Anda di halaman 1dari 11

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
ENERGI DAN KELISTRIKAN
(Konversi Energi Matahari ke Energi Listrik)

Oleh :
Nama : Siti Fathonah
NPM : 240110200034
Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 26 Desember 2022
Waktu/Shift : 13.00-14.00 WIB/Susulan
Asisten Praktikum : 1. Putri D. Arisna
2. Rainer Adrian
3. Rivankie Putra Budiman
4. Rolieta Swietenia

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis. Dimana, negara ini
memiliki potensi yang besar dalam memperoleh sumber energi terbarukan. Seperti,
energi hidro dan mikrohidro, energi geotermal, energi biomassa, energi surya dan
energi angin. Energi merupakan besaran yang kekal, maka dari itu energi tidak
dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan. Tetapi energi dapat diubah dari
bentuk satu ke bentuk yang lain dengan tidak merubah total energi dari
keseluruhan.
Tetapi indonesia merupakan negara yang banyak menggunakan sumber energi
tak terbarukan. Sedangkan seperti yang kita ketahui dari masa ke masa kebutuhan
energi listrik cenderung semakin meningkat. Seiring dengan meningkatnya sektor-
sektor industri dan populasi manusia. Berbanding terbalik dengan ketersediaanya
bahan energi tersebut yang justru semakin menipis dan terkuras habis. Maka
diperlukan energi alternatif untuk mencegah terjadinya krisis energi yaitu seperti
energi Matahari. Negara Indonesia, merupakan negara yang berada pada garis
khatulistiwa sehingga cenderung mendapatkan sinar matahari lebih lama dan lebih
berlimpah. Energi mtahari ini banyak memberikan manfaat, baik itu untuk
manusia. Hewan maupun tumbuhan. Contoh nya yaitu sebagai pembentukan
vitamin, membantu proses fotosintesisi, bisa dijadikan sumber listrik dan lain-lain.
Energi listrik merupakan salah satu energi yang banyak digunakan di muka bumi
ini. Energi listrik ini dihasilkan dari bahan bakar fosil. Kebutuhan bahan bakar fosil
semakin hari cenderung semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya sektor
– sektor industri dan populasi manusia. Berbanding terbalik dengan ketersediaanya
bahan bakar fosil justru semakin menipis. Semakin menipisnya ketersediaan bahan
bakar fosil ini bisa saja disebabkan manajemen penggunaan bahan bakar fosil yang
kurang baik dan belum optimalnya energi terbarukan. Sehingga jika dibiarkan
demikian maka akan mengalami krisis energi. Maka dari itu dilakukan praktikum
ini agar praktikan mengetahui proses dari konversi
energi matahari menjadi energi listrik. Agar bisa digunakan dan diaplikasikan
pada kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum kali ini adalah:
1. Mengetahui proses konversi energi matahari menjadi energi listrik; dan
2. Mengetahui komponen apa saja yang diperlukan dalam proses konversi
energi matahari menjadi energi listrik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Matahari


Energi matahari merupakan salah satu energi yang banyak digunakan pada
kehidupan sehari-hari. Energi ini memberikan beberapa manfaat baik itu manusia,
hewan maupun tumbuhan. Contoh nya yaitu sebagai pembentukan vitamin,
membantu proses fotosintesisi, bisa dijadikan sumber listrik dan lain-lain.
Pemanfaatan energi matahari bisa digunakan sebagai sumber daya bebas polusi dan
berlimpah dan terbarukan, sehigga dapat digunakan sebagai sumber pemanas
langsung seperti memanaskan air dan udara dengan solar kolektor, penyediaan
listrik, mengeringkan baju dan lain-lain.(Hasbi Assiddiq S., 2018)
Energi matahari ini salah satu energi yang berasal dari alam, sehingga matahari
merupakan salah satu sumber energi terbarukan. Kelebihan dari energi terbarukan
itu sendiri antara lain mudah didapat, akan terus tersedia, tidak akan pernah habis,
bisa didapatkan secara gratis, minim limbah, tidak merusak lingkungan, tidak
berpengaruh pada pada suhu bumi secara global dan lain-lain. Maka sudah tidak
diragukan lagi bahwa energi matahari merupakan salah satu sumber energi yang
ramah lingkungan dan sangat menjanjikan pada masa yang akan datang, karena
tidak adanya polusi yang dihasilkan selama proses konversi energi, dan juga sumber
energinya banyak tersedia di alam, sehingga tidak akan ada yang namanya krisis
energi. PLTS atau lebih biasa disebut dengan sel surya (sel fotovoltaik) ini bisa
dimanfaatkan untuk bahan dasar pengkonversian energi tersebut. (Hasbi Assiddiq
S., 2018)

