Anda di halaman 1dari 12

Nilai :

LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Karakteristik Elektrik: Pengukuran Konduktivitas Listrik Bahan Hasil Pertanian)

Oleh :
Nama : Fatina Danyah Husna
NPM : 240110180072
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 22 November 2019
Waktu / Sift : 15.30-17.00 / B2
Co. Ass : 1. A. Zahra Nursyifa
2. Maya Irmayanti
3. Nunung Nurhadijah Hudairiah
3. Zhaqqu Ilham Alhafidz

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Bahan hasil pertanian merupakan bahan yang memiliki karakteristik sangat
unik, sehingga perlu diolah secara apik oleh manusia. Banyak sekali faktor yang
dapat mempengaruhi bahan hasil pertanian baik dalam proses input, produksi,
penyimpanan, distribusi, bahkan hingga proses konsumsi yang dilakukan oleh
konsumen. Sebagai makhluk hidup yang juga terus bermetabolisme, bahan hasil
pertanian bisa saja dihinggapi oleh virus dan bakteri yang dapat merusak sel yang
menghilangkan nutrisi yang terkandung. Manusia harus dapat mengolah bahan
hasil pertanian agar dapat bertahan tanpa gangguan virus ataupun bakteri.
Sterilisasi bahan hasil pertanian sudah sejak lama dilakukan oleh manusia.
Proses paling umum dengan melakukan pemanasan bahan sehingga kuman dan
bakteri dalam larutan tersebut mati. Proses tersebut sangat mudah dilakukan namun
menimbulkan hal lain yang mempengaruhi efektifitas pengolahan. Berbagai proses
diuji cobakan untuk dapat mensterilkan bahan tanpa menimbulkan efek lain. Salah
satu cara yang ditemukan adalah memanfaatkan karakteristik elektrik yang dimiliki
oleh bahan. Sebelum menafaatkan karakteristik tersebut, nilai konduktivitas listrik
dari suatu bahan harus diketahui terlebih dahulu. Praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui nilai konduktivitas listrik dari suatu bahan.

1.2 Tujuan Praktikum


1.2.1 Tujuan Intruksional Umum
Mahasiswa dapat mempelajari karakteristik elektrik.
1.2.2 Tujuan Intruksional Khusus
Mahasiswa dapat menentukan besar konduktivitas listrik pada bahan
makanan cair.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konduktivitas Listrik


Konduktivitas listrik adalah ukuran kemampuan suatu larutan untuk
menghantarkan arus listrik. Arus listrik di dalam larutan dihantarkan oleh ion yang
terkandung di dalamnya. Ion memiliki karakteristik tersendiri dalam
menghantarkan arus listrik. Maka dari itu nilai konduktivitas listrik hanya
menunjukkan konsentrasi ion total dalam larutan. Banyaknya ion di dalam larutan
juga dipengaruhi oleh padatan terlarut di dalamnya. Semakin besar jumlah padatan
terlarut di dalam larutan maka kemungkinan jumlah ion dalam larutan juga akan
semakin besar, sehingga nilai konduktivitas listrik juga akan semakin besar. Jadi,
di sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara jumlah zat padat terlarut yang
dinyatakan dengan TDS dengan nilai konduktivitas listrik. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Das, dkk (2005) di Danau Subhas Sarovar dan Rabindra
Sarovar, Kolkata, India diketahui bahwa nilai konduktivitas listrik memiliki
hubungan yang linier dengan TDS. Dari penelitian tersebut teramati bahwa nilai
konduktivitas listrik meningkat seiring dengan meningkatnya nilai TDS yang
menunjukkan peningkatan konsentrasi sulfat dan ion lainnya. Pada penelitiannya
diketahui bahwa pengukuran konduktivitas listrik jauh lebih mudah daripada
pengukuran TDS langsung. Chang (1983) dalam Hayashi (2003) juga melakukan
penelitian yang melihat hubungan antara konduktivitas listrik dengan TDS dan
diketahui keduanya memiliki hubungan yang kompleks yang tergantung pada
komposisi kimia dan kekuatan ion dalam larutan tersebut. Hayashi (2003)
menyatakan bahwa pengukuran konduktivitas listrik jauh lebih cepat dan tidak
mahal, oleh karena itu pengukuran zat padat terlarut dengan konduktivitas listrik
lebih menguntungkan daripada pengukuran TDS secara langsung untuk analisis
kimia.
Dari beberapa penelitian lain diketahui bahwa nilai konduktivitas listrik
larutan juga dipengaruhi oleh temperatur dan pH. Hayashi (2003) yang melakukan
penelitian pada beberapa jenis air yang memiliki komposisi dan salinitas yang
berbeda. Dari penelitian ini didapatkan hubungan konduktivitas listrik dengan
temperatur yang sedikit nonlinier pada suhu berkisar 0- 30 oC, tetapi persamaan
linier masih dapat mendekati dengan cukup baik. Hasil penelitian Ezeweali, dkk
(2014) yang dilakukan di daerah Boji-Boji Agbor menunjukkan bahwa temperatur
memiliki hubungan dengan konduktivitas listrik dan TDS. Konduktivitas listrik
memiliki korelasi positif dengan TDS dan temperatur. Disamping itu, peningkatan
temperatur air akan menurunkan kepadatan dari gas seperti O2, CO2, N2, dan CH4
di dalam larutan.
Untuk mengetahui bagaimana hubungan TDS terhadap konduktivitas listrik,
dan pengaruh temperatur terhadap konduktivitas listrik dan bagaimana pH dari
beberapa jenis air, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Pada penelitian ini
dilakukan pengambilan sampel pada tiga lokasi yang berbeda yaitu di Pantai
Padang, Sungai Batang Arau dan Danau Diatas. Lokasi tersebut mempunyai jenis
air dan pencemaran yang berbeda dan diperkirakan mempunyai karakteristik
hubungan antara TDS dan konduktivitas listrik yang berbeda juga. Dalam penelitian
ini dilakukan pengukuran TDS dengan metode gravimetry. Pengukuran
konduktivitas listrik pada sampel menggunakan conductivity meter. Untuk melihat
bagaimana pengaruh temperatur terhadap konduktivitas listrik, dilakukan
pengukuran konduktivitas listrik terhadap sampel yang dipanaskan hingga
mencapai suhu 60oC kemudian setiap kenaikan 10oC diukur konduktivitas
listriknya (Irwan, 2016)

2.2 Aplikasi karakteristik elektrik


Metode non thermal yang sedang dikembangkan adalah dengan
menggunakan kejutan listrik tegangan tinggi (Pulse Electric Field/ PEF), yaitu
proses pengolahan bahan pangan yang didasarkan pada aplikasi denyut pendek
pada tegangan tinggi (20-80 kV/cm) ke bahan makanan yang ditempatkan diantara
2 elektroda pada suhu kamar atau di bawahnya selama beberapa detik, untuk
memperkecil kerusakan yang disebabkan oleh pemanasan. Metode ini sangat
efektif karena dapat menginaktivasi mikroorganisme sampai 99 % tanpa merubah
warna, bau, dan kandungan gizi dalam waktu yang sangat singkat (Barbosa
dkk.,1999). Parameter terpenting yang harus diperhatikan dalam pengolahan
dengan metode PEF adalah parameter proses yaitu kekuatan kejutan listrik, lebar
pulsa, jumlah pulsa dan desain wadah pengolahan (chamber). Sel membran bakteri
akan mengalami kerusakan yang menyebabkan bakteri tersebut mati jika
mendapatkan kejutan listrik lebih besar dari 25kV/cm dengan lebar pulsa 100–200
ns (Van Heesch dkk., 2004). Kekuatan kejutan listrik tergantung pada tegangan
pulsa tegangan tinggi yang diberikan pada chamber, sedangkan jumlah pulsa
tergantung pada lamanya waktu pengolahan (Ziwei dkk., 2006). Untuk
mendapatkan kejutan listrik yang sesuai untuk in aktivasi mikroorganisme
diperlukan pengaturan besarnya pulsa tegangan tinggi yang dapat diberikan pada
chamber dan juga pengaturan pulsa tegangan tinggi. Dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat diperoleh sari buah apel yang berkualitas dengan menganalisa
perubahan kandungan gizi yang meliputi vitamin A dan C, sifat fi sik yang meliputi
kadar air dan berat jenis, sifat kimiawi yang meliputi pH dan total padatan terlarut
dan total mikrobia dari hasil pasteurisasi menggunakan teknologi PEF. (Hawa,
2011)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Peralatan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah:
1. Konduktivitimeter;
2. Tisu;
3. Wadah plastik; dan
4. Waterbath.
3.1.2 Bahan
Bahan yang dibutuhkan untuk praktikum kali ini adalah:
1. Aquades;
2. Larutan CMC 0,1%; 0,2%; 0,3% b/v @100 ml;
3. Larutan garam 0,3%; 0,5%; 0,7% b/v @100 ml;
4. Larutan jeruk 10%; 20%; 30% v/v @100 ml;
5. Susu segar 100% @100 ml; dan
6. Susu ready to drink @100 ml.

3.2 Prosedur Praktikum


Prosedur yang dilakukan pada praktikum ini adalah :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan;
2. Memasukan alat konduktivitimeter ke dalam larutan dengan suhu ruangan
25oC lalu mencatat hasil yang didapatkan;
3. Membersihkan ujung alat menggunakan tisu;
4. Melakukan larutan lainnya dan mencatat hasil yang didapatkan;
5. Memanaskan larutan hingga suhu larutan mencapai 50oC; dan
6. Melakukan pengukuran konduktivitas fluida pada setiap larutan lalu mencatat
hasil yang didapatkan.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Tabel Hasil Pengamatan


Tabel 1. Data hasil pengukuran konduktivitas listrik pada bahan
Konduktivitas listrik (s/m)
No Bahan Konsentrasi
Suhu 1 (25oC) Suhu 2 (40oC)
Larutan CMC 0,1% 0,013 0,016
1 0,2% 0,018 0,018
0,3% 0,020 0,018
Larutan Jeruk 10% 0,016 0,018
2 25% 0,018 0,02
50% 0,026 0,036
Larutan Garam 0,3% 0,015 0,015
3 0,5% 0,016 0,022
0,7% 0,018 0,018
4 Susu segar 100% 0,016 0,034
5 Susu ready to drink 100% 0,023 0,022

4.2 Grafik
Konduktivitas listrik
(s/m)

0 100
konsentrasi larutan (%)

Grafik 1. Hubungan antara konduktivitas listrik dan konsentrasi larutan


(Sumber : Data Pribadi, 2019)
Konduktivitas listrik
(s/m)

Suhu(oC)

Grafik 2. Hubungan antara konduktivitas listrik dan suhu


(Sumber : Data Pribadi, 2019)
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum kali ini membahsa mengenai karakteristik elektrik dan pengaruh


