Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK EVALUASI MUTU KOMODITAS PERTANIAN

UJI MUTU SECARA NON DESTRUKTIF


(Uji Warna dan Uji Respon Cahaya)

Oleh :
Nur Fauzatun Nikmah
NIM A1H014012

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Disamping pengaruh kondisi pasca panen, mutu buah dan sayur segar

dipengaruhi juga oleh faktor prapanen, termasuk di antaranya: varietas, iklim,

tanah, pupuk, pestisida, tingkat kematangan, dan status air selama penanaman.

Hanya dari bahan baku yang berasal dari hasil panen yang baiklah suatu olahan

yang bermutu baik dapat diproduksi. Di tahap pasca panen, buah maupun sayur

masih tetap termasuk jaringan yang hidup yang tetap aktif melakukan reaksi

metabolisme. Buah dan sayur mengalami proses fisiologi yang berlanjut termasuk

respirasi, diikuti perubahan-perubahan fisiologi seperti antara lain proses

pelunakan jaringan, penurunan kadar asam-asam organik, perubahan warna,

kehilangan senyawa-senyawa mudah menguap yang berperan dalam pembentukan

aroma. Perubahan fisiologis yang tidak terkontrol dengan baik akan mempercepat

proses penurunan mutu yang akan berakhir dengan penuaan jaringan hingga

kebusukan

Untuk mengantisipasi mutu buah maka perlu diadakan sortasi. Ukuran dan

warna buah dapat dilakukan secara visual karena tampak dari luar. Tetapi untuk

rasa tidak dapat dicoba satu per satu karena akan merusak buah yang

bersangkutan. Untuk itulah perlu dilakukan pengujian secara non deshuktif tanpa

merusak buah-buahan. Praktikum ini akan melakukan pengujian buah-buahan


secara non destruktif terutama untuk buah yang memiliki nilai ekonomis tinggi

dengan menggunakan Rapid Quality Detector (RQD).

B. Tujuan

1. Mengetahui cara pengujian warna komoditas pertanian menggunakan color

reader.

2. Menguji respon cahaya oleh buah berupa resistansi listrik dengan Rapid

Quality Detector.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Non destrtructive testing (NDT) atau Pengujian Non Destruktif (NDT)

adalah aktivitas pengujian atau inspeksi terhadap suatu benda untuk mengetahui

akan adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak sedikitpun benda

yang kita tes atau inspeksi. Pada dasarnya, tes ini dilakukan untuk menjamin

bahwa material yang kita gunakan masih aman dan belum melewati batas

toleransi kerusakan (Bayu, 2016).

Metode ini adalah pengujian atau inspeksi terhadap suatu benda untuk

mengetahui akan adanya cacat, retak, atau discontinuity lain tanpa merusak

sedikitpun benda yang kita tes atau inspeksi. Macam-macam metode yang dapat

digunakan dalam pengukuran kualitas buah dengan pengujian non destruktif

antara lain:

1. Metode NIR

Metode ini dapat menduga komposisi kimia dari bahan pangan, produk

hortikultura, dan pakan ternak dalam waktu yang cepat, teliti, lebih sederhana,

tidak membutuhkan bahan-bahan kimia, dan ekonomis. Waktu pengukuran

dengan menggunakan NIR sangat cepat (30 detik per sampel). Selain itu, biaya

operasional yang dikeluarkan pun kecil karena pemakaian tenaga kerja yang

sedikit, penggunaan listrik yang tidak begitu besar, dan tidak menggunakan

bahan-bahan kimia yang harganya cenderung mahal.

2. Metode gelombang ultrasonic

Metode menggunakan gelombang ultrasonik menjadi alternatif pilihan

untuk menentukan buah yang terindikasi karena dapat menganalisa dengan


kecepatan tinggi tanpa merusak buah. Metode menggunakan gelombang

ultrasonik menjadi alternatif pilihan untuk menentukan mutubuah karena sudah

ada yang menggunakannya untuk mengevaluasi buah secara non destruktif.

Penggunaan gelombang ultrasonik yang dapat mengidentifikasi mutu buah

seperti total padatan terlarut dan kekerasan.

Gelombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik sehingga dalam

perambatannya membutuhkan medium perantara. Gelombang ultrasonik tidak

dapat merambat pada ruang hampa sehingga proses transmisi pada ruang

hampa tidak pernah terjadi. Gelombang ultrasonik memiliki frekuensi di atas

jangkauan dengar manusia (di atas 20 kHz). Perambatan gelombang ultrasonik

merupakan penjalaran dari gelombang tekanan.

