Anda di halaman 1dari 11

SINTESIS NANOPARTIKEL TIO2 (TITANIUM DIOKSIDA)

MENGGUNAKAN EKSTRAK UBI UNGU DAN BUNGA TELANG


SEBAGAI PHOTOSENSITIZER UNTUK APLIKASI SEL SURYA
TERSENSITASI DYE (DYE SENSITIZED SOLAR CELL – DSSC)
DENGAN METODE SONOKIMIA.

LOMBA ESAI NASIONAL

BIO EXPO 2020

Diusulkan Oleh :

ARI ADRIANTO (17521087)


RAFIKA DEVI ARTAMIFIA

2020
Energi adalah sumber kehidupan bagi kelangsungan makhluk hidup di bumi.
Energi tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia dan memegang peranan
penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Namun, ketersediaan energi di
dunia menjadi permasalahan besar bagi pemenuhan kebutuhan energi di masa depan.
Menurut data Dewan Energi Nasional tahun (2016) menyatakan, bahwa energi yang
dipakai secara berkelanjutan menyebabkan kurangnya persediaan sumber energi fosil,
seperti yang kita tahu bahwa pada tahun 2016 hampir 65% energi yang digerakkan
adalah berbahan dasar fosil. Sedangkan, pada tahun 2050 diperkirakan akan terjadi
peningkatan tajam 5 kali lipat dari tahun 2015. Permintaan yang terus meningkat
dalam pasokan energi telah mempercepat penipisan bahan bakar fosil. Diproyeksikan
bahwa cadangan bahan bakar fosil di seluruh dunia hanya bisa bertahan 40 tahun
untuk minyak, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu bara. Eksplorasi
sumber energi fosil secara besar-besaran mengakibatkan pengikisan dari alam yang
kedepannya akan menimbulkan dampak kerusakan alam dan terciptanya emisi gas
rumah kaca yang berdampak pada penipisan lapisan ozon di bumi. Peningkatan emisi
gas yang semakin pesat di Indonesia, akan menimbulkan dampak serius terhadap
keberlangsungan hidup kedepan. Oleh karena itu, pemerintah tengah berupaya dengan
keras untuk menekan angka emisi gas rumah kaca dengan memanfaatkan energi
terbarukan. Hal ini dilandaskan oleh dampak yang ditimbulkan kedepannya dari
pemanfaatan energi yang tidak dapat diperbaharui secara berlebihan akan
menciptakan krisis energi yang besar. Energi terbarukan merupakan energi yang tidak
dapat habis dan dapat dimanfaatkan secara terus menerus. Contoh energi terbarukan
seperti angin, air, dan matahari. Salah satu energi yang paling potensial untuk
dimanfaatkan di Indonesia adalah energi matahari. Seperti yang diketahui, bahwa
letak geografis Indonesia berada dibawah garis khatulistiwa dimana menciptakan
iklim tropis yang sangat berpotensi untuk memanfaatkan matahari sebagai sumber
energi terbarukan.
Diantara semua teknologi energi terbarukan, teknologi fotovoltaik sangat
menarik untuk di konversi langsung dengan sinar matahari menjadi energi listrik
berkualitas tinggi (Subandi dan Slamet, 2015). Namun, sel surya yang banyak
digunakan berbasis silikon yang sangat terbatas pada pasar karena tingginya biaya

1
produksi dan lingkungan. Dibandingkan dengan sel surya berbasis silikon
konvensional dengan biaya tinggi, sel surya peka warna atau dikenal dengan
fotovoltaik adalah salah satu jenis sel surya yang hemat biaya karena bahan yang
murah dan proses fabrikasi yang sederhana.

Terdapat tiga jenis sel surya antara lain: sel surya persambungan
semikonduktor p-n (solid state p-n junction), sel surya fotoelektrokimia, dan sel
surya tersensitasi dye (Dye-Sensitized Solar Cell, DSSC). Diantara tiga jenis sel
surya tersebut, DSSC dinilai berpotensi sebagai jenis sel surya generasi
mendatang, karena tidak memerlukan material dengan kemurnian tinggi sehingga
biaya prosesnya relatif lebih murah (Sabat dan Diah, 2012:81). DSSC mudah
dalam prosesnya karena bersifat tidak peka terhadap lingkungan dan dapat
diproses pada suhu sekitar. Fitur-fitur unik ini disukai dalam proses roll-to-roll
yang merupakan metode biaya rendah dengan pembuatan berkelanjutan untuk
mencetak sel surya peka-warna pada substrat fleksibel. Selain itu, metode DSSC
dinilai bekerja lebih baik bahkan pada kondisi yang lebih gelap, seperti kondisi
fajar, senja dan cuaca berawan. Kemampuan DSSC dalam memanfaatkan cahaya
membuat metode ini sangat aplikatif dalam ruangan kaca.

