Oleh:
Widya Astuti
NIM A1H014043
A. Latar Belakang
Kualitas diartikan sebagai beberapa hal yang membuat suatu itu bernilai atau
unggul. Kata kualitas digunakan dalam banyak hal. Terkait dengan buah, sayuran,
dan bunga potong segar, kualitas dapat ditujukan untuk menjelaskan keadaan
komoditi dalam tiap penanganan ataupun telah siap dikonsumsi seperti kualitas
penampilan.
dan nilai harga yang mencerminkan nilai total komoditi tersebut baik untuk bahan
pangan (buah dan sayuran) maupun sebagai bahan kesenangan (tanaman hias bunga
potong). Sedangkan kualitas akhir dari suatu komoditi panenan sangat dipengaruhi
Untuk mengetahui tingkat kualitas komoditas pertanian seperti buah dan sayur
yang memenuhi standar diperlukan adanya uji mutu. Uji mutu dilakukan dengan 2
B. Tujuan
2. Mengetahui cara menguji kadar air buah dalam basis basah dan basis
kering.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mutu adalah sesuatu hal yang memberikan nilai dan biasanya menjadi
(2008) mutu dapat didefinisikan sebagai kombinasi sifat-sifat dan karakteristik dari
komoditas yang menyebabkan suatu komoditas memiliki harga bagi daya guna
al., (2008) mutu hasil hortikultura segar merupakan kombinasi dari karakteristik
dan sifat-sifat yang memberikan nilai komoditas sebagai bahan makanan dan bahan
kesenangan. Oleh karena itu, mutu suatu komoditas dapat dibedakan menjadi mutu
dan mutu tampilan (Winarno. 1986 dan Kader, 1992 dalam Yulianingsih et.al.,
2008).
suatu tingkatan mutu produk atau proses sesuai dengan yang dikehendaki dengan
cara perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai, inspeksi yang
atau spesimen objek yang akan diujikan sampai material tersebut mengalami
1. Pengujian kekerasan
karakteristik suatu bahan dan melihat mutu untuk memastikan suatu bahan
menganalisis indentasi atau bekas penekanan pada benda uji sebagai reaksi
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan
berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar
air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan
kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarif dan Halid,
1993).
Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat bahan basah,
misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gram bahan disebut kadar air berat basah.
Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa
waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Pada proses pengeringan air yang
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut
dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya.
Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung dalam suatu
bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105 C selama
waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah
kadar air (Astuti, 2010). Persamaan untuk menentukan kadar air suatu bahan dapat
dengan memberi gaya tekan melalui sebuah indentor pada permukaan bahan.
Kemudian luas atau dimensi atau diameter dari jejak penekanan/indentasi diukur.
Biasanya indentor atau alat tekan yang digunakan pada uji kekerasan adalah
berbentuk bola, piramida atau konis, kerucut. Nilai kekerasan dihitung dari jejak
tingkat kekerasan pada suatu bahan yang diukur dengan penetrometer dinyatakan
pengukuran analog, handle, dan indentor seperti dapat dilihat pada Gambar 1
berikut.
