KELOMPOK 3
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul (Clinical Governance Dan Standar
Pelayanan Dan Indikator Kinerja Untuk Mengukur Kinerja Pelayanan Rumah Sakit) tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di
berikan pada mata kuliah Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang (Clinical Governance Dan Standar
Pelayanan Dan Indikator Kinerja Untuk Mengukur Kinerja Pelayanan Rumah Sakit) bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A. Kesimpulan ............................................................................................ 12
B. Saran ....................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam 10 tahun terakhir ini telah banyak dikembangkan berbagai upaya yang
pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan aksebilitas (accessibility) dan
kesetaraan (equality) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, yang selanjutnya
diikuti pula dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Hal ini didasarkan pada
kenyataan hak dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu. Selain itu juga
di dasari bahwa dalam perjalanannya banyak ditemukan upaya-upaya medik yang
cenderung berlebihan dan kadang justru membahayakan pasien yang kemudian
berdampak pada inefisiensi dan pemborosan.
Salah satu upaya menjamin mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah
dengan menerapkan konsep Clinical Governance yang diperkenalkan Dapartemen
Kesehatan Inggris (UK Class Services/NHS) pada tahun 1997 sebagai strategi baru
untuk mencapai “First Class Services”. Tujuannya untuk menjaga agar pelayanan
kesehatan sesuai standar pelayanan tinggi, dan dilakukan di lingkungan kerja dengan
tingkat profesionalisme tinggi.
Cinical governance dapat di artikan sebagai sebuah kerangka adari NHS yang
bertanggung jawab terhadap peningkatan mutu pelayanan kesehatan secara
berkelanjutan, dan menjaga standar pelayanan yang tinggi dengan membuat
lingkungan di mana pelayanan klinis akan berkembang.
Penilaian kinerja rumah sakit merupakan paradigma baru. Kinerja RS
merupakan suatu dimensi utama dari mutu pelayanan Rs. Evaluasi kinerja pada
sektor kesehatan penting karena termasuk dalam entitas sektor publik. Dalam
pengukuran kinerja disektor kesehatan lebih kompleks dan terdapat dalam lingkungan
yang dinamis. Hal ini ditandai dengan banyaknya perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, meningkatnya informasi yang dimiliki pasie, dan meningkatnya harapan
pasien serta adanya penurunan pembiayaan sumber daya publik.
Pengukuran kinerja berguna untuk memberikan informasi pada perusahaan /
Rumah sakit tentang kinerjanya, sehingga rumah sakit dapat melakukan evaluasi
untuk kemudian mengambil langkah perbaikan bagi peningkatan kinerjanya dan
untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan.
1
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Clinical Governance ?
2. Apa Pilar-Pilar Clinical Governance ?
3. Apa Pengertian Standar Pelayanan Dan Indikator Kinerja ?
4. Bagaimana Standar Indikator Dan Kinerja ?
5. Bagaimana Klasifikasi Indikator ?
6. Apa Jenis-Jenis Indikator ?
7. Apa Sifar Indikator ?
8. Bagaimana Langkah-Langkah Kinerja
9. Bagaimana Cara Mendapatkan Theshold ?
10. Apa Contoh Penyusunan Standar Indikator ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Clinical Governance
2. Mengetahui Pilar-Pilar Clinical Governance
3. Mengetahui Pengertian Standar Pelayanan Dan Indikator Kinerja
4. Memahami Standar Indikator Dan Kinerja
5. Mengetahui Klasifikasi Indikator
6. Mengetahui Jenis-Jenis Indikator
7. Mengetahui Sifar Indikator
8. Mengetahui Langkah-Langkah Kinerja
9. mengetahui Cara Mendapatkan Theshold
10. mengetahui Contoh Penyusunan Standar Indikator
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Costumen Value (Nilai Pelanggan)
Pilar ini bertujuan melibatkan pelanggan dan masyarakat dalam :
- Memelihara dan meningkatkan kinerja
- Perencanaan ke depan untuk perbaikan pelayanan di rumah sakit
Upaya yang dilakukan meliputi :
- Kepentingan pasien : manajemen complain, survey kebutuhan dan kepuasan
pelanggan, ketersediaan informasi yang mudah di akses masyarakat / pasien /
keluarga dan ketelibatan pelanggan dalam pengambilan keputusan
- Kepentingan rumah sakit : keterlibatan pelanggan dalam merencanakan
pengembangan pelayanan rumah sakit ke depan.