konduktivitas listrik pada bahan hasil pertanian khususnya bahan makanan cair.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini memiliki 5 jenis bahan yaitu larutan
CMC dengan 3 konsentrasi berbeda, larutan jeruk dengan 3 konsentrasi berbeda,
larutan garam dengan 3 konsentrasi berbeda, susu segar dengan konsentrasi 100%,
dan susu ready to drink dengan konsentrasi 100%. Alat ukur yang digunakan adalah
konduktivitimeter. Aspek yang diamati pada praktikum kali ini adalah pengaruh
perbedaan suhu dan perbedaan konsentrasi.
Nilai konduktivitas listrik itu sendiri menunjukan seberapa baik suatu
material dapat menyalurkan muatan listrik ketika terdapat beda potensial sehingga
menyebabkan timbulnya arus listrik. Berdasarkan literasi, bahan dengan
kondutivitas listrik berkisar antara 0,01 S/m – 10 S/m akan mampu diproses dengan
pemanasan ohmic. Bahan makanan tidak akan panas jika nilai konduktivitas listrik
lebih besar dari 10 S/m dan arus tidak akan mengalir pada bahan makanan yang
memliki nilai konduktivitas listrik di bawah 0,01 S/m. Bahan dengan kadar garam
atau asam yang tinggi akan memiliki nilai konduktivitas listrik yang tinggi,
sedangkan bahan yang cenderung manis memiliki nilai konduktivitas listrik yang
rendah.
Hasil yang didapatkan menunjukan hal yang selaras dengan literasi yang ada.
Larutan CMC, larutan jeruk, dan larutan garam memiliki 3 jenis konsentrasi yang
meningkat dan menunjukan nilai konduktivitas listrik yang meningkat di setiap
kenaikan konsentrasi larutan. Hasil pengukuran nilai konduktivitas pada larutan
CMC dengan konsentrasi 0,1% menunjukan nilai 0,013 S/m lalu meningkat
menjadi 0,018 S/m pada konsentrasi 0,2% dan 0,02 S/m pada konsentrasi 0,3%.
Peningkatan nilai konduktivitas listrik pada larutan tidak terlalu signifikan, hal
tersebut juga dipengaruhi oleh kenaikan konsentrasi yang tidak terlalu besar pula.
Larutan jeruk memiliki nilai konduktivitas listrik yang lebi htinggi dibanding
larutan CMC, garam, dan susu. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi yang lebih
tinggi yaitu berkisar 10%-50%, sehingga kadar asam yang dikandung oleh larutan
juga semakin tinggi dan mempengaruhi nilai konduktivitas listrik.
Aspek lain yang diamati pada praktikum ini adalah pengaruh suhu larutan.
Larutan dipanaskan dengan suhu 40oC lalu diukur kembali satu persatu. Pengaruh
kenaikan suhu seharusnya berbanding lurus dengan kenaikan nilai konduktivitas
listrik. Hasil pengukuran menunjukan hal yang serupa dengan literasi, namun ada
beberapa larutan yang tidak mengalami kenaikan nalai bahkan mengalami
penurunan. Larutan yang tidak mengalami kenaikan nilai konduktivitas listrik
adalah larutan CMC dengan konsentrasi 0,2%, larutan garam dengan konsentrasi
0,3%, dan 0,7%. Larutan yang mengalami penurunan nilai konduktivitas listrik
adalah larutan CMC dengan konsentrasi 0,3%, dan susu ready to drink dengan
konsentrasi 100%. Penurunan nilai konduktivitas listrik pada setiap larutan tidak
terlalu siginifikan, hanya berkisar 0,001-0,002 S/m. Penurunan diperkirakan
dipengaruhi oleh waktu pengukuran. Larutan dipanaskan dan dikeluarkan secara
bersamaan lalu diukur satu persatu. Kemungkinan penurunan suhu sangat mungkin
terjadi ketika larutan yang diukur menempati posisi terakhir. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi adalah kondisi alat yang belum benar-benar steril setelah pengujian
larutan sebelumnya, sehingga mempengaruhi hasil pengukuran larutan setelahnya.
Praktikum ini menunjukan, bahwa larutan – larutan tersebut akan mampu
diproses secara pemansan ohmic karena memiliki nilai konduktivitas listrik berkisar
0,013-0,036 S/m. Aplikasi karakteristik elektrik pada dunia keteknikan pertanian
adalah untuk pengolahan bahan hasil pertanian pasca panen. Sterilisasi bahan
pangan yang biasanya menggunakan sifat thermal, banyak menimbulkan efek lain
sehingga diniali tidak efektif, seperti pemanasan susu dapat menimbulkan lapisan
lemak dan besar kemungkinan terjadi hangus. Sifat elektrik dapat dimanfaatkan
untuk mensterilisasi tanpa harus menimbulkan lapisan lemak dan memperkecil
kemungkinan hangus. Penggunaan sifat elektrik harus dengan perencanaan yang
matang, karena jika terdapat kesalahan dapat menimbulkan akibat yang fatal.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :
1. Kenaikan konsentrasi larutan berbanding lurus dengan kenaikan nilai
konduktifitas listrik;
2. Kenaikan suhu larutan berbanding lurus dengan kenaikan nilai konduktivitas
listrik;
3. Semakin tinggi kadar asam atau garam pada larutan, maka semakin tinggi
nilai konduktivitas listrik;
4. Larutan – larutan yang digunakan dalam praktikum akan mampu diproses
secara pemansan ohmic karena memiliki nilai konduktivitas listrik berkisar
0,013-0,036 S/m;
5. Faktor yang mempengaruhi kesalahan dalam praktikum ini adalah waktu
penasan yang sama sedangkan jarak antar pengukuran memliki rentang waktu
yang tidak sebentar sehingga terjadi penurunan suhu larutan; dan
6. Aplikasi sifat karakteristik elektrik adalah dalam proses sterilisasi bahan hasil
pertanian, dan masih banyak aplikasi lainnya di dunia keteknikan pertanian.

6.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah penjelasan mengenai proses kerja alat
konduktivitimeter yang lebih mendalam lagi agar praktikan lebih memahami proses
pengukuran konduktivitas listrik pada larutan.
DAFTAR PUSTAKA

Barbosa-Cánovas, G. , M.M. Gongora-Nieto, U.R. Pothakamury. dan B.G


.Swanson. (1999). Preservation of foods with pulsed electric fi elds.
Academic Press Ltd. London.

Chang, C., Sommerfeldt T.G., Carefoot J.M dan Schaalje G.B. 1928. Research
Station. Agriculture Canada. Lethbridge 63: 79-86

Das, R., Ranjan N.S., Kumar P.R., dan Mitra D. 2005. Environment and Pollution
3. Asian Journal of Water:143-146

Ezeweali, D., Oyem, H.H. dan Oyem, I.M. 2014 . Research Journal of
Environmental Science 8 : 444-450

Hayashi, M. 2003 . Environmental Monitoring and Assessment 96 : 119-128

Hawa, La Choviya dan Putri, Ratna Ika. 2011. Penerapan Pulsed Electric Field
pada Pasteurisasi Sari Buah Apel Varietas Ana: Kajian Karakteristik Nilai
Gizi, Sifat Fisik, Sifat Kimiawi dan Mikrobia Total. Agritech, Vol. 31, No. 4
: 352-358

Irwan F., dan Afdal. 2016. Analisis Hubungan Konduktivitas Listrik dengan Total
Dissolved Solid (TDS) dan Temperatur pada Beberapa Jenis Air. Jurnal
Fisika Unand. Vol. 5, No. 1 : 85-93. Universitas Andalas : Padang

Van Heesch. B, G.A.J.M. Pemen, dan P. Huijbrechts. (2004). A fast pulsed power
source, applied to treatment of conducting liquids. IEEE Transaction on
Plasma Science.

Ziwei, L., Z.Cheng, G.S. Mittal. (2006). Inactivation of spoilage microorganisms


in apple cider using a continuous fl ow pulsed electric fi eld system. Journal
of Food Sciences 39: 350-356.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pengukuran Gambar 2. Alat pemanan larutan


konduktivitas listrik pada bahan (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)

Gambar 3. Pengukuran pada Gambar 4. Larutan jeruk yang


larutan jeruk 10% (25oC) akan diukur
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019) (Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2019)

Anda mungkin juga menyukai