Gambar 1. penetrometer
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Alat tulis
2. Cawan
3. Oven
4. Desikator
5. Timbangan
6. Penjepit
7. Pisau
8. Talenan
9. Penetrometer
B. Prosedur Praktikum
a. Cawan ditimbang
d. Timbang cawan
2. Uji Kekerasan
penunjuk pada penetrometer akan berhenti saat daging buah pecah atau
d. Lakukan pengujian pada tiga titik berbeda, yakni pangkal, tengah, dan
ujung buah.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hari ke-1
m awal m akhir
a. % kadar air (%bb) = x 100%
m awal
5,041,63
= x 100% = 67,66 %
5,04
m awal m akhir
b. % kadar air (%bb) = x 100%
m awal
5,040,59
= x 100% = 88,29 %
5,04
m awal m akhir
c. % kadar air (%bb) = x 100%
m awal
5,010,6
= x 100% = 88,02 %
5,01
d. Rata-rata
kadar air sampel 1+2+3
% kadar air (%bb) = 3
67,66+88,29+88,02
= 3
= 81,32 %
Hari ke-2
m awal m akhir
a. % kadar air (%bb) = x 100%
m awal
5,090,71
= x 100% = 86,05 %
5,09
m awal m akhir
b. % kadar air (%bb) = x 100%
m awal
5,060,73
= x 100% = 85,57 %
5,06
m awal m akhir
c. % kadar air (%bb) = x 100%
m awal
5,050,66
= x 100% = 86,93 %
5,05
d. Rata-rata
5,020,77
= x 100% = 84,66 %
5,02
m awal m akhir
b. % kadar air (%bb) = x 100%
m awal
5,130,78
= x 100% = 84,79 %
5,13
m awal m akhir
c. % kadar air (%bb) = x 100%
m awal
5,020,71
= x 100% = 85,86 %
5,02
d. Rata-rata
5,041,63
= x 100% = 209,20 %
1,63
m awalm akhir
b. % kadar air (%bk) = x 100%
m akhir
5,040,59
= x 100% = 754,24 %
0,59
m awalm akhir
c. % kadar air (%bk) = x 100%
m akhir
5,010,6
= x 100% = 735 %
0,6
d. Rata-rata
5,090,71
= x 100% = 616,90 %
0,71
m awalm akhir
b. % kadar air (%bk) = x 100%
m akhir
5,060,73
= x 100% = 593,15 %
0,73
m awalm akhir
c. % kadar air (%bk) = x 100%
m akhir
5,050,66
= x 100% = 665,15 %
0,66
d. Rata-rata
5,020,77
= x 100% = 551,95 %
0,77
m awalm akhir
b. % kadar air (%bk) = x 100%
m akhir
5,130,78
= x 100% = 557,69 %
0,78
m awalm akhir
c. % kadar air (%bk) = x 100%
m akhir
5,020,71
= x 100% = 607,04 %
0,71
d. Rata-rata
87
86
85
Kadar Air (%)
84
83
82
81
80
79
78
1 2 3
Waktu (hari)
640
Kadar Air (%) 620
600
580
560
540
520
1 2 3
Waktu (hari)
Perhitungan
1. Kekuatan tekan hari ke-1
PUT 2,10+1,15+1,52
d. Rata-rata keseluruhan = = = 1,59 kg
3 3
PUT 1,32+0,90+1,13
d. Rata-rata keseluruhan = = = 1,12 kg
3 3
5. Kekerasan buah
0,8
0,6
0,4
0,2
0
1 2 3
Waktu (hari)
B. Pembahasan
terhadap suatu material atau spesimen objek yang akan diujikan sampai material
pada material yang bersangkutan, salah satunya bila material tersebut dikenai kerja
dari luar dengan besar gaya yang berbeda-beda. Pengujian ini umumnya jauh lebih
mudah untuk dilaksanakan, selain itu memberikan informasi yang lebih baik dari
pada Non Destructive Test. Destructive Test lebih baik dilakukan dan akan lebih
ekonomis untuk objek yang akan diproduksi secara masal atau dalam jumlah
banyak.
menjadi:
menganalisis indentasi atau bekas penekanan pada benda uji sebagai reaksi
c. Pengujian tarik
pembebanan.
d. Uji struktur
dalam bahan.
perminyakan atau bidang yang berhubungan dengan bidang pertanahan. Alat ini
digunakan untuk menetukan resistansi tanah, tetapi dalam bidang industri yang laiin
alat ini digunakan untuk menentukan nilai kekenyalan atau kekerasan dari sejumlah
bahan. Nilai kekerasan dan kekenyalan ini disebut dengan konsistensi bahan.
pengukurannya adalah dengan memberi gaya tekan melalui sebuah indentor pada
permukaan bahan. Kemudian luas atau dimensi atau diameter dari jejak
penekanan/indentasi diukur. Biasanya indentor atau alat tekan yang digunakan pada
uji kekerasan adalah berbentuk bola, piramida atau konis, kerucut. Nilai kekerasan
metoda uji.
jarum atau batang yang ditenggelamkan pada sampel tersebut. Hasil pengukuran
dari penekanan sampel menunjukan tingkat kekerasan atau kelunakan suatu bahan
serta tergantung pada kondisi sampel tersebut seperti ukuran, berat penekan,
W = mgl
Prinsip kerja penetrometer adalah penetrasi jarum penetrometer ke dalam
jaringan bahan dengan tekanan tertentu selama waktu tertentu. Selama masuk ke
dalam bahan, jarum penetrometer akan bergesekan dengan jaringan bahan. Semakin
Gambar 5. penetrometer
Keterangan :
buah Pengujian kekerasan menjadi salah satu parameter penting penentu mutu
sebuah komoditas buah karena kekerasan dapat digunakan sebagai alat ukur suatu
bahan tumpatan untuk mengetahui kemampuan suatu bahan dalam menahan daya
terhadap gesekan saat mengunyah makanan dan menyikat gigi (Sitanggang dkk,
2015). Dalam jurnal yang berjudul Pengaruh Tingkat Kematangan dan Suhu
Penyimpanan Terhadap Mutu Buah Terong Belanda (Cyphomandra betacea)
perbedaan yang nyata terhadap nilai kekerasan buah, tetapi lama penyimpanan tidak
memberikan pengaruh yang berbeda nyata meski terjadi penurunan nilai kekerasan
pada ketiga tingkat kematangan buah selama penyimpanan baik pada suhu ruang
pada buah. Selama proses pemasakan buah akan terjadi perubahan kandungan
pektin oleh aktivitas enzim yang menyebabkan buah menjadi lunak. Hasil yang
sama juga diperoleh dari penelitian Mwithiga et al. (2007) dan Nunes et al. (2006).
Menurut Syarif dan Halid (1993), kadar air adalah persentase kandungan air
suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau
berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas
maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat
Berlangsungnya ketiga proses tersebut memerlukan air dimana kini telah diketahui
bahwa hanya air bebas yang dapat membantu berlangsungnya proses tersebut
(Tabrani,1997).
Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat bahan
basah, misalnya dalam gram air untuk setiap 100 gram bahan disebut kadar air berat
basah. Berat bahan kering adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan
beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan). Pada proses
pengeringan air yang terkandung dalam bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur,
dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
Air ada yang berbentuk bebas, ada pula yang terikat baik didalam matriks
bahan maupun didalam jaringannya. Air yang berbentuk bebas sangat mudah
menguap karena biasanya terdapat pada permukaan bahan pangan. Kadar air perlu
diukur untuk menentukan umur simpan suatu bahan pangan. Dengan demikian,
Penetapan kadar air bahan pangan dapat dilakukan dengan beberapa cara
tergantung dari sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan
dengan mengeringkan sejumlah sampel dalam oven pada suhu 105-110 C selama
3 jam atau hingga didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
Kadar air basis basah adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) yang mempunyai batas maksimum
teoritis sebesar 100 persen. Sedangkan kadar air basis kering adalah persentase
kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat kering dapat lebih dari 100 persen.
Menurut Singh dan Heldman (2009), Kadar air basis basah adalah jumlah air
yang terdapat dalam suatu massa bahan basah. Sedangkan kadar air basis kering
adalah jumlah air yang terdapat dalam suatu massa bahan padatan kering. Kadar air
basis basah (MCwb) dan kadar air basis kering (MCdb) ditunjukan dengan
umur simpannya. Semakin rendah kadar airnya maka stabilitas penyimpanan akan
semakin lama. Selain itu, kerusakan buah akan berkurang seiring dengan rendahnya
Penentuan kadar air sangat penting dalam banyak masalah industri, misalnya
dalam evaluasi material balance atau kehilangan selama pengolahan. Kita harus
tahu kandungan air (dan kadang juga distribusi air) untuk pengolahan optimum,
tertentu, dan produksi roti dengan daya awet dan tekstur tinggi. Kadar air harus
diketahui dalam penentuan nilai gizi pangan, untuk memenuhi standar komposisi
dan peraturan-peraturan pangan. Kepentingan yang lain adalah bahwa kadar air
0,8
0,6
0,4
0,2
0
1 2 3
Waktu (hari)
buah jambu biji. Dapat dilihat antara hari pertama dan kedua terdapat gap dimana
buah lebih tinggi tingkat kekerasannya di hari kedua, yaitu 1,59 daripada hari
pertama, yaitu 1,46. Namun, pada hari ketiga menunjukkan hasil yang lebih
signifikan, yaitu tingkat kekerasan buah sangatlah menurun, yaitu 1,12. Sehingga
dipengaruhi waktu.
Grafik Nilai Kekerasan dengan Waktu
1
Kekerasan (kg/cm2) 0,82661005
0,8
0,583156405
0,6
0,379334749
0,4
0,2
0
0 1 2 3 4
Hari ke-
Tidak jauh berbeda dengan tingkat kekerasan pada buah belimbing. Hasil
pengamatan nilai kekerasan buah belimbing yang disajikan dalam grafik diatas
menunjukan di peroleh pada hari pertama 0,82 kg/cm2, hari kedua 0,58 kg/cm2,
dan hari ketiga 0,37 kg/cm2. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan
bahwa nilai kekerasan buah belimbing dipengaruhi oleh waktu. Semakin lama,
87
86
Kadar Air (%) 85
84
83
82
81
80
79
78
1 2 3
Waktu (hari)
Hasil pengamatan nilai kadar air basis basah buah belimbing yang disajikan
dalam grafik diatas menunjukan di peroleh pada hari pertama 81,32% , hari kedua
86,18%, dan hari ketiga 85,10 %. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan
bahwa nilai kadar air basis basah buah belimbing memiliki nilai fluktuatif. Nilai
tertinggi terdapat pada hari kedua. Hasil tersebut dipengaruhi oleh kelembapan
Sedangkan nilai kadar air basis kering buah belimbing yang disajikan dalam
grafik diatas menunjukan di peroleh pada hari pertama 566,15% , hari kedua
625,07%, dan hari ketiga 572,23 %. Tidak berbeda jauh dengan nilai kadar air basis
basah, begitu juga dengan kadar air basih kering memiliki nilai fluktuatif. Nilai
tertinggi terdapat pada hari kedua. Hasil tersebut dipengaruhi oleh kelembapan atau
mungkin juga kesalahan pengamatan. Apabila dibandingkan dengan kadar air pada
buah belimbing, hasil yang ditunjukkan juga tidak jauh berbeda. Masih terdapat gap
atau penyimpangan tingkat kadar air di hari kedua. Kadar air buah belimbing dapat
Hasil pengamatan nilai kadar air basis basah buah belimbing yang disajikan
dalam grafik diatas menunjukan di peroleh pada hari pertama 9,67% , hari kedua
9,69%, dan hari ketiga 9,46 %. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan
bahwa nilai kadar air basis basah buah belimbing memiliki nilai fluktuatif. Nilai
tertinggi terdapat pada hari kedua. Hasil tersebut dipengaruhi oleh kelembapan
Sedangkan nilai kadar air basis kering buah belimbing yang disajikan dalam
grafik diatas menunjukan di peroleh pada hari pertama 10,71% , hari kedua 10,75%,
dan hari ketiga 10,45 %. Tidak berbeda jauh dengan nilai kadar air basis basah,
begitu juga dengan kadar air basih kering memiliki nilai fluktuatif. Nilai tertinggi
terdapat pada hari kedua. Hasil tersebut dipengaruhi oleh kelembapan atau mungkin
A. Kesimpulan
tegak lurus permukaan buah sampai daging buah pecah atau terdeformasi. Nilai
2. Nilai kekerasan buah jambu biji dipengaruhi oleh waktu, semakin lama nilai
3. Nilai kadar air pada buah jambu biji mengalami nilai fluktuatif.
B. Saran
Kramer, A. dan B.A. Twigg. 1983. Fundamental of Quality Control for the Food
Industry. The AVI Pub. Inc., Conn. USA.
Santoso, B.B. dan B.S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Pascapanen Tanaman
Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project.
Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.