B. Prinsip Dasar
Air adalah zat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari setelah udara.
Sekitar 3 per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dan
tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4 – 5 hari tanpa minum air.
Menurut Indarto (2010) dalam Udayani (2018) Air dapat berwujud padatan (es),
cairan (air) dan gas (uas air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami
terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi
kimia dengan rumus H2O, satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau pada kondisi standar.
Menurut Oviantari, (2011) air merupakan bagian dari kehidupan kita, diantaranya
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan rumah tangga, menjaga kesehatan, dan
untuk kelangsungan hidup. Meskipun sumber daya air secara geofisik dikatakan
melimpah, hanya sebagian kecil saja yang bisa dimanfaatkan secara langsung. Seiring
bertambahnya penduduk dan eskalasi semakin kritisnya suplai air, sementara
permintaan terus meningkat. Karena air merupakan salah satu kebutuhan vital
manusia, sehingga ketersediaan dan keberadaan sumber air mestinya dapat dijaga
dan terhindar dari pencemaran.
a) Suhu
Suhu adalah keadaan yang meentukan kemampuan benda tersebut untuk
memindahkan panas terhadap benda-benda lain atau menerima panas dari
benda-benda tersebut. Suhu adalah besaran yang menyatakan derajat panas
dingin suatu benda dan alat yang digunakan adalah termometer. Pada praktikum
ini menggunakan termometer laboratorium dimana termometer ini menggunakan
cairan alkohol. Jika cairan bertambah panas maka alkohol akan memuai hingga
skalanya bertambah. Agar termometer sensitive terhadap suhu maka ukuran pipa
harus dibuat kecil (pipa kapiler) dan agar peka terhadap perubahan suhu maka
dinding termometer (reservoir) dibuat setipis mungking dan bila memungkinan
dibuat dari bahan yang konduktor.
Parameter suhu sangat penting diketahui untuk mengetahui kualitas dari air
tersebut. Pada air buangan limbah suhu akan lebih tinggi jika dibanding dengan
suhu pada air murni. Hal tersebut dikarenakan pada air limbah terjadi
biodegradasi dimana terjadi pemecahan zat oleh aktivitas mikroorganisme
sehingga akan terjadi kenaikan suhu. Kondisi suhu pada air akan mempengaruhi
kecepatan reaksi kimia dan kondisi biota yang ada didalmnya. Ketika suhu
semakin tinggi, maka reaksi kimia akan berlangsung menjadi lebih cepat dan
konsentrasi gas serta kadar oksigen semakin menurun (Mukarromah, 2016).
b) Daya Hantar Listrik (DHL)
Daya hantar listrik merupakan ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat
menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan atau cairan
elektrolit. Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan semakin tinggi
nilai kondutivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan sebanding dengan nilai daya
hantar molar larutan dimana hantaran molar juga sebanding dengan
konduktivitas larutan. Konsentrasi elektrolit memengaruhi besarnya konduktivitas
molar (∆𝑚). Hal yang memengaruhi daya hantar listrik selain konsentrasi adalah
jenis larutan (Sukardjo, 1997).
C. Reaksi
Dalam percobaan ini tidak ada reaksi yang terjadi.
BAB II
A. Alat dan Bahan
a) Percobaan Suhu
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah termometer alkohol yang
memiliki skala sampai 110⁰C.
b) Percobaan Daya Hantar Listrik
Pada percobaan ini menggunakan alat seperti timbangan analitik,
konduktimeter, termometer, dan gelas piala 100 mL. Bahan yang digunakan pada
percobaan ini adalah air bebas mineral dengan daya hantar listrik kurang dari 1
𝜇mhos/cm, larutan baku KCl 0,01 M, 0,1 M, dan 0,15 M.
c) Percobaan Kekeruhan
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah nefelometer, gelas piala, dan
botol semprot. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah air bebas
mineral dengan daya hantar listrik kurang dari 2 𝜇s/cm dan suspensi baku
kekeruhan 10 NTU.
d) Percobaan Uji Keasaman
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pH meter dengan
perlengkapannya, pengaduk gelas, gelas piala 250 mL, kertas tissue, dan
timbangan analitik, dan termometer. Bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah larutan penyangga dengan pH 4, 7, dan 10 (25⁰C).
B. Cara Kerja
a) Percobaan Suhu
1. Termometer disiapkan.
2. Termometer dicelupkan ke dalam air untuk mengambil sampel.
3. Termometer didiamkan selama 2 sampai 5 menit hingga termometer
menunjukkan angka yang stabil.
4. Skala yang tertera pada termometer dicatat sebelum contoh air dikeluarkan
dari alat pengambil contoh.
b. Pengujian
1. Elektroda dibilas dengan sampel sebanyak 3 kali.
2. Elektroda dicelupkan ke dalam sampel sampai konduktimeter
menunjukkan pembacaan yang tetap.
3. Suhu sampel dan hasil pembacaan skala yang ada pada tampilan
konduktimeter dicatat.
c) Percobaan Kekeruhan
a. Kalibrasi Alat
1. Nefelometer disiapkan, kemudian optimalkan untuk pegujian kekeruhan
sesuai dengan petunjuk penggunaan alat.
2. Suspensi baku kekeruhan dimasukkan ke dalam tabung nefelometer, lalu
tutup.
3. Nefelometer didiamkan dan diamati hingga menunjukkan nilai
pembacaan yang stabil.
4. Alat diatur hingga menunjukkan kekeruhan larutan baku.
b. Penetapan Sampel
1. Tabung nefelometer dicuci dengan air bebas mineral.
2. Sebelum contoh dimasukkan ke dalam tabung nefelometer, contoh
dikocok kemudian pasang tutupnya.
3. Alat didiamkan dan diamati hingga menunjukkan pembacaan yang stabil.
4. Jika sudah, nilai kekeruhan contoh yang teramati harus dicatat.
d) Percobaan Keasaman
a. Persiapan Pengujian
1. Setiap kali akan melakukan pengukuran, pH-meter dikalibrasi dengan
larutan penyangga sesuai instruksi kerja alat.
2. Jika sampel memiliki suhu yang tinggi, sampel dikondisikan kembali
hingga menunjukkan suhu kamar.
b. Pengujian
1. Elektroda dikeringkan dengan tissue dan dibilas dengan air bebas mineral.
2. Elektroda dibilas dengan sampel.
3. Elektroda dicelupkan ke dalam sampel sampai pH-meter menunjukkan
pembacaan yang stabil.
4. Kemudian, hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH-
meter dicatat.
BAB III
A. Data Pengamatan
Pada percobaan ini, dilakukan 1 kali pengukuran. Hasil pengamatan pada
percobaan ini diperoleh sebagai berikut:
B. Perhitungan
Pada percobaan ini tidak terdapat perhitungan sehingga tidak membutuhkan
data perhitungan.
C. Pembahasan
Suhu air bersih sebaiknya tidak panas karena suhu yang panas sangat
berpengaruh untuk membantu pelarutan zat kimia yang ada pada saluran dan wadah
air. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER IV/2010,
standar suhu untuk air bersih adalah ±3⁰C. Dari hasil pengukuran suhu pada
percobaan ini berkisar 28⁰C dengan ini dapat disimpulkan bahwa suhu air bersih
pada percobaan ini telah memenuhi persyaratan Peraturan Menteri Kesehetan RI
No. 492/MENKES/PER IV/2010 dan layak untuk dijadikan air minum.
B. Saran
Saran untuk percobaan ini adalah praktikan agar lebih berhati-hati lagi dan
memahami semua prosedur pengerjaan praktikum, cara menggunakan alat
percobaan, dan materi tentang percobaan. Karena dengan itu, percobaan dapat
memudahkan praktikan dalam menulis laporan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Indarto. (2010). Hidrologi; Dasar Teori dan Contoh Aplikasi Model Hodrologi. Jakarta:
Bumi Aksara.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002. Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. 29 Juli 2022. Jakarta.
3. Mukarromah, Rosyida. (2016). Analisis Sifat Fisis Dalam Studi Kualitas Air dan Mata
Air Sumber Asem Dusun KaliJeruk, Desa Siwuran, Kecamatan Garung, Kabupaten
Wonosobo.
4. Oviantari, M. V. (2011). Analisis Indek Kualitas Air pada Mata Air Tlebusan Baluan,
Pancoran Camplung, dan Pancoran Padukuhan di Banjar Cau, Tabanan. Singaraja.
Tersedia dalam
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/view/2635. diakses
tanggal 9 Oktober 2022.
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010. Persyaratan
Kualitas Air Minum. 19 April 2010. Jakarta.
6. Sugito. H., dan Mujasam. (2009). Konduktivitas Listrik Pulp Kakao dengan Fermentasi
dan Pengenceran. 12(3): 93-98.
7. Sukardjo. (1997). Kimia Fisika. Yogyakarta: PT. Ineka Cipta.
8. Udayani, N. W. L. (2018). Tinjauan Kualitas Fisik dan Bakteorologis Air Pancauran Beji
di Desa Penatahan Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan Tahun 2018. Denpasar:
Polteknik Kesehatan Denpasar, 4-5.