Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Produk pertanian atau pangan mempunyai bentuk, warna dan ukuran yang
berbeda-beda, serta memiliki sifat mekanis yang unik, bisa keras atau lunak, liat
atau empuk, lembut atau kasar, rapuh, renyah, mudah atau tidak nya mengalir dan
sebagainya. Ada dua cara yang digunakan untuk menguji sifat mekanis pangan.
Pertama, menggunakan indera manusia yaitu dengan cara menyentuh, memijit,
menggigit, mengunyah dan selanjutnya di sampaikan sesuai apa yang di rasakan
yang disebut dengan analisa sensori. Kedua pendekatan fisik dengan menggunakan
peralatan tertentu, hasilnya dinyatakan dengan unit satuan meter (m), kilogram (kg)
dan detik (dt). Pendekatan fisik tersebut mempelajari sifat mekanis bahan
(rheology).
Rheologi adalah suatu cabang ilmu fisik yang mempelajari perubahan
bentuk dan aliran bahan. Ilmu yang mempelajari hubungan antara komponen gaya
yang bekerja pada bahan (stres) dan perubahan bentuk bahan akibat gaya yang
diberikan kepada bahan (strain). Sifat rheologi dapat digunakan untuk melihat
struktur suatu bahan. Misalnya hubungan antara ukuran molekul dan bentuknya
dalam suatu larutan terhadap kekentalan, hubungan antara cross-likage polymers
dengan elastisitasnya. Sifat rheologi juga dapat digunakan untuk mengontrol bahan
dasar dan mengontrol proses suatu pengolahan. Selain itu sifat rheologi dapat juga
digunakan dalam mendesaian alat tertentu, seperti pompa dan pipa-pipa aliran.
Penerimaan suatu produk pada konsumen juga dipengaruhi oleh sifat rheologi.
Aman (1992) menyatakan bahwa reologi merupakan ilmu yang mempelajari sifat
fisik dari suatu bahan cair. Jika suatu cairan diberikan sejumlah gaya maka aliran
cairan yang timbul dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu fluida dengan aliran
newtonian dan fluida non-newtonian.
Produk pertanian dapat mengalami perubahan bentuk (deformasi).
Perubahan bentuk (deformasi) suatu benda padat, semi padat, plastis atau cair dapat
terjadi apabila ada gaya yang mengenainya. Gaya yang diberikan dapat berupa gaya
tekan (compression). Gaya tekan dapat menyebabkan ukuran bahan tersebut
menjadi lebih menyusut. Produk pertanian atau pangan pada prisnsipnya dapat
berperilaku dalam tiga cara dalam merespon gaya yang mengenainya, yaitu dapat
bersifat elastik, plastik atau mengalir. Tiga parameter rheologi yang banyak
digunakan yaitu elastisitas, plastisitas dan fluditas. Ketiga parameter rheologi
tersebut banyak dipakai sebagai dasar untuk memahami rheologi benda padat atau
semi padat serta teknik pengukurannya.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Menentukan hubungan antara gaya dan deformasi.
2. Menentukan nilai poison ratio dari produk pertanian
1.3 Manfaat praktikum
Manfaat dari praktikum ini adalah:
1. Mahasiswa mampu menentukan hubungan antara gaya dan deformasi
2. Mahasiswa dapat menggunakan Jangka Sorong untuk mengukur tinggi dan
diameter pada produk pertanian.
3. Mahasiswa dapat menentukan sifat rheologi produk pertanian.
4. Mampu menentukan perbedaan sifat rheologi yang ada pada produk pertanian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tomat Merah


