Anda di halaman 1dari 70

PERAN UNIT REKAM MEDIS DALAM PELAKSANAAN

AKREDITASI RUMAH SAKIT DI RSUD KEPANJEN


KANJURUHAN KABUPATEN
MALANG

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memahami ujian Diploma lll Perekam Medis dan Informasi
Kesehatan Pada SekolahTinggi Ilmu Adminitrasi (STIA) Malang

OLEH :
RAUDIAH
21731771

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA) MALANG


PROGRAM DIPLOMA III PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI
KESEHATAN
MALANG
2020
DAFTAR ISI

COVER .........................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... ii

.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1

.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 4

.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6

.1 Rumah Sakit ................................................................................. 6

.1.1 Pengertian Rumah Sakit ...................................................... 6

.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ........................................... 7

.1.3 Klasifikasi Rumah Sakit ....................................................... 10

.1.4 Kelas Rumah Sakit .............................................................. 11

.2 Rekam Medis ................................................................................ 13

.2.1 Pengertian Rekam Medis .................................................... 13

.2.2 Tujuan Rekam Medis ........................................................... 14

.2.3 Kegunaan Rekam Medis ..................................................... 15

.2.4 Sistem Penyimpanan Rekam Medis..................................... 19

2.2.5 Uraian Tugas RM Secara Umum ......................................... 22

2.2.6 Uraian Tugas RM Secara Khusus ....................................... 23

.3 Akreditasi Rumah Sakit.................................................................. 34

i
.3.1 Pengertian Akreditasi Rumah Sakit ..................................... 34

.3.2 Tujuan Akreditasi Rumah Sakit ............................................ 36

.3.3 Manfaat Akreditasi Rumah Sakit........................................... 37

.3.4 Pelaksanaan Survei Akreditasi ........................................... 38

.3.5 Proses Penyusunan Akreditasi Berdasarkan SNARS 1 ...... 39

2.3.6 Kategori Ketentuan KARS ................................................... 42

2.3.7 Kebijakan Pra Survei Akreditasi .......................................... 44

2.3.8 Kebijakan Survei Akreditasi ................................................. 46

2.3.9 Survei Akreditasi ................................................................. 49

2.3.10 Kebijakan Penentuan Akreditasi .......................................... 53

2.3.11 Kebijakan Penundaan Akreditasi ......................................... 56

.4 Peran Unit Rekam Medis Dalam Akreditasi .................................. 60

.4.1 Peran Unit Rekam Medis...................................................... 61

.4.2 Persiapan Unit Rekam Medis Menjelang Akreditasi ............ 62

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 62

.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 62

.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian ........................................................ 62

.3 Fokus Penelitian ........................................................................... 63

.4 Jenis Data ..................................................................................... 63

.5 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 64

.6 Metode Analisa Data .................................................................... 66

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

.1 Latar Belakang

Akreditasi bagi Rumah Sakit menjadi suatu keharusan untuk

diselengarakan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu standar

penilaian di tetapkan dalam Akreditasi Rumah Sakit adalah kelengkapan

pengisian rekam medis yang sangat penting dan di perlukan guna

menjamin kesinambungan memantau perkembangan pasien terhadap

asuhan yang di berikan oleh tenaga kesehatan.

Penyelenggaraan rekam medis sangat penting untuk dilaksanakan di

Rumah Sakit. Menurut Hanafiah dan Amri (2007), rekam medis harus

berisi informasi lengkap perihal proses pelayanan di masa lalu, masa kini

dan perkiraan yang terjadi di masa mendatang. Catatan pada rekam

medis yang baik dan lengkap sangat berguna untuk mengingatkan dokter

dengan keadaan, hasil pemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan

kepada pasien, sehingga dapat memudahkan dalam penentuan strategi

pengobatan pasien. Menurut Budi (2011), rekam medis selain digunakan

dalam mendokumentasikan segala informasi terkait pelayanan untuk

kepentingan pengambilan keputusan pengobatan untuk pasien, juga

digunakan untuk berbagai kepentingan, seperti bukti legal pelayanan

1
2

yang telah diberikan, dan sebagai bukti tentang kinerja sumber daya

manusia di fasilitas pelayanan kesehatan.

Kelengkapan dokumen rekam medis sangat berpengaruh terhadap

proses pelayanan yang dilakukan oleh petugas medis dan dapat

mempengaruhi kualitas serta mutu dari pelayanan suatu sarana

pelayanan kesehatan (Indar dkk, 2013). Salah satu parameter untuk

menentukan mutu pelayanan kesehatan adalah data atau informasi dari

rekam medis yang baik dan lengkap. Indikator mutu rekam medis yang

baik dan lengkap salah satunya adalah kelengkapan isi dan pemenuhan

aspek persyaratan hukum. Rekam medis yang baik dapat mencerminkan

praktik kedokteran yang baik selain itu juga menunjukkan kedayagunaan

dan ketepatgunaan perawatan pasien (Rachmani, 2010).

Dalam pemenuhan standar manajemen informasi-rekam medis di

Rumah Sakit ditemukan bawah nilai mencapai rata-rata adalah 65 pada

kriteria rekam berisi informasi yang memandai dan di jaga kerahasiaanya

tentang identifikasi pasien, dokumentasi prosedur kajian, masalah,

kemajuan pasien dan hasil asuhan. Satu diantara sebelah indikator yang

terkait dengan area klinik yang terkait kelengkapan data pasien adalah

indicator ketersediaan kelengkapan isi dan penggunaan rekam medis

(RM).

Lebih lanjut di jelaskan bawah untunk menjaga mutu rekam medis di

Rumah sakit atau Puskesmas melakukan analisis kelengkapan berkas

rekam medis secara regular. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap

status akreditasi Rumah sakit. Sebagai salah satu sub sistem dalam
3

kesehatan Rumah sakit menjadi tempat rujukan bagi unit-unit pelayanan

kesehatan dasar rumah sakit, rumah sakit organisasi yang bergerak

dalam bidang jasa, denga ciri-ciri pada karya, pada modal, padat

teknologi, pada masalah dan umpatan. Sejalan dengan lajunya

pembangunan nasional maka akan tuntutan akan mutu pelayanan

kesehatan oleh rumah sakit juga semakin meningkat, dan upaya yang di

lakukan departemen kesehatan untuk itu adalah melalui kegiatan

akreditasi rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta yang tujuan

akhinya adalah menjaga mutu pelayanan.

Akreditasi memiliki keeratan hubungan dengan mutu pelayanan

fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga bila kegiatan akreditasi

dilaksanakan dengan berkelanjutan, tepat waktu sesuai lama berlaku,

maka akan berdampak baik pada peningkatan kualitas pelayanan di

Rumah Sakit, sehingga status terakreditasi dapat dikatakan sebagai

upaya untuk menjaga mutu pelayanan. Peran seluruh tenaga kesehatan

sangat penting untuk mendukung pelaksanaan pengisian data rekam

medis yang lengkap dan tepat, sehingga informasi yang dihasilkan dapat

digunakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Akan tetapi, dokumen

rekam medis ini tidak selalu selengkap dan setepat yang dibutuhkan atau

diinginkan. Hal ini dikarenakan kegiatan dokumentasi ini dilakukan

sebagai aktifitas kedua setelah memberi asuhan pasien dan dilakukan

oleh berbagai penyedia layanan asuhan (Huffman, 1994).


4

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu diteliti terkait “Peran

Unit Rekam Medis Dalam Pelaksanaan Akreditasi Di RSUD

Kanjuruhan Kabupaten Malang”.

.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti Ingin mengetahui “Bagaimana

Peran Unit Rekam Medis Dalam Pelaksanaan Akreditasi Rumah Sakit Di

RSUD Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang”

.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Peran Unit Rekam Medis Dalam Pelaksanaan

Akreditasi Di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.

2. Untuk Mengetahui Apa Saja Persiapan Unit Rekam Medis

Menjelang Proses Akreditasi Di RSUD Kanjuruhan Kabupaten

Malang.

.4 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Diharapkan dapat memberikan pengetahuan atau referensi

kepada mahasiswa dalam melakukan penelitian

selanjutnya tentang Peran Perekam Medis dalam

Pelaksanaan Akreditasi Di RSUD Kanjuruhan Kabupaten

Malang.
5

b. Agar dapat meberikan gambaran tentang dunia kerja

antara praktek di lapangan dengan teori yang diberikan di

perkuliahan.

2. Bagi RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan bahan

pertimbangan bagi rumah sakit yang mungkin berguna di masa

yang akan datang dalam melakukan Akreditasi di RSUD

Kanjuruhan Kabupaten Malang.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Agar dapat menjadi kontribusi nyata bagi perpustakaan dan

sebagai acuan bahan penelititan yang lain mengenai pelayanan

perekam medis dan informasi kesehatan untuk mengembangan

pendidikan ilmu rekam medis di Sekolah Tinggi Ilmu Adimistrasi

(STIA) Malang
BAB II

TINJAUAN TEORI

.1 Rumah Sakit

.1.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Undang-undang Republik indonesia Nomor 44 tahun 2009

tentang rumah sakit,yang dimaksud rumah sakit umum adalah rumah

sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang

dan jenis penyakit (Anomim,2009).Rumah sakit sebagai salah satu

sub sistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis

pelayanan kesehatan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan

dan pelayanan administrasi. Dalam perkembangannya, pelayanan

rumah sakit tidak terlepas dari pembangunan ekonomi masyarakat.

Perkembangan ini tercermin pada perubahan fungsi klasik rumah

sakit yang pada awalnya hanya memberi pelayanan yang bersifat

penyembuhan (kuratif) terhadap pasien melalui rawat inap.

Pelayanan rumah sakit kemudian bergeser karena kemajuan

secara terpadu ilmu pengetahuan khususnya teknologi kedokteran,

peningkatan pendapatan dan pendidikan masyarakat.Pelayanan

kesehatan dirumah sakitsaat ini tidak saja bersifat kuratif

(penyembuhan), tetapi juga bersifatpemulihan (rehabilitatif),

keduannya dilaksanakan melalui upaya promosikesehatan (promotif)

dan pencegahaan (preventif). Dengan demikian, sasaran pelayanan

kesehatan rumah sakit, bukan hanya individu pasien, tetapi juga

6
7

berkembang untuk keluarga pasien dan masyarakat umum, fokus

perhatiannya memang pasien yang datang atau dirawat sebagai

individu dan bagian dari keluarga atas dasar sikap sepertiitu,

pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan yang

paripurna (komprehensif dan holistic).

Pelayanan rumah sakit di Indonesia saat ini, sudah bersifat padat

modal, padat karya, dan padat teknologi dalam menghadapi

pesaingan modal. Dalam hal rujuakan mudik, rumah sakit juga di

andalkan untuk memberikan pengayoman medis (pusat rujukan).

Untuk pusat-pusat pelayanan yang ada di wilayah kerjanya. Sifat

pengayoman sangat erat dengann klasifikasi rumah sakit.

.1.2 Tugas Dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah sakit umumnya mempunyai misi memberikan pelayanan

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakt dalam

rangka mengingkatkan derajat kesehatan masyarakat.Tugas

rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya pelayanan

kesehatan secara berdaya guna dengan mengutamakan

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi

terpadu dengan pengingkatan dan pencegahan serta pelaksanaan

upaya rujukan.
8

Menurut Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,

fungsinya sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan

kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan

melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua

dan ketiga sesuai dengan kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya

manusia dalam rangka pengingkatan kemampuan dalam

pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta

penapisan teknologi bidang kesehatan.

e. dalam rangka pengingkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Dalam upaya menyelenggarakan fungsinya, rumah sakit

menyelenggarakan kegiatan berupa :

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis

d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan

e. Pendidikan, penelitian dan pengembangam

f. Administrasi umum dan keuangan.

Untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera tentunya perlu

turun tangan dari berbagai pihak terutama pemerintah, pemerintah


9

memiliki tanggungjawab yang penuh untuk membangun rumah

sakit di wilayahnya. Berikut uraian tanggungjawab pemerintah

kepada rumah sakit baik pemerintah pusat ataupun daerah

sebagai berikut :

1. Menyediakan rumah sakit berdasarkan kebutuhan

msyarakat

2. Menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di rumah sakit

fakir misikin ataupun orang tidak mampu sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan

3. Membina dan mengawasi penyelenggaraan rumah sakit

4. Memberikan perlindungan kepada rumah sakit agar dapat

memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan

bertanggung jawab.

5. Memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna

jasa pelayanan rumah sakit sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan.

6. Menggerakan peran serta masyarakat dalam pendirian

rumah sakit sesuai dengan jenis pelayanan yang

dibutuhkan masyarakat.

7. Menyediakan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh

masyarakat

8. Menjamin pembiayaan pelayanan kegawatdaruratan di

rumah sakit akibat bencana dan kejadian luar biasa.


10

9. Menyediakan sumber daya manusia yang dibutuhkan dan

mengatur pendistribusian dan penyebaran alat kesehatan

bertekhnologi tinggi.

.1.3 Klasifikasi Rumah sakit

Berdasarkan jenis pelayaan yang diberikan :

1. Rumah sakit umum

Melayani hampir seluruh penyakit umum dan biasanya

memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam

(ruang gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam

waktu secepatnya dan memberikan pertolongan pertama.

Rumah sakit umum biasanya merupakan fasilitas yang

mudah ditemui disuatu negara, dengan kapasitas rawat

inap sangat besar untuk perawatan intensif bedah.

Tetapi kelengkapan fasilitas ini biasa saja bervariasi sesuai

kemampuan penyelenggaraanya. Rumah sakit besar

disebut juga Medical Center (pusat kesehatan), biasanya

melayani seluruh pengobatan modern (UU No. 44 2009).

2. Rumah Sakit Khusus

Menurut wikipedia, rumah sakit penelitian atau pendidikan

adalah rumah sakit umum yang terkait dengan kegiatan

dan pendidikan tinggi. Biasanya rumah sakit dipakai untuk

pelatihan dokter-dokter mudah, uji coba berbagai macam

obat baru atau teknik pengobatan baru. Rumah sakit ini

diselenggarakan oleh pihak Universitas atau Perguruan


11

Tinggi sebagai salah satu wujud pengabdian kepada

masyarakat.

3. Rumah Sakit Swasta

Rumah sakit swasta adalah rumah sakit yang didirikan oleh

pihak swasta (non-pemerintah), yaitu beberapa orang yaitu

beberapa orang sepakat untuk mendirikan suatu badan

hukum atau perusahaan hukum dan badan hukum

melakukan kegiatan dalam bidang pendirian dan

menajalankan rumah sakit. Pada saat ini tujuan pendirian

sudah mengalami pergeseran dari tujuan awalnya, yakni

semula bersifat lembaga sosial ekonomi (iskandar, 1998).

.1.4 Kelas Rumah Sakit

Menurut Azwar (1996), ditinjau dari kemapuan yang dimiliki, rumah

sakit indonesia dibedakan atas lima macam yaitu :

1. Rumah sakit umum kelas A

Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan

subspesialis luas oleh pemerintah, rumah sakit ini telah

ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top

referral hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat.

2. Rumah sakit umum kelas B

Rumah sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan pelayanan kedokteran medis

spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan


12

rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota privinsi

(provincial hospital) yang menampung pelayanan rujukan

dari rumah sakit kabupaten.

3. Rumah sakit umum kelas C

Rumah sakit tipe C adalah rumah sakit yang mampu

memberikan pelayanan kedokteran terbatas. Rumah sakit

ini didirikan disetiap ibukota provinsi yang menampung

pelayanan rujukan dari puskesmas.

4. Rumah Sakit tipe D

Rumah sakit tipe D adalah rumah sakit yang bersifat

transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan

kedokteran umum dan gigi. Rumah sakit ini menampung

rujukan yang berasal dari puskesmas.

5. Rumah Sakit tipe E

Rumah sakit tipe E adalah rumah sakit khusus yang

menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan

kedokteran saja. Pada saat ini banyak tipe E yang didirikan

pemerintah, misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta,

rumah sakit paru, rumah sakit jantung, dan rumah sakit ibu

dan anak.
13

.2 Rekam Medis

.2.1 Pengertian Rekam Medis

Rekam medis adalah catatan atau berkas yang berisikan sebuah

perekaman mengenai hasil pengobatan pasien, catatan atau berkas

tersebut berupa identintas pasien hasil pemeriksaan pengobatan

tindakan dan pelayanan lain pasien pada sarana pelayanan

kesehatan. Menurut permenkes RI No 269/menkes/Per/III 2008, Bab I

(Ketentuan umum), Pasal I, Ayat 1 Rekam Medis adalah berkas yang

berisi catatan dan dokumententang identintas pasien, pemeriksaan,

pengobatan tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada

pasien dijelaskan lebih lanjut dalam surat keputusan Direktorat jendral

pelayanan medis Nomor 78 tahun 1991 tentang penyelenggaraan

rekam medis di Puskesmas,bahwa Rekam Medis adalah berkas yang

berisi catatan dan dokumen tentang identintas, anamnesa,

pemeriksaan, diagnosis, pengobatan tindakan dan pengombatan lain

yang dilakukan dalam pelayanan berkas Rekam Medis pasien BPJS.

Sedangkan menurut

Depertemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 1997)

Rekam Medis adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam

tentang indentitas anamnesa penentuan fisik laboratorium diagnosis

segala pelayanan dan pengobatan baik yang di rawat jalan maupun

yang mendapat pelayanan rawat darurat dengan meliha ketiga

pengertian di atas dapat dikatakan bahwa suatu berkas Rekam Medis

mempunyai arti yang lebih luas dan bukan hanya sekedar catatan
14

biasa karena yang didalam catatan tersebut sudah memuat segala

informasi mengangkut seorang pasien yang akan dijadikan dasar

untuk menentukan tindakan lebih lanjut kepada pasien.

.2.2 Tujuan Rekam Medis

Tujuan Rekam Medis adalah menunjang tercapainya tertib

administrasi dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan

di RSUD Kenjuruan Kepanjen tanpa didukung suatu sistem

pengelolahan Rekam Medis yang baik dan benar, tertib di RSUD

kenjuruhan kepanjen akan tidak mungkin berhasil sebagaimana yang

diharapkan sedangkan administarasi yang merupakan salah satu

faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di

RSUD Kenjuruan Kepanjen.

Menurut Depkes RI dalam buku pedoman pengelolahan Rekam

Medis rumah sakit Indonesia (1997) tujuan Rekam Medis adalah

untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya

peningkatan pelayanan kesehatan di Puskesmas tanpa di dukung

suatu sistem pengelolahan Rekam Medis yang baik dan benar

mustahil tertib administrasi rumah sakit akan berhasil sebagaimana

yang diharapkan sedangkan tertib administarasi merupakan salah

satu faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di

rumah sakit (Pedoman Pengelolahan Rekam Medis Rumah Sakit Di

Indonesia, Jakarta).
15

.2.3 Kegunaan Rekam Medis

kegunaan rekam medis secara umum menurut (Hatta, 1993) adalah

sebagai berikut:

a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga ahli lainnya

yang ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan,

pengobatan, dan perawatan kepada pasien.

b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/ perawatan

yang harus harus diberikan kepada pasien

c. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran

pelayanan medis pasien

d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisis, penelitian dan

evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada

pasien

e. Melindungi kepentingan hukum bagipasien, rumah sakit

maupun dokter dan tenaga kesehatan yang lainnya

f. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan,

perkembangan penyakit dan pengobatan selama pasien

berkunjung/ dirawat dirumah sakit.

g. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta

bahan pertanggung jawaban dan laporan.


16

Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara

Iain :

1. Aspek Administrasi

Di dalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi,

karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wawenang dan

tanggung jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam

mencapai tujuan pelayanan kesehatan.Seiring dangan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam

bidang teknologi informasi yang sudah memasuki bidang

kesehatan, maka penggunaannya di dalam rekam medis saat ini

sangat diperlukan karena kita melihat proses pengobatan dan

tindakan yang diberikan atas diri seorang pasien dapat diakses

sacara Iangsung oleh bagian yang berwenang atas pemeriksaan

tersebut.Kemudian pengolahan data-data medis secara

komputerisasi juga akan memudahkan samua pihak yang

berwenang dalam hal ini petugas administrasi di suatu instansi

pelayanan kesehatan dapat segera mengetahui rincian biaya yang

harus dikeluarkan oleh pasien selama pasien yang menjalani

pengobatan di rumah sakit.

2. Aspek Medis

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan

tersebut dipergunakan sabagai dasar untuk merencanakan

pengobatan/perawatan yang diberikan kepada seorang pasien dan

dalam rangka mempertahankan serta meningkatkan mutu


17

pelayanan melalui kagiatan audit medis, manajemen risiko klinis

serta keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.

