April 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
memberikan banyak nikmat, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga
proses pembuatan laporan praktikum Perkerasan Jalan “Pengujian Campuran Aspal
Panas Menggunakan Marshall” ini dapat penulis laksanakan dengan baik. Penulis
berharap laporan praktikum ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca, begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan dari Tuhan Yang
Maha Esa karuniai kepada kami sehingga laporan praktikum ini dapat kami susun
melalui beberapa sumber yakni melalui jurnal maupun melalui media
internet.Penulis menyadari banyak pihak yang membantu dan berkontribusi dalam
terselesaikannya laporan praktikum ini. Dengan demikian penulis ucapkan terima
kasih dengan ketulusan hati kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
selama menyusun laporan praktikum ini, yakni kepada:
Demikianlah laporan praktikum ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan, atau pun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada laporan
ini, kami mohon maaf. Penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari
pembaca agar bisa memuat laporan praktikum yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.
Malang, April2023
Kelompok 4
2
A. LATAR BELAKANG
Rancangan campuran berdasarkan metode Marshall ditemukan oleh
Bruce Marshall, dan telah distandarisasi oleh ASTM ataupun AASHTO
melalui beberapa modifikasi, yaitu ASTM D 1559-76, atau AASHTO T-
245-90. Prinsip dasar metode Marshall adalah pemeriksaan stabilitas dan
kelelehan (flow), serta analisis kepadatan dan pori dari campuran padat yang
terbentuk. Alat Marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan
proving ring (cincin penguji) berkapasitas 22,2 KN (5000 lbs) dan
flowmeter. Proving ring digunakan untuk mengukur nilai stabilitas, dan
flowmeter untuk mengukur kelelehan plastis atau flow. Benda uji Marshall
berbentuk silinder berdiameter 4 inchi (10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35
cm). Prosedur pengujian Marshall mengikuti SNI 06-2489-1991, atau
AASHTO T-245-90 atau ASTM D 1559-76.
Secara garis besar pengujian Marshall meliputi: persiapan benda
uji, penentuan berat jenis bulk dari benda uji, pemeriksaan nilai stabilitas
dan flow, dan perhitungan sifat volumetric benda uji.
Di Indonesia, campuran beraspal panas untuk perkerasan lentur di
rancang menggunakan metode Marshall. Pada perencanaan Marshall
tersebut menetapkan untuk kondisi lalu lintas berat pemadatan benda uji
sebanyak 2x75 tumbukan dengan batas rongga campuran antara 3,5-5,5%.
Hasil pengujian pengendalian mutu menunjukkan bahwa kesesuaian
parameter kontrol di lapangan seringkali tidak terpenuhi untuk mencapai
persyaratan dalam spesifikasi. Selain itu rongga dalam campuran setelah
dilalui lalu lintas dalam beberapa tahun mencapai kurang dari 1% yang
memungkinkan terjadinya perubahan bentuk plastis. Kondisi ini sulit untuk
menjamin campuran yang tahan terhadap kerusakan berbentuk alur plastis,
sehingga kinerja perkerasan jalan tidak tercapai.
3
B. TUJUAN
4
h) Termometer logam dengan kapasitas 10 sampai 204ºC dengan
ketelitian 2,8ºC.
i) Pengaduk, kompor gas, penggorengan, spatula, sarung tangan, serta
peralatan lain yang menunjang pengujian tersebut.
D. PROSEDUR PENGUJIAN
Pada pengujian kali ini menggunakan campuran aspal AC-WC
dengan kebutuhan agregat sebagai berikut :
5
Penyiapan Benda Uji
Sebelum dilakukan pencampuran dan pengujian dengan alat
Marshall, maka dilakukan penyiapan benda uji sebagai berikut:
a) Kombinasi dan komposisi yang digunakan untuk benda uji merupakan
komposisi agregat dan aspal sebanyak 3 buah pada masing-masing
variasi.
b) Kami menggunakan 6 variasi kadar aspal untuk mengetahui hubungan
antara kandungan aspal dengan sifat-sifat campuran yang akan
dianalisa.
d) Melakukan penyaringan dan pemisahan agregat berdasarkan fraksi-
fraksi yang telah ditentukan dalam perencanaan.
e) Menimbang masing-masing fraksi agregat sehingga berat setiap benda
uji sekitar 1200 gram,
f) Menimbang wajan lalu memasukkan agregat yang sudah ditimbang
kedalam wajan yang sudah ditimbang.
g) Menghitung berapa berapa aspal yang dibutuhkan sesuai dengan variasi
kadar aspal.
h) Memanaskan aspal hingga suhu yang ditentukan. Lalu menuangkan
aspal sesuai dengan takaran yang sudah dihitung.
i) Memanaskan wajan berisi agregat dan aspal yang sudah dituangkan di
kompor.
j) Melakukan pengadukan sampai seluruh butir agregat terselimuti aspal.
k) Sembari menunggu proses pencampuran agregat dengan aspal, maka
disiapkan cetakan benda uji. Sebelum digunakan, bagian dalam cetakan
dan permukaan dasar telapak penumbuk dibersihkan.
l) Mengolesi oli pada dasar cetakan. Dan memasang cetakan
alatpencetakan dan penumbukan
m) Menuangkan campuran ke dalam cetakan yang telah dipasangi leher.
n) Menusuk bagian pinggir benda uji sebanyak 15 kali dan bagian
tengahnya sebanyak 10 kali dengan spatula.
o) Memasang leher cetakan pada permukaan campuran sesaat setelah suhu
pemadatan campuran dicapai.
6
p) Meletakkan cetakan pada pedestal dan pemegang.
q) Melakukan pemadatan sebanyak 75 kali pada permukaan benda uji
dengan batang penumbuk dipertahankan tetap tegak lurus terhadap
pelat dasar cetakan.
r) Melepaskan leher cetakan dan membalik cetakan benda uji.
s) Melakukan penumbukan pada permukaan lain benda uji sebanyak 70
kali.
t) Melepaskan pelat alas dan meletakkan cetakan dan lehernya pada alat
uji. Untuk beberapa saat benda uji didiamkan hingga dingin.
u) Setelah dingin benda uji dikeluarkan dari cetakan menggunakan alat
extruder sampel.
v) Setelah dikeluarkan Mengukur ketinggian benda uji dan menimbang
dalam kondisi kering.
w) Merendam benda uji di dalam air selama 24 jam untuk memperoleh
kondisi benda uji jenuh air. Kemudian benda uji dikeringkan
permukaannya dengan kain sehingga kondisinya kering jenuh
permukaan (SSD), lalu ditimbang.
x) Memasukkan benda uji kering jenuh permukaan ke dalam keranjang
dan memasukkan keranjang tersebut ke dalam air untuk dilakukan
penimbangan benda uji di dalam air.
7
c) Mengangkat benda uji dari penangas air dan meletakkan pada segmen
bawah kepala penekan.
d) Meletakkan segmen atas kepala penekan pada benda uji.
e) Meletakkan kepala penekan pada alat Marshall.
f) Memasang arloji pengukur pelelahan apabila digunakan salah satu tiang
pengarah dan mengatur angka arloji tersebut pada angka nol.
g) Melakukan penekanan benda uji dengan kecepatan yang tetap yaitu 50,8
mm per menit sampai dicapai beban maksimum.
h) Mencatat beban maksimum yang ditunjukkan pada arloji atau hasil
konversi arloji pengukur beban serta mencatat pelelehan pada saat
beban maksimum dicapai.
