Anda di halaman 1dari 4

Nama : Abib Latifu Fatah

NPM : 260110170065

Tugas Pendahuluan Modul Panca Indera & Sistem Peliput

1. Sebutkan obat untuk penyakit glaukoma beserta mekanisme kerjanya! (minimal


3)
2. Sebutkan dan jelaskan gangguan telinga! (minimal 3)
3. Sebutkan dan jelaskan secara singkat kelenjar pada kulit!
4. Jelaskan mekanisme kulit dalam termoregulasi!
Jawaban:
1.
a) Golongan obat kolinergik
1.1. Pilokarpin
Mekanisme kerja obat: dengan meningkatkan aliran keluar akuos
karena terdapat suatu kontraksi badan siliar. Hal itu kemudian akan
mengakibatkan penarikan tapis sklera dan memperkuat clamp trabekula.
Pada tipe glaukoma sudut tertutup, efek miotik dari obat ini akan
melepaskan blok pupil dan juga akan menarik iris menjauhi dari sudut
bilik mata depan. Obat ini meningkatkan aliran keluar melalui trabekula
(Sethi, H.S., dkk., 2005).
1.2. Karbakol
Mekanisme kerja: Karbakol ini bekerja dengan menurunkan tekanan
intraokular dengan meningkatkan aliran keluar akuos. Mekanisme kerja
obat ini merupakan stimulasi langsung dari reseptor post-synaptic pada
neuromuscular junction otot siliar dan pada reseptor presinaptik untuk
melepaskan asetilkolin. Komposisi karbamil dari karbakol memberikan
beberapa efek antikolinesterase sehingga akan memberikan tiga tempat
target stimulasi kolinergik (Ellis, 1981).
b) Golongan Adrenergik Agonis
1.3. Epinefrin
Mekanisme kerja: yaitu dengan menurunkan produksi cairan akuos
pada fase awal karena efek a-adrenergik. Epinefrin juga meningkatkan
aliran keluar trabekular yang disebabkan stimulasi reseptor (32-
adrenergik) pada anyaman trabekula (Sethi, H.S., dkk., 2005).
c) Golongan Antagonis Beta Adrenergik
1.4. Timolol maleat
Mekanisme kerja: Timolol ini merupakan penyekat beta non selektif
yang memiliki efek untuk menurunkan tekanan terutama menurunkan
produksi akuos dengan memblok reseptor beta-2 dalam prosesus siliaris.
Timolol dapat bekerja secara langsung pada epitel siliaris untuk
memblok transport aktif atau ultrafiltrasi (Sethi, H.S., dkk., 2005).

2.
a. Tuli konduktif
Penyakit ini diakibatkan oleh kondisi patologis pada kanal telinga eksternal,
telinga tengah atau membran timpani. Gangguan pendengaran konduktif ini
tidak melebihi dari 60dB karena dihantarkan menuju koklea melalui hantaran
dari tulang jika intensitasnya tinggi. Penyebab gangguan pendengaran yang
tersering dari jenis ini pada anak adalah otitis media dan disfungsi tuba
eustachius yang diakibatkan oleh otitis media sekretori. Pada kedua kelainan
tersebut jarang mengakibatkan kelainan gangguan yang melebihi dari 40 dB.
b. Tuli sensorineural
Kelainan ini disebabkan oleh multifungsi atau kerusakan dari koklea, saraf
pendengaran dan batang otak sehingga suatu bunyi tidak dapat diproses seperti
orang normal biasanya. Jika kerusakan yang terjadi hanya sebatas pada sel
rambut di koklea, maka sel genglion dapat bertahan atau dapat mengalami
degenerasi transneural. Sebaliknya bila sel ganglion mengalami kerusakan,
maka akan terjadi degenerasi Wallerian dari nervus VIII. Penyebab utama dari
gangguan ini yaitu faktor genetik atau infeksi.
c. Tuli campuran
Bila tuli konduktif dan tuli sensorineural terjadi secara bersamaan.
(Adriztina, 2014)

3. a. Kelenjar sebasea
yaitu merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan lipid
yang dikenal sebagai sebum menuju lumen. Sebum ini dikeluarkan ketika muskulus
arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum ini dikeluarkan
ke folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum ini merupakan campuran dari
trigliserida , protein, kolesterol dan elektrolit. Sebum ini berfungsi menghambat
pertumbuhan dari bakteri, melumasi dan memproteksi keratin (Tortora, dkk., 2006).
b. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat ini berfungsi sebagai tempat keluarnya air dengan cara menguap.
Kelenjar keringat ini juga mampu mengekskresikan garam, karbondioksida, dan
dua molekul organik dari hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea
(Djuanda, 2007).
Kelenjar keringat terbagi menjadi dua yaitu kelenjar keringan apokrin dan kelenjar
keringan merokrin. Kelenjar keringat apokrin ini terdapat di daerah aksila, payudara
dan pubis. Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan
hormon sehingga sel sel dari mioepitel yang terdapat di sekeliling kelenjar dapat
berkontraksi untuk menekan kelenjar keringan apokrin (Djuanda, 2007).

4. Kulit berkontribusi terhadap suhu pengaturan tubuh (Termoregulasi) melalui dua


cara: penguaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler
(Djuanda, 2007). Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam
jumlah banyak serta memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas
akan terbawa keluar dari tubuh. Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan
mengeluarkan lebih sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah
(vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluarkan panas oleh tubuh (Djuanda,
2007).
Daftar Pustaka
Djuanda, Adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI.
Ellis PP. 1981. Ocular Theurapeutic & Pharmacology 6th ed. St. Louis: The Mosby
Company.
Kristine A. Erickson. 1996. Basic Aspects of Parasympathetic Pharmacology. The
Glaucomas. 2nd ed. USA: Mosby Year Book, Inc.
Sethi, Harinder Singh, Munish Dhawan, Rohit Saxena. 2005. Medical Management
of Glaucoma. New Delhi, India: Jaype Brothers Medical Publishers.
Tortora, Gerard J., Bryan Derrickson. 2006. Principles of Anatomy and Physiology
11th Edition printed byBiological Sciences Textbooks. USA: Inc. and Bryan
Derrickson.

Anda mungkin juga menyukai