Pengukuran kecepatan gelombang ultrasonik telah banyak diterapkan

untuk mendeteksi cacat buah bagian dalam. Kecepatan gelombang pada

medium padat merupakan fungsi dari massa jenis, modulus young, dan

perbandingan poisson. Koefisien atenuasi merupakan besaran yang

menyatakan kehilangan sejumlah energi karena gelombang melewati suatu

medium. Besarnya energi yang hilang tergantung pada jenis mediumnya.

Kehilangan energi disebabkan oleh beberapa hal yaitu kehilangan energi akibat

adanya penyerapan oleh medium dan peristiwa gelombang pada bidang batas

medium.

3. Metode Pengolahan Citra

Pengolahan citra adalah proses untuk mengamati dan menganalisa suatu

objek tanpa berhubungan langsung dengan objek yang diamati. Proses dan
analisanya melibatkan persepsi visual dengan data masukan maupun data

keluaran yang diperoleh berupa citra dari objek yang diamati. Teknik yang

digunakan meliputi penajaman citra, penonjolan fitur tertentu dari suatu citra,

kompresi citra dan koreksi citra yang tidak fokus atau kabur. Citra merupakan

sekumpulan titik-titik dari gambar yang berisi informasi warna dan tidak

tergantung pada waktu. Dengan digunakannya teknik pengolahan citra

diharapkan dapat membantu proses pemutuan sehingga diperoleh hasil yang

lebih konsisten, akurat dan cepat daripada pemutuan secara manual.

Analisis data pengolahan citra dibangun dengan menggunakan bahasa

pemrograman Visual Basic 6.0. Analisis yang dilakukan meliputi panjang,

diameter, area dan intensitas warna RGB dan HSI objek. Selanjutnya dilakukan

perhitungan kalibrasi antara parameter mutu pada pengukuran destruktif dan

manual dengan non destruktif dan terkomputerisasi untuk mengetahui nilai

korelasi metode. Berikut adalah korelasi masing-masing parameter mutu

pengolahan citra dengan parameter mutu aktual:

1. Luas area citra objek dengan berat buah.

2. Panjang objek citra dengan panjang buah.

3. Diameter objek citra dengan diameter buah.

4. Indeks warna RGB dengan kekerasan dan TPT buah.

Warna dapat didefinisikan sebagai bagian dari pengamatan indera

pengelihatan, atau sebagai sifat cahaya yang dipancarkan. Nugraha (2008)

mengatakan bahwa warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang

dipantulkan oleh benda-benda yang dikenai cahaya tersebut. Sanyoto (2005)


mendefinisikan warna secara fisik dan psikologis. Warna secara fisik adalah sifat

cahaya yang dipancarkan, sedangkan secara psikologis sebagai bagian dari

pengalaman indera penglihatan. Laksono (1998) mengemukakan bahwa warna

merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan atau dipantulkan. Terdapat tiga

unsur yang penting dari pengertian warna, yaitu benda, mata dan unsur cahaya.

Secara umum, warna didefinisikan sebagai unsur cahaya yang dipantulkan oleh

sebuah benda dan selanjutnya diintrepetasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang

mengenai benda tersebut.

Warna dapat ditinjau dari dua sudut pandang, dari ilmu fisika dan ilmu bahan

(Nugraha, 2008). Lebih lanjut, warna dibagi menjadi dua menurut asal kejadian

warna, yaitu warna additive dan subtractive (Sanyoto, 2005). Warna additive adalah

warna yang berasal dari cahaya dan disebut spektrum. Sedangkan warna subtractive

adalah warna yang berasal dari bahan dan disebut pigmen. Benda berwarna merah

karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan warna merah dan menyerap

warna lainnya. Benda berwarna hitam karena sifat pigmen benda tersebut

menyerap semua warna. Sebaliknya suatu benda berwarna putih karena sifat

pigmen benda tersebut memantulkan semua warna.

Menurut Winarno (1997) warna bahan makanan dapat disebabkan oleh

beberapa sumber, dan salah satu yang terpenting disebabkan oleh pigmen yang

ada dalam bahan nabati atau hewani secara alami. Secara umum ada lima sebab

yang dapat menyebabkan suatu bahan makanan berwarna, yaitu:

1. Pigmen

Pigmen yang secara alami terdapat dalam tanaman dan hewan, misalnya

klorofil berwarna hijau, karoten berwarna jingga atau kuning kemerahan pada
wortel dan jagung, mioglobin menyebabkan warna merah pada daging, likopen

memberikan warna merah pada tomat dan semangka, antosianin memberikan

warna biru tua, jingga atau ungu pada bit dan buah kopi. Reaksi karamelisasi

yang terjadi apabila gula dipanaskan membentuk warna coklat, misalnya warna

coklat pada kembang gula karamel, atau roti yang dibakar.

2. Warna

Warna gelap yang timbul karena adanya reaksi Maillard, yaitu antara

gugus amino protein, dengan gugus karbonil gula pereduksi, misalnya sate

dibakar.

3. Reaksi antara senyawa organik dengan udara

Reaksi antara senyawa organik dengan udara akan menghasilkan warna

coklat gelap. Reaksi oksidasi ini dipercepat oleh adanya logam serta enzim,

misalnya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong.

4. Penambahan zat warna

Penambahan zat warna, baik zat warna alami maupun zat wrna sintetik,

yang termasuk dalam golongan bahan aditif makanan.

Warna dapat diukur pula secara modern dengan sebuah alat, yaitu color

reader. Instrumen ini terdiri atas ujung reseptor, sebuah layar dan empat buah

tombol. Tiga tombol adalah target, lab, Lch yang terletak dibawah layar pada sisi

samping alat, satu tombol terletak pada sisi atas alat yang berfungsi sebagai

tombol start saat penembakan sampel (de Man,1997). Prinsip kerja color reader

adalah sistem pemaparan warna dengan menggunakan system CIE dengan tiga

reseptor warna yaitu L, a, b Hunter. Lambang L menunjukkan tingkat kecerahan


berdasarkan warna putih, lambang a menunjukkan kemerahan atau kehijauan,

danlambang b menunjukkan kekuningan atau kebiruan. Komponen color reader

terdiri dari:

1. Reseptor: berfungsi sebagai tempat menempelnya sampel yang akan diuji

warnanya yang akan membaca warna sampel tersebut.

2. Penutup reseptor: berfungsi untuk menutup reseptor setelah digunakan.

3. Tombol on/off: berfungsi untuk mengaktifkan dan menonaktifkan color

reader.

4. Tombol target: tombol ini ditekan saat sampel ditempelkan pada reseptor.

5. Display: berfungsi sebagai tempat hasil pembacaan warna oleh reseptor.

6. Tombol sistem L, a, b dan Lch: metode yang dipakai untuk pembacaan

warna bahan.

Cara kerja alat ini adalah ditempelkan pada sampel, yang akan diuji

intensitas warnanya, kemudian tombol pengujian ditekan sampai berbunyi atau

lampu menyala dan akan ditampilkan dalam bentuk angka dan kemudian diukur

pada grafik untuk mengetahui spesifikasi warna.

Kelebihan dari Color reader adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan mengukur warna pada permukaan yang halus.

2. Menampilkan perbedaan warna secara langsung dengan E*ab, L*a*b

CIE_L*a*b, CIE_L*c*h.

3. Tersedia tiga kondisi pemeriksaan.

4. Software analisis warna profesional untuk analisis data warna dan output

perbedaan warna secara diagramatik. Pengaturan toleransi, penentuan nilai

perbedaan warna otomatis dan manusiawi serta deviasi warna untuk


mempermudah menilai warna.

5. Dapat mengukur berbagai macam bahan termasuk bahan bubuk.

Gambar 1. Colour Reader

Prinsip kerja color reader adalah sistem pemaparan warna dengan

menggunakan sistem CIE dengan tiga reseptor warna yaitu L, a, b Hunter.

Lambang L menunjukkan tingkat kecerahan berdasarkan warna putih, lambang a

menunjukkan kemerahan atau kehijauan, dan lambang b menunjukkan

kekuningan atau kebiruan. Derajat putih (L) merupakan pengukuran yang umum

dilakukan untuk menentukan kecerahan warna bahan.

Rapid Quality Detector (RQD) adalah alat pendeteksi kualitas produk-

produk pertanian dengan menggunakan berbagai macam teknologi, guna

menggantikan peran manusia sebagai pendeteksi evaluasi kualitas buah. Metode

ini lebih cenderung mempergunakan berbagai teknologi guna menggantikan

metode konvensional. Peran teknologi ini dapat membantu kinerja pada saat pasca

panen yaitu pada saat pengelompokkan buah berdasarkan kualitasnya, sehingga

proses pendistribusian produk pertanian dengan cepat sampai ke tangan konsumen

(Zaenudin, 2013).

Pada umumnya, instrumen utama dalam pengukuran sifat optis komoditas

pertanian adalah sumber cahaya dan sensor cahaya untuk mendeteksi cahaya yang
didistribusikan oleh bahan tersebut. Rapid Quality Detector adalah alat pendeteksi

kualitas produk-produk pertanian dengan menggunakan berbagai macam

teknologi, guna menggantikan peran manusia sebagai pendeteksi evaluasi kualitas

buah maupun sayur. Rapid Quality Detector merupakan sebuah alat pengukur

kualitas produk pertanian yang menampilkan hasil pengukuran dengan cepat,

dimana alat ini menggunakan gelombang elektromagnetik untuk mengetahui

kualitas buah yang diamati. Prinsip kerja dari alat ini, produk akan disinari

cahaya, kemudian alat Rapid Quality Detector akan menangkap gelombang

elektromagnetik yang dipantulkan oleh produk tersebut. Gelombang yang

diterima selanjutnya akan dikonversi oleh ohm-meter menjadi besaran angka.

Konstruksi Rapid Quality Detector alat pengukur kematangan buah

menggunakan sensor deret LDR dan sumber cahaya putih yang dapat berasal dari

lampu senter, laser atau lampu putih sudah terpasang dengan baik dan sesuai

dengan rancangan yang sudah ditetapkan. Alat ini bekerja dengan menangkap

respon cahaya yang dipantulkan oleh benda (buah) berupa resistansi atau

hambatan listrik dengan menggunakan prinsip sensor LDR (Light Dependent

Resistor). LDR adalah jenis resistor yang nilainya berubah seiring intensitas

cahaya yang diterima oleh komponen tersebut. Biasa digunakan sebagai detektor

cahaya atau pengukur besaran konversi cahaya.

LDR terdiri dari sebuah cakram semikonduktor yang mempunyai dua buah

elektroda pada permukaannya. Pada saat gelap atau cahaya redup, bahan dari cakram

tersebut menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil. Sehingga

hanya ada sedikit elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya pada saat

cahaya redup LDR menjadi konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga LDR
memiliki resistansi yang besar pada saat gelap atau cahaya redup. Pada saat cahaya

terang, ada lebih banyak elektron yang lepas dari atom bahan semikonduktor tersebut.

Sehingga akan ada lebih banyak elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya

pada saat cahaya terang LDR menjadi konduktor yang baik, atau bisa disebut juga

LDR memiliki resistansi yang kecil pada saat cahaya terang. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Senter
Ω

LDR

Multimeter

Ruang distribusi
cahaya

Dudukan buah

Buah

Gambar 2. Bagian-bagian prototipe RQD


III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Color Reader

2. Rapid Quality Detector

3. Komoditas Pertanian

B. Prosedur Kerja

1. Pengujian Warna

a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Menyalakan color reader dengan menekan tombol on/off.

c. Posisikan lensa color reader tegak lurus dengan permukaan buah.

d. Tekan tombol uji beberapa saat hingga suara indikator berbunyi.

e. Mencatat hasil skala warna yang ditampilkan pada display.

2. Pengujian Respon Cahaya

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Mengukur resistansi buah jeruk menggunakan Rapid Quality Detector,

pengukuran dilakukan pada tiga tempat yaitu pangkal buah, tengah, dan

ujung buah.

3. Data Hasil Praktikum

Tabel 1. Hasil pengukuran warna menggunakan color reader


Buah Warna L a (+) a (-) b (+) b (-) Buah
Tabel 2. Hasil pengukuran resistansi menggunakan RQD
Resistensi (kΩ)
Buah
Pangkal Tengah Ujung
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Data hasil pengukuran warna menggunakan color reader.


1. Data pengamatan hari pertama

L
Hari
I Rerata
1 2 3
Pangkal 47.3 49.4 47.8 48.16
Tengah 49.2 50.5 43.4 47.7
Ujung 61.5 52.8 51.6 55.3
Rerata 50.38

a-
Hari
I Rerata
1 2 3
Pangkal 16.3 15.2 16.8 16.1
Tengah 18 18.2 15.8 17.3
Ujung 2.4 12.3 10.1 8.26
Rerata 13.88

b+
Hari
I Rerata
1 2 3
Pangkal 36.2 37.7 37.3 37.06
Tengah 39.3 39.6 30.1 36.33
Ujung 39.8 44.9 46.7 43.8
Rerata 39.06
2. Data pengamatan hari kedua

L
Hari
II Rerata
1 2 3
Pangkal 59 54.7 61 58.23333
Tengah 65.2 50.1 60.7 58.66667
Ujung 63 56.8 58.6 59.46667
Rerata 58.78889

a-
Hari
II Rerata
1 2 3
Pangkal 6.9 0.33 8.1 5.11
Tengah 3.2 10.9 10.5 8.2
Ujung 9.7 11.9 10.8 10.8
Rerata 8.036667

b+
Hari
II Rerata
1 2 3
Pangkal 51.5 44.4 54.2 50.03333
Tengah 60.3 37.1 53.7 50.36667
Ujung 56.7 47.5 49.8 51.33333
Rerata 50.57778

3. Data pengamatan hari ketiga

L
Hari
III Rerata
1 2 3
Pangkal 58.1 57.8 58,8 48.16667
Tengah 65.4 55,5 51,8 47.7
Ujung 53.1 39,4 55 55.3
Rerata 50.38889

a-
Hari
III Rerata
1 2 3
Pangkal 4.4 5.1 3,4 48.16667
Tengah 3 1,6 11.1 47.7
Ujung 4,6 39,4 2.9 55.3
Rerata 50.38889

b+
Hari
III Rerata
1 2 3
Pangkal 48.8 49.3 50.3 48.16667
Tengah 61,2 1,6 39 47.7
Ujung 39 39,4 41.5 55.3
Rerata 50.38889

Rapid Quality Detector (RQD)

Tabel 1. Data pengamatan RQD hari ke-1


Hari ke-I
1 2 3 Rerata
Pangkal 1.6 1.4 1.7 1.566667
Tengah 1.1 1.3 1.3 1.233333
Ujung 1.5 1.4 1.3 1.4
Rerata 1.4
Tabel 2. Data pengamatan RQD hari ke-2
Hari ke-II
1 2 3 Rerata
Pangkal 4 3 3.3 3.433333
Tengah 3.7 4.4 4.8 4.3
Ujung 3.5 6.3 5.2 5
Rerata 4.244444

Tabel 3. Data pengamatan RQD hari ke-3


Hari ke-III
1 2 3 Rerata
Pangkal 0.9 0.9 0.9 0.9
Tengah 1.1 1 1.2 1.1
Ujung 1.5 1.2 1.4 1.366667
Rerata 1.122222

B. Pembahasan

Metode non-destruktif evaluasi dilakukan dengan cara tidak merusak

komoditi. Macam-macam metode yang dapat digunakan dalam pengukuran

kualitas buah dengan pengujian non destruktif antara lain:

1. Metode NIR

Metode ini dapat menduga komposisi kimia dari bahan pangan, produk

hortikultura, dan pakan ternak dalam waktu yang cepat, teliti, lebih sederhana,

tidak membutuhkan bahan-bahan kimia, dan ekonomis. Waktu pengukuran

dengan menggunakan NIR sangat cepat (30 detik per sampel). Selain itu, biaya

operasional yang dikeluarkan pun kecil karena pemakaian tenaga kerja yang
sedikit, penggunaan listrik yang tidak begitu besar, dan tidak menggunakan

bahan-bahan kimia yang harganya cenderung mahal.

2. Metode gelombang ultrasonic

Metode menggunakan gelombang ultrasonik menjadi alternatif pilihan

untuk menentukan buah yang terindikasi karena dapat menganalisa dengan

kecepatan tinggi tanpa merusak buah. Metode menggunakan gelombang

ultrasonik menjadi alternatif pilihan untuk menentukan mutubuah karena sudah

ada yang menggunakannya untuk mengevaluasi buah secara non destruktif.

Penggunaan gelombang ultrasonik yang dapat mengidentifikasi mutu buah

seperti total padatan terlarut dan kekerasan.

Gelombang ultrasonik merupakan gelombang mekanik sehingga dalam

perambatannya membutuhkan medium perantara. Gelombang ultrasonik tidak

dapat merambat pada ruang hampa sehingga proses transmisi pada ruang

hampa tidak pernah terjadi. Gelombang ultrasonik memiliki frekuensi di atas

jangkauan dengar manusia (di atas 20 kHz). Perambatan gelombang ultrasonik

merupakan penjalaran dari gelombang tekanan.

Pengukuran kecepatan gelombang ultrasonik telah banyak diterapkan

untuk mendeteksi cacat buah bagian dalam. Kecepatan gelombang pada

medium padat merupakan fungsi dari massa jenis, modulus young, dan

perbandingan poisson. Koefisien atenuasi merupakan besaran yang

menyatakan kehilangan sejumlah energi karena gelombang melewati suatu

medium. Besarnya energi yang hilang tergantung pada jenis mediumnya.

Kehilangan energi disebabkan oleh beberapa hal yaitu kehilangan energi akibat
adanya penyerapan oleh medium dan peristiwa gelombang pada bidang batas

medium.

3. Metode Pengolahan Citra

Pengolahan citra adalah proses untuk mengamati dan menganalisa suatu

objek tanpa berhubungan langsung dengan objek yang diamati. Proses dan

analisanya melibatkan persepsi visual dengan data masukan maupun data

keluaran yang diperoleh berupa citra dari objek yang diamati. Teknik yang

digunakan meliputi penajaman citra, penonjolan fitur tertentu dari suatu citra,

kompresi citra dan koreksi citra yang tidak fokus atau kabur. Citra merupakan

sekumpulan titik-titik dari gambar yang berisi informasi warna dan tidak

tergantung pada waktu. Dengan digunakannya teknik pengolahan citra

diharapkan dapat membantu proses pemutuan sehingga diperoleh hasil yang

lebih konsisten, akurat dan cepat daripada pemutuan secara manual.

Analisis data pengolahan citra dibangun dengan menggunakan bahasa

pemrograman Visual Basic 6.0. Analisis yang dilakukan meliputi panjang,

diameter, area dan intensitas warna RGB dan HSI objek. Selanjutnya dilakukan

perhitungan kalibrasi antara parameter mutu pada pengukuran destruktif dan

manual dengan non destruktif dan terkomputerisasi untuk mengetahui nilai

korelasi metode. Berikut adalah korelasi masing-masing parameter mutu

pengolahan citra dengan parameter mutu aktual:

1. Luas area citra objek dengan berat buah.

2. Panjang objek citra dengan panjang buah.

3. Diameter objek citra dengan diameter buah.


4. Indeks warna RGB dengan kekerasan dan TPT buah.

Parameter mutu yang memiliki korelasi tertinggi dan gabungan parameter

mutu selanjutnya divalidasi untuk mengetahui ketepatan penggunaan kriteria

mutu tersebut untuk pengklasifikasian kelas mutu menggunakan pengolahan

citra.

Rapid Quality Detector (RQD) adalah alat pendeteksi kualitas produk-

produk pertanian dengan menggunakan berbagai macam teknologi, guna

menggantikan peran manusia sebagai pendeteksi evaluasi kualitas buah. Metode

ini lebih cenderung mempergunakan berbagai teknologi guna menggantikan

metode konvensional. Peran teknologi ini dapat membantu kinerja pada saat pasca

panen yaitu pada saat pengelompokkan buah berdasarkan kualitasnya, sehingga

proses pendistribusian produk pertanian dengan cepat sampai ke tangan konsumen

(Zaenudin, 2013).

Senter
Ω

LDR

Multimeter

Ruang distribusi
cahaya

Dudukan buah

Buah
Gambar 3. Bagian-bagian prototipe RQD

Konstruksi Rapid Quality Detector alat pengukur kematangan buah

menggunakan sensor deret LDR dan sumber cahaya putih yang dapat berasal dari

lampu senter, laser atau lampu putih sudah terpasang dengan baik dan sesuai

dengan rancangan yang sudah ditetapkan. Alat ini bekerja dengan menangkap

respon cahaya yang dipantulkan oleh benda (buah) berupa resistansi atau

hambatan listrik dengan menggunakan prinsip sensor LDR (Light Dependent

Resistor). LDR adalah jenis resistor yang nilainya berubah seiring intensitas

cahaya yang diterima oleh komponen tersebut. Biasa digunakan sebagai detektor

cahaya atau pengukur besaran konversi cahaya. pada saat cahaya redup LDR

menjadi konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang

besar pada saat gelap atau cahaya redup. Pada saat cahaya terang, ada lebih banyak

elektron yang lepas dari atom bahan semikonduktor tersebut. Sehingga akan ada lebih

banyak elektron untuk mengangkut muatan elektrik.

Praktikum pengujian mutu non destruktif mengalami penurunan pada nilai

rata-rata resistensi pada pengamatan tiga hari berturut-turut dengan buah yang

baru setiap harinya. Penyimpanan buah tomat disimpan pada ruang terbuka. Hal

ini yang mengakibatkan penurunan nilai resistensi. Bebrapa faktor yang

mempengaruhi penurunan nilai resistensi buah tomat adalah adalah suhu, tempat

penyimpanan, respirasi dan transpirasi. Perubahan fisik dan kimia yang terjadi

pada proses pematangan buah dan sayuran meliputi turgor sel, karbohidrat, gula

sederhana, protein, pigmen, dan senyawa lainnya seperti turunan fenol dan asam

organik.
Bentuk dan ukuran sangat penting dalam perhitungan energi untuk

pendinginan dan pengeringan, rancangan pengecilan ukuran, masalah distribusi

dan penyimpanan bahan, seperti elektoistatistik, pantulan cahaya dalam evaluasi

warna, dan dalam pengembangan alat grading dan sortasi (Suhardi dkk, 1998).

Sebab produk harus menarik bagi mata pelanggan, untuk membuat pelanggan mau

membelinya. Hal ini juga terjadi dengan produk makanan yang segar dan belum

diolah, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, daging dan ikan. Standar warna

tertentu menjadi dasar bagi pelanggan untuk menentukan apakah produk yang

dibeli tersebut segar atau tidak. Oleh karena itu, dewasa ini Banyak produsen

makanan dan minuman menggunakan alat ukur warna untuk memastikan warna

produk yang dihasilkan sesuai dengan standar, dan menarik bagi konsumen.