Pada prosesnya, Titanium Dioxide (TiO2) berperan sebagai semikonduktor.


Titanium dioksida (TiO2) umumnya banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari dalam industri pigmen, dan zat warna. TiO2 juga dipilih sebagai semikonduktor
karena bersifat inert, tidak berbahaya, murah, tahan korosi kimia, dan fotokorosi serta
memiliki karakteristik optic yang baik. Selain itu, bahan berkarbon dapat digunakan
untuk menggantikan katalis platinum yang berdampak pada pengurangan biaya
material. Luas permukaan TiO2 yang semakin besar akan lebih banyak dye yang
diabsorbsi dan arus foto yang dihasilkan menjadi lebih besar. Agar dihasilkan luas
permukaan absorbsi yang besar, maka diperlukan sintesis nanopartikel dengan cara
mereduksi ukuran partikel TiO2 kurang dari 100 nm. Perkembangan riset
nanomaterial yang semakin pesat menuntut adanya metode sederhana sekaligus biaya
produksi murah. Dari beberapa jenisnya, metode sonokimia adalah metode yang
sangat mudah diaplikasikan.

2
Ensang (2009) berhasil menggunakan metode sonokimia dengan suhu
pemanasan 500C didalam tanur. Pada penelitian ini diperoleh bahwa perlakuan
variasi daya dan waktu paparan ultrasonic pada larutan sampel memberikan pengaruh
terhadap sifat kristal TiO2 yang terbentuk. Gelombang ultrasonic yang dihasilkan saat
proses sonikasi diperkirakan memiliki kemampuan membangkitkan semacam rongga
didalam larutan yang berfungsi untuk membantu meningkatkan keseragaman ukuran
partikel TiO2 dalam skala nanometer. Kelemahan dalam memproduksi tersebut
mendorong para peneliti untuk mempertimbangkan pengembangan jenis sel surya
terbarukan yaitu Dye Sensitive Solar Cell (DSSC). Dibalik keuntungan biaya
produksinya yang murah, DSSC mempunyai beberapa kekurangan yang didapatkan
pada saat produksi adalah rendahnya nilai efisiensi produk. Jika dibandingkan, nilai
efisiensi yang dihasilkan dari metode DSSC lebih rendah dari metode berbasis
silikon. Nilai efisiensi yang dimaksud adalah parameter kemampuan DSSC dalam
mengkonsumsi energi matahari menjadi energi listrik. Sehingga, dapat diketahui nilai
efisiensi rendah dipengaruhi oleh sensitifitas zat warna yang digunakan. Zat warna
inilah nantinya akan berperan untuk membantu proses penguapan radiasi foton
melalui sinar matahari. Sinar foton akan diubah menjadi pendonor electron dalam
proses kerja DSCC.

Oleh sebab itu, penulis bertujuan ingin meningkatkan nilai efisiensi DSSC
dengan mengkaji lebih dalam tumbuhan dengan kepekatan warna yang tinggi.
Penulis meninjau beberapa jurnal, dan didapatkan bahwa ekstrak ubi ungu
(Ipomoea Batatas L.) dan bunga telang (Clitoria Ternatea) memiliki sensitivitas
warna yang sangat tinggi. Ekstrak tanaman tersebut dapat menghasilkan warna
biru tua kepekatan dengan range kepekatan sekitar 70-90%. Selain itu, penulis
juga menarik kesimpulan bahwa tanaman dan bunga tarum sangat mudah
didapatkan di Indonesia. Sehingga dapat mempermudah peneliti kedepannya
untuk meneliti efektifitas dari dua tanaman tersebut.

Ubi Ungu (Ipomoea Batatas L.) adalah tanaman leguminosa pohon tropis
yang banyak tumbuh di daerah Indonesia. Daun indigofera mengandung 75-90% zat
warna biru indigotin yang bisa didapatkan melalui fermentasi. Indigotin (Indigo)
adalah pigmen berwarna biru yang tidak terjadi secara alami tetapi dapat diproduksi
dengan fermentasi tanaman yang mengandung

3
molekul prekursor yang sesuai seperti indican, isatin A dan isatin B. Indigofera
tinctoria mengandung isatan B (indoxyl-β-ketogluconate) sebagai prekursor indigo
utama dan indican (indoxyl-β-D-glucoside) sebagai yang minor. Tanaman tarum
terdiri dari sejumlah besar zat organik kompleks termasuk alkaloid, flavonoid, fenol,
tanin, saponin, glikosida, dan terpenoid (F.A. Felicia, M. Muthulingam. Int. J. Pharm.
Life Sci., 3 (2012) ). Perlakuan daun tarum saat direndam dalam air alkali dapat
membuat indigo larut dalam air. Hal ini disebabkan indimulsi dan enzim pemecah
glukosida yang ada akan mengubah indigo menjadi indoxyl, zat antara dan glukosa.
Zat antara yang dihasilkan kemudian dioksidasi oleh udara menjadi warna biru nila.
Pada saat proses, beberapa reaksi samping juga terjadi saat oksigenasi.

Penelitian Murniaty (2017), mengambil pigmen warna daun tarum


(Indigofera tinctoria L.) menggunakan metode ekstraksi. Penelitian ini
membandingkan hasil warna kain ulos yang ditambahkan pewarna daun tarum
(Indigofera Tintoria. L) dan pewarna kimia GRB.

Gambar 3. Spektro FT-IR Sampel Zat Warna Indigo Pasta Ekstrak


Daun Tarum (Sumber : Murniaty, 2017).

Pada proses ekstraksi, daun tarum dilakukan perendaman selama 48 jam.


Hasil ekstraksi daun tarum setelah ditambahkan kapur sirih Ca(OH)2 sebanyak 40
gram untuk 1 L larutan didapatkan angka rendemen biru (indigo) sebesar 31,2%.

Berdasarkan hasil uji kualitas warna menggunakan spectro FT-IR sampel


zat warna indigo pasta ekstrak daun tarum. Diperkirakan terdapat kandungan
senyawa leuco indigo dengan interpretasi berikut: adanya serapan lebar dan kuat

-1
pada 3300 cm adalah rentangan N-H, serapan tajam dan kuat pada sekitar 3600

4
-1 3
cm adalah rentangan C-H (sp -s) dari metil dan metilen (CH2), serapan lemah

-1 -1
sekitar 1600 cm adalah alkena, sedangkan serapan lemah 1450 cm adalah

-1 -1
rentangan aromatis dan sekitar 1300 cm –1000 cm adalah karbonil C=O
(Sitorus, 2009). Sehingga dapat dikatakan pigmen warna pada daun tarum sangat
berpotensi untuk dikembangkan sebagai zat warna alami. Penelitian Putri Dayana
(2019) melakukan uji spektrofotometri Uv-Vis dengan spektrum absorbansi yang
diukur pada rentang panjang gelombang 300-800 nm. Hasil serapan yang
diperoleh pada ekstrak daun tarum dengan variasi konsentrasi 30%, 50%, 70%
dan 100% berturut-turut yaitu 784 nm, 663.50 nm, 664 nm, 664.50 nm. Selain
itu,ekstrak daun tarum memiliki daya absorbsi pada gelombang cahaya tampak
(visible) dengan warna yang diserap yaitu warna merah (610-800 nm). Putri
Dayana (2016) menyimpulkan semakin banyak puncak absorbsi gelombang
cahaya Uv akan menghasilkan visible yang semakin baik.

Selain ekstrak tanaman tarum, ternyata ekstrak bunga telang dapat


menghasilkan pigmen warna yang hampir sama pekatnya dengan tanaman tarum.
Bunga telang adalah tumbuhan merambat yang banyak ditemukan di pekarangan
rumah, sawah dan tepi hutan. Bunga telang dapat beradaptasi di tanah berpasir.
Bunga telang sejak dahulu dikenal sebagai obat untuk mata dan pewarna makanan
warna biru. Bunga telang mempunyai potensi farmakologi diantaranya
antioksidan, antibakteri, anti inflamasi, analgesik, antiparasit, antisida,
antidiabetes, antikanker, antihistamin, dan immunomodulatory (Budiasih, 2017).
Sedangkan kandungan fitokimia diantaranya tannin, flobatanin, karbohidrat,
saponin, titerpenoid, fenolmfavanoid, flavanol, glikosida, protein, alkaloid,
antrakuinon, antisianin, stigmasit 4-ena-3,6 dion, minyak volatile dan steroid
(Budiasih, 2017). Warna biru bunga telang dihasilkan dari antosianin. Ekstrak
kasar bunga dapat dimanfaatkan sebagai pewarna untuk preparat sel darah hewan
(Suebkhampet dan Sotthibandhu, 2011).

