KELOMPOK P8 :
Amri Munawar 1406607035
Alviana Dwi S. 1406551670
Luthfi Werdiantoro 1406551525
Raihan Biruni 1506800174
Zsuryanuti Dirgantara 1406551531
LABORATORIUM BAHAN
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
MEI 2017
PERCOBAAN BERAT JENIS BITUMEN KERAS DAN TER
A. Jadwal Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Minggu / 7 Mei 2017
Waktu : 10.00 12.00
Tempat: Laboratorium Bahan Departemen Teknik Sipil UI
B. Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksud untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap
kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal.
Ketahanan (stabilitas) adalah kemampuan suatu campuran aspal untuk
menerima beban sampai terjadi kelelehan plastis yang dinyatakan dalam
kilogram atau pound.
Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu campuran aspal yang
terjadi akibat suatu beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam
milimeter atau 0,01 inch.
C. Dasar Teori
Aspal adalah salah satu bagian penting dalam struktur perkerasan jalan. Dalam
penggunaannya, aspal memiliki banyak faktor yang harus turut diperhatikan
guna mendukung kinerja dari campuran aspal, diantaranya Ketahanan atau
kestabilan aspal (Stabilitas), Daya tahan aspal (Durability), Kelenturan
(Flexibility). Pemeriksaan menggunakan alat marshall sendiri adalah salah
satu pemeriksaan dari berbagai pemeriksaan selain ITS (Indirect Tensile
Strength Test), dan pemeriksaan lain dikarenakan sangat sulit mencari satu
cara pemeriksaan untuk meneliti semua faktor pendukung kinerja aspal. Alat
Marshal sendiri berguna untuk menentukan ketahanan (Stabilitas) terhadap
kelelehan plastis (Flow) yang merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan
untuk mendukung kinerja aspal.
Syarat Pemeriksaan aspal
Tabel 1. Syarat Pemeriksaan Aspal Keras
F. Prosedur Pelaksanaan
Adapun prosedur pelaksanaan praktikum ini adalah :
a. membersihkan benda uji dari kotoran-kotoran yang menempel
b. memberikan tanda pengenal pada masing-masing benda uji
c. mengukur benda uji dengan ketelitian 0,1 mm
d. Menimbang benda uji
e. Merendam kira-kira 24 jam pada suhu ruang
f. Menimbang dalam air untuk mendapatkan isi
g. Menimbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh
h. Merendam benda uji dalam kondisi aspal panas dalam bak perendam
selama 30 sampai 40 menit atau panaskan didalam oven selama 2 jam
dengan suhu tetap (601)C untuk benda uji aspal panas dan (381)C
untuk benda uji tar.
Untuk benda uji aspal dingin masukkan benda uji kedalam oven selama
minimum 2 jam dengan suhu tetap (251)C
Sebelum melakukan pengujian bersihkan batang penuntun (guide rod)
dan permukaan dalam dari kepala penekan (test heads). Lumasi batang
penuntun sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur bebas, bila
dikehendaki kepala penekan direndam bersama-sama benda uji pada
suhu antara 21 sampai 38C.
Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven pemanas udara
dan letakkan kedalam segmen bawah kepala penekan. Pasang segmen
atas diatas benda uji, dan letakkan keseluruhannya dalam mesin
penguji. Pasang arloji kelelehan (flow meter) pada kedudukannya diatas
salah satu batang penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada
angka nol, sementara selubung tangkai arloji (sleeve) dipegang teguh
terhadap segmen atas kepala penekan (breaking head). Tekan selubung
tangkai arloji selama pembebanan berlangsung.
i. Sebelum pembebanan diberikan, kepala penekan beserta benda ujinya
dinaikkan hingga menyentuh alas cincin penguji. Atur kedudukan jarum
arloji tekan pada angka nol.