Warna merupakan sebuah nama yang muncul atas segala aktivitas pada

retina mata.Selain itu, warna adalah hal penting bagi berbagai macam makanan.

Warna jugamenunjukkan indikasi adanya perubahan kimia dalam makanan seperti

misalnya browningkaramelisasi. Untuk beberapa makanan cair yang jernih seperti

minyak,warna merupakanrefleksi dari cahaya (de Man,1999).

Pengukuran warna secara objektif penting dilakukan karena pada produk

pangan warnamerupakan daya tarik utama sebelum konsumen mengenal dan

menyukai sifat-sifat lainnya.Warna tepung dapat diamati secara kuantitatif dengan

metode Hunter menghasilkan tiga nilai pengukuran yaitu L, a dan b. Nilai L

menunjukkan tingkat kecerahan sampel. Semakin cerahsampel yang diukur maka

nilai L mendekati 100. Sebaliknya semakin kusam (gelap), makanilai L mendekati


0. Nilai a merupakan pengukuran warna kromatik campuran merah-hijau. Nilai b

merupakan pengukuran warna kromatik campuran kuning-biru (Hutching, 1999)

Panjang gelombang warna yang bisa ditangkap mata berkisar antara 380 –

780 nanometer dan panjang gelombang ini menentukan sifat warna. Warna

jugaberartiinterpretasi otak dari campuran warna primer, yaitu merah, hijau dan

biru dengan komposisitertentu (Rosimari, 2006).

Warna dapat diukur secara modern dengan sebuah alat, yaitu color reader

seri CR – 10. Instrumen ini terdiri atas ujung reseptor (A),sebuah layar dan 4 buah

tombol. 3tombol adalah target,lab,Lch yang terletak dibawah layar pada sisi

samping alat.1 tombol terletak pada sisi atas alat yang berfungsi sebagai tombol

start saat penembakan sampel(de Man,1999).

Gambar 2. Color Reader

Prinsip kerja color reader adalah sistem pemaparan warna dengan

menggunakan sistem CIE dengan tiga reseptor warna yaitu L, a, b Hunter.

Lambang L menunjukkan tingkat kecerahan berdasarkan warna putih, lambang a

menunjukkan kemerahan atau kehijauan, dan lambang b menunjukkan

kekuningan atau kebiruan.


Komponen color reader terdiri dari :

1. Reseptor : berfungsi sebagai tempat menempelnya sampel yang akan diuji

warnanya yang akan membaca warna sampel tersebut.

2. Penutup reseptor : berfungsi untuk menutup reseptor setelah digunakan.

3. Tombol on/off : berfungsi untuk mengaktifkan dan menonaktifkan color

reader.

4. Tombol target : tombol ini ditekan saat sampel ditempelkan pada reseptor.

5. Layar hasil : berfungsi sebagai tempat hasil pembacaan warna oleh

reseptor.

6. Tombol sistem L, a, b dan Lch : metode yang dipakai untuk pembacaan

warna yang diingankan

Ditetapkan oleh Komisi Internationale de l’Eclairage (CIE), ruang warna

L*a*b* dimodelkan setelah teori warna lainnya yang menyatakan bahwa dua

warna tidak bisa merah dan hijau pada waktu yang sama atau kuning dan biru

pada saat yang sama waktu. Seperti ditunjukkan di bawah, L* menunjukkan

Light/terang, a* adalah koordinat merah / hijau , dan b* adalah koordinat kuning /

biru. Delta/ perbedaan untuk L* (ΔL*), a* (Δa*) dan b* (Δb*) bisa positif (+) atau

negatif (-). Total perbedaan, Delta E (ΔE*), selalu positif.

ΔL* (L* sampel dikurangi L* standar) = perbedaan terang dan gelap (+ =

lebih terang, – = gelap)

Δa* (a* sampel minus a* standar) = perbedaan merah dan hijau (+ = merah,

– = hijau)
Δb* (b* sampel dikurangi b* standar) = perbedaan kuning dan biru (+ =

lebih kuning, – = biru)

ΔE* = Total perbedaan warna

Untuk menentukan warna total perbedaan antara ketiga koordinat, rumus

berikut digunakan:

ΔE*ab = √(ΔL∗ )2 + (Δa∗ )2 + (Δb ∗ )2

Ruang warna L*C*h warna mirip dengan L*a*b*, tetapi menggambarkan

warna berbeda menggunakan koordinat silinder bukan koordinat persegi panjang.

Dalam ruang warna ini, L* menunjukkan terang/gelap, C* mewakili kroma, dan

h* adalah sudut rona/warna. Chroma dan hue dihitung dari koordinat a* dan b* di

L*a*b*. Delta untuk terang/gelap (ΔL*), kroma (ΔC *), dan hue (ΔH *) bisa

positif (+) atau negatif (-). Ini dinyatakan sebagai:

ΔL* (L* sampel dikurangi L* standar) = perbedaan terang dan gelap (+ =

ringan, – = gelap)

ΔC* (C* sampel dikurangi C* standar) = perbedaan chroma (+ = cerah, – =

kusam)

ΔH* (H* sampel dikurangi H* standar) = perbedaan Hue

Pada praktikum pasca panen kali ini dilakukan dua kegiatan sekaligus yaitu

menentukan indeks skala warna pada masing-masing sample buat tomat yang

diberikan. Kegiatan penentuan indeks skala warna dilakukan dengan mengamati

dan membandingkan secara langsung sample buah tomat dengan standar indeks

skala warna yang telah ditetapkan. Perbedaan indeks skala warna tersebut
menunjukkan adanya perbedaan tingkat kematangan pada masing-masing sample

buah tomat.

Warna buah tomat disebabkan oleh pigmen yang dikandungnnya seperti

klorofil, karoten dan likopen (Winarno dan Wirakartakusuma, 1979). Perubahan

warna yang terjadi selama proses pematangan disebabkan oleh adanya

proses degradasi maupun proses sintesis dari pigmen-pigmen tersebut misalnya

degradasi klorofil yang diikuti dengan munculnya pigmen likopen. Menurut

Eskin et al. (1971), perubahan warna yang terjadi juga dipengaruhi oleh

peningkatan laju respirasi dan perubahan tekstur buah tomat.

Hasil pengamatan tomat pada hari pertama dengan nilai rata-rata L 50,38 ;

+a 13,88 dan +b 39,06 menunjukan warna kuning kemerahan. Hari kedua dengan

sampel berbeda didapatkan nilai rata-rata L 58,7., +a 8,03 dan +b 50,5

menunjukan warna kuning kemerahan. Pengamatan hari terakhir pada sampel

ketiga diperoleh rata-rata L 54,96; +a 8,38 dan +b 41,09 menunjukan warna

kuning kemerahan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan perubahan pada buah

selama penyimpanan diruang terbuka tidak signifikan.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Metode non-destruktif evaluasi dilakukan dengan cara tidak merusak komoditi.

2. Rapid Quality Detector (RQD) adalah alat pendeteksi kualitas produk-produk

pertanian dengan menggunakan berbagai macam teknologi, guna

menggantikan peran manusia sebagai pendeteksi evaluasi kualitas buah.

3. LDR adalah jenis resistor yang nilainya berubah seiring intensitas cahaya yang

diterima oleh komponen tersebut. Biasa digunakan sebagai detektor cahaya

atau pengukur besaran konversi cahaya. pada saat cahaya redup LDR menjadi

konduktor yang buruk, atau bisa disebut juga LDR memiliki resistansi yang besar

pada saat gelap atau cahaya redup.

4. Warna merupakan sebuah nama yang muncul atas segala aktivitas pada retina

mata.Selain itu, warna adalah hal penting bagi berbagai macam makanan.

5. Prinsip kerja color reader adalah sistem pemaparan warna dengan

menggunakan sistem CIE dengan tiga reseptor warna yaitu L, a, b Hunter.

Lambang L menunjukkan tingkat kecerahan berdasarkan warna putih, lambang

a menunjukkan kemerahan atau kehijauan, dan lambang b menunjukkan

kekuningan atau kebiruan.

B. Saran

Praktikum berjalan dengan lancar, namun sebaiknya para praktikan lebih

memahami dengan apa yang sedang di amati.


DAFTAR PUSTAKA

Bayu.2016. Pengujian Destruktif dan Pengujian Non Destruktif.


http://uji.co.id/pengujian-destruktif-dan-pengujian-non-destruktif/ diakses
pada tanggal 26 Juni 2017 pukul 23.43 WIB.

de Man. J.M. 1999. Principles of Food Chemistry Third edition , An Aspen


Publication. Gaithersburg Hutching, J.B. 1999. Food Color and Apearance.
Aspen publisher Inc., Maryland.

Rosmisari, A. 2006. Review: Tepung jagung komposit, pembuatan dan


pengolahannya.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen
Pengembangan Pertanian. BPPPT. Bogor

Sudarmadji slamet dan suhardi. 1998. Petunjuk praktikum analisis hasil


pertanian. Jurusan Teknologi hasil Pangan , Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tim Asisten dan Dosen. 2017. Modul Praktikum Teknik Evaluasi Mutu Komoditas
Pertanian. Prodi Teknik Pertanian Unsoed. Purwokerto

Winarno, F.G. dan M. Arman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya.
Jakarta. 97 hal.

Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gamedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai