Anda di halaman 1dari 27

PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM KLINIK &

EVALUASI KONTROL GLUKOSA dan SGOT


DI BALAI BESAR PENGOBATAN PARU MASYARAKAT-SURAKARTA
PERIODE MEI - JUNI 2012

Laporan Stase BBKPM

Untuk memenuhi sebagian persyaratan


mencapai derajat Dokter Spesialis

Program Studi Patologi Klinik

Diajukan Oleh :

dr. Kurniawan Sutanto., M.Sc


NIM: S970109004

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul …………………………………………………………… i


Daftar Isi ………………………………………………………………… ii
Daftar Gambar...…………………………………………………………… iii
Daftar Tabel................................................................................................... iv
Daftar Lampiran............................................................................................. v
I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Tipe kesalahan yang mempengaruhi hasil laboratorium....................... 2
B. Quality Control (QC) vs Quality Assurance (QA)............................... 3
II. DASAR-DASAR KONTROL KUALITAS INTERNAL....................... 4
A. Dasar Statistik....................................................................................... 4
B. Aplikasi Konsep Statistik dalam Kontrol Kualitas Internal.................. 6
C. Rekomendasi Pengukuran Kontrol berdasarkan Jumlah Spesimen...... 8
D. Grafik Levey-Jennings........................................................................... 8
E. Westgard Multirules Quality Control.................................................... 9
III. PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM KIMIA KLINIK.......... 12
A. Tahap Pra Analitik................................................................................... 13
B. Tahap Analitik......................................................................................... 13
C. Tahap Pasca Analitik.............................................................................. 14
IV. EVALUASI HASIL KONTROL GLUKOSA dan SGOT PERIODE
MEI-JUNI 2012...................................................................................... 15
A. Kontrol Glukosa................................................................................... 15
B. Kontrol SGOT...................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 21
LAMPIRAN................................................................................................... 22
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Quality Assurance Cycle................................................................... 2


Gambar 2. Presisi dan Akurasi.......................................................................... 6
Gambar 3. Contoh grafik Levey-Jennings.......................................................... 9
Gambar 4. Aturan dari Westgard..................................................................... 10
Gambar 5. Aturan 12s........................................................................................ 10
Gambar 6. Aturan 13s......................................................................................... 10
Gambar 7. Aturan 22s........................................................................................ 11
Gambar 8. Aturan R4s...................................................................................... . 11
Gambar 9. Aturan 41s....................................................................................... 12
Gambar 10. Aturan 10x.................................................................................... 12
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Analisis Multirules terhadap Hasil Kontrol Kualitas Internal


Glukosa (Normal Level Control) dengan data Kit Insert
pada bulan Mei 2012........................................................................... 15
Tabel 2. Analisis Multirules terhadap Hasil Kontrol Kualitas Internal
Glukosa (Normal Level Control) dengan data Kit Insert
Dan data intra-laboratorium pada bulan Juni 2012............................. 17
Tabel 3. Analisis Multirules terhadap Hasil Kontrol Kualitas Internal
SGOT (Normal Level Control) dengan data Kit Insert
pada bulan Mei 2012............................................................................ 18
Tabel 4. Analisis Multirules terhadap Hasil Kontrol Kualitas Internal
SGOT (Normal Level Control) dengan data Kit Insert
dan data intra-laboratorium pada bulan Juni 2012............................... 20
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Evaluasi dan Monitoring QC internal Instalasi Laboratorium


Patologi Klinik Surakarta............................................................... 22
I. PENDAHULUAN

Semakin pesatnya kemajuan teknologi serta meningkatnya pengetahuan

masyarakat tentang kesehatan, mendorong tuntutan masyarakat terhadap mutu

pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan di rumah sakit,baik negeri,

swasta, laboratorium klinik maupun balai pengobatan. Dengan demikian

tangungjawab laboratorium klinik sebagai penunjang pelayanan medis di

rumah sakit terhadap klinisi maupun pasien cukup berat (Mulyono, 2010).

Mutu laboratorium secara umum dipengaruhi oleh dua komponen dasaar,

yaitu mutu pelayanan dan mutu pemeriksaan. Mutu pelayanan didasari

penilaian hasil pelayanan laboratorium secara keseluruhan, dan salah satu titik

penting terletak pada mutu pemeriksaan atau parameter yang diperiksa. Mutu

pemeriksaan inilah yang menjadi target dari setiap proses dalam suatu prosedur

kontrol kualitas (Mulyono, 2010). Proses yang dilalui dapat dibagi menjadi

praanalitik, analitik dan pasca analitik (Gambar.1). Mutu pemeriksaan

laboratorium dipengaruhi oleh dua hal pokok, yaitu presisi dan akurasi .

Pemeriksaan akan melalui proses yang kompleks dan panjang sebelum hasil

dikeluarkan oleh laboratorium (Mulyono, 2010; Tahono, 2012).


Gambar 1. Quality Assurance Cycle (Tahono, 2012)

A. Tipe kesalahan yang mempengaruhi hasil laboratorium

Secara umum, tipe kesalahan yang mempengaruhi hasil laboratorium dengan

metoda/instrumen apapun dapat diklasifikasikan secara luas menjadi tiga kategori

utama:

1. Pra Analitik : Kesalahan pra analitik terjadi sebelum spesimen pasien

diperiksa untuk analit oleh sebuah metoda/instrumen tertentu.

a. Ketatausahaan (clerical)

b. Persiapan Pasien (patient preparation)

c. Pengumpulan spesimen (specimen collection)

d. Penanganan sampel (sampling handling)

e. Transportasi sampel (sample transportation)

2. Analitik : Kesalahan analitik terjadi selama proses pengukuran dan

disebabkan kesalahan acak atau kesalahan sistematis

a. Reagen (reagents)
b. Peralatan (instruments)

c. Kontrol & bakuan (control & standard)

d. Metoda analitik (analytical method)

3. Pasca Analitik : Kesalahan pasca analitik terjadi setelah pengambilan

sampel dan proses pengukuran dan mencakup kesalahan seperti kesalahan

penulisan.

a. Perhitungan (calculation)

b. Pencatatan & pelaporan (recording & reporting)

(Mulyono, 2010)

B. Quality Control (QC) vs Quality Assurance (QA)

Quality control adalah pengawasan sistematis periodik terhadap orang,

alat, metoda dan reagen. Tujuan QC adalah untuk mengembangkan produksi

yang akurat, tepat dan informatif serta menjamin keandalan hasil pemeriksaan

laboratorium dari spesimen penderita (Mulyono, 2010; Tahono, 2012).

Quality assurance adalah pengawasan outcome, mencakup maslah yang

lebih global berupa ketepatan, mengikuti perkembangan ilmiah, efektivitas

biaya dan pilihan pasien. Tujuan QA adalah untuk mengembangkan produksi

hasil yang dapat diterima secara konsisten.

QC lebih berfungsi untuk identifikasi ketika sebuah kesalahan terjadi,

sedangkan QA lebih berfungsi untuk mencegah kesalahan terjadi (Mulyono,

2010).
II. DASAR-DASAR KUALITAS KONTROL INTERNAL

Laboratorium yang baik akan menjamin bahwa hasil pemeriksaan yang

dikeluarkan valid dan dapat dipergunakan oleh klnisi dalam mengambil

keputusan klinis. Untuk dapat memberikan jaminan itu, perlu dilakukan suatu

upaya sistematik yang dinamakan kontrol kualitas (quality control/QC)

(Sukorini, 2010).

Dalam praktek sehari-hari, kontrol kualitas dilakukan dengan memeriksa

bahan kontrol yang telah diketahui rentang kadarnya dan membandingkan hasil

pemeriksaan alat dengan rentang kadar bahan kontrol tersebut. Untuk dapat

menginterpretasi hasil proses kontrol kualitas, terdapat beberapa istilah statistik

yang perlu dipahami, antara lain : rerata (Mean, x), rentang (range), simpangan

baku (standard deviation, SD), dan koefisien variasi (coefficient of variation,

CV) (Sukorini, 2010).

A. Dasar Statistik

1. Rerata

Rerata merupakan hasil pembagian jumlah nilai hasil pemeriksaan

dengan jumlah pemeriksaan yang dilakukan. Rumus :

Σx
M=
n

2. Rentang

Rentang merupakan penyebaran antara nilai hasil pemeriksaan terendah

hingga tertinggi. Rentang memberikan batas bawah dan batas atas suatu

rangkaian data. Rumus :

Rentang = Nilai tertinggi – Nilai terendah


3. Simpangan Baku

Simpangan baku mengkuantifikasikan derajat penyebaran data hasil

pemeriksaan di sekitar rerata. Simpangan baku dapat digunakan

menggambarkan bentuk distribusi data yang dimiliki. Dengan

menggunakan nilai rerata sebagai nilai target dan simpangan baku

sebagai ukuran sebaran data, maka dapat menentukan rentang nilai

yang dapat diterima dalam praktek kontrol kualitas. Rumus :


2
SD = ( x− Ẋ )
n−1

4. Koefisien Variasi

Koefisien variasi merupakan suatu ukuran variabilitas yang bersifat

relatif dan dinyatakan dalam satuan persen. Koefisien variasi

menggambarkan perbedaan hasil yang diperoleh setiap kali melakukan

pengulangan pemeriksaan hasil yang diperoleh setiap kali kita

melakukan pengulangan pemeriksaan pada sampel yang sama. Semakin

kecil nilai KV (%), semakin teliti metode tersebut dan sebaliknya.

Rumus :

KV (%) = (SD/rerata) x 100%

5. Presisi dan Akurasi

Presisi adalah kemampuan untuk memberikan hasil yang sama pada

setiap pengulangan pemeriksaan. Secara kuantitatif, presisi disajikan

dalam bentuk impresisi yang diekspresikan dalam ukuran koefisien

variasi. Presisi terkait dengan reprodusibilitas suatu pemeriksaan.

Dalam praktek sehari-hari kadang klinisi meminta suatu pemeriksaan


diulang karena tidak yakin dengan hasilnya. Apabila alat memiliki

presisi yang tinggi, pengulangan pemeriksaan terhadap sampel yang

sama akan memberikan hasil yang tidak jauh berbeda.

Akurasi adalah kedekatan hasil pemeriksaan dengan nilai yang

sesungguhnya yaitu nilai kontrol atau rujukan atau rentang yang

ditentukan. Akurasi dapat dinilai dari hasil pemeriksaan bahan kontrol

dan dihitung sebagai nilai biasnya (d%). Rumus:

d (%) = (rerata – NA)/NA

NA = nilai aktual atau sebenarnya dari bahan kontrol.

(Wijono et al., 2004; Sukorini, 2010)

Gambar 2. Kiri: Presisi dan inakurasi; tengah: presisi dan akurasi;


kanan: impresisi dan inakurasi (Tahono, 2012).

B. Aplikasi Konsep Statistik dalam Kontrol Kualitas Internal

Tujuan QC adalah mendeteksi kesalahan analitik di laboratorium.

Kesalahan analitik terdiri atas dua jenis yaitu kesalahan acak (random

error) dan kesalahan sistematik (systematic error). Kesalahan acak

menandakan tingkat presisi sedangkan kesalahan sistematik menandakan

tingkat akurasi suatu metoda atau alat (Sukorini, 2010).

1. Kesalahan Acak

Kesalahan acak seringkali disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :


a. Instrumen yang tidak stabil

b. Variasi temperatur

c. Variasi reagen dan kalibrasi

d. Variasi teknik prosedur pemeriksaan : pipetasi, pencampuran,

waktu inkubasi.

e. Variasi operator/analis

2. Kesalahan Sistematik

Kesalahan sistematik umumnya disebabkan, antara lain :

a. Spesifisitas reagen/metoda pemeriksaan rendah (mutu reagen)

b. Blanko sampel dan blanko reagen kurang tepat (kurva kalibrasi

tidak linear)

c. Mutu reagen kalibrasi kurang baik

d. Alat bantu (pipet) yang kurang akurat.

e. Panjang gelombang yang dipakai

f. Salah cara melarutkan reagen

Untuk memudahkan mendeteksi kesalahan analitik, maka perlu dibuat grafik

yang disebut dengan grafik kontrol, antara lain : grafik Levey-Jennings (Sukorini,

2010).

C. Rekomendasi Pengukuran Kontrol berdasarkan Jumlah Spesimen


Frekuensi dilakukannya pengukuran bahan kontrol kualitas internal

direkomendasikan berdasarkan pada jumlah spesimen yang diperiksa setiap

harinya (ICMR, 2008) :

1. Kurang dari 40/hari, dilakukan minimal satu level sekali sehari

2. Antara 40-80/hari, dilakukan menggunakan 2 level minimal sekali

sehari

3. Lebih dari 80/hari, dilakukan menggunakan 2 level minimal dua kali

sehari.

D. Grafik Levey-Jennings

Grafik Levey-Jennings bekerja dengan asumsi bahwa sebaran nilai

kontrol mengikuti sebaran normal atau distribusi Gaussian. Langkah-

langkah dalam membuat grafik Levey-Jennings adalah :

1. Memilih bahan kontrol

Dalam memilih bahan kontrol perlu diperhitungkan beberapa faktor,

seperti : kesamaan karakteristik bahan kontrol dengan sampel yang kita

pergunakan dalam pemeriksaan, stabilitas bahan kontrol, variasi antar

vial dan level bahan kontrol.

2. Memeriksa bahan kontrol

Perlu dilakukan pemeriksaan berulang terhadap bahan kontrol untuk

memperoleh data yang akan dipergunakan dalam menentukan rerata

dan simpangan baku.

3. Membuat grafik dengan batas-batas rerata dan simpangan baku


Suatu plot dibuat pada kertas grafik aritmatik dengan sumbu x

berupa hari/run dan sumbu y berupa kadar kontrol. Selanjutnya,

masukkan rerata dan batas ± 1 SD, ± 2SD hingga ± 3SD kedalam grafik

tersebut.

Gambar 3. Contoh grafik Levey-Jennings (Tahono, 2012).

E. Westgard Multirules Quality Control

Westgard et al menyajikan suatu seri aturan untuk membantu evaluasi

pemeriksaan grafik kontrol. Seri aturan tersebut dapat digunakan pada

penggunaan satu level kontrol, dua level maupun tiga level, tergantung

pada kondisi laboratorium. Perlu dipikirkan mengenai keuntungan dan

kerugian masing-masing. Berikut adalah aturan yang umum dipilih ketika

menggunakan satu atau dua level kontrol yang masing-masing diperiksa

satu atau dua kali setiap run.


Gambar 4. Aturan dari Westgard (Tahono, 2012)

1. Aturan 12s

Aturan ini merupakan aturan peringatan.

Gambar 5. Aturan 12s  Peringatan (Tahono, 2012)

2. Aturan 13s

Aturan ini mendeteksi kesalahan acak.

Gambar 6. Aturan 13s  Reject/Penolakan (Tahono, 2012)


3. Aturan 22s

Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik.

Gambar 7. Aturan 22s  Reject/Penolakan (Tahono, 2012)

4. Aturan R4s

Aturan ini digunakan apabila kita menggunakan dua level kontrol.

Gambar 8. Aturan R4s  Reject/Penolakan (Tahono, 2012)

5. Aturan 41s

Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik.


Gambar 9. Aturan 41s  Reject/Penolakan (Tahono, 2012)

6. Aturan 10x

Aturan ini mendeteksi kesalahan sistematik.

Gambar 10. Aturan 10x  Reject/Penolakan (Tahono, 2012)

III. PEMANTAPAN MUTU LABORATORIUM KIMIA KLINIK

Pemantapan mutu kimia klinik adalah segala usaha agar hasil akhir

pemeriksaan kimia klinik akurat, reliabel, dan valid. Dikenal dua jenis

pemantapan mutu, yaitu pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu

eksternal laboratorium klinik (Mulyono, 2010).

Pemantapan mutu internal adalah pemantapan mutu yang dikerjakan oleh

suatu laboratorium klinik, menggunakan serum kontrol atas usaha sendiri,

dilakukan setiap hari, evaluasi hasil pemantapan mutu dilakukan oleh

laboratorium itu sendiri (Mulyono, 2010).


A. Tahap Pra Analitik

Pada formulir permintaan pemeriksaan, dilakukan “cek ulang kembali”

, diteliti kelengkapan formulir, permintaan pemeriksaan, identitas pasien,

jenis pemeriksaan/parameter laboratorium yang diminta.

Pada sampel, dikonfirmasi jenis sampel yang harus diambil, volume

sampel, pemeriksaan laboratorium yang diminta dan kondisi/penyakit

pasien. Amati kondisi sampel, apakah sampel ikterik, lisis atau lipemik

(Mulyono, 2010).

B. Tahap Analitik

Cek ulang identitas pasien, permintaan pemeriksaan parameter,

kelayakan spesimen. Bila sudah benar, dan sudah layak, dilakukan

operasional analisis spesimen. Kalibrasi dilakukan terhadap instrumen,

metoda pemeriksaan, reagen dan dinyatakan bahwa instrumen, reagen dan

metoda pemeriksaan layak dipakai. Cek arus listrik, pembuangan limbah,

“expired date” reagen dan serum kontrol. Lakukan uji presisi dan akurasi

terhadap instrumen, reagen dan metoda pemeriksaan. Uji presisi

dilakukan dengan grafik Levey-Jennings dan Westgard Rules. Lakukan

uji presisi “within day”. Lakukan uji akurasi “day to day”. Apabila

instrumen, reagen, metoda, telah dilakukan kalibrasi, uji presisi dan

akurasi, ternyata lolos maka dapat dilanjutkan pada tahapan berikutnya

(Mulyono, 2010).
C. Tahap Pasca Analitik

Usaha mengendalikan dan meminimalisir faktor kesalahan pada data

keluaran hasil pemeriksaan. Lakukan cek ulang antara hasil analisis

dengan tahap pra analitik, dan analitik. Pertama pada identitas pasien,

nomor batch/log, parameter pemeriksaan, apakah sudah sama seperti

dalam formulir pemeriksaan. Kedua, pada hasil, amati dan cek kembali,

evaluasi, interpretasi serta verifikasi hasil analisis. Perlukah dilakukan

pengulangan, perlukah diberi catatan atau komentar? Apabila semua

sudah layak dan dapat dipertanggungjawabkan, barulah dilakukan validasi

hasil analisis, dan hasil dikeluarkan (Mulyono, 2010).


IV. EVALUASI HASIL KONTROL GLUKOSA dan SGOT PERIODE MEI-

JUNI 2012.

A. Kontrol Glukosa (ELITROL I). No LOT: R101537. Exp: Okt 2012

Mean : 96,2 mg/dL. Range : 81,7-110,6 mg/dL. (Data Kit Insert)

1SD = 7,225 mg/dL.

1. Bulan Mei

Kontrol Glukosa Mei 2012


117.825

110.6

103.375

96.15

88.925

81.7

74.475
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031

Tabel 1. Analisis Multirules terhadap Hasil Kontrol Kualitas Internal


Glukosa (Normal Level Control) dengan data Kit Insert
pada bulan Mei 2012.

ATURAN KONTROL NORMAL (Tgl)


1-2S 2,11,18,25,30
1-3S 16
2-2S 19
R-4S
4-1S
10 (X)
2. Bulan Juni

Mean : 96,2 mg/dL. Range : 81,7-110,6 mg/dL. (Data Kit Insert)

1SD = 7,225 mg/dL. (Perhitungan dari Data Kit Insert)

Kontrol Glukosa Juni 2012


(data Kit Insert)
117.83

110.605

103.38

96.155

88.93

81.705

74.48
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Mean : 88,12 mg/dL. Range : 68,84-107,4 mg/dL. (Data Lab)

1SD = 9,64 mg/dL. (Perhitungan dari Data Lab)

Kontrol Glukosa Juni 2012 (data Lab)


117.04

107.4

97.76

88.12

78.48

68.84

59.2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031

Tabel 2. Analisis Multirules terhadap Hasil Kontrol Kualitas Internal


Glukosa (Normal Level Control) dengan data Kit Insert dan
data intra-laboratorium pada bulan Juni 2012.

ATURA KONTROL NORMAL (Kit Insert) Data Lab


N
1-2S 7,15,19 20
1-3S 22
2-2S 23
R-4S
4-1S 29
10 (X)

Data dari Kit insert mendeteksi lebih banyak dibanding data dari

Laboratorium. Hal ini dikarenakan simpangan baku laboratorium (SD)

didapatkan lebih besar dibanding kit insert (kurang akurasi).


B. Kontrol SGOT (ELITROL I). No LOT: R101537. Exp: Okt 2012

Mean: 44,8 (IU/L). Range : 36,8-52,9 (IU/L) (Data Kit Insert).

1 SD= 4,02 (IU/L) (Perhitungan dari data Kit Insert).

1. Bulan Mei

Kontrol SGOT Mei 2012


56.9

52.88

48.86

44.84

40.82

36.8

32.78
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031

Tabel 3. Analisis Multirules terhadap Hasil Kontrol Kualitas Internal


SGOT (Normal Level Control) dengan data Kit Insert pada
bulan Mei 2012.

ATURAN KONTROL NORMAL (Tgl)


1-2S 9,19,30
1-3S
2-2S 31
R-4S
4-1S
10 (X)
2. Bulan Juni

Mean: 44,8 (IU/L). Range : 36,8-52,9 (IU/L) (Data Kit Insert).

1 SD= 4,02 (IU/L) (Data Kit Insert).

Kontrol SGOT Juni 2012 (Data Kit Insert)


56.9

52.88

48.86

44.84

40.82

36.8

32.78
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031
Mean: 47(IU/L). Range: 38,06-55,94(IU/L) (Data Lab dari Mei 2012).

1 SD= 4,47 (IU/L) (Data Lab).

Kontrol SGOT Juni 2012 (Data Lab)


60.41

55.94

51.47

47

42.53

38.06

33.59
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728293031

Tabel 4. Analisis Multirules terhadap Hasil Kontrol Kualitas Internal


SGOT (Normal Level Control) dengan data Kit Insert dan
data intra-laboratorium pada bulan Juni 2012.

ATURA KONTROL NORMAL (Kit Insert) Data Lab


N
1-2S 20
1-3S 2,20 2
2-2S
R-4S
4-1S
10 (X)
DAFTAR PUSTAKA

Indian Council of Medical Research. 2008. Guidelines for Good Clinical


Laboratory Practices (GCLP). Indian Council of Medical Research Publisher.
Mulyono B., Yusnitasari. 2010. Quality Assurance di Laboratorium Klinik in
Sukorini U., Nugroho D.K., Rizki M., Hendriawan P.J.B (Eds) : Pemantapan
Mutu Internal Laboratorium Klinik. Cetakan Pertama. Alfa Media Yogyakarta.
Pp. 1-11.
Mulyono H. 2010. Pemantapan Mutu Laboratorium Kimia Klinik in Sukorini U.,
Nugroho D.K., Rizki M., Hendriawan P.J.B (Eds) : Pemantapan Mutu Internal
Laboratorium Klinik. Cetakan Pertama. Alfa Media Yogyakarta. Pp. 85-91.
Sukorini U., Rizki M. 2010. Dasar-dasar Kontrol Kualitas Internal in Sukorini U.,
Nugroho D.K., Rizki M., Hendriawan P.J.B (Eds) : Pemantapan Mutu Internal
Laboratorium Klinik. Cetakan Pertama. Alfa Media Yogyakarta. Pp. 13-38.
Tahono, 2012. Laboratory Testing And Control Intra and InterLaboratory
Proficiency Testing. Workshop Occupational Safety And Health and
Laboratory Quality Assurance Toward Hospital Accreditation. Surakarta.
Wijono, W., Wiadnyana, I.G.P., Nendroduwito, D., Yamin, G., Trisnawati, E.,
Yusnayanti, L. 2004. Pedoman Praktek Laboratorium Yang Benar (Good
Laboratory Practice). Departemen Kesehatan RI. Dirjen Yanmed, Dirjen
LabKes. Jakarta. Cetakan 3. H. 67-111.
Lampiran 1.
EVALUASI DAN MONITORING QC INTERNAL
INSTALASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
SURAKARTA

Bulan :
Bagian :

Berdasarkan westgard multi rule system


ATURAN KONTROL NORMAL KONTROL PATOLOGIS
1-2S
1-3S
2-2S
R-4S
4-1S
10 (X)

Disetujui oleh,

( )
Koordinator Ruang

Mengetahui
Kepala Instalasi Lab,

dr. ...... Sp.PK


NIP. ....

Anda mungkin juga menyukai