2.2 Konversi Energi Matahari


Matahari merupakan salah satu bintang yang paling dekat dengan bumi, yang
memiliki jarak sekitar 150 juta kilometer dari bumi. Matahari ini menyediakan
sumber energi yang dibutuhkan oleh kehidupan yang ada dibumi secara terus -
menerus. Menurut perhitungan para ahli, energi yang di bebaskan oleh matahari
pada setiap detiknya adalah ekuivalen dengan konversi massa hidrogen yang
besarnya adalah 4,2x10 ton/detik, yang ekuivalen dengan 1,2x 10 KW. Energi yang
diradiasikan akibat dari transformasi hidrogen menjadi helium akan menghasilkan
energi. Sebagian dari energi tersebut di transmisikan kebumi dengan menggunakan
radiasi gelombang elektromagnetik. Radiasi ini akan menjalar dengan kecepatan
cahaya (3× 108m/s) kedalam bentuk gelombang dengan ukuran panjang nya
gelombang yang berbeda-beda. Peristiwa ini akan berhenti jika hidrogen dalam
reaksi inti sudah tidak tersedia lagi atau habis .(Hasan, 2012)
Pemanfaatan energi surya untuk dijadikan energi listrik merupakan sebuah
sistem yang paling ramah lingkungan. Tetapi untuk pemasangan instalasinya
memerlukan lahan yang luas, karena intensitas cahaya yang diterima oleh
permukaan bumi relatif kecil, sehingga untuk keperluan pembangkitannya
memerlukan kolektor yang luas. Energi surya yang masuk kedalam atmosfer
memiliki kerapatan daya rata-rata sebesar 1,2 kW/m2 namun yang bisa diserap
bumi hanya sebesar 560 W/m2. Maka energi surya yang Bisa dibangkitkan untuk
seluruh daratan Indonesia yang mempunyai luas kurang lebih 2 juta km2 adalah
sebesar 5.108MW. Untuk daya listrik sebesar 100 MW memerlukan lahan seluas
40 hektar untuk pemasangan instrumennya. Luas lahan tersebut belum termasuk
keperluan tanah untuk alat alat pendukung nya, sehingga jika ditotalkan kurang
lebih memerlukan lahan seluas 60 - 70 hektar. Hal tersebutlah yang membuat
pembangkit listrik tenaga surga ini dijadikan sebagai investasi tinggi. Cahaya
matahari memiliki partikel tenaga surya yang disebut foton, foton inilah yang
nantinya akan di konversi menjadi energi listrik. Foton yang diserap oleh sel surya
akan diteruskan ke elektron baik itu hanya sebagian atau seluruhnya. Dengan
adanya energi yang masuk, maka elektron akan lepas dari posisi normal nya
sehingga akan muncul nya arus dalam sirkuit listrik (Santhiarsa, 2005).

2.3 Sel Surya


Sel surya merupakan sebuah alat atau perangkat yang digunakan untuk
mengubah energi matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan efek
fotovoltaic atau biasa disingkat PV. Tegangan listrik yang dihasilkan sel surya ini
sangat lah kecil, hanya sekitar 0.6 V dan 0.45 V. 0.6 V ini merupakan tegangan
tanpa beban sedangkan 0.45 V tegangan dengan beban. Agar bisa mendapatkan
tegangan listrik yang lebih tinggi, maka beberapa sel surya harus disusun secara
seri. Sel surya yang tersusun seri akan menghasilkan tegangan sebesar 16V,
tegangan ini bisa digunakan untuk mensuplai aki sebesar 12V. Jika ingin
mendapatkan tegangan lebih besar lagi bisa dilakukan dengan terus menambahkan
sel surya lebih banyak lagi (Purwoto dkk, 2018).
Susunan dari sel surya - sel surya ini disebut panel surya atau modul surya.
Untuk kebutuhan sehari hari biasanya cukup dengan menggunakan sekitar 10-20
susunan panel surya. Panel surya memiliki beberapa jenis diantaranya : 1.
Monokristal, merupakan jenis panel yang memiliki efisiensi tertinggi yaitu
sampai dengan 15%, panel ini biasanya digunakan untuk untuk tempat tempat
yang beriklim ekstrim, hanya saja panel surya jenis ini tidak bisa berfungsi
dengan baik jika mengalami kekurangan cahaya dari sinar matahari.
2. Polikristal, merupakan jenis panel surya yang memiliki pola acak karena di
pabrikasi dengan proses pengecoran. Efisiensi nya lebih rendah jika
dibandingkan dengan monokristal dan memerlukan lahan yang lebih luas.
3. Thin Film Photovoltaic, merupakan panel dengan lapisan tipis mikrokristal
silicon dan amorphous. Panel jenin ini memiliki efisiensi sampai dengan
8.5% (Purwoto dkk, 2018).

