Anda di halaman 1dari 21

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Pengukuran Nilai Kapasitas Kalor (Cp) dengan Metode Mixture)

Oleh :
Nama : Siti Fathonah
NPM : 240110200034
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 2 November 2022
Waktu/Shift : 15.30 – 17.30 WIB/A1
Asisten Praktikum : 1. Annisa Pusponegoro
2. Maya Irmayanti
3. Shintya Devita Maharani
4. Shitah Khoerunnisa

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan-bahan hasil pertanian, khususnya dalam proses pengolahan pasca
panen tidak lepas dari berbagai perlakuan panas. Banyak produk pertanian yang
perlu diolah secara termal sebelum digunakan konsumen. Pengolahan termal
tersebut meliputi penggorengan, pendinginan, pengeringan dan pembekuan.
Proses-proses yang melibatkan aktivitas kalor dilakukan melalui konveksi,
konduksi, dan radiasi. Pemilihan setiap mekanisme didasarkan pada jenis bahan
yang akan diproses serta karakteristik produk akhir yang diinginkan.
Sifat panas merupakan sifat fisik pada pada produk yang berkaitan dengan
perambatan panas atau perubahan suhu. Sifat-sifat tersebut secara tidak langsung
menjadi unsur mutu pada produk. Unsur mutu yang paling berkaitan dengan sifat
termal tersebut diantarnya terkait kerusakan produk jika terkena panas atau dingin
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, karakteristik termal bahan hasil pertanian
sangat penting diketahui untuk membangun sebuah sistem pengolahan bahan hasil
pertanian. Dari latar belakang terkait banyaknya manfaat dari sifat termal yang
dimiliki bahan hasil pertanian, maka pada praktikum kali ini akan dilakukan
pengamatan terhadap salah satu sifat termal bahan pertanian yaitu panas spesifik.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum kali ini adalah menentukan panas spesifik (Cp) dari
beberapa jenis bahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Panas Spesifik


Panas spesifik (Cp) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celcius (Muhsin, 2018). Nilai Cp suatu
zat dipengaruhi oleh kalor, suhu, dan massa zat tersebut. Kalor adalah energi panas
yang dimiliki suatu zat. Karena kalor merupakan energi maka kalor memiliki satuan
berupa Joule (J). Kalor juga memiliki sifat seperti energi yaitu dapat dirubah ke
bentuk lain sesuai hukum kekekalan energi, contohnya kalor dapat dirubah menjadi
energi listrik, konversi kalor menjadi energi listrik sudah banyak dimanfaatkan pada
berbagai bidang. Suhu merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya suatu zat
atau benda, suhu menunjukkan derajat panas benda (Supu et al., 2016). Suhu diukur
dengan menggunakan termometer. Suhu dapat dinyatakan dengan satuan Celcius
(C), Reamur (R), Fahreinheit (F), dan Kelvin (K). Di negara Inggris suhu biasa
dinyatakan dalam derajat Rankine. Massa zat adalah banyaknya materi yang
terkandung dalam suatu zat atau benda, massa biasa dinyatakan dalam satuan
kilogram (kg). Panas spesifik beserta faktor-faktor di dalamnya dapat dinyatakan
lewat suatu persamaan sebagai berikut:
𝑞
𝐶𝑝 = 𝑚 𝛥𝑇 ……………………………… (1)

𝑞 = 𝐶𝑝 × 𝑚 × 𝛥𝑇 ……………………… (2)
dimana:
Cp = Panas spesifik (J/kg K)
q = Energi panas (J)
m = Massa bahan (kg)
ΔT = Perbedaan suhu (K)
(Rosalinda et al., 2021)
Dari persamaan tersebut diketahui bahwa nilai panas spesifik berbanding
lurus dengan nilai kalornya, semakin besar nilai kalor suatu zat maka semakin besar
juga nilai panas spesifiknya. Nilai kalor berbanding lurus dengan nilai perubahan
suhu dan massa benda. Semakin tinggi suhu suatu benda semakin panas benda
tersebut (Supu et al., 2016). Begitu pula semakin besar massa benda, semakin besar
juga jumlah kalor yang diperlukkan untuk menaikkan suhu benda itu. Panas dapat
berpindah karena perbedaan suhu. Panas bergerak dari yang bersuhu tinggi ke yang
bersuhu rendah. Ketika dua benda dengan suhu berbeda bergandengan, mereka
akan bertukar energi internal sampai suhu kedua benda tersebut seimbang. Jumlah
energi yang disalurkan adalah jumlah energi yang tertukar (Purwadi, 2001).

2.2 Panas Spesifik Bahan Pertanian


Panas spesifik bahan pertanian adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk
meningkatkan temperature satu satuan kuantitas bahan pertanian sebesar satu
derajat dikali bobot produk dikali perubahan temperature yang diinginkan. Bahan
pertanian mempunyai bentuk dan struktur yang beragam. Karena itu setiap bahan
pertanian mempunyai kemampuan yang berbeda dalam mengubah suhunya bila ada
perlakuan pemanasan dari luar. Nilai panas spesifik setiap bahan pertanian dapat
berbeda-beda, hal tersebut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor kadar air, suhu,
komposisi kimia dan kondisi bahan (Putra, 2010). Nilai kapasitas panas suatu bahan
dapat diketahui dengan menggunakan menggunakan metode campuran dan metode
kalorimeter.
Nilai panas spesifik bahan-bahan pertanian sangat diperlukan diantaranya
pada proses pemanasan dan pendinginan. Nilai kapasitas panas tersebut sangat
penting diketahui untuk membangun sebuah sistem pengolahan bahan hasil
pertanian yang berhubungan dengan penggunaan termal (Rosalinda et al., 2021).
Proses pasca panen yang melibatkan sifat termal bahan pertanian yaitu diantaranya
pada proses perencanaan, pengendalian dan operasi dalam perlakuan pemanasan,
seperti penggorengan dengan vacuum frying, pengeringan, pembekuan dan lain-
lain. Kapasitas panas bahan-bahan hasil pertanian beberapa telah diketahui nilainya
melalui penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Berikut nilai Cp pada beberapa
bahan hasil pertanian yaitu tomat ceri, jeruk limau, dan anggur berdasarkan
penelitian sebelumnya.
Tabel 1. Food Specicfic Heat
Food Specific Heat-above freezing Specific Heat-below freezing
(btu/(lb⁰F)) (kJ/(kg⁰C)) (kcal/(kg⁰C)) (btu/(lb⁰F)) (kJ/(kg⁰C)) (kcal/(kg⁰C))
Tomatos, 0.95 3.98 0.95 0.45 1.88 0.45
red
Limes 0.89 3.73 0.89 0.43 1.88 0.43
Grapes 0.86 3.6 0.86 0.42 1.76 0.42
Sumber : The Engineering ToolBox, 2002

