Page 178
MODUL 13
RANCANGAN CAMPURAN ASPAL PANAS
(HOT MIX)
1. DASAR TEORI
Rancangan campuran aspal panas (hot mix) adalah nama lain dari aspal beton (aspal
concrete) yaitu sesuatu campuran yang terdiri dari komponen-komponen agregat yang
merupakan komponen terbesar dalam campuran dan bahan pengikatnya adalah aspal dimana
cara pencampuran melalui proses pemanasan.
A. Jenis-jenis Campuran Beraspal
1. Latasir (Sand Sheet)
Kelas A dan B campuran-campuran ini ditujukan untuk jalan dengan lalu lintas
ringan, khususnya pada daerah dimana agregat kasar sulit diperoleh. Pemilihan kelas
A atau B terutama tergantung pada gradasi pasir yang digunakan. Campuran latasir
biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang
disyaratkan. Campuran ini mempunyai ketahanan yang rendah terhadap alur (rutting),
oleh sebab itu tidak boleh digunakan dengan lapisan yang tebal, pada jalan dengan lalu
lintas berat dan pada daerah tanjakan.
2. Lataston (Hot Roller Sheet)
Lataston (HRS) mempunyai persyaratan kekakuan yang sama dengan tipikal
yang disyaratkan untuk aspal beton konvensional (AC) yang bergradasi menerus.
Lataston terdiri dari dua macam campuran, yaitu : Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base)
dan Lataston Lapis Permukaan (HRS Wearing Course) dan ukuran maksimum agregat
masing-masing campuran adalah 19 mm.
3. Laston (Asphlat Concrete)
Laston (Lapis Aspal Beton) lebih peka terhadap variasi kadar aspal maupun
variasi gradasi agregat daripada Lataston (HRS). Aspal Beton (AC) terdiri dari tiga
macam campuran, yaitu : Laston Lapis Aus 2 (AC-WC), Laston Lapis Aus 1 (AC-BC)
dan Laston Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing-masing
campuran adalah 19 mm, 25,4 mm dan 37,5 mm. Hasil pengujian berat jenis pada
semen portland adalah 3,153 gr/cc sedangkan berat jenis abu batu adalah 2,635 gr/cc.
B. Gradasi Agregat
Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukurannya, ukuran butir agregat dapat
diperoleh melalui pemeriksaan analisis saringan. Gradasi agregat dapat dibedakan atas :
1. Gradasi Seragam (Uniform Graded)
Gradasi seragam adalah gradasi agregat dengan ukuran yang hampir sama.
Gradasi seragam disebut juga gradasi terbuka (open graded) karena hanya
mengandung sedikit agregat halus sehingga terdapat banyak rongga atau ruang kosong
antar agregat. Campuran beraspal yang dibuat dengan gradasi ini bersifat porus atau
memiliki permeabilitas yang tinggi, stabilitas yang rendah dan memiliki berat isi yang
kecil.
2. Gradasi Rapat (Dense Graded)
Gradasi rapat adalah gradasi agregat dimana terdapat butiran dari agregat kasar
sampai halus, sehingga sering juga disebut gradasi menerus atau garadasi baik (well
graded). Campuran dengan gradasi ini memiliki stabilitas yang tinggi, agak kedap
terhadap air dan memiliki berat isi yang besar.
3. Gradasi Senjang (Gap Graded)
Gradasi senjang adalah gradasi agregat dimana ukuran agregat yang ada tidak
lengkap atau ada fraksi agregat yang tidak ada atau jumlahnya sedikit sekali.
Campuran agregat dengan gradasi ini memiliki kualitas peralihan dari kedua gradasi
yang disebut di atas.
Untuk campuran aspal panas dikenal 2 macam gradasi sebagai berikut:
1. Aspal panas dengan 4 fraksi
a. Kasar
b. Sedang
c. Halus
d. Filter
2. Aspal panas dengan multi fraksi
Untuk praktikum ini menggunakan 2 fraksi yaitu agregat kasar dan agregat halus
2. MAKSUD
Untuk menentukan gabungan proporsi agregat kasar dan agregat halus agar mendapatkan
gabungan proporsi agregat yang ekonomis (dalam batas spesifikasi proyek) dan bitumen (aspal)
yang akan menghasilkan campuran dengan bitumen atau aspal yang cukup untuk menjamin
keawetan perkerasan dan stabilitas permukaan aspal yang memadai sehingga memenuhi
kebutuhan lalu lintas tanpa adanya distorsi atau terjadinya pemindahan. Metode yang
digunakan pada praktikum ini yaitu dengan metode trial and error berdasarkan amplop gradasi.
3. BAHAN
Bahan yang digunakan yaitu % lolos agregat kasar dan halus hasil uji analisis saringan
pada modul 8. Sampel agregat kasar menggunakan data dari kelompok 5 dan sampel agregat
halus menggunakan data dari kelompok 14 sendiri.
½ 12,7 98 100
3/8 10 78,50 97,02
4 5 70,85 90,94
8 2,36 48,30 66,97
16 1,18 25,95 39,91
30 0,6 14,90 20,07
50 0,3 11,65 10,55
100 0,15 7,20 5,51
200 0,075 1,55 3,44
Lolos 0 0
4. PROSEDUR PRAKTIKUM
Untuk melakukakan perancangan campuran aspal panas (hot mix) langkah – langkah
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Siapkan data yang akan dipakai yaitu % lolos agregat kasar dan agregat halus dari
hasil uji analisis saringan pada modul 8.
2. Buatlah tabel bahan yang didalamnya terdapat nomor dan ukuran saringan serta
analisa saringan & lolos agregat kasar dan agregat halus.
3. Setelah itu buatlah tabel perhitungan dengan metode trial and error, masukkan tabel
bahan kedalam tabel perhitungan, lalu tambahkan fraksi agregat kasar dan agregat
halus serta total % fraksi.
4. Komposisi fraksi agregat kasar dan agregat halusnya di coba – coba. Pastikan nilai
proporsi agregat kasar dan agregat halus yang ditinjau 100%
5. Hitung nilai fraksi agregat kasar dan agregat halus dengan cara nilai proporsi agregat
dikalikan dengan analisis saringan % lolos pada setiap saringan
6. Sedangkan untuk total % fraksi dengan cara menjumlahkan fraksi agregat kasar
dengan fraksi agregat halus.
7. Setelah itu buatlah tabel amplop gradasi yang didalamnya terdapat no saringan, batas
atas dan batas bawah menurut Laston (AC), % fraksi dan keterangan.
8. Cara mengetahui % fraksi terdapat dalam batas atas atau batas bawah pada amplop
gradasi yaitu jika nilai % fraksi agregat berada dalam amplop gradasi rentang antara
batas atas dan batas bawah maka berikan keterangan ok, jika berada diluar rentang
tersebut maka berikan keterangan no.
9. Apabila hasil dari keterangannya lebih banyak no maka coba-coba ganti proporsi
agregat sampai mendaptkan nilai ok
10. Setelah hasilnya terdapat ok yang lebih dominan buatlag grafik dengan cara memplot
data-data tersebut, pada sumbu x yaitu no saringan dan sumbu y batas bawah, %
fraksi dan batas atas.
11. Untuk perhitungan aspal, gunakan rumus, dengan keterangan Ca untuk agregat kasar
dan Fa untuk agregat halus, dan k diambil dari ketentuan jenis aspal yang digunakan
yaitu Laston (AC) berkisar antara 0,5 - 1
𝑃𝑏 = 0,035 (% 𝐶𝑎) + 0,045(% 𝐹𝑎) + 𝑘
12. Untuk sampel aspal yang kedua, diambil dari hasil Pb. Jika untuk sampel 1 dikurangi
0,5 %, sampel 3 ditambah 0, 5%. Semua % aspal dikalikan dengan total agregat
5. PELAPORAN
Amplop Gradasi
LABORATORIUM PERKERASAN JALAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
350
100
300
90
250
69
98.50
200
% Fraksi
40 90 Batas Bawah
100 52.97
77
30 53
29.44
22
50 15 16.19 33
9 11.38 14 21
2.02 6.78
6 9
4
0
200 100 50 30 16 8 4 3/8 1/2
No Saringan
6. PERHITUNGAN
Perhitungan pada saringan No.16
1. Fraksi Agregat Kasar = 25,95 x 75% = 19,46 %
2. Fraksi Agregat Halus = 39,91 x 25% = 9,98 %
3. Total Fraksi Agregat No.16 = Fraksi Agregat Kasar + Fraksi Agregat Halus
= 19,46 % + 9,98 %
= 29,44 %
4. Total fraksi agregat memenuhi syarat apabila berada pada rentang batas atas dan batas
bawah
Cek Proporsi Agregat pada Amplop Gradasi Gabungan
% Berat lolos terhadap total agregat
dalam campuran
Fraksi
No Saringan Laston (AC) Keterangan
Agregat (%)
Wearing Course
Batas Atas Batas Bawah
16 40 21 29,44 OK
Sampel 2
Sampel 2 = Pb x 1000 gr
= 4,75 % x 1000 gr
= 47,5 gr
Sampel 3 (Pb2)
Sampel = (Pb + 0,5 %) x Total Agregat
= (4,75 % + 0,5 %) x 1000 gr
= 5,25 % x 1000 gr
= 52,5 gr
7. KESIMPULAN
Dari hasil perhitungan dengan metode trial and error didapat komposisi agregat sebagai
berikut dengan total berat agregat sebesar 1000 gr.
a. Proporsi agregat yang diperoleh dari metode trial and error:
1) Agregat kasar sebesar 75%
2) Agregat halus sebesar 25%
b. Maka kebutuhan agregat untuk campuran adalah:
1) Agregat kasar sebesar 750 gr
2) Agregat halus sebesar 250 gr
Setelah didapat kebutuhan agregat untuk campuran kemudian didapat kebutuhan aspal
sampel 1 sebesar 42,5 gr, nilai sampel 2 sebesar 47,5 gr dan nilai sampel 3 sebesar 52,5 gr.
Terdapat 7 fraksi agregat yang memenuhi syarat yang berada pada rentang batas atas dan
batas bawah dengan catatan aregat kasar menggunakan sampel data kelompok 5 dan agregat
halus menggunakan sampel data kelompok 14 sendiri. Hal tersebut dikarenakan sampel data
agregat kasar kelompok 14 kurang baik untuk digunakan dalam perencanaan sehingga pada
perhitungan metode Trial and Error banyak fraksi agregat yang tidak memenuhi syarat.