LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Pengukuran Kekerasan BHP dengan Fruit Penetrometer dan Tekstur Analyzer)
Oleh:
NPM : 240110180065
2. Probe Adaptor
Berfungsi untuk meletakan sampel atau objek yang akan diukur teksturnya.
4. Scroll
Berfungsi untuk menaikkan serta menurunkan sampel atau objek yang diletakkan
diatas meja benda atau meja objek.
5. Tempat probe
Berfungsi untuk meletakkan probe yang spesifik sesuai dengan probe untuk sampel
6. Start
Tombol yang digunakan untuk memulai pengoperasian
7. Reset Stop
Tombol yang digunakan untuk menghentikan tes berlangsung kembali ke posisi awal
8. Emergency Stop
Tombol untuk menghentikan operasi dalam keadaan darurat.
Cara menggunakan tekstur analizer sebagai berikut :
1. Alat Tekstur Analizer dan komputer dinyalakan.
Pertama, alat dinyalakan dengan cara menekan tombol on yang ada di bagian
belakang alat setelah itu komputer juga dinyalakan.
2. Probe dipasang pada tempat probe sesuai sampel yang akan diukur.
3. Jarak antara meja objek dan probe diatur.
Jarak diatur agar probe tidak sampai mengenai objek. Sampel yang akan diukur
diletakkan di meja objek, lalu diatur jaraknya dengan letak probe kira-kira ±0,5cm
dari sampel. Setelah itu sampel diambil kembali, dan pada saat percobaan untuk
mempercepat waktu maka pada meja objek ditambahkan pengganjal agar posisi
sampel lebih tinggi.
4. Program Texture ProLite dibuka.
5. Diklik pada bagian define new test.
6. Diisi bagian trigger point, test speed, target value, dan probe type.
Trigger point adalah besarnya gaya yang digunakan beban probe untuk menyentuh
sampel, dan pada program diisi sebesar 20 g. Test speed adalah kecepatan probe
menyentuh sampel (semakin cepat maka semakin rendah tingkat akurasinya), pada
program diisi sebesar 0,5 mm/s. Target value adalah kedalaman probe menyentuh
sampel sekitar setengah dari tebal sampel, dan diisi sesuai dengan ½ ketebalan
sampel setelah dihitung dengan penggaris. Probe type diisi sesuai dengan tipe probe
yang digunakan.
7. Ketebalan sampel diukur menggunakan penggaris.
8. Diisi bagian target test.
Target test digunakan untuk menentukan tes yang dilakukan pada sampel. Bila
bendanya keras, maka dipilih compression sedangkan bila bendanya kenyal dipilih
TPA. Misalnya, pada uji pertama menggunakan crackers maka checklist di bagian
compression.
9. Texture Results diisi sesuai parameter sampel.
Bagian primary calculation diklik semuanya kecuali area cycle 1 dan 2 (untuk
pengukuran sampel crackers dan buah, namun jika sampelnya tahu maka area cycle 1
dan 2 juga diklik) lalu menu secondary calculation diklik pada bagian work done to
hardness 1. Setelah itu, pada additional calculaltions diklik di bagian sample length.
10. Diisi bagian General Results.
Semua bagian standard results dalam tab general results diklik kecuali special results.
11. Probe dibiarkan berkalibrasi terlebih dahulu.
12. Sampel kembali diletakkan di meja objek.
13. Tombol Run Test diklik untuk menjalankan pengukuran tekstur.
14. Hasil kurva dicetak dengan printer.
Setelah alat berhenti bekerja, maka akan didapatkan kurva profil tekstur. Sebelum
dapat melihat kurvanya, terlebih dahulu file di save di folder, kemudian tekan tombol
view load/time chart untuk melihat keseluruhan hasil pengukuran beserta kurvanya
(Julianti,2006).
2.3 Kekerasan Produk
Pengukuran secara obyektif dapat dilakukan dengan menggunakan penetrometer
yang murah. Cara yang paling umum untuk mengukur kekerasan adalah dengan
mengukur daya tahan terhadap tekanan atau pounds-force (lbf). Penetrometer buah
Effi-gi adalah alat yang mudah dibawa dengan pengukuran dalam pounds-force.
Untuk mengukur kekerasan, gunakanlah buah yang suhunya seragam, karena buah
hangat biasanya lebih lunak daripada buah dingin. Gunakanlah buah yang
ukurannyaseragam, karena buah besar biasanya lebih lunak daripada buah kecil. Buat
dua tes tekanan atau punkture untuk setiap buah pada buah ukuran besar, yaitu pada
dua bagian equator yang berlawanan, terletak pada pertengahan antara tangkai dan
pangkal buah. Iris sedikit kulitnya (lebih besar daripada ujung probe dari
penetrometer yang akan digunakan) dan pilih ujung probe penekan yang sesuai.
Pegang buah pada permukaan yang keras dan paksa ujung probe masuk ke dalam
buah dengan kecepatan yang lambat dan seragam ( lamanya 2 detik) sampai garis
yang ada di ujung. Baca pengukuran yang mendekati 0.5 lb-force (Supratomo,2006).
Kekerasan buah diukur dengan menggunakan alat penetrometer fruit tester.
Pengukuran dilakukan pada buah yang berkulit yaitu dengan menusukkan puncture
alat pada buah advokat yang berkulit. Selain itu, pengukuran dilakukan juga terhadap
kadar daging buahnya, dengan terlebih dahulu membelah buah. Kekerasan dinyatakan
dalam satuan mm (kedalam penusukan) per detik dengan beban berat tertentu dalam
gram. Kekerasan buah pada umumnya akan menurun selama penyimpanan. Hal ini
disebabkan karena terjadinya perubahan komposisi penyusun dinding sel maupun
komponen makro lainnya (Supratomo,2006).
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekerasan Bahan Hasil Pertanian
Tingkat kekerasan pada buah mangga berbeda-beda berdasarkan tingkat
kemasakan buah tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kekerasan
buah adalah adalah suhu, tempat penyimpanan, respirasi dan transpirasi. Kekerasan
dari buah-buahan dipengaruhi oleh tekanan turgor dari sel-sel buah dan sayur tersebut
yang masih hidup. Tekanan turgor adalah tekanan dari komponen-kompoenen yang
mengisi dalam sel terhadap dinding sel. Dinding seltersebut mempunyai sifat plastis.
Isi sel dari buah-buahan tersebut dapat membesar karena menyerap air dari
sekelilingnya yang biasanya memalui berbagai proses seperti osmosis dan difusi.
Oleh karena itu tekanan turgor berpengruh terhadap kekerasan sel parenkima dan
mengakibatkan tingkat kekerasan pada bahan buah (Tranggono, 1992).
Selain itu, kandungan zat pektik (pectin dalam buah) di dalam buah akan
mempengaruhi kekerasan buah tersebut. Selama proses pematangan buah, zat pektik
akan terhidrolisa menjadi komponen-komponen yang larut sehingga total zat pektik
akan menurun kadarnya dan komponen yang larut dalam air akan meningkat
jumlahnya dan mengakibatkan buah menjadi lunak. Semakin matang buah-buahan
maka tingkat kekerasannya semakin menurun, sedangkan buah yang masih muda
memiliki tingkat kekerasan yang paling tinggi (Tranggono, 1992).
Kekerasan buah juga dipengaruhi oleh ketebalan kulit luar, kandungan kulit luar,
kandungan total zat padat dan bentuk pati dari buah tersebut. Pengempukan
diakibatkan oleh menurunnya jumlah protopektin yang tidak larut dalam air dan
naiknya jumlah pectin yang larut dalam air. Selain faktor tersebut, lama penyimpanan
juga berpengaruh nyata terhadap keempukan suatu buah. Semakin lama disimpan,
maka dosis karbit dalam buah akan menjadi lunak dan buah menjadi empuk
(Tranggono, 1992).
2.5 Kematangan dan Kemasakan Produk Buah
Kebanyakan masyarakat mengartikan matang (mature) dan masak (ripe) dengan
konsep yang sama pada komoditi hortikultura, terlebih-lebih terhadap komoditi buah.
Dalam fisiologi paska panen, matang dan masak adalah istilah yang berbeda untuk
stadia yang berbeda pada masing-masing tingkat perkembangan. Matang
didefinisikan sebagai komoditi yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang
lengkap. Khususnya pada buah, oleh US Grade mendefinisikan matang sebagai suatu
tahapan atau stadia yang akan menjamin penyelesaian proses pemasakan.
Kebanyakan ahli teknologi paska panen mendefinisikan matang sebagai suatu stadia
pada saat komoditi mencapai stadia perkembangan cukup setelah panen dan pada saat
penanganan paska panen keadaan kualitasnya masih dapat diterima oleh konsumen.
Pada kebanyakan jenis buah seperti pisang; kualitas untuk dapat dikonsumsi pada
tingkat kematangan jauh dari optimum. Sedangkan pada kebanyakan sayuran,
kematangan optimal terjadi bersamaan dengan kualitas optimum organ panenan
tersebut untuk dapat dikonsumsi.
Pada umumnya buah-buahan mengalami serangkaian perubahan komposisi kimia
maupun fisiknya seiring dengan perubahan tingkat kematangan dan kemasakan.
Rangkaian perubahan tersebut mempunyai implikasi yang luas terhadap metabolisme
jaringan buah tersebut, diantaranya adalah perubahan kandungan asam-asam organik,
gula, karbohidrat dan juga yang lainnya. Perubahan tingakat keasaman dalam
jaringan juga akan mempengaruhi aktifitas beberapa enzim diantaranya adalah enzim-
enzim pektinase yang mampu mengkatalis degradasi protopektin yang tidak larut
menjadi substansi pectin yang larut. Perubahan komposisi substansi pektin ini akan
mempengaruhi kekerasan buah-buahan. Etilen merupakan senyawa hidrokarbon yang
dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan penting dalam proses
pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian. Dalam keadaan normal,etilen
akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana. Di alam etilen akan
berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologi pada suatu tanaman. Hormone ini
akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik. Klimaterik
adalah suatu periode mendadak yang unik bagi buah dimana selama proses terjadi
etilen disertai dengan dimulainya proses pematangan buah (Fauzia dkk, 2013).
BAB III
METODOLOGI
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Anggur;
2. Apel;
3. Kiwi;
4. Pepaya; dan
5. Pir.
Diketahui d = 0.5 cm
A = ¼ π d2
= ¼ π 0.52
= 0.196 cm2
F 2.1
Ulangan ke -1 P = = = 10.71 kgf/cm2
A 0.196
F 2.4
Ulangan ke -2 P = = = 12. 24 kgf/cm2
A 0.196
F 2
Ulangan ke -3 P = = = 10.2 kgf/cm2
A 0.196
F 2.85
Ulangan ke -1 P = = =14.51 kgf/cm2
A 0.196
F 2.5
Ulangan ke -2 P = = = 12.73 kgf/cm2
A 0.196
F 2.8
Ulangan ke -3 P = = = 14.28 kgf/cm2
A 0.196
F 2.45
Ulangan ke -1 P = = = 12.48 kgf/cm2
A 0.196
F 2.15
Ulangan ke -2 P = = = 10.97 kgf/cm2
A 0.196
F 2.8
Ulangan ke -3 P = = = 14.29 kgf/cm2
A 0.196
F 1.8
Ulangan ke -1 P = = = 9.18 kgf/cm2
A 0.196
F 1
Ulangan ke -2 P = = =7.65 kgf/cm2
A 0.196
F 1.45
Ulangan ke -3 P = = = 7.39 kgf/cm2
A 0.196
F 1.2
Ulangan ke -1 P = = = 6.11 kgf/cm2
A 0.196
F 1
Ulangan ke -2 P = = =5.09 kgf/cm2
A 0.196
F 1.11
Ulangan ke -3 P = = = 5.65 kgf/cm2
A 0.196
Diketahui d = 0.2 cm
A = ¼ π d2
= ¼ π 0.22
A = 0,0314 cm²
F 10.78
Ulangan ke -1 P = = =3.39 kgf/cm2
A 0,0314
F 10.625
Ulangan ke -2 P = = = 3.38 kgf/cm2
A 0,0314
F 10.652
Ulangan ke -3 P = = = 3.5 kgf/cm2
A 0,0314
4.3 Grafik
Gambar 2. Grafik ulangan ke-1
Dokumentasi Praktikum