BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi merupakan sutu kebutuhan yang tak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Dari tahun ke tahun, kebutuhan akan energi semakin
meningkat. Sementara itu, energi yang dipergunakan pada masa ini masih
banyak berasal dari fosil yang tak bisa diperbaharui dan bisa jadi suatu saat
akan habis ketersediaannya. Untuk itu , diperlukan pengembangan sumber
sumber energi yang ketersediaannya melimpah dan dapat diperbaharui
sebagai energi alternatif. Melihat kondisi geografis Indonesia yang berada
pada daerah tropis, tentu indonesia berpeluang untuk mengembangkan
sumber energi yang berasal dari matahari (energi surya).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini ialah :
1. Menghasilkan prototype Dye Sensitized Solar-cell (DSSC) skala
laboratorium yang dapat mengkonversikan energi surya menjadi energi
listrik.
2. Mempelajari hubungan antara luas permukan pasta TiO2 terhadap
tegangan yang dihasilkan oleh DSSC
3. Mempelajari hubungan antara konsentrasi dye terhadap tegangan yang
keluarkan oleh DSSC
4. Mengetahui kemampuan absorbansi dye dari daun suji
C. Rumusan Masalah
Pada penelitian kali ini , akan dilakukan pembuatan prototype sel srya
jenis Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC) dengan menggunakan material yang
mudah diperoleh dan teknik fabrikasi tidak serumit pembuatan sel surya
berbasis silikon.
D. Batasan Masalah
Beberapa batasan perlu diberikan agar permasalahan yang akan dibahas
menjadi terarah. Batasan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan prototype Dye-sensitized Solar Cell menggunakan
semikonduktor nano partikel Titania.
2. Parameter yang akan dikaji yaitu pengaruh luas permukaan pasta TiO2
dan konsenrai dye terhadap tegangan yag dikeluarkan oleh sel surya
E. Hipotesis
Kulit buah manggis dan kulit buah naga merah mengandung antosianin
yang dapat digunakan sebagai dye pada DSSC sebagai sensitizer alami yang
mudah didapatkan dari lingkungan sekitar.
Pada Dye-Sensitized Solar Cell, tegangan yang dihasilkan oleh
perangkat DSSC dipengaruhi oleh luas permukaan pasta TiO2 dan
konsentrasi dye tersebut. Dimana semakin luas permukaan pasta TiO2, akan
menghasilkan keluaran DSSC yang besar dan semakin tiggi konsentrasi dari
dye itu sendiri, makan akan semakin besar pula tegangan yang dhasilkan
DSSC itu sendiri.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mempelajari pembuatan DSSC sebagai salah satu sarana alternatif
dalam pemanfaatan energi matahari sebagai energi terbarukan .
b. Menghasilkan sel surya dengan memanfaatkan bahan bahan organik
yang mudah dari lingkungan sekitar .
c. Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Energi Matahari
Energi matahari yang sampai ke bumi dalam bentuk paket paket energi
yang disebut foton. Dalam kaitannya dengan sel surya yaitu perangkat
pengkonversi radiasi matahari menjadi listrik, terdapat dua parameter penting
dalam energi surya yaitu intensitas radiasi dan jumlah daya matahari yang
datang kepada luas permukaan per luas area dan karakteristik spektrum
cahaya matahari. Parameter penting yang berkaitan dengan sel surya sebagai
perangkat pengkonversi antara lain intensitas radiasi, yaitu jumlah daya
matahari yang mengenai permukaan per luasan dan karakteristik spektrum
cahaya matahari. Intensitas radiasi matahari diluar atmosfer disebut konstanta
surya. Setelah disaring oleh atmosfer bumi, beberapa spektrum cahaya hilang,
dan intensitasnya menjadi sekitar 1000W/m2. Nilai ini adalah tipikal
intensitas radiasi pada keadaan permukaan tegak lurus sinar matahari dan
pada keadaan cerah.
B. Sel Surya
Sel surya adalah suatu perangkat yang memiliki kemampuan mengubah
energi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan menerapkan prinsip
Photovoltaic (PV). Photovoltaic merupakan bidang penelitian dan teknologi
yang berhubungan dengan pengembangan sel surya yang menggunakan solar
energi. Sel surya dirangcang khusus untuk menangkap energi matahari
sedangkan Photovoltaic cell menggunakan sumber energi yang tidak hanya
berasal dari matahari. Sistem photovoltaic bekerja dengan prinsip efek
photofoltaic. Efek photofolaic pertamakali ditemukan oleh Henri Becquerel
pada tahun 1839. Efek photofoltaic merupakan peristiwa dimana suatu sel
photofoltaic dapat menyerap energi cahaya dan merubahnya menjadi energi
listrik. Efek photofoltaic didefinisikan sebagai suatu peristiwa munculnya
beda potensial akibat kontak dua elektroda yang dihubungkan sistem padatan
atau cairan saat disinari cahaya (Tiwari dan Dubey, 2010).
Dye sensitized solar cell teriri dari sepasang substrat kaca berlapis
bahan TCO ( Transparent Conducting Oxide ) yang saling berhadapan. Kaca
tersebut berperan sebagai electroda dan counter electroda dan dipisahkan
olekh elektrolit redoks yang kemudian disusun dengan struktur sandwich,
seperti yang dilihatkan pada gambar 1. Pasangan redoks yang sering kali di
gunakan yaitu I- / I3- (iodide/triiodide). Pada TCO, counter electroda berupa
lapisan karbon untuk mempercepat reaksi redoks. Sedangkan pada elektroda
dideposisikan lapisan nanokristal berpori sebagai fotoanoda, serta
disensitisasi dye antosianin sebagai fotosensitizer.