2. Clinical Performance and Evaluation (Kinerja Klinis dan Evaluasi)
Bertujuan untuk menjamin pengenalan yang progresif, penggunaan, monitoring,
dan evaluasi standar yang berbasis evidens.
3. Risiko Klinis
Pilar ini bertujuan untuk meminimalkan risiko dan meningkatkan keselamatan
pasien.
4. Manajemen dan Pengembangan Proffesional
Pilar ini bertujuan unutk mendukung dan mendokumentasi pengembangan
profesionalisme pelayanan klinis dan memelihara diterapkannya standar profesi.
4
- Pelayanan rawat jalan
- Pelayanan rawat inap
- Pelayanan bedah
- Pelayanan persalinan
- Pelayanan intensif
- Pelayanan radiologi
- Pelayanan laboratorium patologi klinik
- Pelayanan rehabilitasi medik
- Pelayanan farmais
- Pelayanan gizi
- Pelayanan tranfusi darah
- Pelayanan rekam medis
- Pelayanan administrasi manajemen
- Pelayanan pemulasaraan jenasah
- Pelayanan laundry
- Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
- Pelayanan keamanan
2. Indikator Kinerja
Indikator merupakan suatu indikasi dan keadaan tertentu atau suatu refleksi
dari keadaan. Banyak literatur yang menyebabkan tentang definisi definisi
indikator, beberapa diantaranya adalah :
- Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan
yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung
- Indikator adalah variabel yang mengindikasi atau memberi petunjuk kepada
kita tentang suatu keadaan tertentu sehingga dapat digunakan untuk mengukur
perubahan
- Indikator adalah ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau kondisi
Dari definisi tersebut dapat dibuat kesimpulan bahwa indikator adalah variabel
yang digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan
dilakukannya pengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu
ke waktu.
Kinerja adalah sebuah kata dalam bahasa indonesia dari kata dasar “kerja”
yang menterjamahkan kata dari bahasa asing prestasi bisa pula berarti hasil kerja.
5
Kinerja adalah pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut oleh seorang atau suatu
perbuatan, suatu prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Kinerja merupakan
suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu
untuk menegatahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungan dengan visi
yang diemban suau organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif
dan negatif dari suatu kebijakan operasional.
Saat ini ada beberaoa indikator kinerja rumah sakit yang dikembangkan oleh
beberapa institusi antara lain oleh Kementrian Kesehatan RI, pengembangan
indikator kinerja rumah sakit oleh BPKP dan pengembangan indikator kinerj oleh
beberapa rumah sakit.
E. Klasifikasi Indokator
6
Sistem klasifikasi indikator didasarkan atas kerangka kerja yang logis dimana
kontinum masuka (input) pada akhirnya mengarah luaran (outcome).
1. Indikator indput merujuk pada sumber-sumber yang diperlukan untuk
melaksanakan aktivitas al : personel, alat/fasilitas, informasi, dana peraturan /
kebijakan
2. Indikator proses adalah memonitor tugas atau kegiatan yang dilaksanakan
3. Indikator outcome : dipergunakan untuk menilai perubahan atau dampak suatu
program, perkembangan jangka panjang termasuk perubahan status kesehatan
masyarakat/penduduk.
7
G. Sifat Indikator
1. Measurable, atau terukur merupakan utama dari suatu proses yang memiliki arti
mudah dipantau. Hasilnya tujuan yang SMART dapat membantu untuk
mengetahui kapan target dapat dicapai
2. Realible, konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal
tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama, atau untuk pengukuran
yang lebih subjektif
3. Valid, atau konteks yang menunjukkan kekuratan suatu bentuk metode penelitian
yang difungsikan sebagai bahan ukur objek penelitian sehingga hasil yang
didapatkan sangat sesuai dengan nilai keilmiahan yang berkaitan dengan topik
penelitian
4. Specifik, berarti menjabarkan sasaran secara jelas dan tanpa ambigu. Beberapa
atribut yang digunakan yaitu dengan mengevaluasi apa yang ingin dicapai, alasan
atau keutungan apa yang ingin di raih dengan mencapai sasaran itu, siapa saja
yang terkait dan berhubungan dengan pencapaian sasaran, dimana lokasi atau
fasilitas/prasarana apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
5. Relavant, sebuah tujuan bisa saja spesifik, terukur, realisitis, dan ada batas waktu
namaun jika tidak relavan terhadap atasan, manajemen perusahaan secara
keseluruhan maka tidak akan didukung penuh oleh tim kerja atau rekan / mitra
kerja lain.
8
Perhitungan biaya satuan merupakan strategi awal dari setiap perhitungan tarif
pelayanan, baik bagi RS umum pemerintah, RS U non pemerintah, maupun rumah
sakit swata komersial. Perhitungan biaya satuan pada hakikatnya adalah
perhitungan biaya rata-rata (baik tertimbang maupun tidak tertimbang) untuk
suatu satuan tertentu. Satuan yang digunakan dapat bervariasi tergantung dari
filosofi dan kebijakan direksi. Misalnya, biaya satuan dapat berupa biaya per
kunjungan, biaya per hari rawat, biaya per operasi, ataupun biaya per diagnosis.
Untuk mendapatkan biaya yang akurat, rumah sakit perlu melakukan audit
eksternal. Meskipun audit internal memadai, akan tetapi sering terjadi bahwa
tenaga internal kurang mempertimbangkan faktor-faktor non rutin dan kurang
memperhitungkan faktor persaingan. Sementara audit eksternal yang mencoba
melihat persaingan dari sisi lebih objektif, dapat melihat celah-celah yang dapat
digunakan untuk persaingan. Auditor eksternal juga lebih dapat melihat apakah
pengadaan barang atau pembayaran honor staf terlalu mahal atau terlalu rendah.
Yang perlu diingat adalah bahwa setiap usaha penghitungan biaya rata-rata
satuan tertentu, harga satuan input sangat berpengaruh besar. Sebagai contoh,
rumah sakit pemerintah mungkin menetapkan satuan honor dokter yang jauh lebih
rendah dari rumah sakit swasta komersial. Sebaliknya bahan yang dibeli oleh
rumah sakit pemerintah seringkali lebih mahal dari barang yang dibeli oleh RS
swasta. Rumah sakit Pertamina misalnya, mempunyai komponen biaya investasi
dan pegawai yang jauh lebih besar dari RSU atau bahkan rumah sakit swasta. Hal
ini tentu saja terkait dengan peraturan, insentif, maupun prilaku petugas.
2. Negosiasi
Tarif akhir yang digunakan adalah tarif negosiasi dengan pihak ketiga,
misalnya perusahaan asuransi atau perusahaan besar yang melakukan kontrak
langsung dengan rumah sakit. Dalam hal ini, perhitungan rata-rata biaya satuan
hanya merupakan patokan untuk mengetahui sejauh mana RS untung atau merugi.
Pertimbangan yang biasanya mendasari tarif negosiasi adalah :
- Volume penjualan. Seperti halnya perdagangan grosir dan perdagangan
eceran, rumah sakit bersedia memberikan tarif lebih murah atau tarif diskon
kepada pihak ketiga jika volume penjualan cukup besar. Akan tetapi volume
saja tidak merupakan satu-satunya pertimbangan
- Faktor kedua adalah ketepatan atau frekuensi pembayaran. Pembayaran yang
tepat waktu akan sangat membantu rumah sakit mengatur alur kas yang baik.
9
Alur kas yang baik merupakan faktor esensial di dalam manajemen rumah
sakit
- Dalam menentukan tarif negosiasi, sebuah rumah sakit harus
memperhitungkan berapa besar tingkat hutang bermasalah atau hutang tak
lancar. Demikian juga dengan pelayanan cuma-cuma yang diberikan selama
ini. Hal ini perlu dipertimbangkan apakah rumah sakit dapat melakukan cost
shifting, bila dimungkin oleh peraturan pemerintah
- Yang terakhir adalah tingkat okupansi rumah sakit itu sendiri. Rumah sakit
dengan tingkat okupansi rendah, dengan penerimaan dibawah titik impas akan
cenderung lebih berani menerima tarif negisiasi pada tingkat di sekitar biaya
marjinal. Sebaliknya rumah sakit yang mempunyai tingkat okupansi yang
tinggi tidak mudah menerima negosiasi.
3. Harga Pasar
Pendekatan pasar dalam menetapkan tarif pelayanan kini semakin berkembang
dan semakin menarik perhatian pimpinan rumah sakit, bahkan rumah sakit umum
pemerintah sekalipun. Hal ini memang dimungkinkan oleh peraturan yang berlaku
di Indonesia.
Asumsi utama penetapan tarif berdasarkan harga pasar ini adalah bahwa
pengguna jasa, konsumen bersikap sensitif terhadap perubahan tarif atau harga.
Konsumen akan melakukan survey pasar (shoping) untuk mengetahui tarif yang
lebih murah. Akan tetapi di dalam pelayanan kesehatan, sensitifitas pasar terbatas
pada sifat pelayanana kesehatan sendiri yang asimetris. Oleh karenanya pengaruh
sensitifitas konsumen terhadap tarif di negara yang penduduknya kurang terdidik
tidak begitu besar. Konsumen umumnya tidak memiliki kemampuan yang
memadai untuk melihat perbedaan tarif tersebut. Tumbuhnya pihak asuransi atau
pihak ketiga yang lebih terdidik dan mampu menganalisis tarif merupakan tantang
terbesar bagi rumah sakit di dalam menetapkan tarifnya berdasarkan mekanisme
pasar.
4. Ketentuan Pemerintah
Di negara-negara yang berorientasi socialized medicines, seperti di Eropa dan
Jepang, tarif rumah sakit seringkali sangat dipengaruhi oleh peraturan pemerintah,
baik langsung maupun tidak langsung. Bahkan di negara Amerika juga ada
ketentuan pemerintah yang mengekang rumah sakit meningkatkan tarifnya pada
batas tertentu yang ditetapkan tiap tahun. Di Indonesia misalnya, tarif perawatan
10
di kelas III ditentukan oleh Kanwil Kesehatan setempat. Tujuannya adalah
terjadinya subsidi silang di rumah sakit swasta atau rumah sakit swadana. Di
rumah sakit pemerintah, tarif tersebut tentu saja disubsidi oleh anggaran
pemerintah, baik pusat maupun daerah. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin
bahwa masyarakat kelas bawah dapat terlayani dengan biaya yang terjangkau.
Namun dalam perakteknya, seringkali justeru yang lebih mampu yang menikmati
tarif subsidi ini.
11
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Penulis menyadari banyak nya kekurangan dalam penulisan makalah ini oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca baik secara lisan maupun
tulisan guna penyempurnaan penulisan makalah berikutnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Blog; “Indikator Kinerja Rumah Sakit”. Melalui Https://Adoc.Pub/Indikator-Kinerja-
Rumahsakit.Html (Tanggal Akses 4 Oktober 2022)
14