Penelitian Ana Zussiva,dkk (2012), telah melakukan percobaan ekstraksi


dan analisis zat warna biru dari bunga telang sebagai pewarna alami. Pada
penelitian ini digunakan metode ekstraksi untuk mengambil pigmen anthocyanin
pada bunga telang. Penelitian ini menggunakan metode pengaruh perbandingan

5
solute dan solven terhadap nilai absorbansi (A) dengan perbandingan solven
aquades (15/500, 15/550, 15/600, 15/650).

Grafik Hubungan antara Nilai Absorbansi


0.1 dan Waktu
6
0.1
15 /
4 500
0.1 15 /
2 550

Gambar 3. Grafik Hubungan antara Nilai absorbansi dengan waktu


0 15 30 45 7
ekstraksi pada berbagai perbandingan solute-solven (Sumber : Anna
Zussiva, dkk. 2012).

Pada gambar 3, menunjukkan bahwa hasil ekstraksi yang paling baik adalah
perbandingan solven aquades 15/500. Dan menit-15 sampai menit-45 menunjukkan
peningkatan nilai absorbansi. Sehingga, peneliti menyimpulkan bahwa proses
ekstraksi dipengaruhi oleh jumlah solvent dan temperature. Selain itu, semakin asam
ph anthocyanin pada saat penyimpanan maka kestabilan zat warna yang dihasilkan
akan semakin baik. Pada penelitian ini, Anna Zussiva menerapkan pentimpanan pada
suhu 10C dan tanpa cahaya. Kesimpulan tersebut diperkuat oleh semakin tingginya
nilai absorbansi ekstrak dari spektrofotometer UV VIS.

0.1

pH=
2
0.0
8

0.0

Gambar 4.Grafik hubungan nilai absorbansi terhadap waktu penyimpanan


pada pH berbeda (Sumber : Ana Zussiva, dkk. 2012).

6
Hasil penelitian Erna Cahyaningsi, dkk (2019), melakukan uji skrining fitokimia
dan uji aktivitas dari bunga telang (Clitoria Ternatea L.) menggunakan metode
spektrofometri Uv-Vis. Larutan sampel uji dibuat dengan konsentrasi 40, 50, 60, 70,
80, dan 90 ppm. Larutan uji sampel sebelumnya telah dibuat dengan larutan ekstrak
etanol bunga telang. Larutan uji dipipet dan ditambahkan larutan baku DPPH 40
ppm, kemudian larutan dihomogenkan agar didapatkan larutan untuk mengukur
serapan spektrofotometer Uv-Vis. Hasil pembuatan simplisia dari bunga telang segar
diperoleh serbuk simplisia, kemudian serbuk simplisa diekstraksi dengan elmasonik
dengan menggunakan pelarut etanol 80% dan diperoleh filtrat, selanjutnya filtrat
dipekatkan dan didapat ekstrak. Pada metode penentuan panjang gelombang
maksimum, diperoleh larutan baku DPPH 40 ppm memiliki panjang gelombang
400-800 nm. Pada uji spektrofotometer Uv-Vis juga diperoleh nilai serapan
maksimum terjadi pada panjang gelombang 516,2 nm.