2. Pengujian Aspal
Berat Jenis Aspal : 1.035
8
3. Perhitungan Marshall Untuk Menentukan KAO
9
Berat Benda Uji
Berat Berat Isi Berat Jenis
Jenuh Kering Isi Benda
Dalam Air Campuran Max Teoritis
Permukaan Uji (gram)
(gram) (Bulk) Campuran
(gram)
(d) (e) (f) (g) (h)
1288 712 576 2,17 2,46
1286 703 583 2,13 2,46
1246 695 551 2,28 2,46
1273,33 703,33 570 2,19 2,46
1275 728 547 2,30 2,45
1250 716 534 2,31 2,45
1316 715 601 2,12 2,45
1280,33 719,67 560,67 2,24 2,45
1234 701 533 2,28 2,43
1241 708 533 2,29 2,43
1185 685 500 2,36 2,43
1220,00 698,00 522 2,31 2,43
1268 733 535 2,36 2,41
1278 736 542 2,32 2,41
1256 712 544 2,28 2,41
1267,33 727,00 540,33 2,32 2,41
1279 731 548 2,31 2,39
1268 718 550 2,30 2,39
1285 727 558 2,28 2,39
1277,33 725,33 552 2,30 2,39
1243 700 543 2,26 2,38
1315 745 570 2,29 2,38
1316 759 557 2,35 2,38
1291,33 734,67 556,67 2,30 2,38
10
%
% Jumlah % Rongga % Rongga
Volume % Volume
Kandungan Terhadap Terisi Aspal
Total Total Agregat
Rongga Agregat (VMA) (VFA)
Aspal
(i) (j) (k) (l) (m)
9,99 82,01 8,00 17,99 55,52
9,81 80,57 9,62 19,43 50,51
10,49 86,14 3,37 13,86 75,71
10,09 82,85 7,06 17,15 58,85
11,57 86,36 2,07 13,64 84,84
11,62 86,70 1,68 13,30 87,36
10,71 79,92 9,38 20,08 53,31
11,28 84,17 4,56 15,83 71,22
12,45 85,19 2,36 14,81 84,08
12,52 85,68 1,79 14,32 87,47
12,89 88,19 -1,08 11,81 109,18
12,62 86,32 1,07 13,68 92,21
13,91 87,82 -1,72 12,18 114,14
13,68 86,41 -0,09 13,59 100,66
13,43 84,79 1,79 15,21 88,26
13,67 86,33 0,00 13,67 100,00
14,63 85,81 -0,44 14,19 103,09
14,52 85,16 0,32 14,84 97,84
14,43 84,60 0,97 15,40 93,69
14,53 85,18 0,29 14,82 98,05
15,25 83,47 1,27 16,53 92,29
15,45 84,57 -0,02 15,43 100,15
15,82 86,61 -2,44 13,39 118,20
15,51 84,90 -0,41 15,10 102,69
11
Stabilitas di
% Rongga Terhadap Stabilitas
Kalibrasi Stabilitas Flow
Campuran (VIM) dibaca Alat
Alat
(n) (o) (p) (q) (r)
11,90 19374,3 813,72 657,59 4,15
13,45 21413,7 899,38 687,65 4,30
7,46 17844,75 749,48 597,24 3,60
11,00 19544,25 820,86 644,26 4,02
6,11 30692,97 1289,10 1081,99 2,8
5,74 31406,76 1319,08 1149,25 5,2
13,12 28959,48 1216,30 936,04 4,6
8,49 30353,07 1274,83 1050,32 4,20
6,27 28959,48 1216,30 1090,61 4,4
5,73 21413,7 899,38 808,69 4,6
2,97 19374,3 813,72 824,57 3,9
5,03 23249,16 976,46 915,23 4,30
2,23 33140,25 1391,89 1244,58 3,5
3,80 31610,7 1327,65 1145,10 4,3
5,60 37728,9 1584,61 1376,63 3,2
3,88 34159,95 1434,72 1255,08 3,67
3,34 18354,6 770,89 626,67 8,4
4,07 18762,48 788,02 690,01 3,8
4,69 17334,9 728,07 664,97 6,4
4,04 18150,66 762,33 657,98 6,20
4,86 22433,4 942,20 819,13 6,4
3,60 21923,55 920,79 746,61 6,2
1,28 33650,1 1413,30 1155,97 4,2
3,24 26002,35 1092,10 904,17 5,60
12
Nilai Marshall
Tebal
Koreksi Quotient
Benda Uji
Benda Uji (MQ)
(s) (t) (u)
73,10 0,81 158,45
75,83 0,76 159,92
73,70 0,80 165,90
74,21 0,78 160,40
70,93 0,84 386,42
69,30 0,87 221,01
75,43 0,77 203,49
71,89 0,82 250,08
68,03 0,90 247,87
67,93 0,90 175,80
62,97 1,01 211,43
66,31 0,94 212,84
68,13 0,89 355,59
69,77 0,86 266,30
69,43 0,87 430,20
69,11 0,87 342,29
72,77 0,81 74,60
69,07 0,88 181,58
67,37 0,91 103,90
69,73 0,86 106,13
69,40 0,87 127,99
72,93 0,81 120,42
72,37 0,82 275,23
71,57 0,83 161,46
13
Analisis Perhitungan Marshall
2) Pengujian Aspal
= 4,76 %
c) Berat benda uji di udara (kering) = 1250 gram
d) Berat benda uji jenuh kering permukaan = 1288 gram
e) Berat dalam air = 712 gram
f) Isi benda uji
= Berat benda uji jenuh kering permukaan - Berat dalam air
14
Berat benda uji di udara (kering)
g) Berat Isi Camp (bulk) = Isi benda uji
1250 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 576 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 2,17 gram
h) Berat Jenis Max Teoritis Campuran
100
= 100−𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙 (%𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑚𝑝) %𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑠𝑝𝑎𝑙
+
𝐵𝑗 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑎𝑔𝑟𝑒𝑔𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑚𝑝 𝐵𝐽 𝐴𝑠𝑝𝑎𝑙
100
= 100−95 5
+
2,615 1,0345𝑙
= 2,43 gr/cm³
4,76 ×2,17
= 1,0345
= 9,99 %
(100−4,76) ×2,17
= 2,52
= 82,01 %
= 100 – 82,01
= 17,99 %
15
m) % Rongga Terisi Aspal (VFA)
(100 × % volume total aspal )
=
% Rongga Terhadap Agregat (VMA)
(100 × 9,99 )
= 17,99
= 55,58
(100 ×2,17)
= 100 − 2,43
= 11,89 %
16
Grafik
Kadar
Aspal Stabilitas Flow MQ VIM VMA VFA
(%)
(a) (b) (b) (c) (d) (e) (f)
5 657,59 4,15 158,45 11,90 17,99 55,52
5 687,65 4,30 159,92 13,45 19,43 50,51
5 597,24 3,60 165,90 7,46 13,86 75,71
5,5 1081,99 2,80 386,42 6,11 13,64 84,84
5,5 1149,25 5,20 221,01 5,74 13,30 87,36
5,5 936,04 4,60 203,49 13,12 20,08 53,31
6 1090,61 4,40 247,87 6,27 14,81 84,08
6 808,69 4,60 175,80 5,73 14,32 87,47
6 824,57 3,90 211,43 2,97 11,81 109,18
6,5 1244,58 3,50 355,59 2,23 12,18 114,14
6,5 1145,10 4,30 266,30 3,80 13,59 100,66
6,5 1376,63 3,20 430,20 5,60 15,21 88,26
7 626,67 8,40 74,60 3,34 14,19 103,09
7 690,01 3,80 181,58 4,07 14,84 97,84
7 664,97 6,40 103,90 4,69 15,40 93,69
7,5 819,13 6,40 127,99 4,86 16,53 92,29
7,5 746,61 6,20 120,42 3,60 15,43 100,15
7,5 1155,97 4,20 275,23 1,28 13,39 118,20
17
A. Stabilitas
Stabilitas
1400
1300
1200
Stabilitas (Kg)
1100
1000
900
800
700
600
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Kadar Aspal (%)
B. Flow
Flow
10
9
8
7
Flow (mm)
6
5
4
3
2
1
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Kadar Aspal (%)
18
C. MQ
MQ
450
400
350
MQ (Kg/mm)
300
250
200
150
100
50
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Kadar Aspal (%)
D. VIM
VIM
14
12
10
8
VIM
6
4
2
0
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Kadar Aspal (%)
19
E. VMA
VMA
21.0
20.0
19.0
18.0
17.0
VMA
16.0
15.0
14.0
13.0
12.0
11.0
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Kadar Aspal (%)
F. VFA
VFA
130
120
110
100
90
VFA
80
70
60
50
40
4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5 8
Kadar Aspal (%)
20
Analisis Data
Dari data diatas maka diperoleh rata - rata nilai parameter aspal
sebagai berikut :
21
Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)
F. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian telah kami lakukan diperoleh nilai Kadar
Aspal Optimum (KAO) sebesar 6,5 %. Nilai tersebut didapat karena kadar
aspal 6,5 % yang kesesuaian dengan spesifikasi Stabilitas, Flow, MQ ,
VIM, VMA, dan VFA paling banyak daripada yang lain.
G. SARAN
Berdasarkan Praktikum yang kelompok kami lakukan, kami
memberi saran agar alat-alat yang digunakan untuk praktikum ditambah
contohnya seperti : Timbangan, Kompor, dan wajan untuk penggorengan
aspal. Selain itu pada saat praktikum untuk lebih memperhatikan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
22
H. LAMPIRAN
23
(Setelah di masukkan ke
75 kali)
24
(Setelah melalui proses
pengukuran,penimbangan,
25