2.3 Prinsip Asas Black


Asas Black adalah suatu prinsip dalam ilmu termodinamika yang
menyatakan bahwa: “Pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepas
oleh zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diterima
oleh zat yang suhunya lebih rendah”. Menurut Asas Black apabila ada dua benda
yang suhunya berbeda kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran
kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda bersuhu rendah (Muhsin, 2018).
Perpindahan kalor tersebut akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal atau
suhu dari kedua benda sama. Yang melepas kalor adalah benda yang bersuhu tinggi
dan yang menerima kalor adalah benda yang bersuhu rendah. Jumlah kalor yang
diserap benda bersuhu rendah sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda
bersuhu tinggi. Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan
kalor yang diserap bila dipanaskan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai
berikut:
𝑄𝑙𝑒𝑝𝑎𝑠 = 𝑄𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 ………………………………(3)
𝑚1 × 𝑐1 × 𝛥𝑇1 = 𝑚2 × 𝑐2 × 𝛥𝑇2 ……………..(4)
dimana:
Qterima = Jumlah kalor yang diterima oleh benda bersuhu rendah (J)
Qlepas = Jumlah kalor yang diterima oleh benda bersuhu tinggi (J)
m1 = Massa zat bersuhu rendah (kg)
m2 = Massa zat bersuhu tinggi (kg)
c1 = Kalor jenis benda bersuhu rendah (J/kg⁰C)
c2 = Kalor jenis benda bersuhu tinggi (J/kg⁰C)
𝛥𝑇1= Perubahan suhu awal benda bersuhu rendah (⁰C)
ΔT2 = Perubahan suhu awal benda bersuhu tinggi (⁰C)
(Kanginan, 2002)
Prinsip asas Black pertama kali dikemukakan oleh seorang Fisikawan
Inggris bernama Joseph Black (1728-1799). Prinsip ini dimanfaatkan untuk
perpindahan kalor, juga bisa digunakan untuk pencegahan perpindahan kalor dalam
beberapa alat dan sistem. Contohnya seperti pada panel surya, kalor dari matahari
akan diserap oleh permukaan hitam, yang kemudian dihantarkan melalui logam
secara konduksi, selanjutnya kalor ini akan dipindahkan ke bagian sistem pemanas
air yang terhubung. Prinsip asas black juga dapat terjadi pada rumah kaca, ketika
hari panas, radiasi matahari dengan panjang gelombang pendek akan masuk
menembus kaca yang kemudian akan diserap oleh tanah dan tanaman di dalamnya.
Tanah atau tanaman yang ada didalamnya ini akan memancarkan kembali kalor
yang mereka terima dalam bentuk radiasi inframerah dengan panjang gelombang
yang lebih panjang. Energi ini tidak bisa menembus kaca, sehingga terperangkap di
dalam rumah.

2.4 Metode Mixture


Dalam pengukuran kalor jenis bahan pertanian, biasanya digunakan metode
campuran. Metode ini menggunakan prinsip kesetimbangan kalor yaitu kalor yang
diberikan bahan sama dengan kalor yang diterima oleh sistem. Metode ini paling
sering digunakan karena sederhana. Metode ini juga dapat digunakan untuk
mengukur kalor jenis buah-buahan atau biji-bijian. Pada metode mixture, digunakan
prinsip adiabatik. Adiabatik adalah proses perubahan sistem tanpa ada kalor yang
masuk atau keluar dari sistem (Mukramah et al., 2020). Walaupun tidak ada kalor
yang masuk atau keluar dari lingkungan ke sistem atau sebaliknya, tetapi suhunya
tidak tetap. Proses adiabatik dapat dilakukan dengan cara menutup sistem serapat-
rapatnya, sehingga tidak ada pertukaran kalor dengan lingkungan. Pada poses
penentuan panas spesifik bahan pertanian tersebut, prinsip adiabatik digunakan
pada sebuah termos sebagai media bertukarnya kalor antara sistem dan bahan.
Prinsip kerja metode ini yaitu dengan melakukan perhitungan terhadap faktor-
faktor panas spesifik yaitu menghitung massa bahan, massa air, suhu bahan dan
suhu air yang ditempatkan dalam sebuah media yaitu termos dan menghitung
hasilnya dengan prinsip asas black dan adiabatik. Kalor yang hilang pada sistem
akan diterima oleh bahan yang ada dalam termos sehingga tidak ada energi kalor
yang hilang. Dengan mengukur temperature akhir dari campuran, kalor jenis dapat
dihitung.
BAB III
METODOLOGI PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Gelas beker, untuk menyimpan air saat dipanaskan;
2. Microwave, untuk memanaskan air;
3. Sarung tangan oven, untuk melindungi tangan saat mengeluarkan benda dari
microwave;
4. Stopwatch, untuk mengukur lamanya waktu;
5. Termometer, untuk mengukur suhu air dan bahan;
6. Termos, untuk tempat lepas terima kalor; dan
7. Timbangan analitik, untuk menimbang massa bahan.
3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan untuk praktikum kali ini adalah:
1. Anggur;
2. Jeruk limau; dan
3. Tomat ceri.

3.2 Prosedur Percobaan


Prosedur yang harus dilakukan untuk praktikum kali ini adalah:
1. Panaskan air dengan menggunakan water heater;
2. Timbanglah bahan dengan menggunakan timbangan analitik (mb) dan
ukurlah suhu bahan awal (Tb1) dengan asumsi Tb1 = T ruangan;
3. Timbanglah air panas dengan menggunakan timbangan analitik (ma);
4. Setelah selesai ditimbang , masukkan air panas ke dalam termos dan ukurlah
suhunya (Ta1);
5. Setelah suhu bahan awal dan suhu air awal diukur, masukkanlah bahan ke
dalam termos;
6. Tutuplah termos dan biarkan selama 15 menit;
7. Setelah 15 menit, buka tutup termos dan ukurlah kembali suhu air (Ta2) dan
suhu bahan (Tb2);
8. Hitunglah Cp bahan.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 2. Hasil Pengukuran (Kelompok 1)

Parameter Tomat Ceri Jeruk Limau Anggur


Mb (kg) 0.005456 0.0074 0.00593
𝑇𝑏1(K) 302.45 302.65 302.15
𝑇𝑏2(K) 321.95 323.45 324.75
∆Tb 19.5 20.8 22.6
𝑇𝑎1(K) 331.75 332.65 337.05
𝑇𝑎2(K) 324.95 326.45 330.25
∆Ta 6.8 6.2 6.8
Ma (kg) 0.20048 0.2007 0.20041

Tabel 3. Hasil Pengukuran (Kelompok 2)

Parameter Tomat Ceri Jeruk Limau Anggur


Mb (kg) 0.01 0.01 0.01
𝑇𝑏1(K) 302.50 302 302.30
𝑇𝑏2(K) 328.70 326.40 330.80
∆Tb 26.2 24.4 28.5
𝑇𝑎1(K) 336.30 336.30 338.39
𝑇𝑎2(K) 332.60 333 335.20
∆Ta 3.70 3.3 3.1
Ma (kg) 0.20 0.20 0.21

Tabel 4. Hasil Pengukuran (Kelompok 3)

Parameter Tomat Ceri Jeruk Limau Anggur


Mb (kg) 0.00546 0.00605 0.00661
𝑇𝑏1(K) 302.65 302.15 302.45
𝑇𝑏2(K) 329.25 331.45 328.95
∆Tb 26.6 29.3 26.5
𝑇𝑎1(K) 338.25 337.25 340.85
𝑇𝑎2(K) 333.85 333.65 337.75
∆Ta 4.4 3.6 2.9
Ma (kg) 0.20087 0.20253 0.20044
Tabel 5. Hasil Pengukuran (Kelompok 4)

Parameter Tomat Ceri Jeruk Limau Anggur


Mb (kg) 0,00687 0,00661 0,00436
𝑇𝑏1(K) 302,65 302,15 302,45
𝑇𝑏2(K) 326,7 234,5 329,1
∆Tb 24,05 22,35 26,65
𝑇𝑎1(K) 338,4 335,7 340,9
𝑇𝑎2(K) 331 328,9 333,4
∆Ta 7,4 6,8 7,5
Ma (kg) 0,200033 0,20002 0,20051

Tabel 6. Hasil Pengukuran (Kelompok 5)

Parameter Tomat Ceri Jeruk Limau Anggur


Mb (kg) 0.00681 0.00591 0.00569
𝑇𝑏1(K) 302.65 302.15 302.45
𝑇𝑏2(K) 326.6 328.5 330.3
∆Tb 23.95 26.35 27.85
𝑇𝑎1(K) 333 330.8 336,6
𝑇𝑎2(K) 323.7 323.9 326.5
∆Ta 9,3 6,9 10,1
Ma (kg) 0.20004 0.2009 0.20235

Tabel 7. Hasil Pengukuran (Kelompok 6)

Parameter Tomat Ceri Jeruk Limau Anggur


Mb (kg) 0.00765 0.00631 0.0065
𝑇𝑏1(K) 302.65 302.15 302.45
𝑇𝑏2(K) 331.05 331.15 331.45
∆Tb 28.4 29 29
𝑇𝑎1(K) 337.45 333.65 337.75
𝑇𝑎2(K) 335.25 329.75 335.75
∆Ta 2.2 3.9 2
Ma (kg) 0.20143 0.20004 0.2

Tabel 8. Nilai Cp (Kelompok 1-6)

Nama Bahan Nilai Cp (kj/kg.K)


Kelompok 1
Tomat Ceri 53.52
Jeruk Limau 33.79
Anggur 42.50

Tabel 9. Nilai Cp (Kelompok 1-6) Lanjutan


Nama Bahan Nilai Cp (kj/kg.K)
Kelompok 2
Tomat Ceri 11.80
Jeruk Limau 11.30
Anggur 9.54
Kelompok 3
Tomat Ceri 25.44
Jeruk Limau 17.19
Anggur 13.87
Kelompok 4
Tomat Ceri 37.50
Jeruk Limau 38.48
Anggur 54.09
Kelompok 5
Tomat Ceri 48.46
Jeruk Limau 37.20
Anggur 53.90
Kelompok 6
Tomat Ceri 8.52
Jeruk Limau 17.82
Anggur 8.87

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Data Kelompok 1
1. Tomat Ceri
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20048 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (6.8 K)
= = 53.52 KJ⁄Kg. K
(0.00546 Kg) × (19.5 K)
2. Jeruk Limau
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20007 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (6.2 K)
= = 33.79 KJ⁄Kg. K
(0.0074 Kg) × (20.8 K)
3. Anggur
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20041 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (6.8 K)
= = 42.50 KJ⁄Kg. K
(0.00539 Kg) × (22.6 K)
4.2.2 Perhitungan Data Kelompok 2
1. Tomat Ceri
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (3.70 K)
= = 11.80 KJ⁄Kg. K
(0.01 Kg) × (26.2 K)
2. Jeruk Limau
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (3.3 K)
= = 11.3 KJ⁄Kg. K
(0.01 Kg) × (24.4 K)
3. Anggur
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.21 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (3.1 K)
= = 9.54 KJ⁄Kg. K
(0.01 Kg) × (28.5 K)
4.2.3 Perhitungan Data Kelompok 3
1. Tomat Ceri
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20087 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (4.4 K)
= = 25.44 KJ⁄Kg. K
(0.00546 Kg) × (26.6 K)
2. Jeruk Limau
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20253 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (3.6 K)
= = 17.19 KJ⁄Kg. K
(0.00605 Kg) × (29.3 K)
3. Anggur
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20044 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (2.9 K)
= = 13.87 KJ⁄Kg. K
(0.00661 Kg) × (26.5 K)
4.2.4 Perhitungan Data Kelompok 4
1. Tomat Ceri
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20033 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (7.4 K)
= = 37.50 KJ⁄Kg. K
(0.00687 Kg) × (24.05 K)
2. Jeruk Limau
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20002 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (6.8 K)
= = 38.48 KJ⁄Kg. K
(0.00661 Kg) × (22.35 K)
3. Anggur
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20051 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (7.5 K)
= = 54.09 KJ⁄Kg. K
(0.00436 Kg) × (26.65 K)
4.2.5 Perhitungan Data Kelompok 5
1. Tomat Ceri
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20004 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (9.3 K)
= = 48.40 KJ⁄Kg. K
(0.00681 Kg) × (23.95 K)
2. Jeruk Limau
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.2009 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (6.9 K)
= = 37.20 KJ⁄Kg. K
(0.00591 Kg) × (26.35K)
3. Anggur
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20235 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (10.1 K)
= = 53.90 KJ⁄Kg. K
(0.00569 Kg) × (27.85 K)
4.2.6 Perhitungan Data Kelompok 6
1. Tomat Ceri
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20143 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (2.2 K)
= = 8.52 KJ⁄Kg. K
(0.00765 Kg) × (28.4 K)
2. Jeruk Limau
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.20004 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (3.9 K)
= = 17.82 KJ⁄Kg. K
(0.00631 Kg) × (29 K)
3. Anggur
Ma × Cpa × ∆Ta
Cpb =
Mb × ∆Tb
(0.2000 Kg) × (4.18 KJ⁄Kg. K) × (2 K)
= = 8.87 KJ⁄Kg. K
(0.0065 Kg) × (29 K)
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini dilakukan pengukuran terhadap panas spesifik yang


dimiliki oleh beberapa bahan pertanian. Pengukuran panas spesifik dilakukan
dengan metode mixture. Pengukuran panas spesifik pada beberapa bahan yang
diamati dilakukan dengan mengondisikan bahan pada sebuah media adiabatik
kemudian hasil perhitungan akhirnya menunjukkan nilai panas spesifik bahan
tersbeut. Pengamatan bahan dibagi ke dalam 6 kelompok yang setiap kelompok
menghasilkan data yang berbeda anatar kelompoknya.
Bahan dihitung panas spesifiknya berdasarkan hasil pengukuran selama
praktikum kemudian dihitung menggunakan persamaan yang sudah di tentukan.
Dari hasil perhitungan tersebut di dapat nilai panas spesifik untuk tomat ceri, jeruk
limau, dan anggur dengan nilai yang bervariasi dari setiap kelompok. Pengukuran
oleh kelompok 1 di dapat nilai panas spesifik untuk tomat ceri, jeruk limau, dan
anggur secara berturut-turut yaitu 53,2 kJ/kg.K; 33,79 kJ/kg.K; dan 42,50 kJ/kg.K.
Pengukuran oleh kelompok 2 di dapat nilai panas spesifik untuk tomat ceri, jeruk
limau, dan anggur secara berturut-turut yaitu 11,80 kJ/kg.K; 11,30 kJ/kg.K; dan
9,54 kJ/kg.K. Pengukuran oleh kelompok 3 di dapat nilai panas spesifik untuk tomat
ceri, jeruk limau, dan anggur secara berturut-turut yaitu 25,44 kJ/kg.K; 17,19
kJ/kg.K; dan 13,87 kJ/kg.K. Pengukuran oleh kelompok 4 di dapat nilai panas
spesifik untuk tomat ceri, jeruk limau, dan anggur secara berturut-turut yaitu 37,50
kJ/kg.K; 38,48 kJ/kg.K; dan 54,09 kJ/kg.K. Pengukuran oleh kelompok 5 di dapat
nilai panas spesifik untuk tomat ceri, jeruk limau, dan anggur secara berturut-turut
yaitu 48,46 kJ/kg.K; 37,20 kJ/kg.K; dan 53,90 kJ/kg.K. Dan pengukuran terakhir
dilakukan kelompok 6 di dapat nilai panas spesifik untuk tomat ceri, jeruk limau,
dan anggur secara berturut-turut yaitu 8,52 kJ/kg.K; 17,82 kJ/kg.K; dan 8,87
kJ/kg.K.
Perbedaan nilai panas spesifik bahan pada hasil perhitungan setiap
kelompok bisa disebabkan oleh faktor ketelitian pengukur, kinerja alat, dan kualitas
bahan. Dari hasil praktikum semua kelompok, didapat rata-rata nilai Cp yang paling
tinggi yaitu tomat, sementara nilai Cp yang paling kecil rata-rata dimiliki oleh
anggur. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai Cp berbanding terbalik dengan
massa bahan. Dari praktikum tersebut juga diketahui bahwa anggur memiliki suhu
akhir yang paling tinggi setelah diberi perlakuan, hal itu disebabkan anggur
memiliki kulit lapisan luar yang lebih tipis daripada tomat dan jeruk limau, sehingga
kalor yang masuk dari air ke bahan juga lebih besar. Berbeda dengan jeruk limau
yang memiliki kulit permukaan lebih tebal dibanding tomat dan anggur sehingga
memiliki suhu akhir paling kecil setelah diberi perlakuan.
Panas spesifik tomat, jeruk limau, dan anggur berdasar teori adalah 3,98
kJ/kg⁰C; 3,73 kJ/kg⁰C; dan 3,6 kJ/kg⁰C. Sementara dari hasil praktikum tidak ada
data yang mendekati. Bisa jadi, disebabkan oleh perbedaan satuan yang dipakai,
dan faktor lainnya yang bisa mempengaruhi hasil akhir pengukuran seperti kegiatan
penimbangan dan pengukuran suhu yang kurang teliti oleh praktikan, adanya jeda
dari setelah bahan diberi perlakuan ke pengukuran suhu, dan penggunaan termos
saat pengukuran.
Penentuan panas spesifik suatu bahan dapat digunakan dalam industri
pengolahan pangan untuk perhitungan model termal sehingga dapat menarik dan
memprediksi atau mengontrol banyak panas dalam bahan selama proses
pengolahan pangan. Banyak dari pengolahan pangan seperti pengalengan,
pengeringan dan pembekuan bergantung pada pemanasan. Selain itu dengan
mengetahui panas spesifik panas bahan dapat bermanfaat untuk mengetahui waktu
yang tepat dalam pengolahan bahan pangan, karena seringkali panas justru merusak
kandungan gizi dalam bahan pangan tersebut.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1. Setiap bahan hasil pertanian memiliki panas spesifik yang berbeda-beda
dipengaruhi oleh massa, suhu, dan kalor jenis bahan.
2. Besarnya panas spesifik berbanding terbalik dengan massa bahan dan delta
suhu.
3. Panas spesifik sangat bermanfaat dalam proses pasca panen terkait
pengolahan bahan hasil pertanian yang memerlukan sifat pemanasan.
6.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah metode pengukuran panas spesifik yang
lain seperti bomb kalorimeter juga dilakukan pengukuran secara langsung agar
praktikan dapat membedakan metode-metode dalam perhitungan panas spesifik
bahan.
DAFTAR PUSTAKA

Kanginan, M. (2002). IPA Fisika 1 untuk Kelas VII. Jakarta: Erlangga.


Muhsin. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Talking Stick untuk
Meningkatkan Sikap Positif dan Prestasi Belajar IPA Pokok Bahasan Kalor
pada Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Mukramah, W. A., Jannah, M., & Wahid, M. A. (2020). Termodinamika E-Modul
Berbasis Flipbook Maker. Aceh: UIN Ar-Raniry.
Purwadi, P. K. (2001). Metode ADI dalam Penyelesaian Persoalan Perpindahan
Panas Konduksi Benda Padat Tiga Dimensi Keadaan Tunak. Yogyakarta:
Universitas Sananta Dharma.
Putra, B. P. (2010). Menentukan Panas Jenis dan Konduktivitas Panas Gabah
(Oryza sativa L.) Jagung (Zea mays L.) dan Kedelai (Glycine max L.).
repository.ipb.ac.id.
Rosalinda, S., Nurjanah, S., & Widyasanti, A. (2021). Penuntun Praktikum MK.
Karakteristik Bahan Hasil Pertanian. Sumedang: Lab Pasca Panen dan
Teknologi Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem.
Supu, I., Basri, S., & Sunarmi. (2016). Pengaruh Suhu Terhadap Perpindahan Panas
pada Material yang berbeda. Jurnal Dinamika.
ToolBox, T. E. (2003). https://www.engineeringtoolbox.com/. Retrieved from
Specific Heat Capacity Food:
https://www.engineeringtoolbox.com/specific-heat-capacity-food-
d_295.html (Diakses pada 8 November 2022 pukul 22.16 WIB).
LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum

Gambar 1. Menimbang massa air

Gambar 2. Memasukkan air ke termos


Gambar 3. Mengukur suhu awal air

Gambar 4. Mengukur suhu akhir bahan

Anda mungkin juga menyukai