Pada penelitian Halisa (2018), dilakukan uji ekstrak kulit terong unggu dengan
menggunakan analisa spektrofotometri Uv-Vis. Data hasil serapan yang diperoleh
dari ekstrak methanol kulit terong ungu pada pH 2 memiliki panjang gelombang
250-350 nm. Penelitian Nur Hasbi Wahab (2016) juga telah menguji tomat
menggunakan metanol heksan, dan diperoleh efisiensi ekstrak tomat 0,0249%.
Penulis mengambil kesimpulan berdasarkan data penelitian yang menunjukkan
bahwa uji spektrofotometri Uv-Vis pada tanaman tarum dan bunga telang masing-
masing memiliki nilai 663.5 nm dan 516.2 nm. Efisiensi yang dihasilkan oleh
tanaman tarum pada konsentrasi 50% dari penelitian Dayana (2016) memiliki hasil
sebesr 0,368820%. Ekstrak tanaman tersebut memiliki warna pigmen yang hampir
sama. Sehingga dapat disimpulkan, daun tarum dan bunga telang dapat menjadi
komposisi yang memiliki kepekatan warna yang lebih tinggi, semakin tinggi nilai
efisiensi yang dihasilkan dan semakin pekat warna yang dihasilkan akan
meningkatkan kinerja DSSC. Selain itu, keunggulan lainnya yaitu tanaman tarum
dan bunga telang merupakan tanaman liar sehingga sangat mudah didapatkan di
pekarangan rumah, sawah dan perkebunan. Sehingga sangat memudahkan peneliti
untuk mengembangkan penelitian yang lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
• Zussiva, B.K. Laurent. C.S. Budiyanti. 2012. Ekstraksi dan Analisis Zat
Warna Biru (Anthosianin) Dari Bunga Telang (Clitoria Ternatea) Sebagai
Pewarna Alami. Semarang : Universitas Diponegoro. [Online :
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jtki].
• Li, L. Wang, B. Kang, P. Wang, Y. Qju. Review of Recent Progress in
Solid-State Dye Senstized Solar Cells Sol Energy Mater Sol Cells. 2006,
pp. 549-573.
• Dayana, Putri. 2019. Pengaruh Konsentrasi Larutan Dye Daun Tarum
(Indigofera Tinctoria) Terhadap Efisiensi Dye Sensitized Solar Cell
(DSSC). Makassar : UIN Allaudin.
• Ensang T., G. 2009. Sintesis Nanopartikel TiO2 dengan Metode Sonokimia
untuk Aplikasi Sel Surya Tersensitasi Dye Menggunakan Ekstrak Kulit Buah
Mangga dan Plum sebagai Photosensitizer. Bogor : IPB.
• FA Felicia, M Muthulingam. 2012. Phytochemical and HPTLC studies of
methanolic extract of Indigofera tinctoria (Fabaceae). International Journal
of Pharmacy & Life Sciences 3 (5).
• Halisa. 2018. Ekstraksi Zat Warna Kulit Terong Ungu (Solanium
Melongena L.) dan Aplikasi Pada Dye Sensitized Solar Cell (DSSC).
Makassar : UIN Allaudin.
• K.S. Budiasih. 2017. Kajian Potensi Farmakologis Bunga Telang (Clitoria
Ternatea). Jurnal Diksi Kimia FMIPA. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta.
• S. Mathew, A. Yella, P. Gao, R. Humphry-Baker, B.F. Curchod, N.
Ashari-Astani, et al.Dye-sensitized solar cells with 13% efficiency
achieved through the molecular engineering of porphyrin sensitizers. Nat
Chem. 2014. 6, pp. 242-247
• Simorangkir, Muniarty. 2017. Ekstrak Daun Salaon (Indigofera Tinctoria
L.) sebagai Pewarna Alami Ulos Dalam Upaya Kelestarian Kearifan Lokal
Budaya Batak. Medan : Universitas Negeri Medan.
• Sitorus, M. 2009. Spektroskopi (Elusidasi Struktur Molekul Organik).
Yogyakarta : Graha Ilmu.

8
• Subandi dan Slamet Hani. 2015. Pembangkit Listrik Energi Matahari
Sebagai Penggerak Pompa Air Dengan Menggunakan Solar Cell. Jurnal
Teknologi Technoscientica, Vol.7 No. 2.
• Suebkhampet, A., dan Sotthibandhu, P. Effect of Using Aqueous Crude
Extract From Butterfly Pea Flowers (Clitoria ternatea L.) As a Dye on
Animal Blood Smear Staining. 2011. Suranaree Journal of Science
Technology. 19(1):15-19.
• Supriyanti, W., Wulansari, E. D., dan Kusmita, L. 2010. Uji Aktivitas
Antioksidan dan Penentuan Kandungan Antosianin Total Kulit Buah
Manggis (GarciniamanggostanaL). Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan
Pharmasi Semarang. Majalah Obat Tradisional, 15(2), 64-70. Semarang.
• Wahib, Nur Hasbi. 2016. Karakterisasi Zat Warna Tomat Fraksi
Metanol:N-Heksan Sebagai Photosensitizer pada DSSC. Makassar : UIN
Allaudin. h 40-60.

Anda mungkin juga menyukai