Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRATIKUM

TOKSIKOLOGI KLINIK
“PENJAMINAN MUTU INTENAL PADA PEMERIKSAAN
TOKSIKOLOGI KLINIK (PEMBUATAN GRAFIK LEVEY
JENNINGS)”

DOSEN PEMBIMBING : WIDODO, S.ST., M.Si.


DISUSUN OLEH

HANNUNG FIRMAN YUSTIKA


P1337434121005

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS TAHUN
AKADEMIK 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pratikum dengan
baik serta tepat waktu guna memenuhi tugas Toksikologi Klinik, dengan judul
“Penjaminan Mutu Intenal Pada Pemeriksaan Toksikologi Klinik (Pembuatan Grafik
Levey Jennings)”
Saya ucapkan terima kasih kepada bapak Widodo, S.ST., M.Si. selaku dosen mata
kuliah Toksikologi Klinik yang telah membimbing selama praktikum, sehingga praktikum
dapat berjalan dengan baik serta laporan praktikum ini bisa disusun dengan tepat waktu
dan rapi. Penulis berharap semoga laporan praktikum ini bisa menambah pengetahuan
para pembaca.
Namun terlepas dari itu, dalam penyusunan laporan praktikum ini penulis menyadari
pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan praktikum
ini lebih baik dan bermanfaaat. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini bisa
memberikan pemahaman dan menambah wawasan bagi para pembaca.

Semarang, 11 Februari 2023

KELOMPOK 7

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Judul Pratikum.....................................................................................................1
B. Laporan Pertemuan Pratikum..............................................................................1
C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pratikum...........................................................1
D. Tujuan Pratikum..................................................................................................1
E. Metode dan Prinsip Kerja....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pendahuluan..................................................................................................2
B. Toksisitas Penjaminan Mutu Internal...........................................................3
C. Tes Laboratorium dan Tujuan Pemeriksaan.................................................3
D. Jenis Spesimen..............................................................................................3
1. Obat Paracetamol...................................................................................3
E. Perysaratan Wadah........................................................................................4
F. Bahan pengawet............................................................................................5
G. Pelabelan.......................................................................................................5
H. Penyimpanan.................................................................................................5
I. Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pembuatan grafik levey Jennings............5
1. Skrining Obat dalam hewan coba (SGPT, SGOT).................................5
2. Skrining Larutan Standar Paracetamol...................................................6
J. Pelaksanaan Praktikum/Unjuk Kerja............................................................7
1. Judul Praktikum......................................................................................7
2. Alat dan Bahan........................................................................................7
3. Langkah Kerja.........................................................................................8
4. Hasil Unjuk Kerja..................................................................................10
5. Deskripsi Amatan dan Simpulan Kegiatan Praktikum..........................13
6. Verifikasi Hasil Pemeriksaan.................................................................15

iii
BAB III PENUTUP................................................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Latihan/Tugas/Eksperimen........................................................................16
C. Lampiran....................................................................................................17

LAPORAN PRAKTEK PENJAMINAN MUTU INTENAL PADA


TOKSIKOLOGI KLINIK.....................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30

iv
BAB I

A. Judul Pratikum
PENDAHULUAN
Judul pada pratikum ini yaitu “Penjaminan Mutu Intenal Pada Pemeriksaan
Toksikologi Klinik (Pembuatan Grafik Levey Jennings)”.

B. Laporan Pertemuan Pratikum


Pratikum ini merupakan pratikum ke-7 pada kontrak pembelajaran mata kuliah
Toksikologi Klinik.

C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pratikum


 Lokasi Pratikum : Laboratorium Toksikologi
 Waktu Pelaksanaan : Jumat, 27 Januari 2023

D. Tujuan Pratikum
Tujuan dari pratikum Penjaminan Mutu Intenal Pada Pemeriksaan Toksikologi Klinik
(Pembuatan Grafik Levey Jennings)” yaitu mengetahui pemantapan mutu pada bidang
Toksikologi Klinik dari tahap praanalitik, analitik, dan pasca analitik guna
mengevaluasi proses pemeriksaan dan mendapatkan hasil yang memuaskan bagi
pasien menggunakan metode Levey Jennings.

E. Metode dan Prinsip Kerja


 Metode
Pemantapan mutu Internal dengan membuat grafik levey Jennings.
 Prinsip Kerja
Melakukan pemantapan mutu secara internal pada persiapan pasien, pengambilan
dan pengelolaan spesimen dan wadah, kalibrasi peralatan, uji kualitas reagen, uji
ketelitian dan ketepatan, pencatatan dan pelaporan serta pembuatan grafik Levey
Jennings yang kemudian dibaca menggunakan aturan Westgard dan mengambil
solusi dari hasil pembacaan tersebut.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Grafik Levey Jennings adalah grafik yang digunakan untuk mencatat
informasi kontrol kualitas di dalam laboratorium. Grafik ini secara visual
menunjukkan jika percobaan bekerja. Di sisi kiri dari grafik Anda dapat melihat
data kontrol. Sepanjang bagian bawah (sumbu x), Anda akan melihat tanggal
bahwa data itu dimasukkan ke dalam grafik. Di sinilah tanda dibuat untuk
menunjukkan seberapa jauh dari percobaan adalah dari hasil yang diharapkan.
Jarak ini off sarana disebut standar deviasi. Baris akan di grafik menunjukkan
dimana sarana seharusnya. Dengan melihat grafik Anda dapat membandingkan
mana sarana harus dan di mana hasil aktual percobaan berada di Grafik Levey
Jennings adalah grafik bahwa data kontrol kualitas diplot untuk memberikan
indikasi visual apakah tes laboratorium bekerja dengan baik. Jarak dari mean
diukur dalam standar deviasi (SD). Hal ini dinamai S. Levey Jennings dan ER yang
pada tahun 1950 menyarankan penggunaan individu Shewhart kontrol grafik di
laboratorium klinis. Pada sumbu x tanggal dan waktu, atau lebih biasanya jumlah
kontrol run, diplot. Tanda dibuat menunjukkan berapa jauh hasil sebenarnya dari
rata-rata (yang merupakan nilai yang diharapkan untuk kontrol). Garis berjalan di
grafik di mean, serta satu, dua dan kadang-kadang tiga standar deviasi kedua sisi
dari mean. Hal ini membuat mudah untuk melihat seberapa jauh hasilnya.
Aturan, seperti aturan Westgard dapat diterapkan untuk melihat apakah hasil
dari sampel ketika kontrol dilakukan dapat dilepaskan, atau jika mereka perlu
diulang kembali. Perumusan aturan Westgard didasarkan pada metode statistik.
Aturan Westgard biasanya digunakan untuk menganalisis data dalam diagram
kontrol Shewhart. Aturan Westgard digunakan untuk mendefinisikan batas kinerja
spesifik untuk alat tes tertentu dan dapat digunakan untuk mendeteksi kesalahan
baik acak dan sistematis. Aturan Westgard diprogram untuk analisis otomatis untuk
menentukan kapan lari analitis harus ditolak. Aturan-aturan ini harus diterapkan
dengan hati-hati sehingga kesalahan benar terdeteksi sementara penolakan palsu
diminimalkan. Aturan diterapkan untuk instrumen kimia volume tinggi dan
hematologi harus menghasilkan tingkat penolakan palsu yang rendah.

2
B. Toksisitas Penjaminan Mutu Internal
Pemantapan mutu internal secara toksisitas adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Pemantapan mutu internal laboratorium
(PMI) dilakukan untuk mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium setiap hari
dan untuk mengetahui penyimpangan hasil laboratorium agar segera diperbaiki.
Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium antara lain
mutu presisi maupun akurasi hasil laboratorium akan meningkat. Hasil
laboratorium yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam
penatalaksanaan pengguna laboratorium. Cakupan objek pemantapan mutu internal
meliputi aktivitas: tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik. Uji
presisi dapat dilakukan dengan grafik Levey Jenning dan Hukum Westgard.
Pengendalian mutu (quality control)) merupakan keseluruhan rangkainan
terpadu (sistem) yang efektif guna melakukan pengembangan kualitas, menjaga
dan meningkatkan mutu kerja. Pengendalian mutu sebaiknya dilaksanakan dengan
efektif dan efisien. Menurut Soeharto (1997), tanda-tanda sebuah kegiatan
pengendalian mutu dikatakan efektif, apabila: a) Tepat waktu dan peka terhadap
penyimpangan, b) Bentuk tindakan yang diadakan tepat dan benar, c) Terpusat
pada masalah atau titik yang sifatnya strategis, dilihat dari segi penyelenggaraan
proyek, d) Mampu mengetengahkan dan mengkomunikasikan masalah dan
penemuan, e) Kegiatan pengendalian tidak lebih dari yang diperlukan.

C. Tes Laboratorium dan Tujuan Pemeriksaan


Tes laboratorium dilakukan dengan metode Pemantapan mutu Internal dengan
membuat grafik levey Jennings.Tujuannya yaitu yaitu mengetahui pemantapan
mutu pada bidang Toksikologi Klinik dari tahap praanalitik, analitik, dan pasca
analitik guna mengevaluasi proses pemeriksaan dan mendapatkan hasil yang
memuaskan bagi pasien menggunakan metode Levey.Jennings.

D. Jenis Spesimen
1. Obat Paracetamol
Paracetamol merupakan obat golongan analgesik non narkotik dan
antipiretik. Obat ini bekerja melalui tiga mekanisme: blokade aktivasi impuls

3
nyeri, inhibisi pusat suhu pada hipotalamus, dan inhibisi sintesis prostaglandin
(PG). Paracetamol merupakan obat yang relatif aman digunakan over the
counter, tetapi juga dapat dengan mudah menyebabkan toksisitas jika
dikonsumsi dalam jumlah banyak atau melebihi dosis maksimal. Hal ini
penting karena paracetamol merupakan obat yang memiliki akses yang sangat
bebas dan luas sehingga membuat obat ini sering digunakan secara berlebihan
hingga menyebabkan terjadinya intoksikasi obat.
Intoksikasi atau overdosis paracetamol dapat menimbulkan komplikasi
yang cukup berat, seperti hepatotoksisitas, ensefalopati, perdarahan, hingga
kematian. Intoksikasi paracetamol merupakan salah satu penyebab kematian
karena keracunan obat padahal kondisi ini dapat dengan mudah ditangani.
Tingginya mortalitas akibat intoksikasi paracetamol ini disebabkan karena
manifestasi klinis yang sering kali berbeda-beda atau asimtomatik.
Dalam keadaan normal, metabolisme paracetamol akan menghasilkan
5% NAPQI (N-acetyl-p-benzoquinone imine) dan diekskresikan dalam urin.
Pada keadaan overdosis, produksi NAPQI berlebih dan terakumulasi dalam
hepar, sehingga menyebabkan toksisitas. Efek toksik ini dapat dicegah atau
diatasi dengan pemberian antidot N-acetylcysteine (NAC).

E. Persyaratan Wadah
Persayaratan wadah yang dibutuhkan yaitu :
1. Wadah stril, bersih, kering
2. Volume wadah sesuai dengan volume spesimen
3. Terbuat dari gelas atau plastik
4. Tidak mudah pecah
5. Tidak mempengaruhi sifat dari zat-zat dalam spesimen
6. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau
terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol
berwarna coklat (aktinis).
7. Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril
8. Untuk wadah spesimen urine, sputum, tinja sebaiknya menggunakan
wadah yang bermulut lebar.Tidak mengandung detergen atau bahan
kimia
9. Mudah dicuci

4
F. Bahan pengawet
Bahan yang digunakan harus tepat atau sesuai. Kesalahan dalam pemberian
pengawet/antikoagulan tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan
pengawet/antikoagulan yang dipakai harus memenuhi persyaratan yaitu tidak
mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan diperiksa.

G. Pelabelan
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting
pada formulir/blanko permintaan pemeriksaan, pendaftaran, penulisan label wadah
spesimen, dan pada formulir/blanko hasil pemeriksaan. Kesalahan dalam
ketatausahaan ini dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan yang dapat
merugikan pasien.

H. Penyimpanan
Bahan kontrol tidak stabil selama pemaparan pada udara, cahaya, dinding
wadah atau suhu tinggi. Hal ini menyebabkan agar hemolisat diawetkan dengan
menyimpan dalam lemari pendingin, lemari pembekuan, dilindungi dengan gas
inert, penambahan asam, dan penggunaan wadah botol coklat. Bahan kontrol harus
dilindungi terhadap setiap pengaruh kimia, fisika dan mekanik yang dapat
menyebabkan perubahan dalam sampel. Sampel yang mudah rusak hendaknya
disimpan dengan dibekukan. Lemari pendingin atau pembeku untuk penyimpan
sampel hendaknya mempunyai suhu –200C.
Suhu daerah penyimpanan hendaknya secara tetap dicek dan
didokumentasikan. Sampel yang disimpan dalam untuk suatu waktu tertentu harus
disimpan pada suhu yang dipersyaratkan tetapi batas kesalahan untuk penyetelan
suhu dan pembacaan juga harus diperhitungkan. Bahan kontrol harus disimpan
dalam lemari es pada suhu 2 - 80C atau disimpan pada suhu -200C dan dijaga
jangan sampai terjadi beku ulang.

I. Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pembuatan grafik levey jennings...


1. Skrining Obat dalam hewan coba (SGPT, SGOT)
Pemeriksaan SGPT atau tes alanine aminotransferase mengukur tingkat
enzim ALT dalam darah. Seperti halnya SGOT, SGPT adalah enzim yang
diproduksi oleh sel yang ada pada organ hati.
5
Hati adalah kelenjar paling besar yang dimiliki tubuh. Organ ini memiliki
berbagai fungsi penting, termasuk membuat protein, menyimpan vitamin dan
zat besi, menghilangkan racun, dan memproduksi empedu. Protein, yang pada
organ hati disebut enzim berfungsi membantu hati memecah protein lain,
sehingga tubuh dapat menyerapnya dengan lebih mudah. ALT adalah salah satu
dari enzim ini, yang memainkan peran penting dalam metabolisme, proses yang
mengubah makanan menjadi energi.
Enzim ALT biasanya ditemukan dalam sel hati. Namun, ketika sel hati
mengalami kerusakan atau peradangan, ALT dapat dilepas ke aliran darah,
sehingga kadarnya mengalami peningkatan. Oleh karena itu, mengukur tingkat
ALT dalam darah seseorang dapat membantu dokter mengevaluasi fungsi hati
atau menemukan penyebab masalah hati. Pemeriksaan SGPT sering menjadi
bagian dari skrining awal untuk penyakit hati.

2. Skrining Larutan Standar Paracetamol


Paracetamol merupakan obat golongan analgesik non narkotik dan
antipiretik. Obat ini bekerja melalui tiga mekanisme: blokade aktivasi impuls
nyeri, inhibisi pusat suhu pada hipotalamus, dan inhibisi sintesis prostaglandin
(PG). Paracetamol merupakan obat yang relatif aman digunakan over the
counter, tetapi juga dapat dengan mudah menyebabkan toksisitas jika
dikonsumsi dalam jumlah banyak atau melebihi dosis maksimal. Hal ini
penting karena paracetamol merupakan obat yang memiliki akses yang sangat
bebas dan luas sehingga membuat obat ini sering digunakan secara berlebihan
hingga menyebabkan terjadinya intoksikasi obat.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan setelah penilaian risiko adalah
pemeriksaan serum paracetamol. Pemeriksaan ini dilakukan paling cepat 4 jam
setelah konsumsi paracetamol. Hasil pemeriksaan ini kemudian diplot pada
nomogram Rumack-Matthew. Selain pemeriksaan serum paracetamol, tes lain
yang penting dilakukan adalah tes fungsi hati (SGOT, SGPT, PT, INR,
bilirubin) dan fungsi ginjal (kreatinin dan urea). Pada 24 jam pertama
intoksikasi paracetamol, akan ditemukan peningkatan SGOT dan SGPT
subklinis. Dalam 12-72 jam setelah konsumsi, terdapat peningkatan SGOT dan
SGPT serta perburukan fungsi renal. Selain itu, tes fungsi hati juga perlu

6
dilakukan pada kondisi intoksikasi untuk melihat ada tidaknya hepatotoksisitas
akibat intoksikasi parasetamol.

J. Pelaksanaan Praktikum/Unjuk Kerja


1. Judul Praktikum
Judul pada partikum ini yaitu “Pemeriksaan Kadar Paracetamol Dalam Darah
Mencit Dan Pembacaan Larutan Standar Paracetamol Dalam Bentuk Grafik
Levey Jennings”
2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum ini yaitu :
Alat Bahan
Gunting Mencit

Spuit 1 cc Parasetamol 500mg

Wing needle Aquadest

Neraca Digital Kapas

Mortir Clorofoam

Gelas ukur Tabung EDTA

Toples Aquadest

Labu ukur 50 ml Alkohol 96%

Pipet tetes Alkohol 70%

Tabung serologi Pipet kapiler

Spatula Yellow tip & blue tip

Beaker Glass

Centrifuge

Spektrofotometer

Rak tabung reaksi

7
Termogun

Mikropipet uk 50 mikron, 100


mikron, 1000 mikron

Spidol

3. Langkah Kerja
Berikut langkah kerja dalam pratikum kali ini yaitu :
i. Praktik Toksikologi
a) Menimbang berat badan mencit
b) Mengecek suhu mencit sebelum diberikan obat parasetamol
c) Menghitung dosis parasetamol yang diperlukan agar mencit mengalami
overdosis
d) Menimbang parasetamol sebanyak 500 mg
e) Menghaluskan parasetamol dengan mortar dan alu
f) Kemudian tambahkan aquadest sebanyak 10 ml, lalu homogenkan
g) Memasang wing needle pada spuit
h) Memasukkan cairan obat dengan teknik sonde oral, yaitu ditempelkan pada
langit-langit mulut atas mencit
i) Lakukan tahapan yang sama pada parasetamol dengan dosis 300 gr, dan 100
gr (tahapan 1 – 8)
j) Memasukkan kapas ke dalam toples kosong
k) Membasahi kapas dengan alkohol 96%
l) Memasukkan mencit ke dalam toples kosong berisi alkohol 96% tadi sampai
lemas
m) Mengambil darah mencit melalui mata dan memasukkan darah ke dalam
tabung vacutainer tutup ungu
n) Mensentrifugasi sampel darah mencit dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit
o) Mengatur setting spektrofotometri sesuai dengan manual kit
p) Memasukkan masing-masing 1 mikroliter reagen SGOT dan SGPT ke dalam
tabung yang berbeda
q) Menambahkan 1000 mikroliter serum darah mencit, homogenkan

8
r) Mengecek kadar paracetamol darah mencit dengan spektrofotometri
s) Print hasil nya

ii. Praktik Farmakologi


 Pembuatan Larutan Sampel farmokologi dengan pengenceran bertingkat
a) Menimbang tablet parasetamol
b) Menghancurkan parasetamol dengan mortar dan alu
c) Memasukkan serbuk parasetamol ke dalam labu ukur
d) Menambahkan alkohol 96% sebanyak 50 ml ke dalam labu ukur,
homogenkan
e) Memindahkan 5 ml ke dalam labu ukur A
f) Menambahkan 45 ml alkohol 96% ke dalam labu ukur A, dihomogenkan
g) Memindahkan 5 ml dari labu ukur A ke labu ukur B
h) Menambahkan 45 ml alkohol 96% ke dalam labu ukur B, dihomogenkan
i) Memindahkan 5 ml dari labu ukur B ke labu ukur C
j) Menambahkan 45 ml alkohol 96% ke dalam labu ukur C, dihomogenkan

 Mengukur Kadar Parasetamol


a) Mengukur kadar parasetamol yang sudah dilarutkan dengan spektrofotometri
UV-VIS (double bim)
b) Masukkan aquades dan alkohol ke dalam kuvet, aquades sebagai refrensi dan
alokohol sebagai sampel pertama masukkan ke dalam alat
c) Melalui komputer dan aplikasi yang terhubung dengan alat, klik “Spectrum”
atur panjang gelombang 200-400 nm, klik “Start”
d) Cek panjang gelombang dari alkohol untuk melihat apakah panjang
gelombangnya stabil, catat panjang gelombang yang menjadi refrensi
e) Mencatat hasil panjang gelombang
f) Masukkan labu ukur A ke dalam kuvet, masukkan ke dalam alat
g) Ulang prosedur nomor “c”, cek panjang gelombang dari labu ukur A dan
catat hasil panjang gelombang yang menjadi refrensi
h) Klik “New”, buat folder penyimpanan, dan simpan panjang gelombang
i) Melihat hasil absorban dari panjang gelombang yang telah menjadi refrensi
pada labu ukur A

9
j) Masukan sampel labu ukur B, C, dan D secara bergantian untuk melihat nilai
absorbannya. Catat hasil

4. Hasil Unjuk Kerja


Berikut hasil pratikum yang diperoleh :
i. Praktik Toksikologi
a) Berat Badan dan Suhu Awal Mencit
Mencit Berat Badan Suhu Awal
Mencit 1 17,8 gram 37,8 °C
Mencit 2 16,7 gram 36°C
Mencit 3 14,8 gram 36,6°C
Mencit 4 14,4 gram 36,6°C
Mencit 5 13,5 gram 36,2°C
Mencit 6 Sebagai indikator Sebagai indikator

b) Gambar perhitungan :

b) Pemberian Kadar Parasetamol pada Mencit

Perhitungan parasetamol = Parasetamol 500 mg + Aquadest 10 ml

c) Kadar SGOT dan SGPT setelah Pemberian Parasetamol Berlebih

Manual Kit Spektrofotometri untuk pemeriksaan SGOT dan


SGPT Panjang gelombang : 340 nm
Suhu : 30°C

10
Faktor : SGOT (2063), SGPT (1746)

11
Mencit SGOT SGPT
Mencit 1 7,85mg/dl 4,34mg/dl
Mencit 2 9,50mg/dl 4,40mg/dl
Mencit 3 2,81mg/dl 1,45mg/dl

ii. Praktik Farmakologi

Rumus Perhitungan farmakologi

12
5. Deskripsi Amatan dan Simpulan Kegiatan Praktikum
Setelah dilakukan pemeriksaan tentang kadar paracetamol dalam darah mencit
dan pembacaan larutan standar paracatemol dalam bentuk grafik levey jennings
didapatkan hasil bahwa mencit masih dapat bertahan dengan kadar paracetamol
yang masuk dalam heparnya sebanyak 100 mg. Dosis parasetamol yang dapat
menimbulkan efek kerusakan hepar berupa nekrosis sel hepar tanpa menyebabkan
kematian mencit adalah dosis 100mg atau 1/5 dosis paracetamol. Parasetamol 500
mg dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, sehingga dalam 0,1 ml larutan
parasetamol mengandung 100 mg parasetamol. Tablet parasetamol 500 mg digerus
hingga halus, kemudian dilarutkan dengan 10 ml aquadest. Terdapat 6 mencit yang
menjadi bahan percobaan, tetapi hanya 5 yang diberikan kadar parasetamol berlebih
karena 1 mencit normal (mencit 1) dijadikan sebagai variabel perbandingan atau
standart.
Mencit percobaan pertama diberikan dosis 500 mg yang dilarutkan dalam 10
ml, mencit diberikan sekitar 0,3 ml campuran parasetamol dan aquadest melalui
sonde oral. Sesaat setelah diberikan parasetamol mencit tak berdaya, dan kemudian
mati. Hal ini dimungkinankan karena dosis yang diberikan mencit terlalu banyak.

Perhitungan dosis untuk mencit 1 dengan bb 17.8 gr dengan suhu badan 37,8ᵒ
berikut
500 𝑚𝑔/ 10𝑚𝑙
= 166,6 𝑚𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
0,3 𝑚𝑙
Rumus 1. Perhitungan sample yang digunakan untuk mencit 1

13
Pada percobaan kedua diberikan dosis yang lebih sedikit yaitu dengan
mengurangi kadar parasetamol menjadi 300 mg. Hasil didapatkan adalah mencit
masih dapat bertahan hidup meskipun lemas. Perhitungan dosis untuk mencit 1
dengan bb 14.8 gr dengan suhu badan 36,6ᵒ berikut

300 𝑚𝑔/ 10𝑚𝑙


= 150 𝑚𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
0,2 𝑚𝑙
Rumus 2. Perhitungan sample yang digunakan untuk mencit 2

Pada percobaan ketiga diberikan dosis yang lebih sedikit yaitu dengan
kadar parasetamol 100mg. Pada dosis ini mencit masih dapat bertahan hidup dan
melakukan aktivitas. Perhitungan dosis untuk mencit 1 dengan bb 14.4 gr dengan
suhu badan 36,3ᵒ berikut

500 𝑚𝑔/ 10𝑚𝑙


= 25 𝑚𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
0,4 𝑚𝑙
Rumus 3. Perhitungan sample yang digunakan untuk mencit 3

Setelah 2 jam berlalu, ketiga mencit mengalami tanda-tanda sedikit lemah


dan lesu. Untuk mengehahui apakah mencit tersebut mengalami gangguan fungsi
hati akibat dari overdosis parasetamol, dilakukan pengambilan darah pada mencit,
kemudian dilakukan pembacaan SGOT dan SGPT menggunakan spektrofotometri.
Pengambilan darah dapat dilakukan dengan mengambil sample darah melalui
belakang mata ataupun ekor mencit. Pada pemeriksaan kadar paracetamol dalam
darah mencit tidak dapat disimpulkan pengaruh paracetamol terhadap kadar SGOT
dan SGPT karena terdapat beberapa kesalahan dalam proses pemeriksaan.
Kesalahan yang terjadi adalah pada pemberian dosis jumlah cairan yang asuk
dalam mencit yang tidak konsisten. Bahkan setelah dilakukan pemeriksaan
menggunakan alat spektofotometer bahwa hasil pemeriksaan menjadi sangat tinggi
dan tidak valid.

14
Mencit SGOT SGPT
Mencit 1 7,85mg/dl 4,34mg/dl
Mencit 2 9,50mg/dl 4,40mg/dl
Mencit 3 2,81mg/dl 1,45mg/dl

6. Verifikasi Hasil Pemeriksaan


Peningkatan nilai kadar SGPT pada mencit menandakan bahwa mencit tersebut
telah mengonsumsi obat-obatan yang berlebih atau mengalami gangguan fungsi
pada hati. peningkata kadar SGOT pada mencit akibat peningkatan metabolisme
akibat konsumsi obat-obatan yang hepatotoksik dan meningkatkan beban kerja
liver.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah dilakukan praktikum pemberian paracetamol pada hewan uji mencit


didapatkan hasil bahwa pemberian dosis yang berbeda pada hewan uji mencit akan
mempengaruhi pada frekuensi geliat mencit, sesuai dengan efektivitas obat sebagai
analgetik. Namun, Setelah 2 jam berlalu, ketiga mencit mengalami tanda-tanda sedikit
lemah dan lesu. Hal itu dikarenakan pada peningkatan nilai kadar SGPT akibat
mencit tersebut telah mengonsumsi obat-obatan yang berlebih atau mengalami
gangguan fungsi pada hati. Sedangkan pada peningkatan kadar SGOT pada mencit
akibat peningkatan metabolisme akibat konsumsi obat-obatan yang hepatotoksik dan
meningkatkan beban kerja liver.

B. Latihan/Tugas/Eksperimen
1. Jika sampel berupa serbuk atau tablet, pelarut apakah yang diperlukan untuk
preparasi?
B. Etanol
C. Methanol
D. Akuades
E. Kloroform
Jawaban : B. Methanol

2. Secara garis besar spektofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu kecuali
A. Sumber cahaya
B. Rotor
C. Monokrokator
D. Cuvet
E. Detektor
Jawaban : B. Rotor

16
3. Kecepatan yang digunakan untuk mensentrifuge darah mencit adalah
A. 1500 rpm selama 5 menit
B. 1500 rpm selama 10 menit
C. 3000 rpm selama 5 menit
D. 3000 rpm selama 10 menit
E. 3000 rpm selama 15 menit
Jawaban : E. 3000 rpm selama 15 menit

4. Sampel darah untuk pemeriksaan toksikologis memiliki kelebihan dan kekurangan.


Apakah
kekurangannya?
A. Sulit diperoleh
B. Mudah membeku
C. Mudah dipalsukan
D. Konsentrasi racun rendah
E. Beresiko terjadi kontaminasi
Jawaban : D. Konsentrasi racun rendah

5. Untuk melakukan tes fungsi hati, pemeriksaan yang digunakan adalah


A. SGPT
B. Bilirubin
C. SGOT
D. Semua salah
E. A dan C benar
Jawaban : E. A dan C benar

17
C. Lampiran

Penngerusan obat Pengecheckan suhu Membuat larutan Memipet


mencit Paracetamol larutan

Palpasi spuit Meminumkan pada larutan


pada mencit

Hasil Pembacaan Grafik Levey Jennings

18
LAPORAN PRAKTEK PENJAMINAN MUTU INTERNAL PADA
PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI KLINIK

A. Pelaksanaan Praktikum/Unjuk Kerja


Skrining obat dalam Spesimen (Kualitatif)
Metode Spektrofotometer Pemeriksaan SGOT dan SGPT
1 Tujuan Untuk menentukan nilai kadar SGPT dan SGOT dalam serum
darah mencit dengan metode spektofotometri
2 Prinsip Menimbang dan mengecek suhu hewan coba, kemudian
memasukkan cairan paracetamol dengan teknik sonde oral pada
mulut mencit. Didiamkan selama 2 jam kemudian mengambil
darah mencit melalui mata dan memasukkannya pada tabung
vacutainer. Darah kemudian di sentrifuge dan dilanjut pengecekan
kadar paracetamol darah mencit dengan spektrofotometri.
3 Alat dan bahan  Alat
1. Neraca Digital
2. Thermogun
3. Mortir dan palu
4. Toples
5. Parasetamol 500mg
6. Kapas
7. Mencit
8. Aquadest
9. Spuit 1 cc
10. Wing needle
11. Spatula
12. Alkohol 96%
13. Tabung EDTA
14. Sentrifugasi
15. Spektofotometri

19
16. Mikropipet uk 1000 mikron

4 Reagen 1. Reagen SGOT


2. Reagen SGPT

5 Cara Kerja a. Pra Analitik


a. Pra Analitik 1. Menyiapkan alat pelindung diri
b. Analitik 2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
c. Paska b. Analitik
Analitik 1. Menimbang berat badan mencit
2. Mengecek suhu mencit sebelum diberikan obat parasetamol
3. Menghitung dosis parasetamol yang diperlukan agar mencit
mengalami overdosis
4. Menimbang parasetamol sebanyak 500 mg
5. Menghaluskan parasetamol dengan mortar dan palu
6. Kemudian tambahkan aquadest sebanyak 10 ml, lalu
homogenkan
7. Memasang wing needle pada spuit
8. Memasukkan cairan obat dengan teknik sonde oral, yaitu
ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit
9. Lakukan tahapan yang sama pada parasetamol dengan dosis
300 gr, dan 100 gr (tahapan 1 – 8)
10. Memasukkan kapas ke dalam toples kosong
11. Membasahi kapas dengan alkohol 96%
12. Memasukkan mencit ke dalam toples kosong berisi alkohol
96% tadi sampai lemas
13. Mengambil darah mencit melalui mata dan memasukkan darah
ke dalam tabung vacutainer tutup ungu
14. Mensentrifugasi sampel darah mencit dengan kecepatan 3000
rpm selama 15 menit
15. Mengatur setting spektrofotometri sesuai dengan manual kit
16. Memasukkan masing-masing 1 mikroliter reagen SGOT dan

20
SGPT ke dalam tabung yang berbeda
17. Menambahkan 1000 mikroliter serum darah mencit,
homogenkan
18. Mengecek kadar paracetamol darah mencit dengan
spektrofotometri
19. Print hasil nya

c. Paska Analitik

1. Mencatat hasil dan buat laporan hasil pemeriksaan.

6 Pembacaan Hasil a. Berat Badan dan Suhu Awal Mencit


dan Gambar Mencit Berat Badan Suhu Awal
Mencit 1 17,8 gram 37,8 °C
Mencit 2 16,7 gram 36°C
Mencit 3 14,8 gram 36,6°C
Mencit 4 14,4 gram 36,6°C
Mencit 5 13,5 gram 36,2°C
Mencit 6 Sebagai Sebagai
indikator indikator

Gambar perhitungan :

21
b. Pemberian Kadar Parasetamol pada Mencit
Perhitungan parasetamol = Parasetamol 500 mg + Aquadest
10 ml
c. Kadar SGOT dan SGPT setelah Pemberian
Parasetamol Berlebih
Manual Kit Spektrofotometri untuk pemeriksaan SGOT
dan SGPT
Panjang gelombang : 340 nm
Suhu : 30°C
Faktor : SGOT (2063), SGPT (1746)

Mencit SGOT SGPT


Mencit 1 7,85mg/dl 4,34mg/dl
Mencit 2 9,50mg/dl 4,40mg/dl
Mencit 3 2,81mg/dl 1,45mg/dl
7 Kesimpulan Setelah dilakukan praktikum diperoleh kesimpulan bahwa
pemberian dosis yang berbeda-beda pada mencit memengaruhi
pada frekuensi geliat mencit. Semakin besar pemberian dosis
paracetamol maka semakin parah juga efek dari obat tersebut, hal
itu dikarenakan gangguan pada hati dan liver.
8 Rangkuman Maka dari itu, dalam pengobatan kita harus memperhatikan dosis
obat yang kita konsumsi supaya tidak menjadikan toksisistas
dalam tubuh.

22
Metode Farmakologi (Pembacaan Kadar Larutan Paracetamol)
1 Tujuan Untuk menentukan panjang gelombang maksimum, kurva baku,
kadar parasetamol secara spektofotometri ultraviolet
2 Prinsip Pembuatan larutan paracetamol dengan serbuk paracetamol
kemudian ditambahkan alkohol 96% dan dihomogenkan. Larutan
paracetamol diukur kadarnya menggunakan spektrofotometri
double dim.
3 Alat 1. Neraca Digital
2. Mortir dan palu
3. Labu ukur 50 ml
4. Parasetamol 500mg
5. Alkohol 96%
6. Mikropipet uk 50 mikron, 100 mikron, 1000 mikron Mencit
7. Yellow tip & blue tip
8. Spektofotometri UV-VIS
9. Akuadest
10. Alkohol

4 Reagen 1. Larutan sampel parasetamol yang telah dilarutkan dengan


pengenceran bertingkat.
2. Larutan blanko
3. Larutan standar

5 Cara Kerja a. Pra Analitik


A. Pra Analitik 1. Menyiapkan alat pelindung diri
B. Analitik 2. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
C. Paska Analitik b. Analitik
 Pembuatan Larutan Sampel farmokologi dengan
pengenceran bertingkat
1. Menimbang tablet parasetamol

23
2. Menghancurkan parasetamol dengan mortar dan alu
3. Memasukkan serbuk parasetamol ke dalam labu ukur
4. Menambahkan alkohol 96% sebanyak 50 ml ke dalam labu
ukur, homogenkan
5. Memindahkan 5 ml ke dalam labu ukur A
6. Menambahkan 45 ml alkohol 96% ke dalam labu ukur A,
dihomogenkan
7. Memindahkan 5 ml dari labu ukur A ke labu ukur B
8. Menambahkan 45 ml alkohol 96% ke dalam labu ukur B,
dihomogenkan
9. Memindahkan 5 ml dari labu ukur B ke labu ukur C
10. Menambahkan 45 ml alkohol 96% ke dalam labu ukur C,
dihomogenkan
 Mengukur Kadar Parasetamol
1. Mengukur kadar parasetamol yang sudah dilarutkan dengan
spektrofotometri UV-VIS (double bim)
2. Masukkan aquades dan alkohol ke dalam kuvet, aquades
sebagai referensi dan alokohol sebagai sampel pertama
masukkan ke dalam alat
3. Melalui komputer dan aplikasi yang terhubung dengan alat,
klik “Spectrum” atur panjang gelombang 200-400 nm, klik
“Start”
4. Cek panjang gelombang dari alkohol untuk melihat apakah
panjang gelombangnya stabil, catat panjang gelombang yang
menjadi refrensi
5. Mencatat hasil panjang gelombang
6. Masukkan labu ukur A ke dalam kuvet, masukkan ke dalam
alat
7. Ulang prosedur nomor “c”, cek panjang gelombang dari labu
ukur A dan catat hasil panjang gelombang yang menjadi
refrensi

24
25
8. Klik “New”, buat folder penyimpanan, dan simpan panjang
gelombang
9. Melihat hasil absorban dari panjang gelombang yang telah
menjadi refrensi pada labu ukur A
10. Masukan sampel labu ukur B, C, dan D secara bergantian
untuk melihat nilai absorbannya. Catat hasil
c. Pasca Analitik
1. Mencatat hasil dan buat laporan hasil pemeriksaan.

6 Pembacaan Hasil
dan Gambar

26
Rumus Perhitungan Kadar Parasetamol

7 Kesimpulan Parasetamol dianalisis kadaarnya dengan menggunakan


spektrofotometer karena secara struktur diketahui bahwa
paracetamol mempunyai gugus kromofor dan gugus auksokrom
yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi pada
daerah ultraviolet. Pemilihan spektrofotometer ultraviolet adalah
karena spektrofotometer merupakaninstrument analisis yang tidak
rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannyatinggi
8 Rangkuman Maka dari itu, dalam pengobatan kita harus memperhatikan dosis
obat yang kita konsumsi supaya tidak menjadikan toksisistas
dalam tubuh.

27
B. Latihan/Tugas/Eksperimen

1. Jelaskan metabolisme penjaminan mutu internal toksikologi klinik!

Jawab : . Metabolisme penjaminan mutu internal toksikologi klinik adalah suatu kegiatan
pencegahan dan pengawasan secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi
kejadian penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat, metabolisme
Pemantapan mutu internal mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai sebelum
proses pemeriksaan itu sendiri dilaksanakan yaitu dimulai dari tahap pra analitik, analitik
dan pasca analitik.

Pada tahapan pra analitik Pemantapan mutu internal dilakukan agar tidak terjadi
kesalahan sebelum melakukan analisis spesimen pasien diperiksa, meliputi :
ketatausahaan, persiapan pasien, pengumpulan spesimen, penanganan spesimen.
Sedangkan pada tahap analitik dilakukan agar mengurangi kesalahan pada pelaksanaan,
meliputi : kontrol kualitas, metode pemeriksaan, peralatan dan reagen yang sesuai standar,
kompetensi pelaksana. Tahap yang terakhir yaitu tahap pasca analitik dilakukan agar
pembacaan dan pelaporan hasil yang benar.

2. Jelaskan toksisitas kronik parasetamol!

Jawab : Toksisitas kronis paracetamol diakibat keracunan baru timbul setelah terpapar
bahan toksik secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang (dalam hitungan
tahun) atau bahkan dekade. Efek kronis terjadi setelah terpapar dalam waktu lama (bulan,
tahun, dekade) dan bertahan setelah paparan telah berhenti.

3. Sebutkan metode uji kualitatif parasetamol!

a. Jelaskan prosedurnya

Jawab : Uji kualitatif yang pertamadilakukan adalah uji organoleptis.Uji ini dilakukan
untukmengidentifikasi bahan baku parasetamol melalui pengamatanterhadap bentuk,
warna, aroma, dan rasa yang sesuai dengan standarFarmakope Indonesia.

28
Selanjutnya, uji kelarutan juga dilakukan dengan perbandinga
jenis pelarut yang sesuai di dalam Farmakope Indonesia. Jenis pelarutyang dilakukan
dalam uji kualitatif bahan baku parasetamol di antaranyanasi, etanol, aseton, gliserol,
danlarutam NaOH 0.1 M. Sebanyak 0.5gram parasetamol masing-masing ditambahkan
ke dalam 35 ml air, 3.5ml etanol, 6.5 ml aseton, 20 mlgliserol, dan 5 ml larutan
NaOH,kemudian diamati kelarutan yangtejadi pada setiap sampel.

Metode lain yang digunakandalam analisis kualitatif bahan baku parasetamol adalah
dengan uji warnamenggunakan beberapa pereaksiseperti larutan FeCl3,
Liebermann,dan kalium bikromat. Bahan baku parasetamol ditetesi reagen FeCl 3 dan
reagen Liebermann ditempatkandi plat tetes, sementara untuk
kalium bikromat, parasetamol dilarutkandalam larutan HCl 2 M dan dikocokkemudian
ditambahkan sedikit kristal K2Cr2O7n dan amati perubahan warnayang terjadi.

b. Jelaskan pengamatan hasilnya

Jawab : Uji organoleptis menunjukkanhasil yang sesuai dengan


standar parasetamol dalam FI, yaitu serbukhablur putih, dan tidak berbau. Ujikelarutan
menunjukkan hasil yangsesuai untuk pelarut aseton, etanol,dan larutan NaOH tetapi
hanya larutsebagian (tidak sesuai) dalam air dangliserol.

Terdapat reaksi uji warna, penambahanlarutan FeCl3 tidak


menimbulkan perubahan warna (negatif), reaksi dengan Liebermann dan K2Cr2O7n
menunjukkan perubahan warna yangtidak spesifik yaitu menjadi coklatdan hijau
kecoklatan.

4. Jelaskan metode uji spektrofotometer kadar paracetamol!


Jawab : Parasetamol dianalisis kadaarnya dengan menggunakan spektrofotometer karena
secara struktur diketahui bahwa paracetamol mempunyai gugus kromofor dan gugus
auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah
ultraviolet.

29
Pemilihan spektrofotometer ultraviolet adalah karena spektrofotometer merupakan
instrument analisis yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya
tinggi.Selain itu, senyawa parasetamol yang akan dianalisis memiliki kromofor pada
strukturnya berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan juga merupakansenyawa aromatic
karena memiliki gugus aromatic sehingga memenuhi syaratsenyawa yang dapat dianalisis
menggunakan spektrofotometri.

Pada spektrofotometer membutuhkan penentuan panjang gelombangmaksimum, dimana


panjang gelombang maksimum merupakan panjanggelombang yang memberikan
absorbansi maksimal terhadap kompleks warnayang terbentuk dari analit. Penentuan
panjang gelombang maksimal dilakukandengan membuat kurva hubungan antara
absorbansi dengan panjang gelombangdari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu
sehingga diperolehkurvakalibrasimakalarutanstandar (senyawamurniobat) dibuatdalam 5
konsentrasi.Dalampercobaaninidibuatlarutanbakudengankonsentrasi10ppm, 9ppm, 8 ppm,
7 ppm, dan 6 ppm.

30
DAFTAR PUSTAKA
Widiandini,Tri.2020.Uji Aktivitas Analgesik Senyawa Baru Turunan Paracetamol Pada
Mencit. Volume 1. Nomor 1.
Sujana. 2018. Penjaminan Mutu Intenal Pada Pemeriksaan Toksikologi Klinik.Volume 2.
Nomor 2.
Zulkifli. 2019. Ketelitian dan Evaluasi Grafik Kontrol Leve-Jennings. Volume 1. Nomor 1.

31

Anda mungkin juga menyukai