Berikan pembebanan pada benda uji dengan kecepatan tetap sebesar 50
mm per menit sampai pembebanan maksimum tercapai atau
pembebanan menurut seperti yang ditunjukkan oleh jarum arloji tekan
dan catat pembebanan maksimum yang dicapai.
Lepaskan selubung tangkai arloji kelelehan (sleeve) pada saat
pembebanan mencapai maksimum dan cata nilai kelelehan yang
ditunjukkan oleh jarum arloji. Waktu yang diperlukan dan saat
diangkatnya benda uji dari rendaman air sampai tercapainya beban
maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
G. Data Pemeriksaan
Tabel 4 Data Dimensi dan Berat Sampel
Benda Diamete Tinggi W kering W dalam air W jenuh
Uji r (cm) (cm) udara (gr) (gr) (gr)
5% 10.21 6.91 1180 645 1195.5
5.5 % 10.14 6.955 1175.5 654 1187.5
6% 10.26 6.935 1177.5 651.5 1188
G. Pengolahan Data
Pada praktikum terdapat 3 sampel dengan kadar aspal 5 %. 5.5 %, dan 6 %.
Untuk setiap sampel, berat total dari campuran aspal dan agregat adalah 1200
gr. Untuk itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan
presentase jumlah campuran agregat untuk tiap sampel. berikut adalah tabel
analisa saringan (blending ) :
Tipe Saringan Agregat Kasar Agregat Medium Agregat Halus Filler Spec* Gradasi
(% lolos (% lolos (% lolos (% lolos Gabungan
kumulatif) kumulatif) kumulatif) kumulatif) 100%
Total 10 % Total 40 % Total 44 % Total 6 %
1" (25.4 mm) 100 10 100 - 100 - - - 100 -
3/4" (19.1 mm) 96.85 9.685 100 40 100 44 100 6 80 - 100 99.69
1/2" (12.7 mm) 22.83 2.283 97.36 38.944 100 44 100 6 - 91.23
3/8" (9.52 mm) 3.30 0.33 64.66 25.864 100 44 100 6 60 - 80 76.19
No. 4 (4.76 mm) 0.32 0.032 0.49 0.196 95.05 41.822 100 6 48 - 65 48.05
No. 8 (2.38 mm) - - 0.31 0.124 72.04 31.698 100 6 35 - 50 37.82
No. 30 (0.59 mm) - - - - 53.88 23.706 100 6 19 - 30 29.71
No. 50 (0.279 - - - - 11.41 5.0204 100 6 13 - 23 11.02
mm)
No. 100 (0.149 - - - - 5.85 2.574 100 6 7 - 15 8.57
mm)
No. 200 (0.074 - - - - 2.90 1.276 100 6 1-8 7.28
mm)
a. Mencari nilai gram aggregat dari aspal 5 %, 6%, 7% dari total berat aspal
dan aggregat 1000 gram
Contoh perhitungan:
1. Aspal 5 %
Berat aspal : 5% x 1200 gr
: 60 gr
Berat Aggregat
Aggregat Kasar : 10 % x 1140 gr
:114 gr
Aggregat Medium : 40 % x 1140 gr
: 456 gr
Aggregat Halus : 44 % x 1140 gr
: 501.6 gr
Filter : 6 % x 1140 gr
: 68.4 gr
= 2.7225 gr/cm3
100
Bj Teoritis=
( BjAggregat
. Aggregat )+(
aspal
Bj Aspal )
Contoh perhitungan:
Aspal 5% sampel I:
( 100 aspal terhadapcampuran ) x berat isi benda uji
rongga terhadap aggregat =100
Berat jenis aggregat
( 1005 ) x 2,14350
rongga terhadap aggregat =100
2,7225
rongga terhadapaggregat = 25.20 %
Tabel 9 % Rongga terhadap Aggregat
Sampel % Rongga Terhadap
Agregat
5% 25.20
5.5 % 23.51
6% 24.22
H. Analisis
Analisis Percobaan
Praktikum campuran aspal dengan alat marshall bertujuan untuk
menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis dari
campuran aspal. Dalam praktikum ini praktikan menggunakan 3 kadar
aspal yaitu kadar aspal 5 %, 5.5 % dan 6 %. Setelah penentuan kadar
aspal, praktikan menghitung analisa saringan untuk penentuan berat
agregat untuk campuran aspal. Total berat sampel adalah 1200 gram
kemudian dari total berat tersebut didapatlah masing-masing berat dari
agregat.
Penentuan berat agregat berdasarkan grafik pembagian butir agregat
sehingga didapatkan persentase agregat kasar, medium, halus, dan filler.
Setelah mendapatkan berat dari masing-masing agregat, praktikan
menyiapkan agregat dan menimbangnya sesuai dengan berat pada analisa
saringan dan perlu diperhatikan bahwa berat tiap agregat harus tepat. Tiap
dari masing-masing agregat sesuai dengan kadar aspalnya dimasukan ke
kantung plastik.
Kemudian langkah selanjutnya adalah memanaskan aspal sehingga
menjadi cair (menjadi bentuk emulsi minyak) dan mencampurkan agregat
sesuai dengan kadar aspalnya. Pemanasan ini bertujuan agar kadar air pada
aspal sehingga penyerapan aspal dengan agregat menjadi homogen. Hal ini
disesuaikan dengan keadaan di lapangan saat pemadatan fleksibel
menggunakan aspal. Setelah campuran aspal dan agregat tercampur merata
maka selanjutnya dimasukkan kedalam cetakan yang sebelumnya diolesi
oli/minyak agar saat wadah dilepas maka bahan uji tidak melekat ke
cetakan. Kemudian wadah berisi campuran agregat dan aspal dipadatkan
sebanyak 75 kali pada kedua sisinya. Sebelum melakukan pemadatan,
usahakan hammer berada tepat pada tengah cetakan agar pemadatannya
merata.
Setelah memadatkan ketiga sampel, kemudian mengeluarkannya dengan
extruder dan membiarkan ketiga sampel hingga suhu akibat pemanasan
aspal dan pemadatan turun sebelum ditimbang untuk mendapatkan berat
kering. Setelah menimbang berat kering ketiga sampel, praktikan
merendam sampel selama 24 jam agar tercapai kekuatan perkerasan sesuai
dengan umurnya.
Setelah didiamkan selama 24 jam, kemudian selanjutnya praktikan
melakukan 2 penimbang untuk mencari berat dalam air dan berat kering
permukaan (SSD). Penimbangan yang pertama adalah penimbangan berat
dalam air dengan cara menggantungkan benda uji pada pengait dalam air
yang terhubung dengan neraca. Setelah itu praktikan mengelap permukaan
benda uji hingga permukaan ketiga sampel kering. Hal itu dilakukan untuk
mendapatkan kondisi kering permukaan (SSD). Setelah kering praktikan
melakukan penimbangan untuk sampel dengan kondisi berat kering
permukaan (SSD), sebelum menimbang praktikan mengelap benda uji
sebelum menimbang. Kemudian mencari berat dalam air dengan
menimbang dalam air.
Kemudian, memasukkan benda uji ke waterbath yang berisi air bersuhu
60o selama 30 menit. kemudian mengeluarkan sampel dan meletakannya di
alat marshall test yang telah diberi pembebanan, kemudian dibaca nilai
stabilitas dan nilai kelelehan yang tertera pada dial, yang perlu
diperhatikan adalah mengkalibrasi jarum dialnya agak tepat berada di
angka 0 sesaat sebelum dilakukan pembacaan. Setelah didapatkan kedua
nilai tersebut, maka dapat ditentukan kadar aspal optimum. Kadar aspal
optimum digunakan untuk perbandingan aspal yang digunakan terhadap
jumlah agregat untuk mendapatkan kemampuan perkerasan aspal yang
paling baik.
Analisis Hasil
Setelah mendapatkan data percobaan, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengolahan data sesuai dengan tujuan percobaan ini untuk
menentukan ketahanan dan kelelehan dari campuran aspal. Adapun data
percobaan yang didapatkan adalah data dimensi, berat kering, berat dalam
air, berat kering permukaan sampel , data kadar agregat tiap sampel dan
data tes marshall untuk pengujian stabilitas dan kelelehan.
Adapun langkah perhitungan yang harus dilakukan adalah perhitungan
berat aspal dan agregat untuk tiap kadar aspal. Perhitungan ini mengikuti
perhitungan tabel analisa campuran (blending). Perhitungan ini digunakan
untuk menentukan pembagian jumlah agregat yang tepat agar campuran
aspal tersebut mencapai kadar optimum.
Kemudian melakukan perhitungan berat jenis dari agregat. Perhitungan ini
menggunakan data dari berat jenis pada praktikum sebelumnya yaitu berat
jenis dan penyerapan dari agregat kasar. Adapun data yang digunakan
adalah berat jenis bulk dan berat jenis apparent. Berat jenis agregat
merupakan rata-rata dari kedua berat jenis tersebut.
Setelah mendapatkan nilai dari berat jenis agregat, kemudian melakukan
perhitungan berat jenis aspal teoritis. Berat jenis aspal teoritis merupakan
berat aspal yang seharusnya berdasarkan berat jenis agregat yang
didapatkan. Sehingga dalam perhitungannya merupakan perbandingan dari
berat aspal dan berat jenis agregat harus sama dengan perbandingan dari
berat jenis aspal teoritis.
Kemudian dari data berat sampel praktikan dapat menghitung berat isi
benda uji. Berat isi merupakan perbandingan berat dengan isi, adapun
perhitungannya dengan perbandingan berat kering dengan selisih dari
berat jenuh dengan berat benda dalam air. Kemudian data berat isi
digunakan untuk menghitung perbandingan rongga terhadap agregat.
Adapun perbandingannya dalam persen sehingga perbandingannya dengan
selisih 100 dengan perbandingan persenan agregat dikali dengan berat isi
dengan berat jenis agregat yang didapatkan dari perhitungan sebelumnya.
Sama seperti perhitungan perbandingan rongga terhadap agregat,
perbandingan rongga terhadap campuran dalam bentuk persen sehingga
dalam perhitungannya menggunakan selisih dari 100 dengan persen dari
perbandingan berat isi terhadap berat jenis teoritis.
Kemudian menghitung nilai stabilitas dan kelelehan berdasarkan data
pembacaan dial saat melakukan pengetesan menggunakan alat marshall.
Pertama melakukan perhitungan stabilitas x korelasi. Adapun formula
perhitungan stabilitas adalah perkalian antara pembacaan dial dengan nilai
kalibrasi alat dan angka korelasi. Untuk tiap sampel, angka korelasinya
berbeda-beda tergantung dari tinggi benda uji.
Berdasarkan tabel angka korelasi, tiap tinggi benda uji memiliki nilai
berbeda. Nilai angka korelasi yang praktikan dapatkan merupakan hasil
dari interpolasi dari tabel tersebut karena tidak ada nilai angka korelasi
yang tepat untuk sampel pada praktikum ini. Untuk nilai kelelehan
berdasarkan perhitungan yang sama tapi berdasarkan pembacaan dial
kelelehan pada alat marshall.
Adapun 4 data yang telah dihitung yaitu nilai % rongga terhadap agregat,
% rongga terhadap campuran, stabilitas x korelasi tinggi, dan
stabilitas/kelelehan serta nilai kelelehan yang didapatkan dari tes marshall
yaitu nilai kelelehan merupakan parameter dari campuran aspal yang
paling ideal. Adapun nilai parameter campuran aspal untuk ketiga sampel
yaitu :
Kadar Aspal I (%) n (%) q (kg) r (mm) s (kg/mm)
5% 25.20 12.09 866.291 3.6 270.43
5.5 % 23.51 11.40 785.513 3.8 275.04
1
6% 24.22 11.05 785.301 3.85 280.32
6
Berdasarkan tabel parameter uji aspal, hasil percobaan uji aspal memenuhi
4 dari 5 parameter. Adapun parameter yang tidak terpenuhi adalah
perbandingan rongga terhadap campuran yang sangat jauh dari kondisi
ideal. Dari hasil tersebut, praktikan dapat menyimpulkan bahwa hasil uji
aspal sudah mencapai kondisi optimum, meskipun tidak memenuhi semua
parameter uji aspal.
Analisis Kesalahan
Berdasarkan tabel parameter campuran aspal kondisi ideal dapat terlihat
bahwa tidak semua hasil percobaan terpenuhi dengan ketentuan parameter
tersebut. Oleh karena itu, praktikan dapat menyimpulkan bahwa praktikum
ini memiliki presentase nilai kesalahan yang cukup besar, adapun analisa
kesalahan yang terjadi selama praktikum berlangsung adalah :
1. Kesalahan dalam penentuan jumlah agregat berdasarkan timbangan.
Dikarenakan bentuk agregat kasar dan ketelitian dari neracanya cukup
teliti sehingga praktikan tidak menemukan agregat yang tepat agar
beratnya sesuai dengan analisa saringan. Oleh karena itu, berat agregat
tidak persis sama dengan berat pada analisa saringan, hak itu tentunya
mempengaruhi nilai perbandingan rongga terhadap campuran.
2. Saat mengeluarkan benda uji dari cetakan menggunakan extruder,
benda uji tersebut terkikis sedikit dibagian pinggir karena ketidakhati-
hatian saat menggunakan extruder.
Aplikasi
Adapun aplikasi uji campuran aspal menggunakan alat marshall adalah :
1. Uji aspal menggunakan marshall bisa digunakan sebagai acuan dan
pegangan dalam pelaksanaan perkerasan lentur suatu jalan.
2. Uji marshall juga digunakan untuk penentuan kondisi ideal dari
perbandingan aspal dan jumlah agregat yang dibutuhkan untuk
mencapai keadaan optimum suatu perkerasan.
Analisis K3
Setelah melakukan prosedur percobaan di laboratorium, perlu adanya
evaluasi terhadap pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
Selama menjalankan prosedur percobaan ini praktikan diharuskan
menggunakan jas lab dan sepatu untuk melindungi praktikan dari hal yang
tidak diinginkan.
Adapun laboran membantu jalannya praktikum ini terutama dalam
pelaksanaan prosedur yang dianggap berbahaya dan perlu pengalaman
seperti memanaskan aspal dan mencampurkannya dengan agregat.
H. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1. Stabilitas merupakan kemampuan campuran aspal untuk menahan beban
hingga mengalami kelelehan plastis berdasarkan satuan berat (kg/lbs)
2. Kelelehan plastis merupakan suatu bentuk dari campuran aspal saat
menerima beban hingga batas runtuh yang dinyatakan dalam satuan
panjang (mm atau inch)
3. Kadar aspal 5 % kemampuannya menerima baban adalah 272.43 kg, untuk
kadar aspal 5.5 % kemampuannya menerima beban adalah 275.04 kg, dan
kadar aspal 6 % kemampuannya menerima beban adalah 280.32 kg.
4. Kelelehan campuran untuk kadar aspal 5% adalah 3,6 mm, kadar aspal 5.5
% adalah 3.8 mm, dan kadar aspal 6% adalah 3,85 mm.
I. Referensi
https://atdmco.com/wiki-density+of+bitumen+60+70-328.html (diakses 20
Maret 2017)
J. Lampiran
Gambar 1. Alat compactor Gambar 2. Proses pemanasan
agregat