Disusun Oleh :
Kelompok 2 – Offering F
FAKULTAS TEKNIK
2023
Tujuan Praktikum
Metode ini menguraikan prosedur untuk menentukan stabilitas dan pelelehan (flow)
campuran beraspal panas dengan agregat. Hasil pengujian ini digunakan untuk menentukan
kandungan aspal (Kandungan Aspal Optimum/KAO) dimana campuran memiliki sifat-sifat yang
memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Spesifikasi Umum Bina Marga Divisi 6 Tahun 2010.
Peralatan Praktikum
Peralatan yang digunakan dalam pengujian campuran beraspal panas dengan alat
Marshall antara lain:
a. Cetakan benda uji yang berbentuk silinder berdiameter 4” (101,6 mm) dan tinggi
3” (76,2 mm) yang dilengkapi dengan pelat atas dan leher.
b. Alat penumbuk yang terdiri atas batang pengarah, telapan berdiameter 98,4 mm dan
permukaan dasar yang rata, serta beban yang memiliki berat ± 4536 gram dan tinggi
jatuh bebas 18” ±0,6” (457,2±15,24 mm)
c. Landasan penumbuk (pedestal) yang terdiri atas balok kayu keras, memiliki berat
isi 0,67 – 0,77 kg/cm3 , ukuran 8” x8” x 18” (304,8 x 304,8 x 457,2 mm), dilapisi
pelat baja , dan dijangkarkan pada lantai beton pada keempat sudutnya.
d. Alat pengeluar benda uji (sample extruder) dengan diameter 100 mm.
e. Alat Marshall yang dilengkapi dengan kepala penekan berbentuk lengkung dengan
jari-jari bagian dalam 2” (50,8 mm), dongkrak pembebanan yang digerakkan secara
elektrik dengan kecepatan vertikal 2”/menit (50,8 mm/menit), cincin penguji
(poving ring) dengan kapasitas 2500 kg atau 5000 kg yang dilengkapi dengan arloji
pengukur beban (ketelitian pembacaan 0,0001” atau 0,0025 mm), serta arloji
pengukur pelelehan dengan ketelitian 0,1” atau 0,25 mm.
f. Oven yang dilengkapi suhu pemanas hingga 200 ±3ºC.
g. Penangas air (water bath) dengan kedalaman 6” (152,4 mm) yang dilengkapi
pengatur suhu air hingga 60ºC±3ºC.
h. Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji berkapasitas 2 kg dengan
ketelitian 0,1 gram.
i. Termometer logam dengan kapasitas 10 sampai 204ºC dengan ketelitian 2,8ºC.
j. Pengaduk, kompor gas, penggorengan, spatula, sarung tangan, serta peralatan lain
yang menunjang pengujian tersebut.
Penyiapan Benda Uji
Sebelum dilakukan pencampuran dan pengujian dengan alat Marshall, maka
dilakukan penyiapan benda uji sebagai berikut:
a. Kombinasi dan komposisi yang digunakan untuk benda uji merupakan komposisi
agregat dan aspal sebanyak 3 buah pada masing-masing variasi.
b. Sekurang-kurangnya terdapat 5 variasi kadar aspal untuk mengetahui hubungan
antara kandungan aspal dengan sifat-sifat campuran yang akan dianalisa.
c. Jika penentuan benda uji dan kadar aspal telah dilakukan langkah selanjutnya
adalah mengeringkan agregat dengan oven pada suhu 105-110ºC.
d. Melakukan penyaringan dan pemisahan agregat berdasarkan fraksi-fraksi yang
telah ditentukan dalam perencanaan.
e. Menimbang masing-masing fraksi agregat sehingga berat setiap benda uji sekitar
1200 gram yang akan memiliki tebal 63,5±1,27 mm (2,5”±0,05”). Setiap takaran
benda uji harus ditimbang dalam wadah terpisah.
f. Agar pencampuran agregat sesuai dengan gradasi yang diinginkan, maka dilakukan
dengan cara mengambil nilai tengah dari batas spesifikasi. Untuk memperoleh berat
agregat dari masing-masing fraksi untuk membuat satu benda uji adalah dengan
mengalikan nilai tengah dengan total berat agregat.
g. Memanaskan wajan berisi agregat yang sudah ditimbang 1200 gram di atas kompor.
Suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 28ºC (apabila campuran menggunakan aspal
keras) atau 14ºC, apabila campuran menggunakan aspal cair) di atas suhu
pencampuran.
h. Menuangkan aspal yang telah dipanaskan dengan takaran yang telah ditetapkan.
i. Melakukan pengadukan sampai seluruh butir agregat terselimuti aspal.
j. Sembari menunggu proses pencampuran agregat dengan aspal, maka disiapkan
cetakan benda uji. Sebelum digunakan, bagian dalam cetakan dan permukaan dasar
telapak penumbuk dibersihkan.
k. Meletakkan selembar kertas saring atau bahan sejenisnya pada dasar cetakan.
l. Menuangkan campuran ke dalam cetakan yang telah dipasangi leher.
m. Menusuk bagian pinggir benda uji sebanyak 15 kali dan bagian tengahnya sebanyak
10 kali dengan spatula.
n. Memasang leher cetakan dan meletakkan kertas saring pada permukaan campuran
sesaat setelah suhu pemadatan campuran dicapai.
o. Meletakkan cetakan pada pedestal dan pemegang.
p. Melakukan pemadatan sebanyak 75 kali pada permukaan benda uji dengan batang
penumbuk dipertahankan tetap tegak lurus terhadap pelat dasar cetakan.
q. Melepaskan leher cetakan dan membalik cetakan benda uji.
r. Melakukan penumbukan pada permukaan lain benda uji sebanyak 70 kali.
s. Melepaskan pelat alas dan meletakkan cetakan dan lehernya pada alat uji. Untuk
beberapa saat benda uji didiamkan hingga dingin.
t. Mengukur ketinggian benda uji dan menimbang dalam kondisi kering.
u. Merendam benda uji di dalam air selama 24 jam untuk memperoleh kondisi benda
uji jenuh air. Kemudian benda uji dikeringkan permukaannya dengan kain sehingga
kondisinya kering jenuh permukaan (SSD), lalu ditimbang.
v. Memasukkan benda uji kering jenuh permukaan ke dalam keranjang dan
memasukkan keranjang tersebut ke dalam air untuk dilakukan penimbangan benda
uji di dalam air.
a. Merendam benda uji di dalam penangas (water bath) selama 30-40 menit dengan
suhu penangas 60±1ºC apabila benda uji menggunakan aspal keras.
b. Membersihkan tiang pengarah dan bagian dalam kepala penekan alat Marshall.
c. Mengangkat benda uji dari penangas air dan meletakkan pada segmen bawah kepala
penekan.
d. Meletakkan segmen atas kepala penekan pada benda uji.
e. Meletakkan kepala penekan pada alat Marshall.
f. Memasang arloji pengukur pelelahan apabila digunakan salah satu tiang pengarah
dan mengatur angka arloji tersebut pada angka nol.
g. Melakukan penekanan benda uji dengan kecepatan yang tetap yaitu 50,8 mm per
menit sampai dicapai beban maksimum.
h. Mencatat beban maksimum yang ditunjukkan pada arloji atau hasil konversi arloji
pengukur beban serta mencatat pelelehan pada saat beban maksimum dicapai.
Untuk benda uji yang tebalnya tidak 63,5 mm (2 ½ ”), maka beban yang dicapai
harus dikoreksi dengan faktor koreksi yang ditunjukkan pada tabel 2.8.1
100
% 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 % 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠
𝐵𝐽 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 + 𝐵𝐽 𝐵𝑢𝑙𝑘 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠
100
% 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 % 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠
𝐵𝐽 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑠𝑎𝑟 + 𝐵𝐽 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐻𝑎𝑙𝑢𝑠
100
100 − % 𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 % 𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
+
𝐵𝐽 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝐵𝐽 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝐴𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑈𝑗𝑖 𝐾𝑜𝑛𝑑𝑖𝑠𝑖 𝑆𝑆𝐷 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑈𝑗𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐴𝑖𝑟
Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah pengujian dengan alat Marshall dan perhitungan
selesai. Data yang dianalisis berupa nilai rata-rata setiap kadar aspal untuk nilai stabilitas,
kelelehan, Marshall Quotient, VIM, VMA, dan VFB. Kemudian membuat grafik untuk
masing-masing stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, VIM, VMA, dan VFB dengan
kecenderungan umum grafik tersebut sebagai berikut:
a. Nilai stabilitas naik dengan bertambahnya kadar aspal dan akan mencapai
puncaknya pada suatu kadar aspal tertentu. Setelah itu pertambahan kadar aspal
akan menurunkan nilai stabilitas.
b. Nilai flow akan meningkat sesuai pertambahan kadar aspal.
c. Kurva untuk berat isi campuran kecenderungannya sama dengan kurva untuk
stabilitas, tetapi biasanya (tidak selalu) nilai maksimum untuk berat isi akan
diperoleh untuk kadar aspal yang sedikit lebih tinggi daripada kadar aspal untuk
stabilitas maksimum.
d. Kandungan rongga dalam campuran (VIM) akan menurun dengan bertambahnya
kadar aspal.
e. Kandungan rongga dalam agregat (VMA) akan turun ke suatu nilai minimum
kemudian akan naik lagi sesuai dengan pertambahan kadar aspal.
f. Rongga yang terisi aspal (VFA) akan naik sesuai pertambahan kadar aspal keran
VMA terisi oleh aspal.
Gambar Kerja di Laboratorium
No Dokumentasi Langkah Kerja
1 Mengambil aspal dan
memanaskan aspal hingga suhu
120oC sembari mengaduk aspal
untuk mencegah pemanasan
setempat.
r. Flow :
= 𝐵𝑎𝑐𝑎𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑎𝑡 × 0,01
= 420 × 0,01
= 4,2 𝑚𝑚
≥250
Marshall Quotient kg/mm
197.27 161.74 253.58 275.86 169.35 225.54