Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA
“Analisis Data UDT Bootstrap”

Hari/Jam Praktikum : Senin, 9 Maret 2020 (13.00-16.00)


Asisten Lab : 1. Abdul Kahar Umar
2. Restu Amelia Apriyandi
3. Fajra Dinda Crendhuty

SHIFT B 2017
ABIB LATIFU FATAH
260110170065

LABORATORIUM BIOFARMASETIKA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2020
I. Tujuan

Membandingkan perhitungan f2 atau faktor kemiripan dengan aplikasi


PhEq bootstrap dan Microsoft Excel.

II. Prinsip

2.1. Disolusi Terbanding

Uji disolusi terbanding dapat digunakan untuk memastikan kualitas


dan sifat-sifat produk obat dengan perubahan minor dalam formulasi atau
pembuatan setelah ijin emasaran. BPOM memberikan ketentuan untuk uji
disolusi terbanding yaitu dengan melihat nilai f2 (faktor kemiripan) antara
produk uji dengan produk pembanding (BPOM, 2004).

III. Teori Dasar


Suatu sediaan farmasi haruslah memenuhi tiga kriteria utama yakni
safety (aman), efficacy (berefek), dan quality (berkualitas). Untuk produk
inovator, evaluasi mengenai ketiga hal tersebut telah dilakukan secara
komprehensif dan menyeluruh, mulai dari uji preklinik, uji klinik, sampai
post-marketing surveilance dengan biaya yang sangat besar. Sedangkan
produk obat copy, dipersyaratkan untuk memenuhi persyaratan uji
ekivalensi baik secara in vitro maupun in vivo (Badan POM RI, 2004).
Uji ekivalensi secara in vitro dapat dilakukan menggunakan metode
uji disolusi terbanding dengan menggunakan 3 medium disolusi yang
berbeda, yaitu medium asam klorida pH 1,2 atau simulasi cairan lambung
tanpa enzim, medium dapar sitrat pH 4,5 dan medium dapar fosfat pH 6,8
atau simulasi cairan intestinal tanpa enzim (FDA, 2000).
Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam menentukan
bioekivalensi secara in vitro, salah satunya dengan metode F factors. F-
factors terbagi kepada faktor perbedaan (f1) dan faktor kesamaan (f2).
Faktor perbedaan menghitung perbedaan persentase antara dua kurva pada
setiap titik dan mengukur persentase kesalahan sepanjang semua titik
waktu dengan menggunakan rumus;

Dimana Ri dan Ti adalah persentase obat yang melarut daripada


referensi dan produk uji pada setiap titik sampel. Faktor kesamaan, f2 dapat
dihitung dengan menggunakan rumus;

Dimana Ri adalah jumlah zat terlarut dari tablet inovator pada waktu
tertentu, dan Ti adalah jumlah zat terlarut dari tablet uji pada waktu tertentu
(Nor dan Rina, 2017).

Pengujian disolusi obat untuk membandingkan obat baru dengan obat


yang sudah terjamin mutunya dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan cara
in vivo maupun in vitro. Adapula cara in vitro yang dimaksud disini ialah
menggunakan metode f2 yang diusungkan oleh Mooner dan Flaner yang
merupakan metode yang sederhana dan cepat karena memanfaatkan proses
komputasi. (Paixao, et al. 2016).

Metode pendekatan bootstrap digunakan untuk membuat simulasi


distribusi nilai f2 sehingga mendapatkan kemungkinan terburuk nilai f2
sebagai batas bawah interval kepercayaan dari nilai f2 yang sebenarnya. Pada
komputasi perangkat lunak PhEq_bootstrap, sebuah populasi baru dari profil
disolusi akan diolah secara numerik menggunakan metode bootstrap. Populasi
baru ini adalah hasil pengambilan sampel secara acak dari profil disolusi.
Prosedur ini diterapkan baik pada sampel komparator ataupun sampel uji
(Mendyk et al., 2013).

Dalam penelitian farmasi mengenai obat-obatan solid dan peroral,


sangat penting membandingkan obat uji dengan pembandingnya dengan
menggunakan disolusi rata-rata perwaktu. Tujuannya ialah untuk
mengembangkan formulasi baru yang dapat memastikan kualitasnya dan
mendapatkan stabilitas dan pelepasan zat aktif yang baik untuk obat solid per
oral. (Islam and Begum, 2018)

Terdapat 2 jenis metode pengujian disolusi yang dapat digunakan;

a. Metode Basket

Metode ini menunjukan usaha dalam membatasi posisi bentuk


sediaan dalam memberikan kemungkinan maksimum suatu antar
permukaan solid-cairan yang tetap.

b. Metode Dayung

Metode yang memiliki 2 bagian yaitu atas batang pengaduk dan


daun pengaduk yang dapat berputar dengan kecepatan tertentu
pada bagian dalam labu. Metode ini lebih sering digunakan karena
alat ini sudah bisa menerapkan sistem otomatik.
(Siregar, 2010)

IV. Alat dan Bahan


Laptop

V. Prosedur
Aplikasi PhEq Bootstrap di Install pada pernagkat lunak dengan
menyesuaika spesifikasi dari perangkat lunak.
Perangkat lunak notepad dibuka dan data hasil disolusi dimasukkan
pada notepad (Copy data kemudian Paste di notepad), file notepad dibuat
terpisah menjadi 3 file (data Referensi, data Uji, dan data hasil).
Perangkat lunak PhEq_Bootstrap dibuka, kemudian file notepad
data referensi, data uji dan data hasil diupload dengan bagiannya masing
masing.
Kemudian pengaturan “whole vectors” pada opsi “sampling mode”
dipilih dan “1 profile” pada opsi “f2 auto-rule” dipilih. Dan Pilih
“bootstrapping parameters” sesuai kebutuhan (yang dipakai pada praktikum
kali ini “number of bootstraps: 5000”, dan “Confidence interval: 90%”).
Kemudia opsi Start di klik. Kemudian liat nilai hasil f1 dan f2. Kemudian
data dianalisis juga dengan menggunakan MS Excel dan dibandingkan.
VI. Data

TIPE A

DATA REFERENCE
timepoint 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
3 18.7 19.59 20.79 19.02 18.95 19.1 19.25 18.6 19.23 18.79 19.35 18.7

5 39.7 40.59 41.79 40.02 39.95 40.1 40.25 39.6 40.23 39.79 40.35 39.7

7 57.9 58.26 58.4 58.22 58.15 58.3 58.45 57.8 58.43 57.99 58.55 57.9

10 75.89 76.25 76.39 76.21 76.14 76.29 76.44 75.8 76.42 75.98 76.54 75.89

15 86.39 86.75 86.89 86.71 86.64 86.79 86.94 86.3 86.92 86.48 87.04 86.39

30 89.39 89.75 89.89 89.71 89.64 89.79 89.94 89.3 89.92 89.48 90.04 89.39

45 91.89 92.25 92.39 92.21 92.14 92.29 92.44 91.8 92.42 91.98 92.54 91.89

DATA TEST
timepoint 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

3 16.7 17.59 18.79 17.02 16.95 17.1 17.25 16.6 17.23 16.79 17.35 16.7

5 37.7 38.59 39.79 38.02 37.95 38.1 38.25 37.6 38.23 37.79 38.35 37.7

7 55.9 56.26 56.4 56.22 56.15 56.3 56.45 55.8 56.43 55.99 56.55 55.9

10 73.89 74.25 74.39 74.21 74.14 74.29 74.44 73.8 74.42 73.98 74.54 73.89

15 84.39 84.75 84.89 84.71 84.64 84.79 84.94 84.3 84.92 84.48 85.04 84.39

30 87.39 87.75 87.89 87.71 87.64 87.79 87.94 87.3 87.92 87.48 88.04 87.39

45 89.89 90.25 90.39 90.21 90.14 90.29 90.44 89.8 90.42 89.98 90.54 89.89

VII. Hasil
- Hasil Berdasarkan Aplikasi PhEq Bootstrap
Didapatkan : f1 = 3,57

f2 = 82,53

- Hasil Berdasarkan Aplikasi Microsoft Office Excel

n(Rt- n(Rt- (Rt-


Time Rt Tt Rt-Tt Tt) Tt)^2 n.Rt Tt)2 nRt
3 19.17 17.17 2 14 28 134.19 4 134.2
5 40.17 38.17 2 14 28 281.19 4 281.2
7 58.193 56.193 2 14 28 407.35 4 407.4
10 76.183 74.183 2 14 28 533.28 4 533.3
15 86.683 84.683 2 14 28 606.78 4 606.8
30 89.683 87.683 2 14 28 627.78 4 627.8
45 92.183 90.183 2 14 28 645.28 4 645.3
Jumlah 462.27 448.27 14 98 196 22651 28 3236
F1 3.028554947
F2 82.52574989

Keterangan :
Rt = rata-rata % terdisolusi obat reference (kompartemen)
Tt = rata rata % disolusi obat test (uji)
n = Jumlah interval waktu

Didapatkan : f1 = 3.028554947

f2 = 82.52574989
Grafik Uji Disolusi Terbanding
200
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7

Reference Test

VIII. Pembahasan
Telah dilakukan uji ekuivalensi suatu produk obat dengan uji
disolusi terbanding. Uji disolusi terbanding merupakan suatu uji disolusi
komparatif yang dilakukan untuk menunjukkan similaritas maupun
perbedaan profil disolusi antara obat uji dengan obat inovator. Terdapat
berbagai macam metode pendekatan untuk interpretasi data hasil uji in
vitro disolusi, namun pada praktikum kali ini menggunakan metode
independent dengan bantuan perangkat lunak PhEq_bootstrap dan
Microsoft excel.
Metode ini menggunakan dua faktor, yaitu f1 dan f2. Faktor f1
merupakan perbandingan rata-rata perbedaan antara dua profil disolusi.
Sedangkan faktor f2 merupakan perbandingan rata-rata kemiripan dari dua
profil disolusi, sehingga faktor f1 disebut faktor perbedaan dan faktor f2
disebut faktor kemiripan. Parameter suatu profil obat disebut mirip apabila
berada pada rentang nilai f2 50 sampai 100 dan nilai f1 0 sampai 15. Kedua
faktor inilah yang dapat menjadi parameter apakah kedua obat tersebut
memiliki kemiripan profil atau bahkan berbeda.
Pengujian ini dapat dilakukan apabila prosentase terdisolusi
memiliki data minimal 12 buah sehingga dapat menghasilkan rata – rata
standar deviasi yang kecil. Apabila begitu, maka tingkat akurasi lebih
tinggi dapat uji disolusi terbanding. Syarat ini telah terpenuhi baik oleh
produk uji maupun reference dengan pengambilan pada interval waktu
menit ke 3, 5, 7, 10, 15, 30, dan 45.
Dalam penilaian terhadap uji disolusi terbanding dapat dilakukan
menggunakan aplikasi PhEq_Bootstrap atau dengan menghitung secara
manual menggunakan Microsoft Excel. Nilai yang dihitung yaitu nilai f2.
Metode yang digunakan oleh bootstrap yaitu dengan memperlakukan
sampel sebagai populasi yang diharapkan dapat mewakili seluruh sampel
yang ada. Penggunaan software ini bila dibandingkan dengan Microsoft
Excel sangat mudah sebab system yang menjalankannya, dan penguji
hanya memasukan data. Secara otomatis, software akan mengeluarkan
hasil setelah menekan tombol yang digunakan untuk menginterpretasi data
tersebut. Pengujian dengan menggunakan aplikasi PhEq_bootstrap
bertujuan untuk melihat profil disolusi dua obat berdasarkan nilai dari f1
dan f2 yang akan diperoleh. Nilai f1 didefinisikan sebagai faktor perbedaan
dan f2 didefinisikan sebagai faktor kesamaan. Penggunaan aplikasi ini
memberikan banyak keuntungan karena selain mudah, pengerjaannya
tidak memakan waktu yang lama.
Pada analisis uji disolusi terbanding dengan menggunakan
PhEq_bootstrap data yang akan dianalisis baik itu data reference maupun
data test dibuat dalam format tabs delimited text (.txt) dengan
menggunakan aplikasi ‘notepad’. Selain itu, dibuat pula notepad kosong
yang diberi nama “Hasil” untuk menyimpan data hasil setelah running.
Selanjutnya, data tersebut diupload pada software PhEq_bootstrap dimana
data reference diupload pada bagian ‘Reference’, data test pada bagian
‘Test’, dan hasil pada bagian ‘Report’. Setelah itu, isi bagian Bootstraping
parameters yaitu Number of bootstraps dan Confidence interval. Number
of bootstraps diatur menjadi 5000 yang berarti dilakukan pengambilan
sampel acak untuk mendapatkan 5000 profil disolusi baru, sedangkan
Confidence interval diatur menjadi 90% yang berarti ada kepercayaan 90%
bahwa nilai f2 yang sesungguhnya terdapat dalam rentang nilai f2 yang
diperoleh dari software.
Dari hasil bootsrap ini diperoleh nilai f2 untuk tipe A adalah 82,53
dan untuk f1 adalah 3,57. Sedangkan dar Microsoft Office Excel diperoleh
nilai f1 adalah 3,028 dan untuk F2 adalah 82,525. Dari penilaian kedua
applikasi, dapat diperoleh bahwa data yang dihasilkan tidak jauh berbeda.
Hasil ini menunjukkan bahwa data profil disolusi pada tipe A bioekivalen
karena nilai f1 (faktor perbedaan) berada pada rentang 0-15 sedangkan f2
(faktor kesamaan) berada pada rentang 50-100. Hal ini sesuai literatur yang
mana menurut BPOM, unrtuk menunjukkan tidak adanya perbedaan, maka
nilai f1 yang diperoleh harus mendekati nol atau hampir tidak ada
perbedaan. Adapun rentang nilai f1 ini adalah 0-15. Lain halnya dengan
f2, untuk menunjukkan tingkat kemirpan antara kedua produk, nilai f2
yang dipersyaratkan adalah pada rentang 50-100.
Jika nilai f1 yang diperoleh lebih dari 15 dan nilai f2 yang diperoleh
kurang dari 50, hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
kedua produk tersebut. Perbedaan profil disolusi antarproduk tersebut
dapat disebabkan karena adanya perbedaan bahan tambahan yang
digunakan, sumber zat aktif yang berbeda, dan proses produksi yang juga
berbeda dari masing-masing pabrik. Penggunaan eksipien sangat
berpengaruh pada waktu hancur dan disolusi sehingga akan mempengaruhi
pelepasan zat aktif. Eksipien yang berpengaruh pada pelepasan zat aktif
antara lain pengikat, yang berfungsi menjaga bentuk fisik obat agar tidak
cepat hancur namun jika terlalu banyak akan menyebabkan obat lebih
lambat melarut; penghancur, yang mempercepat kelarutan obat dan
pelincir yang biasanya bersifat hidrofob sehingga menghambat proses
kelarutan bentuk sediaan.
Hal yang menjadi pembeda dalam hasil perhitungan bootstrap dan
Microsoft Excel adalah sebab teknik yang dilakukan software bootstrap
serta terdapat pemilihan “f2 auto-rule” pada aplikasi sehingga nilai >85%
tidak diikutsertakan dalam perhitungan, sedangkan pada microsoft excel
semua data diikutsertakan dalam perhitungan. Hal yang mungkin terjadi
juga apabila hasil dalam perhitungan manual (Microsoft Excel) dan
software (Bootstrap) dapat terjadi karena perbedaan syarat hitungan, yang
dapat disebabkan human error karena dihitung secara manual.

IX. Simpulan
Dari hasil percobaan ini dapat disimpulkan bahwa perhitungan f2
atau faktor kemiripan melalui aplikasi PhEq_Bootstrap dan Microsoft
Office Excel didapatkan hasil yang sama, yaitu f2 = 52.15 pada aplikasi
PhEq_Bootstrap dan f2 = 52.1547 pada aplikasi Microsoft Office Excel.
Akan tetapi, perhitungan menggunakan aplikasi PhEq_Bootstrap jauh
lebih praktis dan dapat terhindar dari kesalahan dalam melakukan
perhitungan dibandingkan perhitungan manual menggunakan aplikasi
Microsoft Office Excel.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2004. Ketentuan Pokok Pengawasan
Suplemen Makanan. Jakarta: BPOM RI.
FDA. 2000. Guidance for Industry: Waiver of In Vivo Bioavailability and
Bioequivalence Studies for Immediate-Release Solid Oral Dosage Forms
Based on a Biopharmaceutics Classification System. Rockville: U. S.
Department of Health and Human Services, Center for Drug Evaluation and
Research (CDER).
Islam, M.M. and Begum, M., 2018. Bootstrap confidence intervals for dissolution
similarity factor f2. Biom Biostat Int J, 7(5), pp.397-403.
Mendyk, A., Adam Paclawski, Jakub Szlek, Renata Jachowicz. 2013.
PhEq_bootstrap: Open-Source Software for the Simulation of f2
Distribution in Cases of Large Variability in Dissolution Profiles.
dx.doi.org/10.14227/DT200113P13. Dissolution Technologies : 13-17
Nor, Nor Izzati binti Mohamad, dan Rina, Fajri Nuwarda. 2017. REVIEW:
VARIASI METODE UJI DISOLUSI TERBANDING (UDT). Farmaka,
Vol. 15 (1), hal. 29 – 38.
Paixão, P., Gouveia, L.F., Silva, N. and Morais, J.A., 2017. Evaluation of dissolution
profile similarity–Comparison between the f2, the multivariate statistical
distance and the f2 bootstrapping methods. European Journal of
Pharmaceutics and Biopharmaceutics, 112, pp.67-74.
Siregar, C. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-dasar Praktis. Jakarta:
Pengertian Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai