yang bersifat acak (random).
Walaupun demikian apabila jumlah atom radioaktif sangat besar, maka peristiwanya
dapat diterangkan secara statistik. Misalkan N adalah jumlah inti yang terdapat pada
suatu saat tertentu t. Perubahan N persatuan waktu dN/dt sebanding dengan jumlah inti
yang ada pada saat itu. Persamaannya dapat dituliskan sebagai
𝑁𝑡 = 𝑁0 𝑒 −𝜆𝑡 dan
𝐴𝑡 = 𝐴0 𝑒 −𝜆𝑡
Dengan 𝜆 adalah tetapan peluruhan, 𝑁𝑡 adalah jumlah inti zat radioaktif setelah waktu
𝑡, 𝑁0 adalah jumlah inti zat radioaktif mula-mula, 𝐴 adalah aktivitas laju peluruhan, 𝐴𝑡
adalah aktivitas zat radioaktif setelah waktu 𝑡 dan 𝐴0 adalah aktivitas zat radioaktif
mula-mula. (Dwijananti, dkk, 2009).

4
Radioaktivitas adalah gejala perubahan keadaan inti atom seeara spontan yang
disertai radiasi berupa zarah atau gelombang elektromagnetik. Kandungan
radionuklida dalam cuplikan lingkungan berasal dari dua sumber radiasi antara lain
sumber radiasi alam dan sumber radiasi buatan (Susetyo dalam Nuranini, dkk, 2007).
Menurut Sukarna, dkk (2014), beberapa jenis sinar radioaktif beserta sifat-
sifatnya yaitu sebagai berikut:
1. Sinar Alfa (α)
a. Sinar radioaktif yang termudah diserap oleh materi serta dapat dihentikan oleh
selembar kertas.
b. Dapat dibelokkan, baik oleh medan magnet maupun medan listrik.
c. Merupakan ion helium yaitu atom helium yang bermuatan positif (He2+).
d. Kecepatannya sekitar 2 ×109 cm/det.
2. Sinar Beta (β)
a. Dihentikan oleh 1000 kali lebih banyak kertas yang sama dengan kertas untuk
menghentikan sinar α.
b. Sinar ini dibelokkan lebih mudah oleh medan magnetik daripada partikel α dan
dengan arah belokan berlawanan. Sinar β mempunyai muatan listrik negatif.
c. Sinar ini diidentifikasi sebagai elektron yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
3. Sinar Gamma (γ)
a. Daya tembusnya lebih besar daripada partikel β. Sinar γ hanya dapat ditahan
oleh timbal yang tebalnya beberapa cm.
b. Sinar γ adalah radiasi elektromagnetik yang sama dengan sinar-X, cahaya biasa,
dan gelombang radio, hanya panjang gelombangnya sangat pendek. Oleh
karena itu, foton sinar γ mempunyai energi sangat tinggi, biasanya antara
beberapa kilo elektron volt (keV) dan beberapa milion elektron volt (MeV).
2.3 Reaksi Inti Atom atau Reaksi Nuklir
Reaksi inti adalah proses perubahan suatu inti atom menjadi inti atom lainnya
akibat tumbukan dengan partikel lain atau berlangsung dengan sendirinya. Reaksi inti
terjadi ketika inti atom ditembak atau ditumbuk dengan partikel yang memiliki energi

5
tinggi. Tumbukan antara inti atom dengan partikel penembak akan mengakibatkan
terbentuknya inti baru yang berbeda dengan inti asal.
2.3.1 Reaksi Fisi
Pada proses fisi, sebuah inti berat seperti uranium terbelah menjadi dua inti
yang lebih ringan. Karena energi ikat inti ringan adalah sekitar 1 MeV per nukleon
lebih kuat daripada inti berat, maka dalam tiap proses fisi terjadi pengubahan energi
sekitar 200 MeV (200 nukleon × 1 MeV per nukleon) (Krane, 2008).
2.3.2 Reaksi Fusi
Pada reaksi fusi, dua inti ringan bergabung membentuk sebuah inti yang lebih
berat. Energi yang dibebaskan dalam proses ini adalah kelebihan energi ikat inti berat
dibandingkan terrhadap kedua inti ringan. Nilai energinya adalah 4,0 MeV, jadi reaksi
inti ini membebaskan energi sekitar 1 MeV per nukleon, kurang lebih sama seperti
reaksi fisi (Krane, 2008).
2.4 Penerapan Fisika Inti dalam Bidang Peternakan
Keuntungan penggunaan teknik nuklir dalam litbang peternakan yaitu
kepekaan deteksi tinggi, akurat, efektif, efisien, aman, dan ekonomis. Dalam bidang
peternakan, seperti bidang lainnya, pemanfaatan teknik nuklir dilakukan baik dengan
menggunakan radioisotop sebagai perunut maupun energi radiasinya.
Teknik perunutan adalah proses pemanfaatan senyawa yang telah ditandai
dengan isotop stabil atau radioisotop untuk menjadi bagian dari sistem biologik
sehingga dapat diketahui mekanisme yang terjadi atau diperoleh suatu hasil
pengukuran. Isotop stabil yang umum digunakan adalah N-15, Cr-52, dan C-13,
sedangkan radioisotopnya antara lain adalah C-14, Ca-45, P-32, I-125, I- 131, dan H-
3. Prinsip teknik perunutan dengan isotop stabil adalah sifat kimia spesifik dari unsur
yang digunakan dengan berat molekul yang berbeda dan diukur dengan alat Mass
Atomic Spectrophotometer, X-ray flourescene (XRF), dan Neutron Atomic Absorbtion
(NAA). Prinsip teknik perunutan dengan radioisotop adalah paparan radiasi dari unsur
radioaktif yang digunakan yang diukur antara lain dengan alat Liquid Scintilation
Counter (LSC), Gamma Counter dan HPGe.

6
Pemanfaatan teknik nuklir untuk peruntuan dapat dilakuan secara in vivo untuk
mengetahui proses biologi yang terjadi di dalam tubuh hewan ternak dan in vitro untuk
memperoleh informasi tentang proses biologi yang dilakukan di luar tubuh hewan yaitu
di laboratorium. Beberapa isotop dan radioisotop yang umum digunakan dalam litbang
peternakan ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 2.1. Isotop dan kegunaannya
Unsur Pemanfaatan
Isotop Stabil
N-15 Penentuan siklus protein dalam tubuh (in vivo)
Cr-52 Prediksi volume rumen dan laju pencernaan (in vivo)
C-13 Pengukuran dinamika populasi mikroba dalam rumen (in vitro)
Radioisotop
I-131 Litbang endokrinologi terutama T3/T4 (RIA) secara in vivo
H-3 Penentuan volume cairan dalam tubuh (in vivo)
I-125 Litbang endokrinologi terutama konsentrasi P4 (progesteron) –
RIA (in vitro)
C-14 Pengukuran pertumbuhan bakteri rumen dan juga filtrasi urin (in
vitro)
Ca-45 Pengukuran deposisi Ca pada tulang (in vitro)
P-32 Pengukuran pertumbuhan bakteri rumen (in vitro)

Pemanfaatan energi radiasi di bidang peternakan antara lain untuk melemahkan


patogenisitas penyakit seperti bakteri, virus, dan cacing dengan menghasilkan
radiovaksin, reagen diagnostik, dan pengawetan (Alatas, dkk, 2015).
2.4.1 Peningkatan Produksi Ternak
Meningkatnya produksi ternak antara lain berkaitan dengan kecepatan
pertumbuhan ternak. Menurut Morrison (1971) dan Anggorodi (1979), kecepatan
pertumbuhan ternak selain dipengaruhi oleh sifat genetis dan faktor perkawinan, juga
sangat ditentukan oleh pemberian pakan yang memadai dan faktor kesehatan yang
baik.

7
1. Perbaikan Kualitas Pakan
Kualitas pakan yang baik merupakan faktor penting untuk menunjang
peningkatan produksi ternak. Kualitas pakan yang baik antara lain ditandai dengan
tepatnya komposisi ransum, sehingga dapat menyediakan kebutuhan nutrient bagi
ternak serta dapat mendukung pertumbuhan, perkembangan dan kegiatan mikroba
yang efisien di dalam rumen ternak.
Penelitian menggunakan radiasi pengion untuk mengetahui komposisi ransum
ternak yang tepat telah dilakukan dengan menggunakan perunut radioaktif P-32, S-35,
dan C-14 dan menghasilkan produk pakan yang disebut Molasse Blok. Selanjutnya
hasil pengujian laboratorium menunjukkan bahwa formulasi suplemen pakan Molasse
Blok dapat menaikkan pertumbuhan mikroba rumen, sehingga menyebabkan
meningkatnya kualitas pakan. Hasil uji lapang membuktikan bahwa pemberian
suplemen pakan Molasse Blok mampu menaikkan produksi susu sekitar 2,4 L/hari dan
produksi daging sapi unggul sekitar 0,58-2,85 kg/hari.
Iradiasi sinar gamma terbukti dapat pula memperbaiki kualitas pakan ayam
yang ditandai dengan pertumbuhan bobot ayam sangat nyata bila diberi biji-bijian yang
diradiasi. Selanjutnya dijelaskan bahwa akibat iradiasi terjadi depolimerisasi senyawa
pentosan terlarut di dalam biji rye dan depolimerisasi senyawa beta-glucan di dalam
biji barley. Senyawa polimer karbohidat tersebut memberikan kondisi kekentalan
tertentu yang sesuai dengan penyerapan nutrisi di dalam usus ayam. Dalam hal absorpsi
nutrisi, senyawa lemak ternyata lebih baik dibanding senyawa nutrisi yang lain.
Adapun perbaikan nilai nutrisi biji-bijian lain yang diradiasi diduga mempunyai
mekanisme yang serupa dengan biji rye dan barley tersebut.
Di dalam pakan unggas pada umumnya terdapat berbagai macam
mikroorganisme, baik patogen maupun non-patogen yang dapat merugikan bagi
ungags yang mengkonsumsinya. Biji-bijian berjemur berpengaruh negatif terhadap
keragaan unggas. Iradiasi dengan dosis sekitar 10-40 kGy dapat mematikan
Salmonella, Enterobacteria, jamur-jamur, dan insekta di dalam pakan unggas. Dosis
yang diperlukan untuk mengendalikan pertumbuhan jamur sebenarnya hanya sekitar 5-
10 kGy (Legowo, & Atmomarsono, 1998).

8
Menurut Alatas, dkk (2015), terdapat pula kegiatan di BATAN yang terkait
nutrisi ternak yang fokus pada nutrisi untuk ternak ruminansia dan ikan. Dalam hal
ini, teknik nuklir yang digunakan yaitu radiasi pengion, perunut radioisotop serta
beberapa analisis unsur berdasarkan emisi radiasi. Bahan pakan yang digunakan
diutamakan bahan lokal daerah tertentu sesuai dengan daerah dimana pakan tersebut
akan digunakan. Disamping itu bahan pakan yang dipilih dipastikan tidak bersaing
dengan kebutuhan manusia. Penelitian dengan teknik perunut, dilakukan secara in-
vitro untuk mengetahui produksi biomassa mikroba di dalam rumen setelah diberikan
pakan yang diuji. Semakin tinggi produksi biomassa mikroba, maka kualitas pakan
semakin baik. Radioisotop yang digunakan sebagai perunut adalah P-32, S-35 dan N-
15.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan pakan yaitu lumpur (sludge) kelapa
sawit, limbah pembuatan kecap, bungkil kedelai, tepung ikan, menir, dedak, dan
vitamin, sedangkan hormon metiltestosteron (MT) digunakan untuk menjantankan
anak ikan (sex reversal). Penentuan konsentrasi hormon testosteron dilakukan
menggunakan teknik Radioimmunoassay (RIA) dengan perunut I-125. Semua kegiatan
penelitian dengan perunut radioisotop dilakukan secara in-vitro, untuk mencegah
kontaminasi radioisotop kepada ternak atau hewan.
Radiasi pengion juga dapat digunakan untuk dekontaminasi bahan pakan.
Selain itu, analisis kandungan mineral pakan yang diuji dilakukan dengan teknik nuklir,
yaitu analisis pengaktifan neutron (APN) atau spektrofotometer sinar-X (X-Rays
Spectrophotometer). Keuntungan penggunaan teknik nuklir ini adalah dapat
melakukan analisis beberapa jenis mineral sekali running sehingga efisien, dan dapat
mendeteksi kandungan mineral yang rendah dan lebih hemat biaya.
Hasil-hasil yang telah dicapai yaitu:
a. UMMB (Urea Molasses Multinutrient Block)
Menurut Syam, dkk (2016), UMMB merupakan salah satu jenis pakan
tambahan yang biasanya tersusun dari berbagai macam bahan pakan, baik bahan
pakan sumber protein dan NPN, bahan pakan sumber energi, bahan pakan sumber

9
vitamin serta mineral. UMMB membantu pembentuk asam amino yang dibutuhkan
oleh sapi, meningkatkan palatabilitas dan kecernaan pakan

Gambar 2.1. Proses pembuatan pakan UMMB

Gambar 2.2. UMMB hasil penelitian PATIR-BATAN


Beberapa manfaat yang didapat dari UMMB adalah:
1) Mengurangi defisiensi unsur mikro baik mineral, vitamin, asam amino maupun
protein by-pass.
2) Meningkatkan efisiensi pencernaan pakan dalam lambung ternak ruminansia.
3) Meningkatkan produksi dan perbaikan kinerja reproduksi.
4) Memperbaiki nilai gizi pakan.

10
Pada dasarnya UMMB merupakan campuran bahan dengan komponen-
komponennya yang mempunyai fungsi spesifik masing-masing. Bila komponen-
komponen tersebut diberikan kepada ternak ruminansia secara bersama-sama
dalam bentuk blok, dapat mengoptimalkan peranan mikroba rumen dalam
penggunaan pakan bagi ternak. Komponen dengan masing-masing fungsinya
adalah sebagai berikut:
1) Urea, berfungsi sebagai sumber nitrogen bagi mikrobia rumen.
2) Molasses, atau tetes, berfungsi sebagai sumber karbohidrat bagi mikrobia.
3) Multinutrient, adalah aneka nutrien yang diperlukan oleh ternak mengingat
jumlahnya tidak mencukupi bila hanya diandalkan pada bahan pakan yang ada.
Kecuali itu, untuk membentuk blok yang cukup padat diperlukan bahan lain
misalnya dedak (Santosa, dkk, 2000).
UMMB adalah pakan suplemen yang berbentuk blok keras dan agak manis,
terdiri dari gabungan beberapa jenis bahan pakan sebagai sumber energi, molasses,
protein, vitamin dan mineral. UMMB ini merupakan suplemen pakan (SP) untuk
ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing, domba dan lainnya. Ciri khas
ternak ruminansia adalah adanya rumen yang merupakan ekosistem mikroba yang
berperan dalam penguraian bahan pakan sebagai sumber protein bagi ternak
(Alatas, dkk, 2015).
Pemberian SP bertujuan untuk meningkatkan konsumsi pakan pada kondisi
pemeliharaan tradisional. Kandungan protein kasar UMMB sekitar 18 – 21%.
UMMB mampu memberikan pertambahan bobot badan sampai 0,8 kg/ekor/hari
pada sapi peranakan Ongol (PO), 1 kg/ekor/hari pada sapi peranakan Frision
Holstein (FH), dan sampai 0,5 kg/ekor/hari pada sapi Bali. UMMB juga mampu
meningkatkan produksi susu dari sebelumnya sampai 2 liter/ekor/hari pada sapi
perah peranakan FH di Garut (Alatas, dkk, 2015).
Pemberian suplemen pakan seperti urea molasses multinutrient block
(UMMB) merupakan salah satu cara untuk menambahkan zat nutrisi pada ternak
untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. UMMB bisa digunakan sebagai pakan
suplemen untuk ternak ruminansia dengan kandungan urea yang tepat dalam

11
meningkatkan konsentrasi ammonia dalam rumen. Proses pembuatan UMMB lebih
sederhana dan dalam penyusunan formula bisa dilakukan manipulasi bahan pakan
yang sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya pakan setempat. Pemakaian pakan
lokal yang mengandung protein tinggi sebagai sumber protein di dalam UMMB
dapat dilakukan dan dimanfaatkan dengan baik, untuk mengurangi biaya pakan.
Untuk itu dilakukan pengujian manfaat pemakaian daun glirisidia sebagai
penyusun UMMB secara in-vitro. Penggunaan teknik in-vitro produksi gas layak
digunakan untuk mengevaluasi bahan pakan dan mengetahui kualitas suplemen
32
pakan. Pemakaian radioisotop P dilakukan untuk menandai mikroba di dalam
rumen dan mengukur produksi biomassa mikroba secara in-vitro, karena bakteri
atau protozoa mengandung unsur N, P dan S di dalam sel nya. Metoda untuk
mengukur sintesis protein atau massa mikroba dengan menggunakan radioisotop
telah lama tersedia (Firsoni, & Ansori, 2015).
b. SPM (Suplemen Pakan Multinutrien)

Gambar 2.3. SPM hasil penelitian PATIR-BATAN


Suplemen pakan multinutrien adalah pakan suplemen yang berbentuk
tepung terdiri dari gabungan beberapa jenis bahan pakan sebagai sumber energi.
Karena terbatasnya ketersediaan molasses pada daerah tertentu maka SPM
dirancang dengan menggunakan molasses dalam jumlah kecil. Kandungan protein
kasar SPM sekitar 18 – 21% (Alatas, dkk, 2015).

12
c. Formula Stimulant Pakan Ikan (SPI)
Formula stimulant pakan ikan (SPI) memanfaatkan sludge kelapa sawit sebagai
sumber protein utama dan ditambahkan 2% hormon metil testosteron (Alatas, dkk,
2015).
d. Hormon Metil Testosteron
Hormon metil testosteron adalah hormon yang dimanfaatkan sebagai campuran
pakan ikan, berguna untuk menjantankan anak ikan (sex reversal) (Alatas, dkk,
2015).
2. Pengendalian Penyakit Ternak
Untuk dapat berproduksi optimal, ternak harus bebas dari berbagai macam
penyakit yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan ternak. Sinar
radioaktif dapat digunakan untuk pengendalian penyakit pada ternak. Hal ini
dibuktikan pada pada paparan berikut ini.
Penyakit ternak yang diakibatkan beberapa mikroba patogen pada ternak dapat
dibasmi dan dikendalikan dengan metode iradiasi. Selain itu, infeksi parasit yang
disebabkan oleh cacing hati F. gigantica pada ternak dapat diturunkan patogenitasnya
dengan menggunakan vaksin dan melemahkan parasit dengan cara iradiasi. Kemudian,
ditemukan Antigen Tripanosomiasis iradiasi yang digunakan untuk deteksi dini adanya
penyakit tripanosomiasis pada sapi (Legowo, & Atmomarsono, 1998).
2.4.2 Kesehatan Ternak
Menurut Alatas, dkk (2015), dalam bidang kesehatan ternak, teknik nuklir dapat
digunakan untuk pembutan vaksin yang di radiasi yang dikenal dengan nama
radiovaksin. Vaksin adalah suspensi mikroorganisme yang dapat menimbulkan
penyakit tetapi telah dimodifikasi dengan cara mematikan atau menatenuasi sehingga
tidak akan menimbulkan penyakit dan dapat merangsang pembentukan
kekebalan/antibodi dalam tubuh bila diinokulasikan. Keunggulan pembuatan vaksin
dengan radiasi dibandingkan dengan cara konvensional adalah proses pembuatan
vaksin yang lebih cepat dengan mempersingkat waktu pasasel, tanpa mempengaruhi
kualitas vaksin yang dihasilkan. Vaksin yang dikenal saat ini dapat dikelompokkan ke

13
dalam tiga kelompok yaitu, vaksin hidup (live vaccine), vaksin dimatikan (killed
vaccine) dan vaksin sub unit.
Vaksin radiasi yang sedang dikembangkan termasuk jenis vaksin hidup, dengan
melemahkan bakteri atau parasit menggunakan iradiasi. Pembuatan vaksin dengan cara
melemahkan organisme penyebab infeksi untuk memperoleh strain yang virulensinya
sangat berkurang telah diakui keampuhannya. Secara konvensional atenuasi vaksin
(penurunan patogenitas) dilakukan secara kimiawi dan fisika misalnya dengan
melakukan adaptasi temperatur, menurunkan patogenitas E. tenella isolat lokal dengan
seleksi precocious, untuk membandingkan patogenitas E.tenella isolat lokal tanpa
seleksi (galur tetua) dan dengan seleksi precocious (galur precocious).
Sumber radiasi yang digunakan untuk pembuatan radiovaksin adalah sinar
gamma yang digunakan untuk menurunkan infektivitas, virulensi dan patogenitas agen
penyakit tetapi tetap mampu merangsang timbulnya kekebalan pada tubuh terhadap
infeksi penyakit. Penelitian yang dilakukan saat ini adalah pengembangan vaksin
terhadap penyakit ternak seperti Brucellosis dan Mastitis, dan terhadap penyakit ternak
yang berasal dari mikroorganisme dan cacing seperti Coccidiosis, Fasciolosis, dan
Haemonchosis.
Salah satu radiovaksin yang telah diproduksi adalah vaksin koksivet untuk
penyakit koksidiosis yaitu penyakit yang disebabkan oleh protozoa Emeria sp. dalam
usus yang mengakibatkan berak darah. Tahapan proses pembuatan radiovaksin diawali
dengan pemberian radiasi gamma dengan dosis 125 Gy pada ookista generasi I yang
kemudian diinokulasikan kedalam tubuh ayam untuk memperoleh ookista generasi II
dengan tingkat infektivitas dan patogenitas yang rendah. Selanjutnya ookista generasi
II inilah yang dijadikan vaksin yang siap untuk diinokulasikan ke dalam tubuh ayam
umur 7 – 10 hari untuk memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut.

14
Gambar 2.4. Proses pembuatan vaksin koksivet
Menurut Legowo, & Atmomarsono (1998), metode iradiasi juga dapat
diaplikasikan untuk rekayasa hormon pertumbuhan pada ternak. Diharapkan hasilnya
dapat memacu pertumbuhan yang optimal dari ternak.
Peranan iradiasi untuk optimalisasi kerja hormon-hormon steroid pada ternak.
Hormon-hormon steroid dapat berikatan dengan reseptor protein yang spesifik di
dalam sitoplasma. Komplek reseptor protein-protein ini kemudian memasuki inti dan
akan berikatan dengan reseptor pada DNA. Ikatan ini mempengaruhi gen dan
membentuk lebih banyak m-RNA yang relevan dan berakibat meningkatnya
pembentukan molekul protein spesifik yang mempunyai aktivitas enzimatik. Pada
proses ini unsur radioaktif dapat dipakai untuk menentukan sel tujuan (target cell) dari
hormon steroid yang telah diberikan kepada subjek yang akan diperiksa dan kemudian
mengadakan analisis reseptor. Dengan cara demikian tidak saja sel-sel targetnya dapat
diketahui, tetapi juga intensitas kerja hormon steroid pada sel-sel tertentu dapat
dikontrol.
Vaksin koksivet iradiasi (polyvalent) telah diproduksi dan dikembangkan atas
hasil kerjasama BATAN, PUSVETMA Surabaya, dan IPB Bogor. Vaksin tersebut
merupakan vaksin yang terdiri dari knam galur koksidia yaitu Etmeria tenela Sekum,
Eimera necatrix, Eimera mitis, dan Eimera prenox.

15
2.4.3 Reproduksi Ternak
Salah satu aplikasi teknik nuklir dalam bidang reproduksi ternak yaitu
penggunaan teknik RIA (Radioimmunoassay). Teknik Radioimmunoassay (RIA)
merupakan teknik analisis yang didasarkan pada prinsip imunologi yang menggunakan
perunut radioaktif. Teknik ini spesifik karena didasarkan pada reaksi imunologi antara
antigen dan antibodi tertentu saja. Oleh karena teknik RIA ini sangat khas maka zat-
zat yang ada dalam cuplikan dapat langsung dianalisis tanpa perlu dipisahkan dari
matriks yang kompleks. Penggunaan zat radioaktif menyebabkan teknik ini sangat
peka, karena radioaktivitas perunut dapat diukur dengan peralatan yang sangat peka.
Disamping itu teknik RIA juga dapat digunakan untuk menentukan kandungan hormon
berkaitan dengan kesuburan hewan ternak serta cemaran mycotoxin di dalam pangan.
Metode ini juga memberi keuntungan yaitu waktu analisis pendek, jumlah cuplikan
kecil, jenis pereaksi sedikit dan menghindarkan kehilangan analit dalam proses analisis
(Maiyesni, dkk, 2016).
Menurut Alatas, dkk (2015), teknik RIA (Radioimmunoasssay) progesteron
dapat menginterpretasikan gambaran fungsi faali reproduksi ternak dengan melihat
profil hormon progesteron, sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan
reproduksi pada ternak yang kinerja reproduksinya rendah. Penggunaan kit RIA
progesteron dapat mengetahui potensi kembar dengan cara memantau tingkat
konsentrasi hormon P4 pada fase luteal (11 hari setelah ovulasi).
Dibandingkan dengan pemantauan visual, pemantauan dengan teknik RIA
progesteron terhadap tenggang waktu antara kelahiran hingga pelaksanaan IB
(inseminasi buatan) pertama post partum, dan ternak berhasil bunting menunjukkan
hasil yang lebih baik yaitu 96,7 ± 13,6 vs 136,1 ± 6,9 hari. Data pemantauan dari
aplikasi teknik RIA P4 dapat di manfaatkan dalam tindakan antisipasif, seperti afkir
atau penggantian ternak, sehingga penampilan reproduksi ternak dapat terjaga dengan
baik.

16
Gambar 2.5. Vaksin Koksivet, Vaksin Radiasi Fasciolosis, dan Teknologi
Radioimunoassay (RIA) Progesteron (P4)
Tabel 2.2. Hasil-hasil yang telah dicapai terkait kesehatan dan reproduksi ternak
Litbang Tujuan Keterangan
Vaksin koksivet Untuk mencegah Vaksin sudah di produksi oleh
penyakit berak darah PUSVETMA Surabaya
(koksidiosis) pada anak Dosis radiasi 125 Gy
ayam
Vaksin radiasi Untuk mencegah • Dibuat dari bibit Fasciola
Fasciolosis penyakit fasciolosis gigantica strain lokal
(cacing hati) pada ternak • Tidak timbul efek samping dan
ruminansia tidak toksik
• Dosis radiasi 45 Gy
Dalam proses mencari mitra
untuk produksi secara komersial
Teknologi • Deteksi pubertas ternak Kit RIA P4 diproduksi oleh
Radioimunoassay • Deteksi gejala birahi PRR – BATAN
(RIA) • Diagnosa kebuntingan
Progesteron (P4) dini
• Mendukung program
inseminasi buatan
• Diagnosa kelainan
reproduksi ternak

2.5 Pentingnya Iradiasi pada Pakan Ternak


Iradiasi telah digunakan sebagai salah satu metode pengawetan bahan makanan,
termasuk bahan makanan untuk ternak dan ikan. Proses pengawetan didasarkan pada
kemampuan sinar gamma untuk membunuh berbagai mikroba pembusuk dan patogen.
Perlu atau tidaknya perlakuan iradiasi untuk bahan makanan dapat dipertimbangkan
berdasarkan beberapa hal sebagai berikut:

17
1. Pengaruh perlakuan iradiasi terhadap nilai nutrisi makanan.
2. Kemungkinan terbentuknya senyawa racun di dalam makanan akibat iradiasi.
3. Kemungkinan terbentuknya senyawa karsinogenik di dalam makanan akibat
iradiasi.
4. Kemungkinan adanya induksi radioaktifitas pada makanan.
Apabila teknis iradiasi baik dan dengan dosis tepat, maka disamping
kemungkinan negatif di atas dapat dihindari, akan diperoleh hasil yang menarik.
Diantara penelitian yang telah dilakukan, salah satuya membuktikan bahwa daging
unggas yang diiradiasi dengan dosis 2-6 kGy mempunyai daya simpan lebih lama
dibandingkan dengan daging tanpa iradiasi. Penyimpanan daging unggas yang
diiradiasi tersebut pada suhu 5-10ºC selama 1 minggu hamper tidak mengalami
perubahan pH (7,04) dan tekstur, serta nilai TVBN dan jumlah mikroba.
Selain itu, dosis iradiasi sinar gamma yang secara efektif dapat mematikan
beberapa jenis mikroba, khususnya bakteri-bakteri patogen. Di samping bakteri
patogen, adanya kista cacing pita dan berbagai parasit yang lain kemungkinan dapat
mencemari daging segar atau daging kurang masak. Cemaran semacam ini dapat
diatasi dengan iradiasi menggunakan dosis 0,4-1 kGy, yang ternyata tidak banyak
berpengaruh terhadap cita rasa dagingnya.
Tabel 2.3. Dosis radiasi untuk berbagai bakteri patogen pada daging segar
Jenis Bakteri Dosis Radiasi (kGy)
Listeria 0,40 – 0,60
Salmonella 0,40 – 0,50
E. coli 0157: H7 0,25 – 0,35
Campylobacter 0,14 – 0,32
Yersinia 0,14 – 0,21
Aeromonas 0,14 – 0,19