2.4 Luxmeter
Luxmeter merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas
cahaya. Untuk menentukan besaran tersebut diperlukan sensor yang peka dan linier
terhadap cahaya. Semakin dekat sensor dengan sumber maka nilai luxmeter yang
diperoleh akan semakin tinggi. Begitupun sebalik nya semakin jauh jarak antara
sumber dan sensor maka nilai luxmeter akan semakin rendah menandakan
intensitas cahaya nya juga rendah (Wijaya, 2021).
Luxmeter terdiri dari dua jenis yaitu luxmeter analog dan luxmeter digital.
Untuk Lux meter analog memiliki dua skala untuk mengetahui besar intensitas
cahaya, terdapat skala atas dan skala bawah yang keduanya memiliki kisaran skala
sebesar 60 sehingga pada jumlah intensitas cahaya yang keluar bergantung pada
skala yang digunakan. Sedangkan Lux meter digital memiliki skala ukur yaitu A,
B, dan C, jika ingin mendapatkan nilai besaran intensitas cahaya yang akurat maka
gunakan skala A karena memikiki jumlah lux hingga sebesar 2000. Luxmeter ini
terdiri dari rangka, sensor dengan sel foto dan layer panel. Sensor ini nantinya akan
disimpan pada sumber cahaya yang akan diukur. Prinsip kerja dari alat ini yaitu
mengubah foton menjadi elektron. Cahaya yang menyinari sel foto akan ditangkap
oleh sensor sebagai energi lalu diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik.
Semakin banyak cahaya yang diserap maka energi listrik yanh diperoleh semakin
besar. Cahaya yang di tangkap oleh luxmeter akan mengalami perbedaan dari
sensor antara cahaya alami dan cahaya buatan. Perbedaan tersebut terdapat pada
suhu warna dan efek dari panjang gelombang nya (Marpaung dkk, 2022).

2.5 Solar Charge Controller


Solar charge controller ini merupakan suatu alat yang digunakan pada sistem
pembangkit listrik tenaga surya. Alat ini berfungsi untuk mengatur listrik baik
terhadap arus yang masuk atau pun arus keluar/arus yang digunakan. Alat ini
bekerja untuk menjaga pengisian yang berlebihan pada baterai. Selain untuk
mengatur arus, alat ini juga digunakan untuk mengatur tegangan dan arus dari panel
surya ke baterai. Jika tegangan dan arus tidak diatur bisa menyebabkan pengisian
baterai secara berlebihan sehingga akan mengakibatkan baterai mengalami
kerusakan. (Purwoto dkk, 2018)
Fungsi dari solar charge controller ini yaitu yang pertama jika pengisian
tegangan pada baterai telah penuh maka alat ini akan menghentikan arus listrik yang
masuk pada baterai agar tidak mengalami pengisian secara berlebihan. Yang kedua
adalah jika keadaan baterai hampir kosong, maka alat ini akan menghentikan
pengambilan arus listrik baterai ke beban atau peralatan listrik. Hal ini terjadi untuk
mengcegah kerusakan pada sel-sel pada baterai. Kebanyakan model controller,
tentunya memiliki lampu dengan warna tertentu yang mana lampu tersebut akan
menyala saat baterai mengalami pengisian. Pada beberapa controller dilengkapi
dengan digital meter dan memiliki indikator yang lebih lengkap (Purwoto dkk,
2018).
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Aplikasi Lux Meter KHTSXR, untuk menghitung besaran intensitas
cahaya;
2. Charge Controller, untuk mengatur arah arus;
3. Kabel Sambungan, untuk menyambungkan alat;
4. Meteran, untuk mengukur jarak atau panjang suatu benda;
5. Multimeter, untuk menghitung besaran arus, hambatan, dan tegangan
listrik;
6. Sel Surya (Photovoltaic) 120x55cm, untuk mengubah energi dari sinar
matahari menjadi energi listrik; dan
7. Sel Surya (Photovoltaic) 43x54cm, untuk mengubah energi dari sinar
matahari menjadi energi listrik.