3. Aspek Hukum

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya

menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar

keadilan, dalam rangka usaha menegakan hukum serta

penyediaan bahan sebagai tanda bukti untuk menegakkan

keadilan, Rekam Medis adalah milik Dokter dan Rumah Sakit

sedangkan isinya yang terdiri dari Identitas Pasien, Pemeriksaan,

Pengobatan, Tindakan dan Pelayanan Iain yang telah diberikan

kepada pasien adalah sebagai informasi yang dapat dimiliki oleh

pasien sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang

berlaku (UU Praktik Kedokteran RI N0.29 Tahun 2004 Pasal 46

ayat (1), Penjelasan).

4. Aspek Keuangan

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya

mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai

aspek keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan

sangat erat sekali dalam hal pangobatan, terapi serta tindakan-

tindakan apa saja yang diberikan kepada seorang pasien salama

manjalani perawatan di rumah sakit, oleh karena itu penggunaan

sistem teknologi komputer didalam proses penyelenggaraan rekam

medis sangat diharapkan sekali untuk diterapkan pada setiap

instansi pelayanan kesehatan.


18

5. Aspek Penelitian

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian karena

isinya menyangkut data dan informasi yang dapat dipergunakan

sebagai aspek pendukung penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan dibidang kesehatan.

6. Aspek Pendidikan.

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena

isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan

kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada

pasien, informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai

bahan/referensi pengajaran dibidang profesi pendidikan

kesehatan.

7. Aspek Dokumentasi

Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena

isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan

dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan Iaporan

rumah sakit. Perkembangan ilmu pangetahuan dan teknologi

informasi dapat diaplikasikan penerapannya didalam

penyelenggaraan dan pengelolaan rekam medis yang cukup efektif

dan efisien.Pendokumentasian data medis seorang pasien dapat

diiaksanakan dengan mudah dan efektif sesuai aturan serta

prosedur yang telah ditetapkan.


19

.2.4 Sistem Penyimpanan Rekam Medis

Ditinjau dari pemusatan atau penyatuan dokumen rekam

medis,maka cara penyimpanan di bagi menjadi 3 cara yaitu:

1. Sentralisasi

Konsep dari metode sentralisasi ini yaitu menggabungkan dan

menyimpan semua berkas rekam medis seorang pasien (baik

rawat jalan maupun rawat inap) menjadi satu folder dan disimpan

di satu tempat.

Keuntungan :

- riwayat kesehatan pasien terkumpul disatu tempat

sehingga memudahkan apabila dibutuhkan untuk berbagai

keperluan.

- menghindari terjadinya duplikasi informasi

- pengendalian pelayanan rekam medis menjadi lebih

mudah.

Kelemahan :

- Berkas rekam medis mudah menjadi tebal karena semua

digabung menjadi satu.

- Mungkin dibutuhkan ruang yang cukup luas agar bisa

menampung semua berkas rekam medis.

- Ruang penyimpanan harus dipilih yang relatif dekat

dengan semua unit pelayanan agar distribusi berkas rekam

medis bisa cepat dan efisien.


20

2. Desentralisasi

Setiap penyimpanan dokumen rekam medis secara

desentralisasi yaitu suatu sistem penyimpanan dengan car

memisahkan dokumen rekam medis rawat jaan,dokumen rekam

medis gawat daarurat dan rawaat inap dalam satu folder tersendiri

dan padaa ruang atau tempat tersendiri. Konsep dari metode

desentralisasi yaitu bahwa berkas rekam medis seorang pasien

disimpan dibeberapa tempat pelayanan. Berkas rekam medis

rawat jalan disimpan terpisah dari berkas rekam medis rawat inap.

Berkas rekam medis rawat jalan disimpan di ruang filing rawat

jalan dan berkas rekam medis rawat inap disimpan di ruang filing

rawat inap.

Keuntungan :

- Berkas rekam medis relatif menjadi lebih dekat

penyimpanannya dengan unit layanan yang

membutuhkannya.

- Berkas rekam medis tidak mudah menjadi tebal

- Ruang yang dibutuhkan oleh masing-masing unit yang

menyimpan tidak terlalu luas.

Kelemahan :

- Dibutuhkan ruang pada masing-masing unit layanan

yang akan menyimpan berkas rekam medis.

- Dibutuhkan tenaga yang berkompeten pada masing-

masing ruang penyimpanan.


21

- Pengawasan terhadap pelaksanaan pelayanan rekam

medis menjadi lebih sulit

- Dari dua metode tersebut diatas maka pilihan yang

terbaik adalah yang paling sesuai dengan situasi dan

kondisi rumah sakit yang bersangkutan. Beberapa hal

yang layak menjadi bahan pertimbangan antara lain :

- Layout ruang-ruang bangunan rumah sakit

- Ketersediaan ruang penyimpanan

- Ketersediaan tenaga yang berkompeten

- Beban kerja pelayanan rekam medis

3. Satelit

Sistem penyimpanan satelit adalah sistem penyimpanan

dengan cara menggabungkan sistem sentralisasi dan

desentralisasi. Sistem ini hanya berfungsi pada rumah sakit yang

sudah menggunakan komputerisasi. Kelebihan menggunakan

sistem ini adalah pengambilan dan pencarian data lebih cepat,

sedangkan kelemahannya adalah sekuritas data masih

dipertanyakan. Dari ketiga sistem penyimpanan cara sentralisasi

lebih baik. Tetapi pelaksanaannya sangat tergantung pada situasi

dan kondisi masing-masing rumah sakit:

- Karena terbatasnya tenaga kerja yang terampil.

-  Kemampuan dana rumah sakit.


22

.2.5 Berikut Uraian Tugas Unir Rekam Medis Di Rumah Sakit

secara Umum(Revisi banyak)

Uraian tugas :

1. Menerima berkas rekam medis rawat jalan dari masing-

masing poliklinik dan UGD

2. Mencatat berkas rekam medis yang diterima pada

buku penerimaan rekam medis

3. Melayani setiap permintaan berkas rekam medis untuk

rawat jalan, rawat inap, maupun untuk pihak lain.

4. Bekerjasama dengan pelaksana kelompok kerja lain di

lingkungan rekam medis.

5. Menjalin kerja sama yang baik dengan unit-unit lain

6. Menjaga kerahasiaan isi rekam medis.

7. Melaksanakan tugas yang diberikan atasan.

Tugas pokok :

Melaksanakan dan bertanggung jawab ats penyimpanan,

penjajaran, serta pengambilan kembali berkas rekam medis.

Tanggung jawab :

1. Bertanggung jawab atas masuk dan keluarnya berkas

rekam medis

2. Bertanggung jawab atas kerapian berkas rekam medis

dan pengontrolan outguide (tanda petunjuk keluar)

yang dipasang.
23

3. Menjaga keselamatan berkas rekam medis dari

kemungkinan hilang, rusak, terbakar, kebanjiran dan

lainya.

4. Bekerja sama dengan pelakasana kelompok kerja lain

di lingkungan rekam medis

5. Menjali kerjasama yang baik dengan unit-unit lain

6. Menjaga kerahasiaan isi rekam medis.

7. Melaksanakan tugas yang diberikan atasan

.2.6 Kegiatan Pokok Unit Rekam Medis Di Rumah Sakit Secara

Khusus

1. Sistem pendaftaran pasien

Menurut Dirjen Yanmed (2006:34), penerimaan pasien rawat

jalan dinamakan TPP RJ (Tempat Penerimaan Pasien Rawat

Jalan). Fungsi utamanya adalah menerima pasien untuk

berobat ke poliklinik yang dituju masing-masing pasien

tersebut. Prosedur penerimaan pasien dapat disesuaikan

dengan sistem yang dianut oleh masing-masing rumah sakit.

Sistem pendaftaran pasien rawat jalan dapat dibedakan

berdasarkan Pasien Umum dan Pasien BPJS.

1) Pasien BPJS:

- Pasien datang menuju bagian pemberkasan untuk

verifikasi berkas dan pemberian nomor antrian. Jika

pasien baru maka dilakukan finger print dan

mengisi form data sosial bila tidak membawa ktp.


24

- Pasien menuju ketempat pendaftaran poli untuk

menyerahkan berkas pendaftaran sesuai loket poli

klinik yang dituju.

- Petugas tempat pendaftaran pasien rawat jalan

melaksanakan entry data pasien pada aplikasi

SIMRS dan V-Claim :

- Mencetak karcis

- Mencetak Surat Egibilitas Pasien (SEP)

- Mencetak Kartu Index Berobat (KIB)

- Dilakukan pemanggilan pasien sesuai klinik tujuan

dan pasien tanda tangan pada SEP dan form

casemix sebagi bukti pelayanan kemudian pasien

diarahkan ke klinik tujuan.

2) Pasien umum

- Pasien datang menuju bagian pemberkasan untuk

verifikasi berkas dan pemberian nomor antrian. Jika

pasien baru maka mengisi form data sosial bila

tidak membawa kartu tanda penduduk.

- Pasien menuju ke tempat pendaftaran poli untuk

menyerahkan berkas pendaftaran sesuai loket poli

klinik yang dituju.

- Petugas tempat pendaftaran pasien rawat jalan

melaksanakan entry data pasien pada aplikasi

SIMRS :

- Mencetak karcis
25

- Mencetak Kartu Index Berobat (KIB)

- Dilakukan pemanggilan pasien sesuai klinik tujuan

dan diarahkan untuk melakukan administrasi

dikasir.

2. Sistem Penomoran

Sistem penomoran Rekam Medis yang dipakai dibuat urut

secara kronologis kemudian digunakan oleh pihak rumah sakit

setiap kali pasien melakukan kunjungan ke Rumah Sakit, ada

tiga cara pemberian nomor rekam medis yaitu :

- Pemberian nomor cara seri

Pemberian nomor cara seri dikenal dengan

nama Serial Numbering System (SNS) adalah suatu

sistem penomoran dimana setiap penderita yang

berkunjung ke rumah sakit atau puskesmas selalu

mendapat nomor yang baru. Pada sistem ini, KIB dan

KIUP tidak diperlukan karena seorang pasien dapat

memiliki lebih dari satu nomor rekam medis.

- Pemberian Nomor Cara Unit

Pemberian nomor cara unit atau dikenal dengan Unit

Numbering System (UNS) adalah suatu sistem

penomoran dimana sistem ini memberikan satu nomor

rekam medis pada pasien berobat jalan maupun

pasien rawat inap dan gawat darurat serta bayi baru

lahir. Setiap pasien yang berkunjung mendapat satu

nomor pada saat pertama kali pasien datang ke rumah


26

sakit atau puskesmas, dan digunakan selamanya pada

kunjungan berikutnya. Maka dokumen rekam medis

pasien tersebut hanya tersimpan didalam satu folder

dibawah satu nomor.

- Pemberian nomor cara seri unit

Pemberian nomor cara seri unit atau dikenal Serial Unit

Numbering System (SUNS) adalah suatu sistem

pemberian nomor dengan cara penggabungan sistem

seri dan sistem unit. Dimana setiap pasien datang

berkunjung ke rumah sakit atau puskesmas diberikan

nomor baru dengan dokumen rekam medis baru.

Kemudian setelah selesai pelayanan, berdasarkan

nomor rekam medis pada dokumen rekam medis

tersebut dicari di KIUP untuk memastikan pasien

tersebut pernah berkunjung atau tidak.

3. Kodefikasi

Pemberian kode adalah pemberian penetapan kode

dengan menggunakan huruf atau angka atau kombinasi huruf

dalam angka yang mewakili komponen data. Kode klasifikasi

oleh WHO (World Health Organization) bertujuan untuk

menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cidera, gejala

dan faktor yang mempengaruhi kesehatan (Dirjen Yanmed,

2006 : 59). Proses pengkodean dilakukan secara manual dan

elektronik. Untuk yang manual, kode penyakit dan kode


27

tindakan ditulis pada resume medis pasien setelah pasien

mendapat perawatan oleh dokter baik rawat jalan atau rawat

inap. Sedangkan yang elektronik dilakukan pada saat entri

akhir. Kegiatan kodefikasi di RSUD dr. Saiful Anwar Malang

juga dilakukan pada lembar case-mix rawat jalan dan rawat

inap yang berfungsi sebagai salah satu syarat kelengkapan

untuk klaim asuransi pasien.

Langkah - langkah menggunakan koding ICD 10CM :

- Identifikasi diagnosa yang akan dikode dan lihat di

buku ICD volume 3 (Alphabetical Index).

- Tentukan Lead Term. Untuk penyakit dan cedera

biasanya adalah kata benda untuk kondisi patologis.

Namun, beberapa kondisi dijelaskan dalam kata sifat

atau xxx dimasukkan dalam index sebagai Lead Term.

- Baca dan ikuti semua catatan atau petunjuk dibawah

kata kunci.

- Baca setiap catatan dalam tanda kurung setelah kata

kunci (penjelasan ini tidak mempengaruhi kode) dan

penjelasan indentasi dibawah lead term (penjelasan ini

mempengaruhi kode) sampai semua kata dalam

diagnosis tercantum.

- Ikuti setiap petunjuk rujukan silang (“see” dan “see

also”) yang ditemukan dalam index.

- Cek ketepatan kode yang telah dipilih pada volume 1.

Untuk Kategori 3 karakter dengan.- (point dash) berarti


28

ada karakter ke 4 yang harus ditentukan pada Volume

1 karena tidak terdapat dalam Index.

- Baca setiap inclusion atau exclusion dibawah kode

yang dipilih atau dibawah bab atau dibawah blok atau

dibawah judul kategori.

- Tentukan Kode

4. Assembling

Assembling adalah Merakit dokumen rekam medis atau

menyusun formulir rekam medis sesuai dengan nomor

formulir. Di klinik polresta malang belum ada aturan atau SOP

terkait penyusunan formulir pasien, namun dengan adanya

kami sebagai relawan memberikan saran dan masukan

mengenai susuna fomulir rekam medis. Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 337/Menkes/SK/III/2007

tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi

Kesehatan dalam Kompetisi ke 3 “Manajemen Rekam Medis

dan Infromasi Kesehatan” Kompetensi Perekam medis dan

informasi kesehatan di Indonesia adalah “ mampu menyusun

(Assembling) rekam medis dengan baik dan benar

berdasarkan ketentuan”. Fungsi dari perakitan dokumen

adalah sebagai :

- Pengendali agar tidak terjadi duplikat penggunnaan

nomor rekam medis


29

- Pengendalian formulir guna perancangan formulir rekam

medis.

5. Filling

Filling adalah kegiatan yang mempunyai tugas pokok

melakukan Penyimpanan dokumen rekam medis pada rak

penyimpanan dan disesuaikan dengan sistem penyimpanan

yang ada di klinik. Menurut Permenkes RI Nomor

269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis, menyebutkan

bahwa rekam medis merupakan berkas yang berisi catatan

dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,

pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan

kepada pasien. Dengan demikian dokumen rekam medis

harus dikelola dan disimpan dengan baik agar tidak rusak atau

hilang sehingga dapat dipergunakan kembali untuk

pengobatan atau pemberian pelayanan lainnya.

Ruangan filling harus aman dan hanya dapat diakses oleh

petugas rekam medis. Hal ini dilakukan agar kerahasiaan

dokumen rekam medis dapat terjaga. Dokumen rekam medis

yang sudah di simpan diruangan filling sewaktu-waktu dapat

diambil kembali pada saat dokumen rekam medis tersebut

dibutuhkan, misalnya pasien kembali berobat ke fasilitas

pelayanan kesehatan, atau untuk keperluan asuransi

kesehatan berupa BPJS.


30

6. Tracer

Petunjuk keluar atau tracer merupakan sarana penting

dalam mengontrol penggunaan rekam medis. Biasanya

digunakan untuk menggantikan rekam medis yang keluar dari

penyimpanan. Di klinik polresta malang masih belum

dibuatnya tracer atau petunjutk keluar tersebur sehingga kami

sebagai relawan memberikan masukan dan saran kepadan

beberapa petugas mengenai pentingnya pembuatan tracer

tersebut dan petugas menyetujuinya. Petunjuk keluar

(Outguide/tracer) adalah folder plastik yang digunakan di

tempat rekam medis ketika rekam medis telah dipindahkan

dari penyimpanan. Hal ini dapat dianggap sebagai pengganti.

Petunjuk keluar biasanya terdiri dari dua petunjuk kantong

terpisah, satu untuk menyimpan slip permintaan dan satu lagi

untuk menyimpan lembar-lembaran yang akan disimpan dalam

rekam medis yang menumpuk saat pencatatan di luar

penyimpanan (Abdelhak, 2001). Menurut (WHO, 2002), jenis

petunjuk keluar atau tracer yang baik adalah dalam bentuk

kartu, biasanya ukurannya sama atau sedikit lebih besar dari

rekam medis, dan harus tercantum:

a. Nama pasien (untuk mengetahui atas nama siapa)

b. Nomer rekam medis (untuk mengetahui nomor rekam

medis pasien)
31

c. Tujuan peminjam (untuk mengetahui tujuan peminjam

rekam medis pasien yang dipinjam)

d. Tanggal keluar (untuk mengetahui tanggal keluar

rekam medis yang telah dipinjam)

e. Tanggal Kembali : untuk mengetahui tanggal

pengembalian rekam medis yang telah selesai

dipinjam.

7. Entry data

Entry Data adalah proses pemindahan data dari fisik

menjadi data digital yang dapat diolah oleh software. Yang

dimaksud data fisik adalah data yang ada di dokumen-

dokumen kertas ataupun catatan lainnya. Data tersebut akan

diketik dan dimasukkan ke dalam dokumen digital di komputer.

Proses inilah yang disebut sebagai entry data atau input data.

Tujuan entry data adalah untuk mengetahui kelengkapan

pengisian dokumen rekam medis yang kemudian dipakai

untuk membuat statistik kelengkapan dokumen rekam medis

dan kebutuhan laporan rutin pertahun.


32

8. Sensus harian

Menurut Hatta (2013:215) kata statistik dapat diartikan

dalam berbagai macam arti, salah satu artinya adalah sebagai

angka yaitu gambaran suatu keadaan yang dituangkan dalam

angka. Angka dapat diambil dari laporan, penelitian atau

sumber catatan medis. Statistik dapat juga diartikan sebagai

hasil dari perhitungan seperti rata-rata, median, standar

deviasi dan lain-lain. Statistik rumah sakit memiliki pengertian

statistik yang mengguanakan dan mengolah sumber data dari

pelayanan-pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk

menghasilkan informasi, fakta dan pengetahuan berkaitan

dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Jurnal

manajemen Informasi Kesehatan Vol.1 no.2 tahun 2013)

indikator pelayanan rawat inap menurut Depkes RI. 2005.

9. Distribusi

Distribusi adalah proses pengiriman dokumen rekam medis

(DRM) dari ruang filing, loket bermasalah, dan penyiapan

berkas untuk dikirim ke poli yang akan dituju oleh pasien.

Sebelum mengirim DRM, petugas distribusi akan memilah

dokumen dan meletakkan dokumen pada rak sesuai dengan

identitas poli agar lebih mudah dalam hal pengiriman.

Pendistribusian DRM yang cepat dan tepat adalah tujuan

utama dalam kegiatan pendistribusian yang membawa

pengaruh terhadap pemberian pelayanan kesehatan. Untuk


33

menunjang kegiatan pendistribusian berkas rekam medis,

diperlukan sarana yang memadai serta adanya kelengkapan

administrasi seperti bon peminjaman tracer, buku ekspedisi,

adanya tenaga pendistribusian berkas rekam medis, troli untuk

membawa dokumen rekam medis secara cepat

10. Penyiapan berkas

Penyiapan berkas adalah proses penulisan nomor rekam

medis dan nama pasien pada map rekam medis baru yang

bertujuan memberikan identitas pada map rekam medis. Data

dari bagian TPPRJ diberikan kepada bagian penyiapan berkas

untuk dicek ulang apakah data tersebut baru atau tidak, jika

baru maka akan diberikan map baru dan dituliskan nama dan

nomor rekam medis sesuai KIB (Kartu Identitas Berobat) dan

lembar casemix (untuk pasien BPJS). Jika pasien lama maka

langsung diserahkan ke bagian penyiapan tracer, Lalu

dokumen rekam medis tersebut diserahkan ke petugas

distribusi dan petugas distribusi meletakan dokumen dirak

sesuai dengan sesuai dengan poli tujuan untuk selanjutnya

diantarkan oleh masing-masing poli tujuan.


34

.3 Akreditasi Rumah Sakit

.3.1 Pengertian Akreditasi Rumah Sakit

Pada Permenkes Nomor 012 Tahun 2012 tentang Akreditasi

Rumah Sakit disebutkan bahwa pengertian akreditasi rumah sakit

adalah pengakuan terhadap rumah sakit yang diberikan oleh lembaga

independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan, setelah dinilai bahwa Rumah Sakit itu memenuhi Standar

Pelayanan Rumah Sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu

pelayanan rumah sakit secara berkesinambungan. Di Indonesia

ketentuan akreditasi rumah sakit baik tingkat nasional maupun

internasional sudah diatur oleh pemerintah melalui Undang-Undang

maupun peraturan tertulis, yaitu Undang-Undang Nomor 44 tahun

2009 tentang rumah sakit pasal 40 yang mengatakan bahwa dalam

upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan

akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.

Akreditasi rumah sakit merupakan upaya peningkatan mutu

pelayanan rumah sakit yang dilakukan dengan membangun system

dan budaya mutu. Melalui akreditasi rumah sakit diharapkan ada

perbaikan system di RS meliputi input, process dan product output

(meliputi output dan outcome). Komisi Akreditasi Rumah Sakit (tahun

2012 : hal 5). Akreditasi Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya

dilaksanakan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan. Akreditasi rumah sakit dan

fasilitas pelayanan kesehatan lainnya meliputi seluruh bagian dari


35

sistem yang ada di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Penilaian akreditasi bukan hanya dilakukan untuk menilai rumah sakit

dan fasilitas kesehatan berdasarkan standar pelayanan yang telah

ada tetapi lebih kepada membuat sistem yang memenuhi standar dan

menjadi budaya yang diimplementasikan secara berkesinambungan.

Fokus pelayanan ditujukan kepada pasien dengan mengutamakan

mutu dan keselamatan pasien.

Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia dilaksanakan untuk menilai

kepatuhan rumah sakit terhadap standar akreditasi. Akreditasi rumah

sakit yang sudah mulai dilaksanakan sejak tahun 1995 di Indonesia,

selama ini menggunakan standar akreditasi berdasarkan tahun

berapa standar tersebut mulai dipergunakan untuk penilaian,

sehingga selama ini belum pernah ada Standar Nasional Akreditasi

Rumah Sakit di Indonesia, sedangkan status akreditasi saat ini ada

status akreditasi nasional dan status akreditasi internasional, maka di

Indonesia perlu ada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit.

Berdasarkan hal tersebut maka standar akreditasi untuk rumah sakit

yang mulai diberlakukan pada Januari 2018 ini diberi nama Standar

Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 dan disingkat menjadi

SNARS Edisi 1. Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1,

merupakan standar akreditasi baru yang bersifat nasional dan

diberlakukan secara nasional di Indonesia. Disebut dengan edisi 1,

karena di Indonesia baru pertama kali ditetapkan standar nasional

untuk akreditasi rumah sakit. Standar Nasional Akreditasi Rumah


36

Sakit edisi 1 berisi 16 bab. Dalam Standar Nasional Akreditasi Rumah

Sakit Edisi 1 yang selanjutnya disebut SNARS Edisi 1 ini juga

dijelaskan bagaimana proses penyusunan, penambahan bab penting

pada SNARS Edisi 1 ini, referensi dari setiap bab dan juga glosarium

istilah-istilah penting, termasuk juga kebijakan pelaksanaan akreditasi

rumah sakit.

.3.2 Tujuan Akreditasi Rumah Sakit

Tujuan akreditasi rumah adalah meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan, sehingga sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia

yang semakin selektif dan berhak mendapatkan pelayanan yang

bermutu. Dengan demikian mutu pelayanan kesehatan diharapkan

dapat mengurangi minat masyarakat untuk berobat keluar negeri

(KARS, 2012).

Menurut Permenkes Nomor 012 Tahun 2012 Pasal 2, akreditasi

bertujuan untuk :

1. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit;

2. Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit;

3. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber

daya manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi;

4. Mendukung program pemerintah di bidang kesehatan.

5. meningkatkan profesionalisme Rumah Sakit Indonesia di mata

Internasional. (Permenkes 34: Akreditasi Rumah Sakit: 2017:

halaman 3)
37

6. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit

menitik beratkan sasarannya pada keselamatan pasien dan

mutu pelayanan

.3.3 Manfaat Akreditasi

Menurut Kementerian Kesehatan RI, manfaat akreditasi rumah sakit

adalah sebagai berikut :

a. Bagi pasien dan masyarakat, antara lain : pasien dan

masyarakat memperoleh pelayanan sesuai dengan standar

yang terukur.

b. Bagi petugas kesehatan di rumah sakit, antara lain :

menimbulkan rasa aman dalam melaksanakan tugasnya oleh

karena rumah sakit memiliki sarana, prasarana dan peralatan

yang telah memenuhi standar.

c. Bagi rumah sakit, antara lain : sebagai alat ukur untuk

negosiasi dengan pihak ketiga misalnya asuransi, perusahaan

dan lain-lain.

d. Bagi pemilik rumah sakit, antara lain : sebagai alat mengukur

kinerja pengelola rumah sakit.

e. Bagi perusahaan asuransi, antara lain : acuan untuk memilih

dan mengadakan kontrak dengan rumah sakit.

 
38

.3.4 Pelaksanaan Survei Akreditasi

Pelaksanaan survei akreditasi rumah sakit dijelaskan oleh Komisi

Akreditasi Rumah Sakit (KARS) dalam buku Pedoman Tata Laksana

Survei Akreditasi Rumah Sakit Edisi II Tahun 2013. Tujuan survei

akreditasi ialah untuk menilai seberapa jauh rumah sakit mematuhi

standar yang ditetapkan. Rumah sakit yang menjalani survei

akreditasi untuk pertama kali diharuskan memiliki catatan balik ke

belakang 4 (empat) bulan bukti sudah mematuhi standar. Rumah sakit

yang menjalani survei ulang diharuskan dapat menunjukan catatan

balik ke belakang selama 12 (dua belas) bulan. Pelaksanaan survei

menggunakan metode telusur untuk mengikuti contoh dari

pengalaman pasien memperoleh pelayanan di rumah sakit dan

melakukan evaluasi komponen dan sistem pelayanan. Karakteristik

penting proses survei adalah edukasi setempat oleh surveior.

Pelaksanaan survei memuat langkah-langkah yaitu sebagai berikut :

1. Pembukaan pertemuan.

2. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien dan MDGs.

3. Perencanaan survei.

4. Telaah dokumen.

5. Verifikasi dan masukan.

6. Telaah rekam medis pasien secara tertutup (pasien sudah

pulang).

7. Kunjungan ke area pelayanan pasien yang di pandu oleh

kegiatan telusur.
39

8. Kegiatan survei yang terarah (terfokus/diluar rencana; karena

ada temuan).

9. Telaah dari lingkungan, bangunan, sarana dan prasarana.

10. Wawancara dengan pimpinan (beberapa jenjang).

11. Persiapan surveior membuat laporan.

12. Pertemuan penutup survei dengan pimpinan (exit conference).

.3.5 Proses Penyusunan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit

Edisi 1

Pada tahap awal Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

membentuk Tim penyusun yang terdiri dari 25 orang, Tim tersebut

dibagi menjadi sub tim-sub tim, masing masing sub tim mereview

3 – 4 bab dari standar akreditasi versi 2012. Mengingat di tingkat

internasional ada panduan prinsip-prinsip standar akreditasi yang

dikeluarkan oleh ISQua (The International Society for Quality in

Health Care) yaitu badan akreditasi yang melakukan akreditasi

standar akreditasi yang dipergunakan oleh badan akreditasi.

Langkah awal yang dilakukan KARS adalah mengundang pakar

akreditasi untuk menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip standar

akreditasi dari ISQua yang harus diperhatikan oleh KARS dalam

menyusun standar akreditasi di Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut maka Standar Nasional Akreditasi

Rumah Sakit Edisi 1 ini, disusun dengan menggunakan acuan

acuan sebagai berikut :

 Prinsip-prinsip standar akreditasi dari ISQua.


40

 Peraturan dan perundangan-undangan termasuk pedoman

dan panduan di tingkat Nasional baik dari pemerintah

maupun profesi yang wajib dipatuhi dan dilaksanakan oleh

rumah sakit di Indonesia.

 Standar akreditasi JCI edisi 4 dan edisi 5 Standar

akreditasi rumah sakit KARS versi 2012.

 Hasil kajian hasil survei dari standar dan elemen yang sulit

dipenuhi oleh rumah sakit di Indonesia.

Setelah draft standar nasional akreditasi rumah sakit selesai

disusun oleh masing masing sub tim, KARS mengadakan

pertemuan tim penyusun untuk membahas setiap bab yang ada di

dalam standar akreditasi tersebut. Masukan dari anggota sub tim

lainnya, dipergunakan oleh sub tim untuk memperbaiki standar,

selanjutnya masing-masing sub tim membahas dengan pemangku

kepentingan (stakeholder) terkait. Sebagai contoh untuk bab

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, dibahas dengan

mengundang Kementerian Kesehatan, Perhimpunan Rumah Sakit

Seluruh Indonesia (PERSI), Persatuan Perawat Nasional

Indonesia (PPNI), Himpunan Perawat Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi (HIPPI), Persatuan Pengendalian Infeksi

(Perdalin) dan lain-lain.

Pembahasan dilakukan untuk setiap bab yang dilakukan secara

intens, sehingga terjadi diskusi dua arah dan masukan-masukan

yang sangat bermanfaat. Berdasarkan masukan dari pemangku

kepentingan (stakeholder) tersebut, sub tim melakukan perbaikan


41

draft standar tersebut. Setelah perbaikan selesai dilakukan di

masing-masing sub tim, Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

mengundang semua pemangku kepentingan (stakeholder) dan

beberapa rumah sakit yang akan dipergunakan uji coba untuk

membahas standar tersebut secara pleno. Masukan pada rapat

pleno tersebut oleh masing-masing sub tim dipergunakan untuk

memperbaiki draft standar tersebut. Hasil perbaikan draft standar

tersebut diuji cobakan ke rumah sakit berdasarkan kelas dan jenis

rumah sakit. Rumah sakit yang dipilih sebagai tempat uji coba,

dikirimi terlebih dahulu draft standar akreditasi tersebut dan

diminta secara aktif untuk membahas standar akreditasi tersebut

di internal rumah sakit, baik dari segi tata bahasa maupun bisa

tidaknya standar tersebut di implementasikan.

Setelah itu KARS menugaskan tim penyusun melakukan

kunjungan ke rumah sakit untuk melakukan diskusi dengan tim

akreditasi rumah sakit dan pimpinan di rumah sakit. Rumah sakit

diminta membuat masukan tertulis terkait dengan standar dan

elemen yang perlu diperbaiki, dihilangkan atau ditambah. Tim

penyusun memperbaiki draft standar kembali dengan

memperhatikan masukan dari rumah sakit dan selanjutnya

dibahas secara internal di Rapat KARS dan kemudian diunggah di

website www.kars.or.id, dengan harapan dapat mendapat

masukan dari rumah sakit lainnya dan masyarakat. Setelah tim

melakukan perbaikan berdasarkan masukan dari rumah sakit dan


42

unggahan di website maka Komisi Akreditasi Rumah Sakit

mempresentasikan standar tersebut dihadapan para pejabat

Kementerian Kesehatan dan Badan Pembina KARS serta

mengajukan penetapan Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit

Edisi 1 yang efektif akan diberlakukan di bulan Januari 2018.

.3.6 Kategori-kategori Ketentuan KARS dijelaskan dalam kategori

berikut ini :

a. Ketentuan Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit

Ketentuan Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit Bagian

Ketentuan Mengikuti Akreditasi Rumah Sakit, merupakan

regulasi baru di KARS, Ketentuan ini meliputi Ketentuan

spesifik untuk mengikuti proses akreditasi dan untuk

mempertahankan status akreditasi. Rumah sakit harus

mematuhi Ketentuan dalam bagian ini sepanjang waktu

dalam proses akreditasi. Walaupun demikian, Ketentuan

ini tidak diberi nilai seperti standar lain dalam survei di

tempat. Rumah sakit akan dinilai antara memenuhi atau

tidak memenuhi Ketentuan ini. Jika rumah sakit tidak

memenuhi Ketentuan tertentu, maka rumah sakit akan

diminta untuk segera memenuhinya atau terancam tidak

mendapatkan akreditasi.
43

b. Standar

Standar KARS mencakup harapan kinerja, struktur, atau

fungsi yang harus diterapkan agar suatu rumah sakit

dapat terakreditasi oleh KARS. Sasaran Keselamatan

Pasien dianggap sebagai standar dan dimonitoring sama

seperti standar lainnya dalam survei di tempat.

c. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari suatu standar akan membantu

menjelaskan makna sepenuhnya dari standar tersebut.

Maksud dan tujuan akan mendeskripsikan tujuan dan

rasionalisasi dari standar, memberikan penjelasan

bagaimana standar tersebut selaras dengan program

secara keseluruhan, menentukan parameter untuk

Ketentuan-Ketentuannya, atau memberikan “gambaran

tentang Ketentuan dan tujuan-tujuannya.

d. Elemen Penilaian (EP)

Elemen Penilaian (EP) Elemen Penilaian (EP) dari suatu

standar akan menuntun rumah sakit dan surveior

terhadap apa yang akan ditinjau dan dinilai selama proses

survei. EP untuk setiap standar menunjukkan ketentuan

untuk kepatuhan terhadap standar tersebut. EP ditujukan

untuk memberikan kejelasan pada standar dan membantu

rumah sakit untuk memenuhi sepenuhnya ketentuan yang

ada, untuk membantu mengedukasi pimpinan dan tenaga


44

kesehatan mengenai standar yang ada serta untuk

memandu rumah sakit dalam persiapan proses akreditasi

.3.7 Kebijakan Pra Survei Akreditasi

Persyaratan kelayakan umum

Setiap rumah sakit dapat mengajukan survei akreditasi kepada

Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) bila memenuhi semua

kriteria sebagai berikut:

1. Rumah sakit berlokasi di wilayah Indonesia

2. Rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus untuk

semua kelas rumah sakit

3. Izin operasional rumah sakit masih berlaku

4. Bila izin rumah sakit sudah habis masa berlakunya,

pengajuan permohonan survei bisa dilakukan, bila Dinas

Kesehatan meminta syarat perpanjangan izin operasional

harus sudah terakreditasi. Untuk itu rumah sakit

mengirimkan surat/ persyaratan dari Dinas Kesehatan

tersebut ke KARS dan survei dapat dilaksanakan. Hasil

survei yang diberikan berupa surat keterangan hasil

akreditasi yang dapat dipergunakan untuk mengurus izin

operasional. Bila izin operasional sudah terbit, rumah sakit

mengirimkan dokumen izin tersebut ke survey@kars.or.id

dan Komisi Akreditasi Rumah Sakit akan memberikan

sertifikat akreditasi kepada rumah sakit tersebut.


45

5. Direktur/Kepala rumah Sakit adalah tenaga medis (dokter

atau dokter gigi).

6. Rumah sakit beroperasi penuh (full operation) dengan

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat secara paripurna selama 24 jam sehari dan 7 hari

seminggu.

7. Rumah sakit mempunyai izin Instalasi Pengelolaaan

Limbah Cair (IPLC) yang masih berlaku.

8. Rumah sakit mempunyai izin pengelolaan limbah bahan

berbahaya dan beracun yang masih berlaku atau

kerjasama dengan pihak ketiga yang mempunyai izin

sebagai pengolah limbah bahan beracun dan berbahaya

yang masih berlaku dan atau izin sebagai transporter yang

masih berlaku.

9. Semua tenaga medis pemberi asuhan di rumah sakit telah

mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin

Praktik (SIP).

10. Rumah sakit melaksanakan atau bersedia melaksanakan

kewajiban dalam meningkatkan mutu asuhan dan

keselamatan pasien.

Catatan: Bila dalam kajian persyaratan yang disampaikan

tidak memenuhi kriteria 1. sampai dengan 10. maka KARS

dapat memutuskan bahwa tidak dilaksanakan survei

sampai dengan persyaratan dipenuhi.


46

.3.8 Kebijakan Survei Akreditasi Rumah Sakit

a. Dasar Proses Akreditasi

Proses akreditasi didasarkan pada hasil evaluasi kepatuhan

Rumah Sakit terhadap Standar Nasional Akreditasi Rumah

Sakit edisi 1 . Setelah terakreditasi, rumah sakit diharapkan

untuk menunjukkan kepatuhan terus menerus terhadap

standar di setiap siklus akreditasi. Standar akreditasi

diperbarui setiap tiga tahun.

b. Tujuan Survei

Survei akreditasi dilaksanakan dengan menilai kesesuaian

rumah sakit terhadap standar nasional akreditasi rumah sakit

edisi 1 melalui proses:

- wawancara dengan staf dan pasien serta informasi

lisan lainnya.

- Pengamatan proses penanganan pasien secara

langsung

- Tinjauan terhadap kebijakan, prosedur, panduan

praktik klinis, rekam medis pasien, catatan personel,

kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,

dan dokumen lain yang diminta dari rumah sakit.

- Tinjauan data peningkatan mutu dan keselamatan

pasien, penilaian kinerja dan hasil.

- Pelaksanaan aktivitas telusur pasien secara individual

(yaitu mengevaluasi pengalaman perawatan pasien

melalui proses perawatan di rumah sakit).


47

- Pelaksanaan aktivitas telusur terfokus terhadap sistem

atau proses di seluruh organisasi (misalnya,

manajemen obat, pengendalian infeksi, limbah dan

bahan berbahaya, atau sistem dan proses rawan

masalah, berisiko tinggi, bervolume tinggi/rendah

lainnya).

c. Proses Survei

Metode aktivitas telusur merupakan proses survei oleh

surveior KARS langsung di lokasi. Dalam metode aktivitas

telusur, surveior memilih pasien dari populasi pasien di rumah

sakit dan melakukan telusur terhadap asuhan yang diberikan

kepada pasien oleh rumah sakit dan juga akanmelakukan

aktivitas telusur terhadap sistem dan proses penting dalam

pelayanan klinis dan manajerial. Dalam aktivitas ini surveior

dapat menemukan bukti masalah ketidakpatuhan terhadap

standar dalam satu atau beberapa langkah proses pelayanan

dan asuhan pasien serta proses manajemen atau pada saat

acara pertemuan diantara proses-proses tersebut. Dalam

proses survei, surveior dapat melakukan:

- wawancara kepada staf secara individual atau di dalam

kelompok

- mengamati perawatan pasien

- wawancara kepada pasien dan keluarganya

- meninjau rekam medis pasien

- meninjau catatan personel/file pegawai


48

- meninjau kebijakan dan prosedur dan dokumen lainnya.

Setelah rumah sakit menandatangani kontrak survei, rumah sakit

harus mempelajari Panduan Proses Survei Rumah Sakit (Hospital

Survey Process Guide) yang ditetapkan oleh KARS untuk mengetahui

penjelasan rinci tentang proses yang terjadi selama survei awal atau

survei ulang, termasuk penjelasan rinci mengenai seluruh aktivitas

survei, dokumentasi yang dibutuhkan, dan sumber daya lainnya. Sejak

hari kedua survei, pada pagi hari surveior melakukan klarifikasi kepada

direktur rumah sakit dan pimpinan lainnya pada pertemuan

kepemimpinan. Pada pertemuan ini, surveior memberikan informasi

mengenai temuan mereka. Penting untuk dicatat bahwa informasi awal

apapun bukanlah merupakan keputusan akhir sampai pemeriksaan

laporan survei di KARS selesai.

Jika selama proses survei surveior menemukan kondisi yang dapat

berakibat ancaman serius bagi keselamatan publik atau pasien,

mereka akan melaporkan kepada KARS. Dalam situasi demikian,

KARS dapat memutuskan untuk menghentikan survei dan

mempertimbangkan untuk melaporkan kepada institusi terkait. KARS

menetapkan tanggal berlakunya standar nasional akreditasi rumah

sakit edisi 1 pada tanggal 1 Januari 2018. Dengan demikian setelah

tanggal tersebut, KARS melakukan semua kegiatan survei akreditasi

dengan menggunakan standar tersebut.

.3.9 Survei Akreditasi Rumah Sakit


49

1) Jenis-jenis Survei

Survei dilaksanakan sesuai dengan menilai semua standar

nasional akreditasi rumah sakit edisi 1 di seluruh rumah

sakit. Bentuk survei meliputi survei awal, survei ulang,

survei verifikasi dan survei terfokus. Definisi setiap survei

adalah sebagai berikut:

- Survei Awal—Survei langsung penuh pertama pada rumah

sakit Survei Remedial—Evaluasi langsung yang

dijadwalkan paling lambat 6 bulan setelah survei awal

untuk mengevaluasi elemen penilaian (EP) yang

mendapatkan nilai “tidak terpenuhi” (“not met”) atau

“terpenuhi sebagian” (“partially met”) yang mengakibatkan

rumah sakit gagal untuk memenuhi persyaratan kelulusan

akreditasi.

- Survei Ulang—Survei rumah sakit setelah siklus akreditasi

tiga tahun Survei Remedial—Evaluasi langsung yang

dijadwalkan paling lambat 6 bulan setelah survei awal

untuk mengevaluasi elemen penilaian (EP) yang

mendapatkan nilai “tidak terpenuhi” (“not met”) atau

“terpenuhi sebagian” (“partially met”) yang mengakibatkan

rumah sakit gagal untuk memenuhi persyaratan kelulusan

akreditasi.

- Survei Verifikasi Survei verifikasi dilaksanakan satu tahun

dan dua tahun setelah survei akreditasi awal atau survei


50

ulang untuk melakukan verifikasi terhadap perencanaan

perbaikan strategis (PPS).

- Survei Terfokus Survei terfokus adalah survei langsung

yang terbatas dalam lingkup, konten, dan lamanya, dan

dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang suatu

masalah, standar, atau elemen penilaian secara spesifik.

KARS melakukan jenis survei terfokus sebagai berikut:

 Bila KARS menemukan adanya ketidakpatuhan

yang serius terhadap standar, masalah perawatan

atau keselamatan pasien yang serius, masalah

regulasi atau sanksi, atau masalah serius lainnya

dalam suatu rumah sakit yang terakreditasi atau

program bersertifikat, yang mungkin menempatkan

rumah sakit pada status Berisiko Untuk Penolakan

Akreditasi.

 Bila rumah sakit memberitahu kepada KARS

adanya perubahan dalam waktu 15 hari, termasuk

namun tidak terbatas pada sebagai berikut:

 Perubahan kepemilikan dan/atau nama rumah sakit

 Pencabutan atau pembatasan izin operasional,

setiap pembatasan atau penutupan layanan

perawatan pasien, sanksi profesi atau sanksi untuk

staf lain, atau tindakan lain menurut hukum dan

peraturan yang diberikan oleh otoritas kesehatan

terkait
51

 Peralihan atau perubahan penggunaan bangunan

perawatan pasien, pembangunan baru atau

perluasan bangunan perawatan pasien, atau

kepemilikan bangunan di lokasi baru di masyarakat,

memperluas jenis dan volume pelayanan perawatan

pasien 25 persen atau lebih dari yang telah

dilaporkan di dalam profil rumah sakit, atau tidak

dilaporkan sebagai lokasi perawatan pasien, atau

tidak termasuk dalam ruang lingkup survei

akreditasi sebelumnya

 Perluasan kapasitas rumah sakit yang memang

dimaksudkan untuk memberikan pelayanan tanpa

adanya fasilitas baru, telah direnovasi, atau telah

diperluas sebesar 25 persen atau lebih, yang dinilai

melalui volume pasien, cakupan layanan, atau

penilaian lain yang relevan

 Penambahan satu atau lebih jenis layanan

kesehatan, seperti penambahan unit dialisis atau

penghentian layanan pasien trauma


52

2) Standar Akreditasi Rumah Sakit

Standar akreditasi yang dipergunakan mulai 1 Januari

2018 adalah STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH

SAKIT EDISI 1 yang terdiri dari 16 bab yaitu :

- Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)

- Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas (ARK)

- Hak Pasien dan Keluarga (HPK)

- Asesmen Pasien (AP)

- Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)

- Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)

- Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat

(PKPO)

- Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)

- Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

(PMKP)

- Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

- Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)

- Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

- Kompetensi & Kewenangan Staf (KKS)

- Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)

- Program Nasional (menurunkan angka kematian

ibu dan bayi serta meningkatkan angka kesehatan

ibu dan bayi, menurunkan angka kesakitan


53

HIV/AIDS, menurunkan angka kesakitan

tuberkulosis, pengendalian resistensi antimikroba

dan pelayanan geriatri)

- Integrasi Pendidikan Kesehatan dalam Pelayanan

Rumah Sakit (IPKP) Ketentuan penggunaan

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi I

sebagai berikut:

- Rumah Sakit Pendidikan : 16 bab

- Rumah Sakit non Pendidikan : 15 bab

.3.10 Kebijakan Penentuan Kelulusan (Keputusan Akreditasi)

Keputusan akreditasi KARS berdasarkan capaian rumah sakit

terhadap Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 Ketua

Eksekutif KARS mempertimbangkan semua hasil dan informasi

saat survei awal atau survei ulang untuk pengambilan keputusan

hasil akreditasi. Hasilnya dapat berupa rumah sakit memenuhi

kriteria untuk akreditasi keseluruhan atau sebagian, atau tidak

memenuhi kriteria dan tidak dapat memperoleh akreditasi.

Keputusan akreditasi final didasarkan pada kepatuhan rumah sakit

terhadap standar akreditasi. Rumah sakit tidak menerima nilai/skor

sebagai bagian dari keputusan akreditasi final. Ketika suatu rumah

sakit berhasil memenuhi persyaratan akreditasi KARS, rumah sakit

tersebut akan menerima penghargaan Status Akreditasi Sebagai

berikut:
54

A. Rumah Sakit Non Pendidikan

 Tidak lulus akreditasi

- Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 15 bab

yang disurvei, semua mendapat nilai kurang dari 60

%.

- Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat

mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi

dari surveior dilaksanakan.

 Akreditasi tingkat dasar

- Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat

dasar bila dari 15 bab yang di survei hanya 4 bab

yang mendapat nilai minimal 80 % dan 12 bab

lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20

 Akreditasi tingkat madya

- Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat

madya bila dari 15 bab yang di survei ada 8 bab

yang mendapat nilai minimal 80 % dan 7 bab

lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20

% Akreditasi tingkat utama

- Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat

utama bila dari 15 bab yang di survei ada 12 bab

yang mendapat nilai minimal 80 % dan 3 bab


55

lainnya tidak ada yang mendapat nilai dibawah 20

 Akreditasi tingkat paripurna

- Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat

paripurna bila dari 15 bab yang di survei semua bab

mendapat nilai minimal 80 %.

B. Rumah Sakit Pendidikan

 Tidak lulus akreditasi

- Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 16 bab

yang di survei mendapat nilai kurang dari 60 %.

- Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat

mengajukan akreditasi ulang setelah rekomendasi

dari surveior dilaksanakan.

 Akreditasi tingkat dasar

- Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat

dasar bila dari 16 bab yang di survei hanya 4 bab,

dimana salah satu babnya adalah Institusi

pendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai

minimal 80 % dan 12 bab lainnya tidak ada yang

mendapat nilai dibawah 20 %

 Akreditasi tingkat madya

- Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat

madya bila dari 16 bab yang di survei ada 8 bab,

dimana salah satu babnya adalah Institusi

pendidikan pelayanan kesehatan, mendapat nilai


56

minimal 80 % dan 8 bab lainnya tidak ada yang

mendapat nilai dibawah 20 %

 Akreditasi tingkat utama

- Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat

utama bila dari 16 bab yang di survei ada 12 bab,

dimana salah satu babnya adalah Institusi

pendidikan pelayanan kesehatan mendapat nilai

minimal 80 % dan 4 bab lainnya tidak ada yang

mendapat nilai dibawah 20 %

 Akreditasi tingkat paripurna

- Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat

paripurna bila dari 16 bab yang di survei semua bab

mendapat nilai minimal 80 %.

.3.11 Kebijakan Penundaan Penetapan Status Akreditasi

Kondisi yang menyebabkan rumah sakit berisiko ditolak atau

ditunda status akreditasinya adalah sebagai berikut:

- Adanya ancaman terhadap keselamatan dan keamanan

pasien atau keamanan dan keselamatan staf di dalam rumah

sakit. KARS menerima data ini bisa dari laporan Tim Survei,

atau dari sumber lain yang akurat. Tindakan yang akan

dilakukan KARS adalah melakukan survei terfokus.

- Ada staf medis yang tidak mempunyai STR dan atau SIP yang

masih berlaku, yang memberikan pelayanan medis. Bila ada

laporan dari Tim Survei, masih ada staf medis yang


57

belum/habis masa berlakunya/dalam proses perpanjangan

STR dan SIP nya maka penetapan status akreditasi ditunda

dan KARS memberikan surat keterangan bahwa rumah sakit

telah dilakukan survei akreditasi. Bila STR dan SIP sudah ada

atau diperbarui, rumah sakit agar melaporkan kepada KARS

dengan melampirkan copy STR dan SIP melalui email

survei@kars.or.id

- Bila rumah sakit memberikan informasi atau data palsu,

misalnya Direktur rumah sakit ternyata bukan tenaga medis,

ada staf dari rumah sakit lain (bukan pegawai/staf rumah sakit)

yang terlibat/membantu wawancara/presentasi pada waktu

pelaksanaan survei), peminjaman peralatan medis dari rumah

sakit lain, dan pemalsuan data atau informasi lainnya, maka

KARS akan melakukan survei terfokus.

- Izin operasional rumah sakit habis masa berlakunya Bila ada

laporan dari Tim Survei, izin operasional rumah sakit habis

masa berlakunya/masih dalam proses perpanjangan maka

Status kelulusan rumah sakit ditunda dan KARS memberikan

surat keterangan bahwa rumah sakit telah dilakukan akreditasi

oleh KARS. Dan bila izin operasional sudah ada, rumah sakit

agar melaporkan ke KARS dengan melampirkan izin

operasional melalui email survei@kars.or.id

- Izin pengolahan limbah cair dan B-3 habis masa berlakunya.

Bila ada laporan dari Tim Survei, bahwa izin pengolahan

limbah cair dan B-3 habis masa berlakunya/dalam proses


58

perpanjangan maka status kelulusan rumah sakit ditunda dan

KARS memberikan surat keterangan bahwa rumah sakit telah

dilakukan akreditasi oleh KARS. Dan bila Izin pengolahan

limbah cair dan B-3 P sudah ada, rumah sakit agar

melaporkan ke KARS dengan melampirkan Izin pengolahan

limbah cair dan B-3 melalui email survei@kars.or.id

- Rumah Sakit tidak menyampaikan Perencanaan Perbaikan

Strategis (PPS) yang layak dalam waktu 1 (satu bulan) setelah

mendapatkan pemberitahuan hasil survei akreditasi.

Sekretaris Eksekutif KARS dan surveior dapat

mengidentifikasi kondisi-kondisi tersebut selama survei

langsung di rumah sakit, selama peninjauan laporan survei

atau kegiatan tindak lanjut setelah survei, atau dari pengaduan

yang disampaikan terhadap rumah sakit atau setelah

penghapusan atau pembatasan lisensi/izin beroperasi oleh

badan pengawas nasional atau lainnya atau pihak yang

berwenang. Ketika surveior menemukan bahwa kondisi ini

dibenarkan dan tidak diselesaikan, Penolakan Akreditasi akan

direkomendasikan kepada Ketua Eksekutif KARS.


59

.4 Peran Unit Rekam Medis Dalam Akreditasi Rumah Sakit

.4.1 Peran Unit Rekam Medis

Menurut Depkes RI (1996: 14), Tujuan Umum dari Akreditasi

Rumah sakit adalah Mendapatkan gambaran seberapa jauh Rumah

sakit di Indonesia telah memenuhi berbagai standar yang ditentukan,

dengan demikian mutu pelayanan di rumah sakit dapat pertanggung

jawabkan. Maka berdasarkan definisi diatas akreditasi Rumah sakit

adalah satu pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada

Rumah sakit karena telah memenuhi standar yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian tersebut tentu dari semua standar elemen

penilaian dalam unit Rumah Sakit termasuk rekam medis harus

memenuhi standar. Sehingga pentingnya penyelenggaraan rekam

medis untuk meningkatkan kualitas mutu rekam medis agar bisa

akreditasi.

Unit rekam medis merupakan salah satu unit yang berperan

penting mulai dari pendaftaran hingga pencatatan riwayat penyakit

pasien. Organisasi pelayanan kesehatan harus memiliki rekam medis

yang bertanggung jawab administratif untuk pencatatan riwayat

kesehatan pasien. Rekam medis harus ada untuk setiap individu yang

dievaluasi atau diobati di organisasi perawatan kesehatan. Rekam

medis mencakup setidaknya dokumen tertulis, informasi elektronik

terkomputerisasi, film radiologi dan pemindaian, laporan laboratorium

dan slide patologi, video, rekaman audio, dan bentuk informasi lain

terkaitkondisi pasien(Belakang, 2011). Rekam medis harus


60

mengandung informasi seperti catatan, dokumentasi, catatan, laporan

rekaman, hasil tes dan penilaian untuk mendukung diagnosis dan

menggambarkan pasien kemajuan dan respons terhadap obat-obatan

dan layanan. Rekam medis harus berisi informasi atau dokumentasi

lengkap mengenai evaluasi, intervensi, perawatan yang disediakan,

layanan, rencana perawatan, rencana pulang, dan tanggapan pasien

kegiatan-kegiatan itu.

Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan merupakan hal yang

penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan.

Peningkatan kualitas kesehatan ini bukan hal yang mudah karena

tidak hanya berlaku untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjut seperti

rumah sakit, tetapi juga berlaku untuk semua tingkatan pelayanan

kesehatandasar yaitu puskesmas. BUK (Bina Upaya Kesehatan)

Kemenkes menyatakan indikator mutu pelayanan kesehatan adalah

akreditasi.

Tujuan akreditasi agar pelayanan kesehatan memiliki mutu dan

mampu memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar. Mutu

pelayanan kesehatan harus dilaksanakan sesuai dengan standar

pelayanan yang ditetapkan sehingga menimbulkan kepuasan bagi

setiap pasien. Akreditasi bertujuan untuk meningkatkan mutu

pelayanan secara berkesinambungan sesuai dengan standar

pelayanan.
61

.4.2 Persiapan Unit Rekam Medis Untuk Akreditasi

Untuk menghadapi akreditasi maka petugas di unit Rekam Medis

melakukan persiapan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

persiapan Rekam Medis di Rumah Sakit untuk menghadapi

akreditasi. Persiapan yang dilakukan oleh bidang rekam medis antara

lain :

1. Kelengkapan dokumen, sarana prasarana, hingga mutu

pelayanan dan keselamatan pasien di Rumah Sakit.

2. Kesiapan unit rekam medis dilakukan dengan membuat checklist

kebutuhan dokumen akreditasi sesuai elemen penilaian.

3. Identifikasi kebutuhan dokumen dan identifikasi dokumen yang

sudah dibuat, dokumen yang perlu direvisi, dan dokumen yang

belum dibuat.

4. Membentuk tim akreditasi khusus untuk melakukan persiapan

akreditasi membantu mempermudah melakukan identifikasi dan

melengkapi dokumen sesuai dengan elemen penilaian akreditasi.

5. Membuat kerangka acuan dan menganalisis instrumen untuk

memudahkan tim akreditasi dalam melihat elemen penilaian.


62
BAB III

METODE PENELITIAN

.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena

yang ada. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktifitas, karakteristik,

perubahan,hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang

satu dengan fenomena yang lainnya (Sukmadinata 2006).Dalam

penelitian ini dilihat dari sifatnya yaitu termasuk jenis penelitian deskriptif.

Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang

suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2005). Penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan

menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada,

pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung.

.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

.2.1 Waktu Penelitian

Target waktu yang digunakan untuk penelitian ini di mulai dari tanggal

2 Juli sampai 27 Juli 2020.

.2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di di sub bagian rekam medis RSUD

Kanjuruhan Kepanjen Kabupaten Malang, yang berada di wilayah

Kapanjen, tepatnya di Jl.Panji No.100 Kapanjen, Malang Jawa Timur

Indonesia 6563.

63
64

.3 Fokus Penelitian

Menurut Burhan Bungin (2005) fokus penelitian adalah pokok asal

yang hendak diteliti, mengandung penjelasan mengenai dimensi apa

yang menjadi pusat penelitian dan yang kelak akan dibahas secara

mendalam dan tuntas.Fokus penelitian merupakan pemusatan

kosentrasi terhadap tujuan yang sedang dilakukan.

Fokus penelitian disini meliputi :

1. Peran Unit Rekam Medis Dalam Pelaksanaan Akreditasi Di RSUD

Kanjuruhaan Kabupaten Malang. .

2. Mendeskripsikan Kegiatan Yang Dilakukan Oleh Unit Rekam

Medis Dalam Persiapan Menjelang Akreditasi.

.4 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer : data yang diperoleh langsung dari sumber asli tanpa

media perantara. Data primer berupa opini subjek secara individual

maupun kelompok,hasil observasi terhadap suatu benda (fisik),

kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian. Metode pengambilan

data secara primer diperoleh melalui observasi dan wawancara

langsung dengan Kepala Instalasi Sub bidang Rekam Medis dan

Staf Rekam Medis di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang.

b. Data Sekunder : data sekunder merupakan data yang diperoleh

secara tidak langsung atau melalui media perantara yang berupa

arsip atau dokumen yang dipublikasikan maupun yang tidak


65

dipublikasikan. Data yang dimaksud seperti dalam buku, dokumen

maupun internet. Metode pengambilan data secara sekunder yang

di ambil oleh peneliti dilakukan dengan wawancara mendalam untuk

menemukan rincian penjelasan tentang alasan ketidaklengkapan

dokumen rekam medis.

.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian,tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan atau dapat memperoleh data tetapi dengan cara yang tidak

tepat (Satori & Komariah:2010:145). Teknik ini dilakukan untuk

mendapatkan data atau informasi yang valid sebagai penunjang

keberhasilan penelitian. Pengumpulan data disini dimaksudkan adalah

mengenai teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan

dalam proses pengumpulan data.Teknik pengumpulan data yang

digunakan melalui teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara.

1. Observasi

Menurut Sulistyo dan Basuki (2010:149) observasi dilakukan

untuk mendekatkan peneliti ke orang-orang yang ditelitinya dan ke

situasi atau lingkungan mereka yang sebenarnya. Observasi

sangat penting dilakukan karena peneliti dapat mengenal

lingkungan dan objek penelitian secara langsung dan melihat

bagaimana proses tersebut terjadi sehingga pengamatan yang

dilakukan menghasilkan data yang lebih faktual. Kegiatan ini


66

bertujuan untuk mengamati data secara langsung.Yakni data

mengenai peran rekam medis dalam melakukan akreditasi dan

persiapan yang di lakukan oleh petugas rekam medis menjelang

akreditasi.

2. Dokumentasi

Dokumentasi ini diperlukan untuk mendukung data penelitian A.s

Hornby (Satori & Komariah, 2010:146) mengatakan bahwa

dokumentasi merupakan sesuatu yang ditulis atau dicetak untuk

digunakan untuk sesuatu catatan bukti. Dokumentasi sebagai

media atau alat pendukung bagi peneliti untuk melakukan

penelitian karena dapat merekam kegiatan dan sebagai bukti

autentik untuk kegiatan penelitian.

3. Wawancara

Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab

sambil bertatap muka antara sipenanya atau pewawancara

dengan sipenjawab atau responden menggunakan alat yang di

namakan interview mode guide (panduan) wawancara. Maka

disimpulkan bahwa wawancara adalah metode saling interaksi

antara peneliti dengan sumber informasi yang bertujuan

memperoleh informasi yang valid untuk menunjang penelitian.


67

.6 Metode Analisa Data

Menurut Ardhana 12 ( menurut ardhana 2002: 103 ), menjelaskan

bahwa data analasi adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian

dasar. Menurut Taylor,(1975:79) analisis data sebagai proses yang

merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan meneruskan

ide hipotesis (ide) seperti yang disaranankan dan sebagai usaha untuk

memberikan bantuan dan tema. Apabila dilihat dari tujuan yang dicapai

maka penelitian ini sesuai dengan teori penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang sangat terbatas pada usaha mengungkapkan masalah

atau keadaan peristiwa sebagainama adanya,sehingga bersifat sekedar

mengungkapkan fakta (fakta finding).

Hasil penelitian pun ditekankan memberikan gambaran secara objektif

tentang keadaan sebenarnya.objek yang diteliti atau suatu Manusia serta

kondisi,suatu pemikiran atau pun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif

ini adalah untuk membuat deskriptif yaitu gambaran atau lukisan secara

sistematis,factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang teliti. Sehingga metode penelitian yang

digunakan oleh penulis adalah metode analisis deksriptif.

Anda mungkin juga menyukai