Anda di halaman 1dari 9

EVAPORATOR

Evaporator adalah media pemindahan energi panas melalui permukaan


agar refrijeran cair menguap dan menyerap panas dari udara dan produk yang ada
di dalam ruang tersebut. Karena, begitu banyaknya variasi kebutuhan refrijerasi,
maka evaporator juga dirancang dalam berbagai tipe, bentuk, ukuran dan desain.
Evaporator dapat dikelompokkan dalam berbagai klasifikasi, misalnya, konstruksi,
cara pencatuan refrijeran cair, kondisi operasi, cara sirkulasi udara dan jenis katub
ekspansinya.
Dilihat konstruksinya, evaporator dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu (1) bare-tube, (2) plate-surface, dan (3) finned. Evaporator jenis Bare tube
dan plate-surface dapat dikelompokkan sebagai evaporator permukaan primer, di
mana permukaan untuk transfer panas mempunyai kontak langsung dengan
refrijeran cair yang menguap di dalamnya. Kalau evaporator jenis finned, maka
hanya pipa refrijeran yang disebut permukaan primer, sedangkan finned-nya
disebut sebagai evaporator permukaan sekunder. Finned hanya berfungsi
menangkap udara disekitarnya dan mengubungkannya ke pipa refrijeran.
Evaporator Bare-tube dan plate-surface lazim digunakan untuk keperluan
pendinginan air dan pendnginan udara yang suhunya di bawah 1oC. Akumulasi
bunga es pas permukaan evaporator tidak dapat dicegah. Oleh karena itu perlu
diupayakan untuk menghilangkan bunga es di permukaan evaporator.

1. Bare tube Evaporator


Evaporator jenis bare-tube, terbuat dari pipa baja atau pipa tembaga.
Penggunaan pipa baja biasanya untuk evaporator berkapasitas besar yang
menggunakan ammonia. Pipa tembaga biasa digunakan untuk evaporator
berkapasitas rendah dengan refrijeran selain ammonia. Gambar 1 dan 2
memperlihatkan evaporator jenis bare-tube.
Gambar 1. Flat Zigzag Coil

Gambar 2. Oval Trombone Coil

2. Plate Surface Evaporator


Evaporator permukaan plat atau plate-surface dirancang dengan berbagai
jenis. Beberapa diantaranya dibuat dengan menggunakan dua plat tipis yang dipres
dan dilas sedemikian sehingga membentuk alur untuk mengalirkan refrijeran cair.
Desain evaporator plate surface dapat dilihat pada Gambar 3, 4 dan 5.
Gambar 3. Desain Evaporator Permukaan Plat

Gambar 4. Desain Evaporator Permukaan Plat Untuk Refrigerator Domestik

Gambar 5. Desain Evaporator Permukaan Plat Dengan Pipa

3. Finned Evaporator
Evaporator jenis finned adalah evaporator bare-tube tetapi dilengkapi
dengan sirip-sirip yang terbuat dari plat tipis alumunium yang dipasang disepanjang
pipa untuk menambah luas permukaan perpindahan panas. Sirip-sirip alumunium
ini berfungsi sebagai permukaan transfer panas sekunder. Jarak antar sirip
disesuaikan dengan kapasitas evaporator, biasanya berkisar antara 40 sampai 500
buah sirip per meter. Evaporator untuk keperluan suhu rendah, jarak siripnya
berkisar 80 sampai 200 sirip per meter. Untuk keperluan suhu tinggi, seperti room
AC, jarak fin berkisar 1,8 mm. Finned evaporator dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Finned Evaporator

4. Kapasitas Evaporator
Kapasitas evaporator biasanya dinyatakan dalam watt. Agar dapat
memindahkan energi panas sesuai denga keinginan, maka permukaan perpindahan
panas evaporator harus mempunyai kapasitas perpindahan panas yang cukup, agar
semua refrijeran yang akan diuapkan di dalam evaporator dapat berlangsung
dengan optimal dan menghasilkan pendinginan yang maksimum pula. Pemindahan
panas yang berlangsung di evaporator dapat terjadi dalam dua cara, yaitu konveksi
dan konduksi. Besarnya kapasitas perpindahan panas pada evaporator tergantung
pada lima variable sebagai berikut:
a. Luas area permukaan
b. Beda suhu
c. Faktor konduktivitas panas
d. Ketebalan material yang digunakan
e. Waktu
Secara matematika, jumlah panas yang dipindahkan dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut:
Q = A × U × TD
Keterangan: Q = jumlah panas yang dipindahkan dalam W
A = Permukaan luar evaporator dalam m2
U = Faktor konduktansi panas dalam W/m2 K
TD = Beda suhu refrijeran dan udara luar

Untuk menghitung luas permukaan luar evaporator, yang perlu kita


pertimbangkan mencakup:
a. Luas permukaan sirip
b. Luas permukaan pipa
c. Luas prmukaa bengkokan pipa
KONDENSOR

Pada prinsipnya mesin refrigerasi mekanik terdiri dari 4 fungsi yaitu:


Evaporasi, kompresi, Kondensasi dan ekspansi. Sesuai dengan fungsinya maka
komponen sistem refrigerasi mekanik terdiri dari: Evaporator, Kompresor,
Kondensor dan Katub ekspansi (katub pengontrol refrigerant). Disamping itu, agar
keempat fungsi tersebut dapat beroperasi sesuai keinginan maka diperlukan sistem
pengaturan (kontrol) baik secara elektrik, elektronik atau pneumatik.
Komponen utama mesin refrigerasi adalah kompresor, kondensor,
refrigerant flow control dan evaporator (cooling coil). Disamping itu terdapat
komponen bantu yang jenisnya tergantung dari aplikasi dan kapasitas mesinnya,
antara lain pipa penghubung pada sisi tekanan rendah dan tekanan tinggi, strainer,
dryer, heat exchanger, fan, pompa, katub, regulator dan protector dan cooling tower.
Bagian kontrol mesin refrigerasi terdiri dari berbagai komponen yang bekerja
secara elektrik, pnumatik dan elektronik, antara lain : motor penggerak kompresor
dan fan, kontaktor, relai, motor starter, over load protection, capasitor, pressure
switch, thermostat, humidistat, timer serta berbagai alat bantu lain yang berupa
regulator dan protector.
Fungsi condenser di dalam sistem Refrigerasi Kompresi Gas adalah untuk
merubah wujud refrigeran dari gas yang bertekanan dan bersuhu tinggi dari
discharge kompresor menjadi cairan refrigeran yang masih bersuhu dan bertekanan
tinggi. Pada saat gas bergerak dari sisi discharge kompresor masuk ke dalam
condenser, ia mengandung beban kalor yang meliputi kalor yang diserap oleh
evaporator untuk penguapan liquid refrigeran, kalor yang diserap untuk
menurunkan suhu liquid refrigeran dari suhu kondensing ke suhu evaporating, kalor
yang dihisap oleh silinder chamber dan kalor yang dipakai untuk mengkompresi
gas dari evaporator. Kondensor harus mampu membuang kalor tersebut ke cooling
medium yang digunakan oleh kondensornya.
Untuk membuang kalor yang dikandung refrigeran yang berada di dalam
coil kondenser diperlukan cooling medium. Sesuai dengan jenis cooling medium
yang digunakan maka kondenser dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Air Cooled Condenser (menggunakan udara sebagai cooling medium).
2. Water Cooled Condenser (menggunakan air sebagai cooling medium).
3. Evaporative Condenser (menggunakan kombinasi udara dan air).
Kondenser diletakkan di luar ruangan (out door) sehingga permukaan coil
kondenser tentu saja mudah sekali terkena kotoran baik oleh debu, uap air dan
kotoran lainnya. Agar pembuangan kalor tersebut dapat berlangsung dengan efektis
secara terus menerus maka permukaan perpindahan panas pada kondenser harus
selalu dalam kondisi bersih, bebas kotoran dan debu. Untuk itu kondenser harus
selalu dibersihkan secara rutin.

Gambar 1. Tipikal Kondensor Dengan Pendinginan Air

Gambar 2. Kondensor Dengan Pendinginan Air


Gambar 3. Tipikal Kondenser Dengan Pendinginan Air Tube-Intube

Gambar 4. Tipikal kondensor dengan pendinginan air, tube-in tube

Gambar 5. Evaporative Condenser


Untuk operasi cooling, maka kondenser selalu diletakkan di luar ruang.
Jadi coil kondenser selalu berhubungan dengan udara luar yang kotor baik debu,
kotoran lain dan serangga. Oleh karena itu permukaan coil condenser cenderung
kotor. Bila kotoran yang menempel pada permukaan coil kondenser tersebut
semakin tebal maka akan dapat menimbulkan masalah terhadap siklus refrigeran di
dalam unit air cinditioner. Seperti telah diketahui bahwa kondenser mempunyai
tugas khusus yaitu membuang atau memindahkan kalor yang dikandung oleh gas
refrigeran superheat akibat aksi kompresi oleh kompresor ke udara sekitarnya
melalui permukaan dan fin coil kondenser. Bila proses perpindahan kalor ini
berjalan lancar maka gas refrigeran tersebut akan mengalami kondensasi dan
berubah wujud menjadi liquid refrigeran pada outlet kondenser. Tetapi bila
permukaan kondenser tertutup oleh debu dan kotoran lain maka proses perpindahan
kalor tersebut tidak akan berjalan lancar akibatnya proses kondensasi juga
terhambat dalam hal ini masih ada tidak semua gas dapat berubah wujud menjadi
liquid. Akibatnya efek pendinginannya juga berkurang.
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh gangguan block condenser adalah efek
pendinginan kurang, tekanan kondensing atau tekanan pada sisi discharge di atas
normal, tekanan evaporating atau tekanan pada sisi suction di atas normal, arus
yang diambil oleh motor kompresor di atas normal dan overload protector untuk
kompresor sering bekerja.

Anda mungkin juga menyukai