3.2 Prosedur Percobaan


Prosedur yang harus dilakukan untuk praktikum kali ini adalah:
3.2.1 Percobaan Pertama
1. Menyiapkan peralatan sel surya 120x55cm, menyambungkan kabel
penghubung output tegangan pada panel. Kabel warna merah, menyatakan
kutub positif dan kabel warna hitam menyatakan kutub negatif. Jika salah
pasang akan menyebabkan kerusakan pada panel;
2. Menempatkan panel surya di bawah terik matahari dengan posisi
kemiringan panel surya tegak lurus terhadap langit;
3. Menghubungkan kabel output panel surya ke AVO meter dengan mengukur
output tegangan DC volt pada AVO meter;
4. Memperhatikan nilai pada Lux Meter untuk mengetahui tingkat kecerahan
matahari pada saat pengukuran; dan
5. Mencatat perubahan volt tegangan DC yang dihasilkan dan buat grafik
hubungan antara Vpanel terhadap waktu pengukuran (0, 3, 6, 9, 12, dan
15menit).
3.2.2 Percobaan Kedua
1. Menyiapkan peralatan sel surya 43x54cm, dan menyambungkan kabel
penghubung output tegangan pada panel. Kabel warna merah, menyatakan
kutub positif dan kabel warna hitam menyatakan kutub negatif. Jika salah
pasang akan menyebabkan kerusakan pada panel;
2. Menempatkan panel surya di bawah terik matahari dengan posisi kemiringan
panel surya tegak lurus terhadap langit;
3. Menghubungkan sel surya 43x54 ke charge controller;
4. Menghubungkan sambungan sel surya 43x54 dan charge controller ke
baterai;
5. Menhubungkan kabel output panel surya ke AVO meter dengan mengukur
output tegangan DC volt pada AVO meter;
6. Memperhatikan nilai pada Lux Meter untuk mengetahui tingkat kecerahan
matahari pada saat pengukuran;
7. Mengubah kemiringan panel surya terhadap permukaan dengan sudut 15º,
30º, 60º, dan 90º; dan
8. Mencatat perubahan volt tegangan DC yang dihasilkan oleh sel surya dan
buat grafik hubungan antara Vpanel terhadap perubahan kemiringan.
DAFTAR PUSTAKA

Assiddiq, H. (2018). Studi Pemanfaatan Energi Matahari Sebagai Sumber Energi


Alternatif Terbarukan Berbasis Sel Fotovoltaik Untuk Mengatasi
Kebutuhan Listrik Rumah Sederhana Di Daerah Terpencil. Jurnal Teknik
Mesin UNISKA.
Hasan, Z. (2012). Rancang Bangun Konversi Energi Surya Menjadi Energi Listrik
Dengan Model Elevated Solar Tower. Jurnal Neutrino .
Marpaung, R. R. (2022). Tingkat Akurasi Aplikasi Smart Lux Meter Sebagai Solusi
Percobaan Mandiri Pada Pembelajaran Jarak Jauh. Jurnal Pendidikan
Fisika.
Purwoto, B. H. (2018). Efisiensi Penggunaan Panel Surya Sebagai Sumber Energi
Alternatif. Jurnal Teknik Elektro.
Santhiarsa, G. N. (2005). Kajian Energi Surya untuk Pembangkit Tenaga Listrik.
Jurnal Teknik Elektro.
Wijaya, N. H. (2021). Lux Meter Sebagai Alat Ukur Intensitas Cahaya Lampu
Operasi Berbasis Arduino Uno R3. Jurnal ECOTIPE.
LAMPIRAN

Gambar 1. Penyambungan alat menggunakan kabel

Gambar 2. Hasil pengukuran luxmeter handphone

Gambar 3. Panel Surya

Anda mungkin juga menyukai