TOKSIKOLOGI KLINIK
“PENJAMINAN MUTU INTENAL PADA PEMERIKSAAN
TOKSIKOLOGI KLINIK (PEMBUATAN GRAFIK LEVEY
JENNINGS)”
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pratikum dengan
baik serta tepat waktu guna memenuhi tugas Toksikologi Klinik, dengan judul
“Penjaminan Mutu Intenal Pada Pemeriksaan Toksikologi Klinik (Pembuatan Grafik
Levey Jennings)”
Saya ucapkan terima kasih kepada bapak Widodo, S.ST., M.Si. selaku dosen mata
kuliah Toksikologi Klinik yang telah membimbing selama praktikum, sehingga praktikum
dapat berjalan dengan baik serta laporan praktikum ini bisa disusun dengan tepat waktu
dan rapi. Penulis berharap semoga laporan praktikum ini bisa menambah pengetahuan
para pembaca.
Namun terlepas dari itu, dalam penyusunan laporan praktikum ini penulis menyadari
pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan praktikum
ini lebih baik dan bermanfaaat. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini bisa
memberikan pemahaman dan menambah wawasan bagi para pembaca.
KELOMPOK 7
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER...............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Judul Pratikum.....................................................................................................1
B. Laporan Pertemuan Pratikum..............................................................................1
C. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Pratikum...........................................................1
D. Tujuan Pratikum..................................................................................................1
E. Metode dan Prinsip Kerja....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pendahuluan..................................................................................................2
B. Toksisitas Penjaminan Mutu Internal...........................................................3
C. Tes Laboratorium dan Tujuan Pemeriksaan.................................................3
D. Jenis Spesimen..............................................................................................3
1. Obat Paracetamol...................................................................................3
E. Perysaratan Wadah........................................................................................4
F. Bahan pengawet............................................................................................5
G. Pelabelan.......................................................................................................5
H. Penyimpanan.................................................................................................5
I. Jenis Pemeriksaan Laboratorium Pembuatan grafik levey Jennings............5
1. Skrining Obat dalam hewan coba (SGPT, SGOT).................................5
2. Skrining Larutan Standar Paracetamol...................................................6
J. Pelaksanaan Praktikum/Unjuk Kerja............................................................7
1. Judul Praktikum......................................................................................7
2. Alat dan Bahan........................................................................................7
3. Langkah Kerja.........................................................................................8
4. Hasil Unjuk Kerja..................................................................................10
5. Deskripsi Amatan dan Simpulan Kegiatan Praktikum..........................13
6. Verifikasi Hasil Pemeriksaan.................................................................15
iii
BAB III PENUTUP................................................................................................16
A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Latihan/Tugas/Eksperimen........................................................................16
C. Lampiran....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30
iv
BAB I
A. Judul Pratikum
PENDAHULUAN
Judul pada pratikum ini yaitu “Penjaminan Mutu Intenal Pada Pemeriksaan
Toksikologi Klinik (Pembuatan Grafik Levey Jennings)”.
D. Tujuan Pratikum
Tujuan dari pratikum Penjaminan Mutu Intenal Pada Pemeriksaan Toksikologi Klinik
(Pembuatan Grafik Levey Jennings)” yaitu mengetahui pemantapan mutu pada bidang
Toksikologi Klinik dari tahap praanalitik, analitik, dan pasca analitik guna
mengevaluasi proses pemeriksaan dan mendapatkan hasil yang memuaskan bagi
pasien menggunakan metode Levey Jennings.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Grafik Levey Jennings adalah grafik yang digunakan untuk mencatat
informasi kontrol kualitas di dalam laboratorium. Grafik ini secara visual
menunjukkan jika percobaan bekerja. Di sisi kiri dari grafik Anda dapat melihat
data kontrol. Sepanjang bagian bawah (sumbu x), Anda akan melihat tanggal
bahwa data itu dimasukkan ke dalam grafik. Di sinilah tanda dibuat untuk
menunjukkan seberapa jauh dari percobaan adalah dari hasil yang diharapkan.
Jarak ini off sarana disebut standar deviasi. Baris akan di grafik menunjukkan
dimana sarana seharusnya. Dengan melihat grafik Anda dapat membandingkan
mana sarana harus dan di mana hasil aktual percobaan berada di Grafik Levey
Jennings adalah grafik bahwa data kontrol kualitas diplot untuk memberikan
indikasi visual apakah tes laboratorium bekerja dengan baik. Jarak dari mean
diukur dalam standar deviasi (SD). Hal ini dinamai S. Levey Jennings dan ER yang
pada tahun 1950 menyarankan penggunaan individu Shewhart kontrol grafik di
laboratorium klinis. Pada sumbu x tanggal dan waktu, atau lebih biasanya jumlah
kontrol run, diplot. Tanda dibuat menunjukkan berapa jauh hasil sebenarnya dari
rata-rata (yang merupakan nilai yang diharapkan untuk kontrol). Garis berjalan di
grafik di mean, serta satu, dua dan kadang-kadang tiga standar deviasi kedua sisi
dari mean. Hal ini membuat mudah untuk melihat seberapa jauh hasilnya.
Aturan, seperti aturan Westgard dapat diterapkan untuk melihat apakah hasil
dari sampel ketika kontrol dilakukan dapat dilepaskan, atau jika mereka perlu
diulang kembali. Perumusan aturan Westgard didasarkan pada metode statistik.
Aturan Westgard biasanya digunakan untuk menganalisis data dalam diagram
kontrol Shewhart. Aturan Westgard digunakan untuk mendefinisikan batas kinerja
spesifik untuk alat tes tertentu dan dapat digunakan untuk mendeteksi kesalahan
baik acak dan sistematis. Aturan Westgard diprogram untuk analisis otomatis untuk
menentukan kapan lari analitis harus ditolak. Aturan-aturan ini harus diterapkan
dengan hati-hati sehingga kesalahan benar terdeteksi sementara penolakan palsu
diminimalkan. Aturan diterapkan untuk instrumen kimia volume tinggi dan
hematologi harus menghasilkan tingkat penolakan palsu yang rendah.
2
B. Toksisitas Penjaminan Mutu Internal
Pemantapan mutu internal secara toksisitas adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus
menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian error/penyimpangan sehingga
diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. Pemantapan mutu internal laboratorium
(PMI) dilakukan untuk mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium setiap hari
dan untuk mengetahui penyimpangan hasil laboratorium agar segera diperbaiki.
Manfaat melaksanakan kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium antara lain
mutu presisi maupun akurasi hasil laboratorium akan meningkat. Hasil
laboratorium yang kurang tepat akan menyebabkan kesalahan dalam
penatalaksanaan pengguna laboratorium. Cakupan objek pemantapan mutu internal
meliputi aktivitas: tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik. Uji
presisi dapat dilakukan dengan grafik Levey Jenning dan Hukum Westgard.
Pengendalian mutu (quality control)) merupakan keseluruhan rangkainan
terpadu (sistem) yang efektif guna melakukan pengembangan kualitas, menjaga
dan meningkatkan mutu kerja. Pengendalian mutu sebaiknya dilaksanakan dengan
efektif dan efisien. Menurut Soeharto (1997), tanda-tanda sebuah kegiatan
pengendalian mutu dikatakan efektif, apabila: a) Tepat waktu dan peka terhadap
penyimpangan, b) Bentuk tindakan yang diadakan tepat dan benar, c) Terpusat
pada masalah atau titik yang sifatnya strategis, dilihat dari segi penyelenggaraan
proyek, d) Mampu mengetengahkan dan mengkomunikasikan masalah dan
penemuan, e) Kegiatan pengendalian tidak lebih dari yang diperlukan.
D. Jenis Spesimen
1. Obat Paracetamol
Paracetamol merupakan obat golongan analgesik non narkotik dan
antipiretik. Obat ini bekerja melalui tiga mekanisme: blokade aktivasi impuls
3
nyeri, inhibisi pusat suhu pada hipotalamus, dan inhibisi sintesis prostaglandin
(PG). Paracetamol merupakan obat yang relatif aman digunakan over the
counter, tetapi juga dapat dengan mudah menyebabkan toksisitas jika
dikonsumsi dalam jumlah banyak atau melebihi dosis maksimal. Hal ini
penting karena paracetamol merupakan obat yang memiliki akses yang sangat
bebas dan luas sehingga membuat obat ini sering digunakan secara berlebihan
hingga menyebabkan terjadinya intoksikasi obat.
Intoksikasi atau overdosis paracetamol dapat menimbulkan komplikasi
yang cukup berat, seperti hepatotoksisitas, ensefalopati, perdarahan, hingga
kematian. Intoksikasi paracetamol merupakan salah satu penyebab kematian
karena keracunan obat padahal kondisi ini dapat dengan mudah ditangani.
Tingginya mortalitas akibat intoksikasi paracetamol ini disebabkan karena
manifestasi klinis yang sering kali berbeda-beda atau asimtomatik.
Dalam keadaan normal, metabolisme paracetamol akan menghasilkan
5% NAPQI (N-acetyl-p-benzoquinone imine) dan diekskresikan dalam urin.
Pada keadaan overdosis, produksi NAPQI berlebih dan terakumulasi dalam
hepar, sehingga menyebabkan toksisitas. Efek toksik ini dapat dicegah atau
diatasi dengan pemberian antidot N-acetylcysteine (NAC).
E. Persyaratan Wadah
Persayaratan wadah yang dibutuhkan yaitu :
1. Wadah stril, bersih, kering
2. Volume wadah sesuai dengan volume spesimen
3. Terbuat dari gelas atau plastik
4. Tidak mudah pecah
5. Tidak mempengaruhi sifat dari zat-zat dalam spesimen
6. Untuk pemeriksaan zat dalam spesimen yang mudah rusak atau
terurai karena pengaruh sinar matahari, maka perlu digunakan botol
berwarna coklat (aktinis).
7. Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus steril
8. Untuk wadah spesimen urine, sputum, tinja sebaiknya menggunakan
wadah yang bermulut lebar.Tidak mengandung detergen atau bahan
kimia
9. Mudah dicuci
4
F. Bahan pengawet
Bahan yang digunakan harus tepat atau sesuai. Kesalahan dalam pemberian
pengawet/antikoagulan tersebut dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Bahan
pengawet/antikoagulan yang dipakai harus memenuhi persyaratan yaitu tidak
mengganggu atau mengubah kadar zat yang akan diperiksa.
G. Pelabelan
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting
pada formulir/blanko permintaan pemeriksaan, pendaftaran, penulisan label wadah
spesimen, dan pada formulir/blanko hasil pemeriksaan. Kesalahan dalam
ketatausahaan ini dapat berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan yang dapat
merugikan pasien.
H. Penyimpanan
Bahan kontrol tidak stabil selama pemaparan pada udara, cahaya, dinding
wadah atau suhu tinggi. Hal ini menyebabkan agar hemolisat diawetkan dengan
menyimpan dalam lemari pendingin, lemari pembekuan, dilindungi dengan gas
inert, penambahan asam, dan penggunaan wadah botol coklat. Bahan kontrol harus
dilindungi terhadap setiap pengaruh kimia, fisika dan mekanik yang dapat
menyebabkan perubahan dalam sampel. Sampel yang mudah rusak hendaknya
disimpan dengan dibekukan. Lemari pendingin atau pembeku untuk penyimpan
sampel hendaknya mempunyai suhu –200C.
Suhu daerah penyimpanan hendaknya secara tetap dicek dan
didokumentasikan. Sampel yang disimpan dalam untuk suatu waktu tertentu harus
disimpan pada suhu yang dipersyaratkan tetapi batas kesalahan untuk penyetelan
suhu dan pembacaan juga harus diperhitungkan. Bahan kontrol harus disimpan
dalam lemari es pada suhu 2 - 80C atau disimpan pada suhu -200C dan dijaga
jangan sampai terjadi beku ulang.
6
dilakukan pada kondisi intoksikasi untuk melihat ada tidaknya hepatotoksisitas
akibat intoksikasi parasetamol.
Mortir Clorofoam
Toples Aquadest
Beaker Glass
Centrifuge
Spektrofotometer
7
Termogun
Spidol
3. Langkah Kerja
Berikut langkah kerja dalam pratikum kali ini yaitu :
i. Praktik Toksikologi
a) Menimbang berat badan mencit
b) Mengecek suhu mencit sebelum diberikan obat parasetamol
c) Menghitung dosis parasetamol yang diperlukan agar mencit mengalami
overdosis
d) Menimbang parasetamol sebanyak 500 mg
e) Menghaluskan parasetamol dengan mortar dan alu
f) Kemudian tambahkan aquadest sebanyak 10 ml, lalu homogenkan
g) Memasang wing needle pada spuit
h) Memasukkan cairan obat dengan teknik sonde oral, yaitu ditempelkan pada
langit-langit mulut atas mencit
i) Lakukan tahapan yang sama pada parasetamol dengan dosis 300 gr, dan 100
gr (tahapan 1 – 8)
j) Memasukkan kapas ke dalam toples kosong
k) Membasahi kapas dengan alkohol 96%
l) Memasukkan mencit ke dalam toples kosong berisi alkohol 96% tadi sampai
lemas
m) Mengambil darah mencit melalui mata dan memasukkan darah ke dalam
tabung vacutainer tutup ungu
n) Mensentrifugasi sampel darah mencit dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit
o) Mengatur setting spektrofotometri sesuai dengan manual kit
p) Memasukkan masing-masing 1 mikroliter reagen SGOT dan SGPT ke dalam
tabung yang berbeda
q) Menambahkan 1000 mikroliter serum darah mencit, homogenkan
8
r) Mengecek kadar paracetamol darah mencit dengan spektrofotometri
s) Print hasil nya
9
j) Masukan sampel labu ukur B, C, dan D secara bergantian untuk melihat nilai
absorbannya. Catat hasil
b) Gambar perhitungan :
10
Faktor : SGOT (2063), SGPT (1746)
11
Mencit SGOT SGPT
Mencit 1 7,85mg/dl 4,34mg/dl
Mencit 2 9,50mg/dl 4,40mg/dl
Mencit 3 2,81mg/dl 1,45mg/dl
12
5. Deskripsi Amatan dan Simpulan Kegiatan Praktikum
Setelah dilakukan pemeriksaan tentang kadar paracetamol dalam darah mencit
dan pembacaan larutan standar paracatemol dalam bentuk grafik levey jennings
didapatkan hasil bahwa mencit masih dapat bertahan dengan kadar paracetamol
yang masuk dalam heparnya sebanyak 100 mg. Dosis parasetamol yang dapat
menimbulkan efek kerusakan hepar berupa nekrosis sel hepar tanpa menyebabkan
kematian mencit adalah dosis 100mg atau 1/5 dosis paracetamol. Parasetamol 500
mg dilarutkan dalam aquades hingga 10 ml, sehingga dalam 0,1 ml larutan
parasetamol mengandung 100 mg parasetamol. Tablet parasetamol 500 mg digerus
hingga halus, kemudian dilarutkan dengan 10 ml aquadest. Terdapat 6 mencit yang
menjadi bahan percobaan, tetapi hanya 5 yang diberikan kadar parasetamol berlebih
karena 1 mencit normal (mencit 1) dijadikan sebagai variabel perbandingan atau
standart.
Mencit percobaan pertama diberikan dosis 500 mg yang dilarutkan dalam 10
ml, mencit diberikan sekitar 0,3 ml campuran parasetamol dan aquadest melalui
sonde oral. Sesaat setelah diberikan parasetamol mencit tak berdaya, dan kemudian
mati. Hal ini dimungkinankan karena dosis yang diberikan mencit terlalu banyak.
Perhitungan dosis untuk mencit 1 dengan bb 17.8 gr dengan suhu badan 37,8ᵒ
berikut
500 𝑚𝑔/ 10𝑚𝑙
= 166,6 𝑚𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
0,3 𝑚𝑙
Rumus 1. Perhitungan sample yang digunakan untuk mencit 1
13
Pada percobaan kedua diberikan dosis yang lebih sedikit yaitu dengan
mengurangi kadar parasetamol menjadi 300 mg. Hasil didapatkan adalah mencit
masih dapat bertahan hidup meskipun lemas. Perhitungan dosis untuk mencit 1
dengan bb 14.8 gr dengan suhu badan 36,6ᵒ berikut
Pada percobaan ketiga diberikan dosis yang lebih sedikit yaitu dengan
kadar parasetamol 100mg. Pada dosis ini mencit masih dapat bertahan hidup dan
melakukan aktivitas. Perhitungan dosis untuk mencit 1 dengan bb 14.4 gr dengan
suhu badan 36,3ᵒ berikut
14
Mencit SGOT SGPT
Mencit 1 7,85mg/dl 4,34mg/dl
Mencit 2 9,50mg/dl 4,40mg/dl
Mencit 3 2,81mg/dl 1,45mg/dl
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Latihan/Tugas/Eksperimen
1. Jika sampel berupa serbuk atau tablet, pelarut apakah yang diperlukan untuk
preparasi?
B. Etanol
C. Methanol
D. Akuades
E. Kloroform
Jawaban : B. Methanol
2. Secara garis besar spektofotometer terdiri dari 4 bagian penting yaitu kecuali
A. Sumber cahaya
B. Rotor
C. Monokrokator
D. Cuvet
E. Detektor
Jawaban : B. Rotor
16
3. Kecepatan yang digunakan untuk mensentrifuge darah mencit adalah
A. 1500 rpm selama 5 menit
B. 1500 rpm selama 10 menit
C. 3000 rpm selama 5 menit
D. 3000 rpm selama 10 menit
E. 3000 rpm selama 15 menit
Jawaban : E. 3000 rpm selama 15 menit
17
C. Lampiran
18
LAPORAN PRAKTEK PENJAMINAN MUTU INTERNAL PADA
PEMERIKSAAN TOKSIKOLOGI KLINIK
19
16. Mikropipet uk 1000 mikron
20
SGPT ke dalam tabung yang berbeda
17. Menambahkan 1000 mikroliter serum darah mencit,
homogenkan
18. Mengecek kadar paracetamol darah mencit dengan
spektrofotometri
19. Print hasil nya
c. Paska Analitik
Gambar perhitungan :
21
b. Pemberian Kadar Parasetamol pada Mencit
Perhitungan parasetamol = Parasetamol 500 mg + Aquadest
10 ml
c. Kadar SGOT dan SGPT setelah Pemberian
Parasetamol Berlebih
Manual Kit Spektrofotometri untuk pemeriksaan SGOT
dan SGPT
Panjang gelombang : 340 nm
Suhu : 30°C
Faktor : SGOT (2063), SGPT (1746)
22
Metode Farmakologi (Pembacaan Kadar Larutan Paracetamol)
1 Tujuan Untuk menentukan panjang gelombang maksimum, kurva baku,
kadar parasetamol secara spektofotometri ultraviolet
2 Prinsip Pembuatan larutan paracetamol dengan serbuk paracetamol
kemudian ditambahkan alkohol 96% dan dihomogenkan. Larutan
paracetamol diukur kadarnya menggunakan spektrofotometri
double dim.
3 Alat 1. Neraca Digital
2. Mortir dan palu
3. Labu ukur 50 ml
4. Parasetamol 500mg
5. Alkohol 96%
6. Mikropipet uk 50 mikron, 100 mikron, 1000 mikron Mencit
7. Yellow tip & blue tip
8. Spektofotometri UV-VIS
9. Akuadest
10. Alkohol
23
2. Menghancurkan parasetamol dengan mortar dan alu
3. Memasukkan serbuk parasetamol ke dalam labu ukur
4. Menambahkan alkohol 96% sebanyak 50 ml ke dalam labu
ukur, homogenkan
5. Memindahkan 5 ml ke dalam labu ukur A
6. Menambahkan 45 ml alkohol 96% ke dalam labu ukur A,
dihomogenkan
7. Memindahkan 5 ml dari labu ukur A ke labu ukur B
8. Menambahkan 45 ml alkohol 96% ke dalam labu ukur B,
dihomogenkan
9. Memindahkan 5 ml dari labu ukur B ke labu ukur C
10. Menambahkan 45 ml alkohol 96% ke dalam labu ukur C,
dihomogenkan
Mengukur Kadar Parasetamol
1. Mengukur kadar parasetamol yang sudah dilarutkan dengan
spektrofotometri UV-VIS (double bim)
2. Masukkan aquades dan alkohol ke dalam kuvet, aquades
sebagai referensi dan alokohol sebagai sampel pertama
masukkan ke dalam alat
3. Melalui komputer dan aplikasi yang terhubung dengan alat,
klik “Spectrum” atur panjang gelombang 200-400 nm, klik
“Start”