Tomat merah (Solanum lycopersicum syn. Lycopersicum esculentum)
adalah tumbuhan dari keluarga Solanaceae, tumbuhan asli Amerika Tengah dan
Selatan, dari Meksiko sampai Peru. Tomat merah merupakan tumbuhan siklus
hidup singkat, dapat tumbuh setinggi 1 sampai 3 meter. Bentuk, warna, rasa dan
tekstur buah tomat sangat beragam. Ada yang bulat, bulat pipih, keriting, atau
seperti bola lampu. Warna buah masak bervariasi dari kuning, orange sampai
merah, tergantung dari jenis pigmen yang dominan. Rasanya pun bervariasi, dari
masam hingga manis. Buahnya tersusun dalam tandan-tandan. Keseluruhan
buahnya berdaging dan banyak mengandung air. Tomat merah memiliki batang dan
daun yang tidak dapat dikonsumsi karena masih sekeluarga dengan kentang dan
terung yang mengadung alkaloid.
Buah tomat merah terdiri dari beberapa bagian yaitu perikarp, plasenta,
funikulus, dan biji. Perikarp meliputi eksokarp, mesokarp, dan endocarp. Eksokarp
adalah lapisan terluar dari buah dan sering mengandung zat warna buah terdiri dari
dinding pericarp dan kulit buah. Perikarp meliputi dinding luar dan dinding radial
(septa) yang memisahkan rongga lokula. Mesokarp adalah lapisan yang paling
dalam berupa selaput terdiri dari parenkim dengan ikatan pembuluh (jaringan
tertutup) dan lapisan bersel tunggal yaitu lokula. EndoKarp adalah lapisan paling
dalam terdiri dari biji, plasenta, dan columel.

2.2 Jeruk
Tanaman jeruk (Citrus.sp) adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari
Asia.Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda yang
mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Italia. Asal jeruk adalah
dari Asia Timur dan Asia Tenggara, membentuk sebuah busur yang membentang
dari Jepang terus ke selatan hingga kemudian membelok ke barat ke arah India
bagian timur. Jeruk Manis dan sitrun (lemon) berasal dari Asia Timur, sedangkan
jeruk bali, jeruk nipis dan jeruk purut berasal dari Asia Tenggara.Peningkatan
permintaan yang makin besar mengharuskan upaya yang lebih serius dalam
peningkatan produksi jeruk,melalui peningkatan luas panen maupun peningkatan
produktivitas tanaman.
Buah jeruk yang memiliki bentuk yang bulat dan kulit yang berwarna
oranye. Aroma yang khas dikeluarkan oleh jeruk pun sangat kuat sehingga kita
dapat dengan mudah menebak buah jeruk tanpa harus melihatnya hanya dengan
mencium aromanya. Buah jeruk ini memiliki berbagai macam jenis ukuran yaitu,
kecil, sedang, hingga besar. Jeruk ini memiliki rasa yang asam namun ada juga yang
manis. Jeruk ini memiliki kadar air yang cukup banyak pada bulir-bulirnya Buah
jeruk memiliki kulit berwarna hijau hingga jingga dan daging buahnya mengandung
banyak air. Sari buah jeruk merupakan minuman hasil perasan jeruk yang populer.

.
2.3 Pisang Emas
Pisang emas (Musa acuminata Colla) adalah buah pisang memiliki kulit
berwarna kuning ketika matang, meskipun ada beberapa yang berwarna jingga,
merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Merupakan komoditas buah yang
tumbuh di wilayah topis. Pisang ini merupakan komoditas ekspor perkebunan buah-
buahan yang berasal dari Lumajang, Jawa Timur. Kementrian Pertanian
menetapkan buah ini sebagai produk ekspor yang mempunyai daya saing tinggi.
Pisang emas tersebut memiliki bentuk kecil dengan aroma harum dan rasa yang
lebih manis. Tidak hanya rasa yang manis, pisang ini juga memiliki banyak manfaat
untuk kesehatan dari kandungan mineral dan vitaminnya yang tinggi.
Kulit buah pisang emas mampu menyerap racun-racun,residu kimia yang
ada di buah pisang emas itu sendiri, oleh karena itu buahnya terjamin dari zat-zat
kimia dan zat yang tidak berguna bagi tubuh. Semakin tua buahnya maka semakin
kaya nutrisi. Buah pisang emas ini sanggup terhindar dari penyakit layu fusarium
dan penyakit darah (Pseudomonas solancearum) yang dapat menyebabkan buah
membusuk lebih cepat. Aspek ini menjadikan pisang emas memiliki daya tarik
sebagai buah yang mudah dikonsumsi sebagai buah segar. Selain itu, pisang ini
memeiliki keunggulan terhadap masa waktu panen yang lebih pendek yaitu 11-12
bulan sejak waktu tanam pohon pisang emas.

2.4 Terung Pirus


Terung pirus atau terung belanda (Solanum betaceum) adalah jenis tanaman
anggota keluarga terung-terungan (Solanaceae).Di Indonesia terung ini mungkin
pertama kali dibawa dan dikembangkan di Indonesia oleh orang Belanda pada
waktu itu sehingga dikenal dengan nama terung belanda, padahal buah tersebut
berasal dari daerah Amazon di Amerika Latin. Terung pirus atau terung belanda
aslinya berasal dari Peru, dan sekarang sudah umum dijumpai di daerah tropis.
Tumbuh baik di pegunungan/dataran tinggi pada ketinggian 1000 mdpl. Terung ini
mampu hidup dan berbuah dengan suhu 22-30 derajat. Suhu di atas itu biasanya
akan sulit berbunga apalagi berbuah. Bahkan kadang-kadang tanaman ini bisa mati,
karena tidak tahan dengan panasnya matahari.
Terung pirus atau terung belanda memiliki ciri-ciri bau seperti lembu
kutub, panjang tangkai daunnya mencapai 7–10 cm.Bunga terung tirus atau terung
belanda berada dalam rangkaian kecil di ketiak daun, dekat ujung cabang, berwarna
merah jambu sampai biru muda, harum, berdiameter kira-kira 1 cm.Buah terung
pirus atau terung belanda berbentuk bulat telur sungsang atau bulat telur, berukuran
3–10 cm x 3–5 cm, meruncing ke dua ujungnya, bergelantungan, bertangkai
panjang, daun kelopaknya tidak rontok.Kulit buah tipis, licin, berwarna lembayung
kemerah-merahan, merah jingga sampai kekuning-kuningan, daging buahnya
mengandung banyak sari buah, agak asam, berwarna kehitam-hitaman sampai
kekuningkuningan.Bijinya bulat pipih, tipis, dan keras.

2.5 Sawo
Sawo (Manilkara zapota) adalah pohon buah yang berumur panjang
merupakan buah yang sangat populer di Asia Tenggara. Tanaman ini diperkirakan
berasal dari Amerika tropis -seperti Guatemala, Meksiko, dan Hindia Barat- dan di
Jawa, tumbuhan ini bisa didapati di dataran rendah. Sawo disukai terutama karena
rasanya yang manis dan daging buahnya yang lembut. Sawo manila banyak ditanam
di daerah dataran rendah, meski dapat tumbuh dengan baik hingga ketinggian
sekitar 2500 mdpl. Pohon sawo tahan terhadap kekeringan, salinitas yang agak
tinggi, dan tiupan angin keras. Tanah yang paling cocok adalah tanah lempung
berpasir yang subur dan berpengairan baik.
Sawo dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, akan tetapi pada
umumnya terdapat satu atau dua musim berbuah puncak. Di Thailand, musim
puncak ini berkisar antara bulan September hingga Desember, sedangkan di
Filipina antara Desember – Februari. Buah yang baru dipetik itu masih keras, dan
perlu disimpan 3-7 hari agar menjadi masak dan lunak, sehingga enak dimakan.
Penyimpanan dalam suhu rendah dapat memperpanjang masa simpan buah sawo.
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 16 November 2017 pukul
15.00 WIB -selesai. Laboratorium yang digunakan adalah laboratorium pengolahan
ruang B107.

3.2 Bahan dan alat


Bahan yang digunakan untuk praktikum sifat reologi produk pertanian yaitu
enam buah sawo, enam buah terong pirus, enam buah tomat merah, enam buah
tomat hijau, enam buah jeruk, enam buah pisang merah.
Alat yang digunakan untuk praktikum sifat reologi pertanian diantaranya
timbangan digital/manual, papan triplek, pisau, jangka sorong, tiga buah batu-bata,
dan stopwach.

3.3 Prosedur kerja


3.3.1 Penyediaan alat dan bahan
Menyediakan semua bahan yang akan dipraktikumkan seperti buah sawo,
terong pirus, jeruk, tomat merah, terong hijau, dan pisang mas sebanyak enam
sampel serta semua alat yang digunakan.

3.3.2 Pengukuran
1. Pengukuran berat
Ukur berat setiap batu-bata dengan menggunakan neraca. Setelah
semua batu diukur, tulis masing-masing nilai beratnya pada kertas kecil dan
ditempelkan pada masing-masing batu-bata.
2. Pengukuran panjang dan lebar
Ukur panjang awal dan lebar awal pada setiap bahan sampel dengan
menggunakan jangka sorong. Perhatikan secara seksama dan tentukan
nilainya pada masing-masing sampel. Catat semua nilai panjang awal dan
lebar awal sampel.

3.3.3 Menentukan hubungan antara gaya dan deformasi


Tempatkan papan dan beban di atas terong pirus dalam posisi tegak. Sampel
1 dan 2 diberi gaya tekan dengan satu batu-bata, sampel 3 dan 4 diberi beban 2 batu-
bata, dan sampel 5 dan 6 diberi 3 batu-bata di atasnya. Lama waktu pada saat diberi
beban diketiga sampel selama 30 menit. Ukurlah beberapa deformasi yang terjadi
pada terong pirus dengan mengukur diameter dan tinggi sawo selama diberi beban
serta perhatikan skala pada jangka sorong. Catat hasil engamatan pada tabel.
Lakukan hal yang sama pada sawo, tomat merah, tomat hijau, jeruk, dan pisang
mas.

3.3.4 Menentukan hubungan gaya terhadap waktu


Bahan yang telah dilakukan pada prosedur diatas setelah diamati dan
diambil hasil pengamatan, bahan sampel disimpan pada suhu ruang. Amati
perubahan yang terjadi pada produk akibat diberi gaya dan terjadinya deformasi
selama empat hari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hubungan antara gaya dan deformasi


Pengaruh sifat rheologi pada produk pertanian terhadap gaya dan deformasi,
gaya yang diberikan terhadap produk pertanian menyebabkan deformasi. Semakin
besar gaya yang diberikan maka deformasi akan semakin jelas terlihat. Tingkat
kematangan juga mempengaruhi deformasi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hubungan antara gaya dan deformasi


No Nama Produk Beban (kg) Rata-rata Deformasi (cm)
∆X ∆L
1. Terung Pirus 1 Bata (1,20) 0,005 -0,13
2 Bata (2,38) 0,01 -0,23
3 Bata (3,57) 0,86 -1,83
2. Sawo 1 Bata (1,68) 0,06 0,26
2 Bata (3,10) 0,03 0,05
3 Bata (4,50) 0,02 0,02
3. Tomat Merah 1 Bata (1,52) 0,05 -0,19
2 Bata (3,23) 0,03 -0,83
3 Bata (4,78) 0,47 -0,69
4. Tomat Hijau 1 Bata (1,10) 0,26 0,25
2 Bata (2,24) 0,25 -0,21
3 Bata (3,49) 0,31 -0,29
5. Pisang Mas 1 Bata (1,2) 0,07 -0,06
2 Bata (2,66) 0,18 -0,09
3 Bata (3,86) 1,36 -0,04
6. Jeruk 1 Bata (1,56) 0.095 -0,17
2 Bata (3,00) 0,2 -0,11
3 Bata (4,50) 0,55 -0,18

