BAHAN
DOSEN PENGAMPU
FATMAWATI S.T.,M.T.
198402152019032009
TIM PENYUSUN :
BAB 1
Analisis Saringan Agregat Kasar
1. Pendahuluan
Analisa saringan adalah pengelompokan besar butir analisa agregat kasar dan agregat halus
menjadi komposisi gabungan yang ditinjau berdasarkan saringan, hasil analisis saringan
agregat halus dan agregat kasar dilakukan untuk mengetahui batas gradasi agregat.
2. Tujuan
Tujuan Analisa Saringan Agregat adalah pembagian butiran (gradasi) agregat. Data
distribusi butiran pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton.
3. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian adalah :
NO ALAT GAMBAR
1 Saringan 3/4,1/2, 3/8, 4,8,16,
4 Kuas
5 Sendok
6. Oven
4. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam pengujian ini adalah agregat kasar sebanyak 1000 gram.
NO BAHAN GAMBAR
1 Agregat kasar 1000 gr
5. Prosedur Pekerjaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian yaitu:
1. Benda uji dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven dengan suhu 110 + 5 0C selama ± 24
jam.
2. Setelah dioven ± 24 jam lalu saring benda uji dengan berat 1000 gram.
3. Saring benda uji dengan susunan saringan yang mempunyai ukuran paling besar
ditempatkan diatas yaitu : ukuran 3/4, 1/2, 3/8, 4,8,16 ;
4. Saringan digoyangkan dengan tangan atau dengan mesin shiever shaker kurang lebih 15
menit.
5. Timbang berat benda uji yang tertahan di masing-masing ayakan.
6. Data Hasil Pengujian
Data hasil pengujian berat jenis agregat kasar ;
Tipe bahan : Agregat Kasar
Tanggal diterima : 21 September 2023
Tanggal diperiksa : 21 September 2023
Nama pekerjaan : Pemerikasaan Gradasi Agregat Kasar
7. Analisa Data
388,1
Berat Tertinggal (%) : 𝑥 100 % = 𝟑𝟖, 𝟖𝟏 %
1000
8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian Analisa Agregat Kasar maka di dapatkan Modulus Kehalusan Butir ialah
6,13%, termasuk di grafik gradasi split ukuran maksimum 40 mm (SNI 03-2834-2000)
110.00
100.00
90.00
80.00
Lolos Komulatif (%)
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
100 10 1
Ukuran Saringan (mm)
9. Dokumentasi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jalan Soekarno-Hatta KM. 8 Balikpapan 76129
Telp (0542) 860895,862305
BAB 2
Analisis Saringan Agregat Halus
1. Pendahuluan
Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agtegat yang lolos dari
satu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian
butir.
2. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan mengetahui distribusi ukuran agregat
halus menggunakan ukuran-ukuran daringan standar tertentu yang ditujukkan dengan lubang
saringan (mm).
3. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
NO ALAT GAMBAR
1 Saringan 3/8”,4,8,30,50,100,200
4 Kuas
5 Sendok
6. Oven
4. Bahan
NO BAHAN GAMBAR
1 Agregat Halus 500 gr
5. Prosedur Pekerjaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pegujian ini, yaitu :
1. Benda uji dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven dengan suhu 110 + 5 0C selama ± 24
jam
2. Saring benda uji dengan sususnan saringan yang mempunyai ukuran paling besar
ditempatkan di atas, saringan digoyangkan dengan tangan atau dengan mesin penggoyang
kurang lebih 15 menit.
3. Timbang berat benda uji yang tertahan di masing-masing ayakan.
7. Analisis Data
8,9
Berat Tertinggal (%) : 573,6 𝑥 100 % = 𝟏, 𝟓𝟓 %
8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian Analisis Agregat Halus di dapatkan Modulus Halus Butir 4,75 dan hasil
pengujian masuk zona 1.
110
100
90
80
Lolos Komulatif (%) 70
60
50
40
30
20
10
0
10 1 0.1
Ukuran Saringan (mm)
9. Dokumentasi
x
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jalan Soekarno-Hatta KM. 8 Balikpapan 76129
Telp (0542) 860895,862305
BAB 3
Pemeriksaan Kadar Air Agregat
1. Pendahuluan
Agregat berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) padacampuran beton. Agregat mengisi 60-
80% dari volume beton. Olehkarena karakteristik kimia, fisik, dan mekanik agregat
yangdigunakan dalam pencampuran sangat berpengaruh pada sifat-
sifat beton yang dihasilkan (seperti kuat tekan, kekuatan, durabilitas, berat, biaya produksi
dan lain-lain). Kadar air agregat adalah besarnya perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering, dinyatakan dalam persen. Rumus
untuk menghitung kadar air yaitu:
3. Peralatan
1. Timbangan
2. Oven
3. Wadah
4. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam pengujian ini yaitu agregat halus (pasir) sebanyak
1000 gram dan agregat kasar (kerikil) sebanyak 1000 gram
5. Prosedur Pekerjaan
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian ini, yaitu :
1. Timbang dan catat berat cawan/wadah (W1).
2. Masukkan benda uji ke dalam cawan/wadah, kemudian timbang dan catat beratnya
(W2).
3. Hitung berat benda uji (W3 = W2-W1).
4. Keringkan benda uji beserta wadah dalam oven dengan suhu (110 + 5)oC sampai berat
tetap.
5. Setelah kering, timbang dan catat berat beda uji beserta talam (W4).
6. Hitung berat benda uji (W5 = W4-W1).
7. Analisa Data
Berat Benda Uji Cawan 1 = W2 – W1 = 1.501,3 – 501,3 = 1.000 gram
Cawan 2 = W2 – W1 = 1.503,7 – 503,7 = 1.000 gram
Berat Benda Uji Kering Cawan 1 = W4 – W1 = 1497,9 – 501,3 = 996,6 gram
Cawan 2 = W4 – W1 = 1497,4 – 503,7 = 993,7 gram
𝑊3 – 𝑊5 1.000 – 996,6
Kadar Air = Cawan 1 = 𝑥 100 = 𝑥100 = 0,34%
𝑊5 996,6
𝑊3 – 𝑊5 1.000 – 993,7
Cawan 2 = 𝑥 100 = 𝑥100 = 0,63%
𝑊5 993,7
8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian kadar air di atas di dapatkan persentase Agregat Halus 0,63 % dan
Agregat Kasar 0.34 %.
9. Dokumentasi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jalan Soekarno-Hatta KM. 8 Balikpapan 76129
Telp (0542) 860895,862305
BAB 4
Pemeriksaan Berat isi Agregat
1. Pendahuluan
Berat isi adalah rasio antara berat agregat / volume. Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan
bahan campuran beton, apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume. Berat isi adalah berat
suatu volume dalam keadaan utuh, dinyatakan dalam gram/cm3. Faktor yang mempengaruhi berat isi
adalah besarnya ruang pori, semakin besar ruang pori total akan semakin kecil berat isinya. Berat isi
ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat isi gembur dan berat isi padat. Berat isi merupakan
perbandingan massa benda uji dengan volume wadah.
2. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat halus.
3. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu :
1. Timbangan
2. Tongkat Pemadat
3. Wadah
5. Sekop
4. Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengujian ini yaitu agregat halus dan kasar secukupnya.
5. Prosedur Pengujian
1. Timbang dan catat berat wadah (W1).
2. Untuk menghitung berat isi lepas/gembur masukkan benda uji dengan hati-hati kedalam
wadah, agar tidak terjadi pemisahan butiran dari ketinggian 5 cm diatas wadah dengan
menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
3. Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
4. Timbang dan catat berat wadah beserta isinya (W2).
5. Hitung berat benda uji (W3 = W2 – W1).
6. Timbang dan catat berat wadah (W1) kembali
7. Untuk menghitung berat is padat isilah wadah dengan benda uji dalam 3 lapis yang sama
tebal. Setiap lapisan dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukkan
secara merata. Pelaksanaan pemadatan tongkat harus tepat masuk sampai lapisan bagian
bawah tiap-tiap lapisan.
8. Timbang dan catat massa wadah dan isinya (W2).
9. Hitung massa benda uji (W3 = W2 – W1).
6. Data Hasil Pegujian
Data hasil pemeriksaan berat isi agregat disajikan dalam bentuk tabel.
7. Analisis
• Pemeriksaan Berat Isi agregat Halus metode Gembur
𝐵𝐸𝑅𝐴𝑇 𝐴𝐺𝑅𝐸𝐺𝐴𝑇 4435
Berat Isi Agregat = 𝑉𝑂𝐿𝑈𝑀𝐸 𝑊𝐴𝐷𝐴𝐻 = = 1,46 gram/cm3
3.034,4
8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian berat isi diatas di dapatkan hasil berat isi agregat halus metode
gembur : 1,46 gram/cm3, metode padat : 1,63 gram/cm3 , Sedangkan agregat kasar metode
gembur : 4,64 gram/cm3, metode padat : 5,09 gram/cm3.
9. Dokumentasi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jalan Soekarno-Hatta KM. 8 Balikpapan 76129
Telp (0542) 860895,862305
BAB 5
1. Pendahuluan
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan yang kita uji,
sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu bahan untuk menyerap air. Jumlah
rongga atau pori yang didapatpada agregat disebut porositas. Berat jenis yang kecil akan
mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat sama akan dibutuhkan agregat yang banyak
dan sebaliknya.
Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah agregat yang lebih banyak karena
banyak agregat yang terserap akan mengakibatkan agregat menjadi lebih tipis. Penentuan banyak
pori ditentukan berdasarkan air yang dapat terarbsorbsi oleh agregat. Nilai penyerapan adalah
perubahan berat agregat karena penyerapan air oleh pori-pori dengan agregat pada kondisi kering.
Berat jenis curah adalah berat jenis yang diperhitungkan terhadap seluruh volume yang
ada (Volume pori yang dapat diresapi agregat atau dapat dikatakan seluruh volume pori
yang dapat dilewati air dan volume partikel)
Berat jenis kering permukaan jenis SSD adalah berat jenis yang memperhitungkan
volume pori yang hanya dapat diresapi agregat ditambah dengan volume partikel.
Berat jenis semu adalah berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja tanpa
memperhitungkan volume pori yang dapat dilewati air. Merupakan bagian relative
density dari bahan padat yang terbentuk dari campuran partikel kecuali pori atau pori
udara yang dapat menyerap air. Rumus menghitung massa jenis agregat halus dengan
rumus :
Bulk Specific Gravity ..............................................................................(Rumus 1)
2. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini untuk menentukan berat jenis (bulk and apperent) dan
penyerapan (absorption) agregaat kasar.
2 Oven
3. Ember
4. Kain
4. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam pengujian ini yaitu agregat kasar dalam keadaan jenug
kering permukaan sebanyak 1500 gr
5. Prosedur
Data hasil pengujian berat jenis agregat disajikan dalam bentuk tabel:
7. Analisis Data
𝐶 1472,5
Apparent Specific Gravity : (𝐶−𝐵) = = 1,75
1472,5−629,5
𝐶 1472,5
Bulk Spesific Gravity Kondisi Kering = (𝐴−𝐵) = = 1,67
1509,1−629,5
𝐴 1509,1
Bulk Spesific Gravity Kondisi SSD = (𝐴−𝐵) = = 1,72
1509,1−629,5
𝐴−𝐶 1509,1 − 1472,5
Absorption/Penyerapan = = = 0,0248556 𝑥 100 = 2,49 %
𝐶 1472,5
8. Kesimpulan
Dari hasil penyerapan pada agregat kasar memenuhu dari persyaratan antara 2,4 – 2,56 %.
9. Dokumentasi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jalan Soekarno-Hatta KM. 8 Balikpapan 76129
Telp (0542) 860895,862305
BAB 6
1. Pendahuluan
Berat jenis adalah nilai perbandingan antara massa dan volume dari bahan yang kita uji,
sedangkan penyerapan berarti tingkat atau kemampuan suatu bahan untuk menyerap air.
Jumlah rongga atau pori yang didapatpada agregat disebut porositas. Berat jenis yang
kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat sama akan dibutuhkan
agregat yang banyak dan sebaliknya.
Agregat dengan kadar pori besar akan membutuhkan jumlah agregat yang lebih banyak
karena banyak agregat yang terserap akan mengakibatkan agregat menjadi lebih tipis.
Penentuan banyak pori ditentukan berdasarkan air yang dapat terarbsorbsi oleh agregat. Nilai
penyerapan adalah perubahan berat agregat karena penyerapan air oleh pori-pori dengan
agregat pada kondisi kering.
Berat jenis curah adalah berat jenis yang diperhitungkan terhadap seluruh volume yang ada
(Volume pori yang dapat diresapi agregat atau dapat dikatakan seluruh volume pori yang
dapat dilewati air dan volume partikel)
Berat jenis kering permukaan jenis SSD adalah berat jenis yang memperhitungkan volume
pori yang hanya dapat diresapi agregat ditambah dengan volume partikel.
Berat jenis semu adalah berat jenis yang memperhitungkan volume partikel saja tanpa
memperhitungkan volume pori yang dapat dilewati air. Merupakan bagian relative density
dari bahan padat yang terbentuk dari campuran partikel kecuali pori atau pori udara yang
dapat menyerap air. Rumus menghitung massa jenis agregat halus dengan rumus :
Bulk Specific Gravity.......................................................................................................... (Rumus 1)
2. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini untuk menentukan berat jenis (bulk and apparent) dan penyerapan
(absorption) agregat halus.
3. Peralatan
1 Piknometer
2 Oven
4 Wadah
4. Bahan
1. Agregat halus 500 gram
5. Prosedur
• Ambil benda uji agregat halus yang sudah dalam keadaan SSD.
• Isi labu ukur dengan air suling setengahnya dari kapasitas labu ukur lalu masukkan
benda uji tadi sebanyak 500 gram, jangan sampai ada butiran yang tertinggal.
Tambahkan air suling sampai 90% kapasitas labu ukur.
• Keluarkan gelembung udara yang terperangkap dalam labu ukur dengan cara
mengocok/menggoyang-goyangkan labu ukur sampai tidak ada gelembung udara yang
terperangkap.
• Rendam dalam air untuk menyesuaikan suhu air, lalu tambahkan air suling hingga
batas leher labu ukur.
• Lap bagian labu ukur timbang dengan timbangan 0,1 gram.
• Cari berat kering benda uji dengan mengeluarkan benda uji dari labu ukur lalu
masukkan oven selama 24 jam pada suhu (100 + 5 ) 0C.
• Hitung apperent specific gravity, bulk spesific gravity kondis kering, bulk spesific
grsvity kondisi SSD, dan absorption/penyerapan sesuai persamaan diatas.
7. Analisis Data
𝐸 494,4
Apparent Specific Gravity : (𝐷+𝐸−𝐶) = 660,9+494,4−966,35
= 2,62
𝐸 494,4
Bulk Spesific Gravity Kondisi Kering = (𝐷+𝐵−𝐶) = = 2,54
660,9+500−966,3
𝐵 500
Bulk Spesific Gravity Kondisi SSD = (𝐵+𝐷−𝐶) = = 2,57
500+660,9−966,3
𝐵−𝐸 500 – 494,4
Absorption/Penyerapan = = = 0,0113 𝑥 100 = 1,13 %
𝐸 494,4
8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian berat jenis agregat halus di dapatkan nilai Apperent specific Gravity
adalah 2,62 dan hasil persentase penyerapan adalah 1,13%.
9. Dokumentasi
BAB 7
Pemeriksaan Kadar Lumpur Agregat
1. Pendahuluan
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4,4 mm dan tertinggal di
atas ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan mineral yang lain
seperti tanah dan silt. Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika
kandungan kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%.
Lumpur tidak diizinkan dalam jumlah banyak, ada kecenderungan meningkatnya
pemakaian air dalam campuran beton, jika ada bahan-bahan itu tidak dapat menyatu
dengan semen sehinhgga menghalangi penggabungan antara semen dan agregat serta
mengurangi kekuatan tekan beton.
𝑏−𝑐
Kadar air agregat = 𝑐−𝑎 𝑋 100
Dimana:
a = Berat cawan
b = Berat cawan + benda uji sebelum dicuci
c = Berat cawan + benda uji setelah dioven
2. Tujuan
Tujuan Pemeriksaan untuk mengetahui persentase kandungan lumpur terkandung pada
material atau agregat halus dan kasar.
3. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu :
1. Timbangan
2. Oven
3. Wadah
4. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam pengujian ini yaitu 1000 gram agregat kasar dan
1000 gram agregat halus.
5. Prosedur
• Benda uji dikeringkan selama ± 24 jam.
• Timbang berat cawan (a)
• Timbang berat cawan dan benda uji dalam keadaan kering (b)
• Cuci agregat kasar dan halus hingga bersih dan tidak ada kotoran yang masih
menempel di agregat.
• Benda uji yang telah di cuci kemudian dikeringkan ke dalam oven selama ± 24 jam.
• Timbang berat cawan dan berat benda uji setelah dikeringkan (c)
8. Kesimpulan
Hasil yang di dapat kadar lumpur agregat kasar adalah 0,45% dan agregat halus 4,88%.
Jadi kandungan lumpur pada praktikum saat ini kurang dari 5%. Jika kandungan lumpur
dari agregat halus dan agregat kasar melebihi maksimal berada pada angka 5% maka
harus di cuci terlebih dahulu.
9. Dokumentasi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI BALIKPAPAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Jalan Soekarno-Hatta KM. 8 Balikpapan 76129
Telp (0542) 860895,862305
BAB 8
• Apabila nilai keausan yang diperoleh > 40%, maka agregat yang diuji tidak baik
digunakan dalam bahan perkerasan jalan.
• Apabila nilai keausan agregat yang diperoleh < 40%, maka agregat yang diuji baik
digunakan dalam bahan perkerasan jalan.
𝑎−𝑏
Kadar lumpur agregat = 𝑋 100
𝑎
Dengan : a = Berat agregat kasar
b = Berat tertahan ayakan no 12 sesudah percobaan
2. Tujuan
Tujuan dari pengukian ini untuk mengetahui angka keausan yang dinyatakan dengan
perbandingan antara berat bahan aus lolos ayakan No 12 (1,7 mm) terhadap berat semula
dalam persen.
3. Peralatan
Adapun perlatan yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu :
1 Timbangan
2 Los angles
3 Talam
4 Oven
4. Bahan
7. Kesimpulan
Hasil dari pengujian keausan didapatkan nilai 20,20 %, jika hasil <40% maka agregat
tersebut bisa digunakan dan jika >40% maka agregat tersebut tidak dapat digunakan,
maka dari itu hasil ini agregat tersebut bisa digunakan.
8. Analisis data
9. Dokumentasi
Bahan gradasi B
Bahan gradasi C
BAB 9
Perencanaan Campuran Bton (Mix Design)
1. Pendahuluan
Pembuatan benda uji untuk tes beton cukup sederhana namun tetap perlu memperhatikan
beberapa hal agar tes beton yang akan kita lakukan dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan apa yang diharapkan. Secara umum jenis benda uji beton yaitu: silinder beton
ukuran diameter 15 cm tinggi 30 cm pada perhitungan nilai kuat tekan beton umur 7
sampai 28 hari perlu dilakukan konversi ke umur 28 hari.
2. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini untuk memperoleh benda uji beton yang akan diperiksa kuat
tekannya.
3. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu :
1 Cetakan Silinder (15X30)
2 Cetok
3 Sendok
4 Tongkat pemadat
5 Kain lap
6 Ember
7 Oli
8 Sikat kawat
4. Bahan
1 Semen
2 Agregat halus
3 Agregar kasar
5. Prosedur
Adapun langkah – langkah yang harus dilakukan dalam pengujian ini adalah:
• Menyiapkan semen, pasir, kerikil dan air untuk pembuatan beton.
• Campurkan semen, pasir, kerikil dan air lalu diaduk dengan cara manual atau
menggunakan mesin concrete mixer.
• Membersihkan cetakan yang akan dipakai, dengan menggunakan sikat kawat sampai
bersih.
• Memasang cetakan sesuai dengan pasangannya, dan perhatikan pada sambungan
jangan sampai ada celah.
• Melumuri silinder dengan oli dimaksudkan agar hasil cetakan mudah dibongkar.
• Mengisi cetakan dengan adukan beton selama 3 lapis, tiap lapisan dipadatkan dengan
cara menusuk 25 kali tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan
pertama, tongkat pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan dan pada saat
pemadatan lapisan kedua dan ketiga tongkat pemadat diperbolehkan masuk ± 2,5 mm
ke dalam lapisan bawahnya.
• Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi vetakan dengan menggunakan
palu karet berlahan-lahan agar rongga bekas tusukan tertutup dan gelembung air
keluar serta tusuk sisi-sisi cetakan bagian dalam dengan spatula, lalu ratakan
permukaan beton dan tutuplah dengan kain basah atau yang kedap air dan tahan karat,
Kemudian biarkan beton dalam cetakan ± 24 jam dan tempatkan di tempat yang bebas
getaran dan terlindung.
• Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji, rendamlah benda uju dalam
air atau bak perendam, lama perendaman sampai dengan benda uji selesai
dilaksanakan pengetesan.
Beton Additive
BAB 10
Uji Slump
1. Pendahuluan
Kelecekan merupakan salah satu sifat penting beton segar, yang dapat didefinisikan
sebagai keadaan/kondisi beton ataupun mortar segar (baru saja selesai dilakukan tahapan
pengadukan yang akan menentukan tingkat kemudahan dan homogenitas beton segar saat
dilaksanakan pengadukan, penuangan, pemadatan dan proses finishing.
Pengujian nilai slump beton merupakan metode pemeriksaan kelecakan beton segar
yang paling sering dilaksanakan karena mudah dilakukak di lapangan dengan alat uji
sederhana dan hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik tentang tingkat
kemudahan beton segar untuk diaduk, dituang dan dipadatkan.
2. Tujuan
Pengujian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh angka slump beton guna
memperkirakan tingkat kemudahan beton segar untuk diaduk, dituang dan dipadatkan.
3. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
1 Cetakan (kerucut Abrams)
2 Tongkat pemadat
3 Meteran
4 Cetok
4. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam pengujian slump yaitu campuran beton segar.
5. Prosedur
• Pada bagian dalam kerucut Abrams di lap dengan kain basah.
• Beton segar yang telah siap dimasukkan secara bertahap ke dalam kerucut Abrams.
Pengisian kerucut Abrams dilakukan dalam tiga tahap, setiap penuangan dilakukan
untuk mengisi kurang lebih sepertiga tinggi kerucut.
• Pemadatan dilakukanpada setiap lapis dengan cara ,enusukkan baja tulangan
berdiameter 16 mm sebanyak 25 kali, sampai menyentuh bagian bawah masing-
masing lapisan.
• Apabila kerucut telah terisi penuh, selanjutnya permukaan benda uji diratakan dengan
tongkat dan semua sisa kotoran sekitar benda uji dibersihkan.
• Setelah semua siap, cetakan segera diangkat tegak lurus ke atas dengan perlahan
kemudian dibalik dan diletakkan di samping benda uji.
• Nilai slump diukur berdasarkan tinggi jatuh puncak kerucut.
• Semua langkah pengujian slump harus dilakukan dalam waktu maksimal 2,5 menit.
7. Kesimpulan
Dari hasil pengujian slump yang didapatkan untuk beton normal adalah 6,3 cm dan beton
additive adalah 5,7 cm , Persyaratan yang telah ditentukam ( 2,5 – 7,5 cm ), Jadi hasil data
slump yang kita dapatkan telah sesuai dan beton bisa dipergunakan.
8. Dokumentasi
BAB 11
2. Tujuan
Tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui kekuatan tekan karakteristik dari beton keras.
3. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu:
1 Universal Testing Machine (UTM)
2 Timbangan
4. Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam pengujian adalah beton bentuk silinder untuk di test
dalam keadaan kering
5. Prosedur
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengujian ini, yaitu :
• Mengambil benda uji dari perendam lalu keringkan.
• Menimbang berat benda uji dan ukur permukaan yang akan di tekan, tentukan luas
permukaannya.
• Meletakkan benda uji berbentuk pada Universal Testing Machine (UTM) secara
simetris.
• Baca kekuatan yang menekan beton tersebut dalam satuan KN.
• Pembebanan ini dilakukan sampai dengan beban maksimum dan catat hasilnya.
• Menghitung kuat tekan dari benda uji tersebut.
Beban terbaca
Beton Normal (7 hari) = 314 KN dan 300 KN
Beton Additive (7 hari) = 351 KN dan 368 KN
Beton Normal (14 hari) = 295 KN
Beton Additive (14 hari) = 357 KN
7. Kesimpulan
Dari hasil pengetesan kuat tekan beton menggunakan alat Universal Testing Machine di
dapatkan hasil yaitu:
Beton normal = 27,92 Mpa , 26,69 Mpa, 19,80 Mpa
Beton + Zat Additive = 31,22 Mpa, 32,68 Mpa, 23,95 Mpa
8. Dokumentasi