4. Cek panjang gelombang dari alkohol untuk melihat apakah
panjang gelombangnya stabil, catat panjang gelombang yang
menjadi refrensi
5. Mencatat hasil panjang gelombang
6. Masukkan labu ukur A ke dalam kuvet, masukkan ke dalam
alat
7. Ulang prosedur nomor “c”, cek panjang gelombang dari labu
ukur A dan catat hasil panjang gelombang yang menjadi
refrensi
24
25
8. Klik “New”, buat folder penyimpanan, dan simpan panjang
gelombang
9. Melihat hasil absorban dari panjang gelombang yang telah
menjadi refrensi pada labu ukur A
10. Masukan sampel labu ukur B, C, dan D secara bergantian
untuk melihat nilai absorbannya. Catat hasil
c. Pasca Analitik
1. Mencatat hasil dan buat laporan hasil pemeriksaan.
6 Pembacaan Hasil
dan Gambar
26
Rumus Perhitungan Kadar Parasetamol
27
B. Latihan/Tugas/Eksperimen
Jawab : . Metabolisme penjaminan mutu internal toksikologi klinik adalah suatu kegiatan
pencegahan dan pengawasan secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi
kejadian penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat, metabolisme
Pemantapan mutu internal mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai sebelum
proses pemeriksaan itu sendiri dilaksanakan yaitu dimulai dari tahap pra analitik, analitik
dan pasca analitik.
Pada tahapan pra analitik Pemantapan mutu internal dilakukan agar tidak terjadi
kesalahan sebelum melakukan analisis spesimen pasien diperiksa, meliputi :
ketatausahaan, persiapan pasien, pengumpulan spesimen, penanganan spesimen.
Sedangkan pada tahap analitik dilakukan agar mengurangi kesalahan pada pelaksanaan,
meliputi : kontrol kualitas, metode pemeriksaan, peralatan dan reagen yang sesuai standar,
kompetensi pelaksana. Tahap yang terakhir yaitu tahap pasca analitik dilakukan agar
pembacaan dan pelaporan hasil yang benar.
Jawab : Toksisitas kronis paracetamol diakibat keracunan baru timbul setelah terpapar
bahan toksik secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang panjang (dalam hitungan
tahun) atau bahkan dekade. Efek kronis terjadi setelah terpapar dalam waktu lama (bulan,
tahun, dekade) dan bertahan setelah paparan telah berhenti.
a. Jelaskan prosedurnya
Jawab : Uji kualitatif yang pertamadilakukan adalah uji organoleptis.Uji ini dilakukan
untukmengidentifikasi bahan baku parasetamol melalui pengamatanterhadap bentuk,
warna, aroma, dan rasa yang sesuai dengan standarFarmakope Indonesia.
28
Selanjutnya, uji kelarutan juga dilakukan dengan perbandinga
jenis pelarut yang sesuai di dalam Farmakope Indonesia. Jenis pelarutyang dilakukan
dalam uji kualitatif bahan baku parasetamol di antaranyanasi, etanol, aseton, gliserol,
danlarutam NaOH 0.1 M. Sebanyak 0.5gram parasetamol masing-masing ditambahkan
ke dalam 35 ml air, 3.5ml etanol, 6.5 ml aseton, 20 mlgliserol, dan 5 ml larutan
NaOH,kemudian diamati kelarutan yangtejadi pada setiap sampel.
Metode lain yang digunakandalam analisis kualitatif bahan baku parasetamol adalah
dengan uji warnamenggunakan beberapa pereaksiseperti larutan FeCl3,
Liebermann,dan kalium bikromat. Bahan baku parasetamol ditetesi reagen FeCl 3 dan
reagen Liebermann ditempatkandi plat tetes, sementara untuk
kalium bikromat, parasetamol dilarutkandalam larutan HCl 2 M dan dikocokkemudian
ditambahkan sedikit kristal K2Cr2O7n dan amati perubahan warnayang terjadi.
29
Pemilihan spektrofotometer ultraviolet adalah karena spektrofotometer merupakan
instrument analisis yang tidak rumit, selektif, serta kepekaan dan ketelitiannya
tinggi.Selain itu, senyawa parasetamol yang akan dianalisis memiliki kromofor pada
strukturnya berupa ikatan rangkap terkonjugasi dan juga merupakansenyawa aromatic
karena memiliki gugus aromatic sehingga memenuhi syaratsenyawa yang dapat dianalisis
menggunakan spektrofotometri.
30
DAFTAR PUSTAKA
Widiandini,Tri.2020.Uji Aktivitas Analgesik Senyawa Baru Turunan Paracetamol Pada
Mencit. Volume 1. Nomor 1.
Sujana. 2018. Penjaminan Mutu Intenal Pada Pemeriksaan Toksikologi Klinik.Volume 2.
Nomor 2.
Zulkifli. 2019. Ketelitian dan Evaluasi Grafik Kontrol Leve-Jennings. Volume 1. Nomor 1.
31