(Anggraini, Laila.2009)
(Anggraini, Laila.2009)
Gambar 2. Prinsip Kerja DSSC
i. Energi foton diserap oleh dye (D) yang melekat pada permukaan
partikel TiO2 sehingga electron berpindah dari level energi terendah
(HOMO) menuju level energi tertinggi(LUMO). Sehingga elektron
dari dye dapat tereksitasi (D*).
D + cahaya → D* (2.1)
ii. Pada keadaan tereksitasi (D*) , dye menginjeksi elektron menuju pita
konduksi (conducting band/CB) semi konduktor TiO2. Kemudian
elektron tersebut melewati TiO2 menuju elektroda TCO dan
selanjutnya elektron mengalir menuju elektroda lawan (counter
electroda) melalui rangkaian eksternal. Molekul dye yang ditinggalkan
kemudian dalam keadaan teroksidasi(D+).
D* + TiO2 → e-(TiO2) + D+ (2.2)
iii. Selanjutnya elektron masuk kembali kedalam sel dan mereduksi (i+)
yang ada pada elektrolit. Setelah itu dye teroksidasi (D+) menerima
elektron dari (I3-) dan teregenersi kembali menjadi (D).
D+ + e-(TiO2) → D + TiO2
2. Karakteristik TiO2
Performa dari kemampuan suatuDSC dalam mengkonversi energi cahaya
menjadienergilistrik sangat ditentukan oleh layer oksida semikonduktor yang
digunakan. salah satu semikonduktor yang umum digunakan yaitu TiO2.
Dalam bidang energi dan lingkungan, banyak penelitian telah dilakukan
pada karakteristik TiO2 terutama pada aplikasi sebagai komponen utama dari
DSSC. Sintesis TiO2 mesopori pertama kali dilaporkan oleh antonelli dan
ying pada tahun 1995.
Titania (TiO2) merupakan semikonduktor fotokatalis yang bisa
dimanfaatkan untuk remediasi lingkungan, bersifat fotoaktif, bisa digunakan
dalam cahaya tampak, bersifat inert, murah, nontoxic, mudah diproduksi dan
3. Dye
Zat pewarna pada layer oksida DSSC berfungsi untuk menangkap foton
cahaya. Selanjutnya foton tersebut akan diadsorbsi kedalam nanopartikel
TiO2. Pada Gratzel Cell, zat pewarna yang umum nya digunakan dan
mencapai efisiensi paling tinggi yaitu jenis ruthenium complex mencapai 11-
12%. Namun dye jenis ini cukup sulit untuk disintesis dan berharga mahal.
Meskipun demikian, pewarna alami yang ditemukan di bunga, daun, dan
buah-buahan dapat diekstraksi dengan prosedur sederhana. Karena efisien
biaya, non-toksik, dan biodegradasi, pewarna alami telah menjadi subjek
penelitian populer. Sejauh ini, beberap apewarna alami telah dimanfaatkan
sebagai sensitizerdalam DSSC, seperti antosianin, klorofil, cyanin, dan tanin
(Zhou,et.al , 2011).
a) Buah manggis
Buah manggis merupakan buah yang mempunyai banyak
keunggulan. Bagian kulit buah manggis dapat dimanfaatkan sebagai
penghasil zat warna alami yang dapat digunakan sebagai dye pada Dye
Sensitized Solar Cell. Penampilan kulit buah manggis yang berwarna
ungu menunjukkan ada pewarna alami didalamnya. Salah satu senyawa
flavonoid yang terkandung dalam kulit buah manggis adalah antosianin.
c) Antosianin
Antosianin adalah kelompok pigmen yang berwarna merah sampai
biru yang tersebar dalam tanaman. Secara spesifik antosianin terdapat
dalam sel epidermal dari buah, akar, daun dan bunga. Antosianin
merupakan pigmen warna yang paling umum pada tumbuhan tingkat
tinggi, juga memiliki aktifitas antioksidan. antosianin bersifat larut dalam
air.
Cahaya
Antosianin tak mantap dalam larutan netral atau basa dan bahkan
dalam larutan asam warnanya dapat memudar perlahan-lahan
akibat terkena cahaya, sehingga larutan sebaikna disimpan ditempat
gelap dan suhu dingin. Secara umum diketahuibahwa cahaya
mempercepat degradasi antosianin. Efek tersebut dapat dilihat pada
jus anggur dan “red wine”.
pH
pigmen antosianin diperoleh dengan ekstraksi menggunakan air
atau alkohol yang diasamkan. Antosianin adalah indikator alami
pH. Dalam media asam , antosianin akan tampak berwarna merah
sedangkan dalam kondisi basa akan tampak berwarna biru. Eskin
(1990) menyebutkan bahwa pigmen antosianin stabil pada pH 1-3.
Pada pH 4-5, antosianin hampir tak berwarna. Kehilangan warna
ini bersifat “reversibble” dan warna merah akan kembali ketika
suasana asam.
4. Elektrolite
Elektrolite pada DSSC berfungsi untuk menyumbangkan elektron pada
pewarna yang telah mengalami eksitasi dan kehilangan elektron. DSSC
umumnga menggunakan triiodida/iodida (I3-/I-), merupakan pasangan redoks
yang terlarut dalam pelarut organik. Karakteristik ideal dari pasangan redoks
untuk elektrolite DSSC yaitu: potensial redoks nya secara termodinamika
berlangsung sesuai dengan potensial redoks dari dye untuk tegangan sel
maksimal, memiliki kestabilan yang baik dalam bentuk terduksi dan
teroksidasi dan bersifat innert terhadap komponen lain pada DSSC.
F. Kasdhasdjkasdkgasdkgasd
G. Asdahsdashdv
H. Asdvasdasvhdahd
I.