Berdasarkan data diatas, terlihat jelas bahwa ada hubungan antara gaya dan
deformasi dengan perubahan secara linear. Perbandingan antara panjang dari tinggi
dan diameter berbanding terbalik, yaitu semakin besar beban yang di berikan maka
tinggi dari bahan akan mengalami penurunan, sebaliknya saat bahan di beri beban
yg semakin besar maka bahan akan mengalami penambahan ukuran diameternya.
Sehingga diameter awal dan tinggi awal mengalami perubahan setelah diberi gaya.
Tingkat kematangan pada buah juga sangat mempengaruhi reformasi, ini
terlihat pada terung pirus percobaan ketiga yang mengalami perubahan panjang
yang jauh berbeda dengan bahan lainnya. Perubahan panjang pada terung pirus ini,
karena sebelum diberi tekanan atau beban buah nya sudah matang dan mulai
membusuk. Terung pirus mengalami kehancuran pada saat diberi tekanan 3,57 kg.

4.2. Nilai Poison Ratio dari Produk Pertanian


Poison ratio merupakan perbandingan antara lateral strain dan axial strain.
Poisson ratio adalah konstanta elastisitas yang dimiliki oleh setiap material. Sebuah
material yang diberikan gaya satu arah, ditarik maupun ditekan, akan mengalami
perubahan bentuk. Selain perubahan bentuk kearah gaya yang diberikan, ada juga
perubahan bentuk kearah yang tegak lurus dengan arah gaya.

Tabel 2. Nilai poison ratio dari produk pertanian


No Produk Beban Rata-rata Poison Ratio
1. Terung pirus 1 Bata (1,20) 0,08
2 Bata (2,38) 3,66
3 Bata (3,57) 0,10
2. Sawo 1 Bata (1,68) 1,06
2 Bata (3,10) 0,70
3 Bata (4,50) 1,37
3. Tomat Merah 1 Bata (1,52) 0,33
2 Bata (3,23) -0,12
3 Bata (4,78) -0,47
4. Tomat Hijau 1 Bata (1,10) 1,02
2 Bata (2,24) 1,17
3 Bata (3,49) 1,07
5. Pisang Mas 1 Bata (1,20) 2,15
2 Bata (2,66) 0,72
3 Bata (3,86) 25,46
6. Jeruk 1 Bata (1,56) 0,54
2 Bata (3,00) 1,90
3 Bata (4,50) 1,96

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa poison rasio produk


pertanian cenderung tidak linear terutama pada pisang mas. Tomat merah poison
rasio linear yaitu saat beban ditambah maka poison juga bertambah, begitupun
dengan poison ratio pada terong pirus yaitu berbanding lurus atau linear, poison
ratio akan bertambah seiring pertambahan beban.

4.3. Hubungan gaya terhadap waktu


Bahan pangan yang diberi gaya jika disimpan pada suhu ruang selama
empat hari akan mengalami perubahan baik pada tekstur, warna dan kematangan.

1. Tekstur: pada bahan sampel 1-4 setelah diberi tekanan tidak menunjukkan
perubahan yang mencolok yaitu hanya perubahan warna dan kekerasan. Pada
bahan sampel 5 dan 6 mengalami perubahan yang tampak visual, bahan 5 pada
permukaan sampimg megalami penjamuran karena pada saat di beri tekanan
bahan mengalami sobek sedikit. Sedangkan bahan 6 mengalami kerusakan yang
parah dan tidak dapat dimanfaatkan lagi karena tidak mampu menahan tekanan
yang diberikan.
2. Bentuk: tekanan yang diberikan pada bahan sampel 1-4 mengalami penurunan
ukuran panjang, penurunan terjadi karena ujung bagian bawah dan atas pada
buah mengalami perubahan bentuk yaitu kisut diakibatkan karena adanya
tekanan yang diberikan pada buah sehingga membuat permukaan yang
semulanya runcing menjadi kurang runcing.
Terung pirus pada sampel 5 dan 6 mengalami perubahan bentuk yang tidak
beraturan akibat tekanan yang melebihi kapasitas, maka ketahanan pada buah
menjadi penyebab perubahan bentuk yang tidak signifikan.
3. Kematangan: proses kematangan pada sampel 1-5 mengalami proses browning
lebih cepat disebabkan oleh tekanan yang diberikan, juga terjadi kerusakan pada
daging buah seperti penjamuran sehingga dapat menyebabkan buah menjadi
busuk dalam waktu singkat.
4. Warna: perubahan warna pada sampel lebih gelap dari warna buah segar karena
akibat dari diberinya tekanan.
5. Aroma: aroma yang dihasilkan lebih menyengat dan tidak enak.
6. Kekerasan: buah yang diberi tekanan mengalami penurunan kekerasan, khusus
daerah yang diberi tekanan yaitu ujung atas dan bawah jelas terasa
peruabahannya.
BAB V
KESIMPULAN

Pratikum sifat rheologi produk pertanian kali ini, gaya yang diberikan pada
produk dapat mengalami reformasi. Reformasi terjadi akibat tekanan yang tinggi,
juga dipengaruhi oleh tingkat kematangan pada buah. Hal ini terlihat pada terung
pirus yang mengalami kehancuran saat diberi tekanan.
Nilai poison ratio dipengaruhi juga oleh tekanan bisa berbentuk linear atau
tidak linear. Poison ratio linear terdapat pada buah tomat merah dan tidak linear
buah pisang mas. Nilai poision ratio akan bertambah jika tekanan nya semakin
besar.
DAFTAR PUSTAKA

Olivia, G. 2014. Sifat Reologi Bahan Pangan. Departemen Teknologi Industri


Pangan Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Aman, M., A, Kamaruddun, dan Syarif, A. M. 1992. Sifat Fisik Pangan. Bogor:
IPB.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data pengukuran panjang, lebar, posion ratio


∆X
X1(c ∆X ∆L Rata
No Produk Beban (kg) X0(cm) L0(cm) L1(cm) ∆L
m) (cm) (cm) (cm) -rata
Sampel 1 1.20 41.40 41.50 55.50 54.30 0.01 -0.12 0,083
sampel 2 1.20 39.25 39.25 54.35 53.00 0 -0.14 0
Terong Sampel 3 2.38 43.15 43.35 60.20 58.40 0.02 -0.18 8,75
1 0,67
Pirus Sampel 4 2.38 40.25 40.30 59.35 51.40 0.01 -0.28 -2,8
Sampel 5 3.57 40.20 40.40 54.20 51.50 0.02 -0.27 -0,05
Sampel 6 3.57 38.15 55.25 57.30 23.40 1.71 -3.39 -1,91
Sampel 1 1,52 3,99 3,99 4,54 4,31 0 -0,23 0
sampel 2 1,52 3,89 3,99 4,26 4,11 0,11 -0,15 -0,66
Tomat Sampel 3 3,23 4,13 4,15 5,98 4,52 0.02 -1,46 -0,01
2 1,16
Merah Sampel 4 3,23 4,45 4,40 5,31 5,10 0,05 -0,21 -0,23
Sampel 5 4,78 4,48 5,32 5,25 3,85 0,84 -0,14 -6,00
Sampel 6 4,78 4,61 4,71 5,83 4,59 0,10 -1,24 -0,08
Sampel 1 1,10 2,44 2,60 2,50 2,24 0,16 -0,26 -0,61
sampel 2 1,10 2,04 2,40 2,30 2,05 0,36 -0,25 -1,44
Tomat Sampel 3 2,24 2,10 2,40 2,25 2,02 0,3 -0,23 -1,30
3 1,08
Hijau Sampel 4 2,24 2,10 2,30 2,34 2,15 0,2 -0,19 -1,05
Sampel 5 3,49 1,75 2,11 1,88 1,60 0,36 -0,28 -1,28
Sampel 6 3,49 2,09 2,35 2,10 1,80 0,26 -0,3 -0,86
Sampel 1 1,56 5,84 5,92 4,71 4,54 0,08 -0,17 -0,47
sampel 2 1,56 5,46 5,57 4,32 4,14 0,11 -0,18 -0,61
Sampel 3 3,00 5,33 5,53 4,32 4,17 0,20 -0,15 -1,30
4 Jeruk 1,46
Sampel 4 3,00 5,13 5,33 4,21 4,13 0,20 -0,08 -2,50
Sampel 5 4,50 5,24 5,70 4,26 4,13 0,46 -0,13 -3,53
Sampel 6 4,50 5,25 5,34 4,45 4,22 0,09 -0,23 -0,39
Sampel 1 1,20 2,79 2,86 7,73 7,71 0,07 -0,02 -0,35
sampel 2 1,20 2,61 2,69 7,91 7,81 0,08 -0,10 -0,80
Pisang Sampel 3 2,66 2,61 2,66 7,61 7,61 0,05 0 -
5 7,28
Mas Sampel 4 2,66 2,63 2,76 7,92 7,83 0,13 -0,09 -1,44
Sampel 5 3,86 2,44 2,66 7,98 7,95 0,22 -0,03 -0,73
Sampel 6 3,86 2,59 5,1 8,11 8,16 2,51 -0,05 -50,2
Sampel 1 1,68 5,13 5,19 5,71 5,21 0,06 -0,5 -0,12
sampel 2 1,68 4,36 4,42 5,24 5,21 0,06 -0,03 -2,00 1,04
Sampel 3 3,10 5,09 5,13 5,38 5,32 0,04 -0,06 -0,66
6 Sawo
Sampel 4 3,10 4,25 4,28 5,15 5,10 0,03 -0,05 -0,75
Sampel 5 4,50 4,32 4,35 5,15 5,11 0,03 -0,04 -0,75
Sampel 6 4,50 4,29 4,31 4,91 4,90 0,02 -0,01 -2,00
Lampiran 2. Perhitungan panjang, lebar, posion ratio

∆X
1. Menghitung poison ratio ( ∆L)
∆X
 Posion ratio = ∆L
0,01
= −0,12 = −0,083
∆X
 Posion ratio = ∆L
0,02
= −0,175 = −0,11
∆X
 Posion ratio = ∆L
0,01
= −0,28 = −0,03

2. Menghitung panjang (∆L)


 ∆L = L1 – L0
= 54,30 – 55,50
= –1,2mm = –0,12cm
 ∆L = L1 – L0
= 53,0 – 54,35
= –1,35mm = –0,135cm
 ∆L = L1 – L0
= 58,45 – 60,20
= –1,75mm = –0,175cm

3. Menghitung lebar (∆X)


 ∆X = X1 – X0
= 41,5 – 41,40
= 0,1mm = 0,01cm
 ∆X = X1 – X0
= 39,25 – 39,25
= 0mm = 0cm
 ∆X = X1 – X0
= 43,35 – 43,15
= 0,2mm = 0,02cm
Lampiran 3. Dokumentasi praktikum

Penimbangan berat beban Pengukuran panjang awal bahan

Pengukuran lebar awal bahan Pemberian beban pada bahan

Pemberian beban pada bahan Pemberian beban pada bahan


Pengukuran panjang bahan Pengukuran lebar bahan
setelah diberi beban setelah diberi beban

Perubahan bentuk, warna Perubahan bentuk, warna dalam


setelah diberi tekanan dan buah setelah diberi tekanan dan
disimpan selama 4 hari disimpan selama 4 hari.
LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK TEKNIK BAHAN HASIL PERTANIAN
SIFAT RHEOLOGI PRODUK PERTANIAN

DI SUSUN OLEH :

1. LUTFIATIS MAHARANI J1B116008


2. WASGINA J1B116010
3. ARIFSON SIMANULANG J1B116012
4. AL AZHAR FAUZAN J1B116015
5. ADE FITRA WIJAYA J1B116022
6. NURKHOLIS J1B116071

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS JAMBI
NOVEMBER 2017

Anda mungkin juga menyukai