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dinamika masyarakat sekarang menganggap bahwa teknologi nuklir adalah
teknologi yang sangat ditakuti. Namun, pada dasarnya bila kita dapat memanfaatkan
segala potensi yang ada, teknologi nuklir dapat sangat membantu dan bermanfaat
bagi kehidupan manusia khususnya dalam bidang peternakan.
Meningkatnya produksi ternak sangat ditentukan oleh pemberian pakan yang
memadai dan faktor kesehatan yang baik. Kualitas pakan yang baik merupakan faktor
penting untuk menunjang peningkatan produksi ternak. Kualitas pakan yang baik
antara lain ditandai dengan tepatnya komposisi ransum, sehingga dapat menyediakan
kebutuhan nutrient bagi ternak serta dapat mendukung pertumbuhan, perkembangan
dan kegiatan mikroba yang efisien di dalam rumen ternak.Iradiasi sinar gamma
terbukti dapat pula memperbaiki kualitas pakan ayam yang ditandai dengan
pertumbuhan bobot ayam sangat nyata bila diberi biji-bijian yang diradiasi.
Hasil dari upaya perbaikan kualitas pakan ternak yaitu adanya Urea Molasses
Multinutrient Block (UMMB) digunakan untuk pembuatan pakan bernutri dan penuh
gizi sehingga dapat meningkatkan bobot pada hewan ternak ruminansia.
Dalam hal pegendalian kesehatan ternak ditemukan radiovaksin digunakan
untuk menyembuhkan penyakit koksidiosis pada ayam, penyakit cacing pada hewan
ternak dan penyakit tidur pada ternak. Selain itu, juga ditemukan Antigen
Tripanosomiasis iradiasi yang digunakan untuk deteksi dini adanya penyakit
tripanosomiasis pada sapi.
Sedangkan Teknik Radioimmunoassay (RIA) merupakan teknik analisis yang
didasarkan pada prinsip imunologi yang menggunakan perunut radioaktif.
Radioimmunoassay (RIA) digunakan untuk membantu peningkatan reproduksi
hewan ternak ruminansia.

19
3.2 Saran
Dengan banyaknya manfaat yang diperoleh, maka perlu untuk dipelajari
bagaimana penerapan atau peranan fisika inti dalam bidang peternakan agar mahasiswa
dapat menngembangkan lagi ilmu pengetahuan khususnya pada materi Fisika Inti (zat
radioaktif dan radiasi nuklir) sehingga dapat membantu memberikan konstribusi
maksimal pada perkembangan teknologi dan masyarakat kedepannya.

20
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Z., Hidayati, S., dkk. (2015). Buku Pintar Nuklir. Serpong: Badan Tenaga
Nuklir Nasional.
Dwijananti, P., Yulianti, D., & Mashudi. (2009). Modifikasi Kamera Obscura Sebagai
Detektor Radiasi Pengion untuk Alat Pembelajaran Fisika di SMA. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia. 5, 124-128.
Firsoni, & Ansori, D. (2015). Manfaat Urea Molasses Multinutrien Blok (UMMB)
yang Mengandung Tepung Daun Glirisidia (Gliricidia sepium) secara In-vitro.
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi. 11(2), 161-170.
Krane, K. (2008). Fisika Modern. Jakarta: UI.
Legowo, A. M., & Atmomarsono, U. (1998). Iradiasi untuk Peningkatan Produksi dan
Pasca Panen Hasil Ternak. Sainteks. V(2), 61-67.
125
Maiyesni, Mujinah, dkk. (2016). Penentuan Profil Elusi I Sebagai Perunut untuk
Tujuan Radioimmunoassay (RIA). Jurnal Sains Dan Teknologi Nuklir
Indonesia. 17(2) 59-70.
Nuraini, E., Sunardi, & Irianto, B. (2007). Analisis Radioaktivitas Gross α, β, dan
Identifikasi Radionuklida Pemancar γ dari Air dan Sedimen Sungai Code
Yogyakarta. Pustek Akselerator dan Proses Bahan – BATAN. ISSN 0216 –
3128.
Santosa, E. (2018). Fisika Inti dan Radioaktivitas. Jakarta: Kemenristekdikti.
Santosa, K. A., Agus, A., dkk. (2000). Dampak Sosial Ekonomi Pemanfaatan
Teknologi Urea Molasses Multinutrient Block di Kabupaten Blora, Jawa
Tengah. Buletin Peternakan. 24(4), 176-184.
Sukarna, I. M., Latif, A., dkk. (2014). Radiokimia: Penemuan Keradioaktifan dan
Kestabilan Inti. Jakarta: UT.
Syam, J., Tolleng, A. L., & Umar. (2016). Pengaruh Pemberian Pakan Konsentrat dan
Urea Molases Blok (UMB) terhadap Hematokrit Sapi Potong. Jurnal Ilmu Dan
Industri Perternakan. 2(3), 1-6.

21

Anda mungkin juga menyukai