SAMARINDA
Oleh
NIDN. 4026116602
APRIL 2018
ii
1
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Efektivitas Standart Operasional Prosedur Pemasangan Infus
Terhadap Pencegahan Plebitis di RS AW Syahrani Samarinda” dengan baik.
Penyusunan laporan ini dalam rangka memenuhi kewajiban sebagai dosen pada
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur. Selesainya Laporan Penelitian ini
tidak lepas bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, dengan kerendahan hati
penulis ingin mengucapkan terima kasih khususnya kepada yang terhormat:
1. Direktur Poltekkes Kemenkes Kaltim
2. Ketua Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Kaltim
3. Direktur RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Penulis
2
ABSTRAK
Pendahuluan: Salah satu infeksi nosokomial yang timbul akibat dari pemberian
terapi intravena yaitu phlebitis, pencegahan phlebitis pada pasien merupakan
tanggung jawab perawat sebagai pelaksana, oleh karena itu pemasangan infus
sesuai SOP merupakan hal yang harus dilakukan oleh perawat sebagai upaya
pencegahan phlebitis. Pemasangan infus sesuai dengan prosedur juga akan
meningkatkan patient safety dan menurunkan resiko infeksi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektivitas standa operasional prosedur terhadap pencegahan
plebitis
Metode: Penelitian ini peneliti menggunakan metode Observasional Analitik dengan
pendekatan desain kohort berganda dilaksanakan pada bulan April s/d September
2018, sampel diambil secara random dari perawat di ruang rawat inap RSUD A. W.
Sjahranie, responden sebanyak 81 perawat. Analisis univariat dalam bentuk distribusi
frekuensi dan analisa bivariat mengunakan uji Chi Square.
Hasil: Uji Statistik chi square dengan taraf signifikan α 5 % dengan nilai p
didapatkan sebesar 0,78 (p < α 0,05), disimpulkan bahwa Ho diterima, artinya secara
statistik tidak ada hubungan yang bermakna efektivitas menjalankan standar
operasional prosedur terhadap pencegahan plebitis.
Kesimpulan: Tidak ada hubungan efektivitas menjalankan Standar Operaional
Prosedur dengan pencegahan Plebitis
Saran: Hendaknya Rumah sakit memperhatikan personal hygiene dan perawatan
infuse haria umtuk mencegah terjadi plebitis
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iv
LAMPIRAN.......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
C. Kepatuhan......................................................................................... 50
F. Kerangka Konsep............................................................................... 48
G. Hipotesis............................................................................................ 49
4
D. Definisi Operasional.......................................................................... 54
H. Analisa Data....................................................................................... 62
I. Etika Penelitian.................................................................................. 64
J. Jadwal Kegiatan................................................................................. 66
B. Hasil Penelitian.................................................................................. 69
1. Karakteristik Responden............................................................ 69
C. Pembahasan........................................................................................ 74
5
A. Kesimpulan.......................................................................................... 82
B. Saran.................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pasien dirawat di rumah sakit karena adanya transmisi mikroba patogen yang
Salah satu infeksi nosokomial yang timbul akibat dari pemberian terapi
maupun bakteri.
darah vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-
diberikan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan
Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7%
dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari Eropa, Timur Tengah,
Indonesia atau sekitar 2,8% dan sebanyak 293 Pencegahan phlebitis dari
18.800 pasien di Rumah Sakit Khusus atau Swasta di Indonesia pada tahun
phlebitis diharapkan kurang dari 5 per mil berdasarkan standart RSUD Abdul
peningkatan pada tahun 2017 khususnya pada ruangan Flamboyan dan Asther.
Data yang diperoleh pada tahun 2016 di Ruang Flamboyan sebanyak 37,9 per
phlebitis sebanyak 45,28 per mil. Sedangkan pada Ruangan Ashter angka
Pencegahan phlebitis pada tahun 2016 sebanyak 44,4 per mil dan tahun 2017
Wahab Sjahranie pada tanggal 3 Januari 2018 di ruang Flamboyan dan Ashter
infus sesuai SOP merupakan hal yang harus dilakukan oleh perawat sebagai
Dari hasil penelitian oleh Sastriani pada tahun 2016 hasil penelitian
ditandai dengan eritema dengan atau tanpa rasa sakit. Phlebitis derajat 2
ditandai dengan sakit, eritema, edema dengan atau ada garis lurus tetapi
sakit, eritema, edema dengan atau ada garis lurus mengikuti garis pembuluh
phlebitis (Alexander Mary, 2006). Tidak hanya phlebitis saja pada komplikasi
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan
5
Samarinda
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
terapi intravena.
Pencegahan phlebitis
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat praktisi
a. Bagi Peneliti
b. Bagi Responden
satunya juga pada tekhnik pemasangan infus yang baik sesuai dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Infeksi Nosokomial
Infectioni (HAIs) dengan pengertian yng lebih luas tidak hanya di rumah
2007).
selesai dirawat atau setelah selesai dalam masa perawatan. Secara umum,
pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan gejala infeksi setelah 72
disebabkan oleh bakteri dan virus (Oguntibeju & Nwobu, 2004). Menurut
a. Conventional Patogens
hepatitis.
b. Conditional Patogens
c. Opportunistik Patogens
objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda
oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu
Agar bakteri, virus dan penyebab infeksi lain dapat bertahan hidup
11
dan menyebar, sejumlah faktor atau kondisi tertentu harus tersedia. Seperti
HOST/PEJAMU RESERVOAR
RENTAN
METODE PENULARAN
Bagaimana agen berpindah dari satu tempat ke tempat lain (dari satu orang ke orang
lain).
a. Reservoir Agent
air, insekta, dan benda mati dapat juga menjadi reservoir bagi
oksigen, air, suhu yang tepat, pH, dan cahaya (Perry & Potter, 2005).
adalah bagian rentang terhadap infeksi dan adanya luka pada kulit
resiko terinfeksi patogen yang berbahaya melalui darah dan cairan tubuh
lainnya, dan Body Substance Isolation (BSI) atau isolasi tubuh yang
aman, (10) Praktek untuk punksi lumbal (Akib, et. al., 2008).
15
a. Kesadaran dan rasa tanggung jawab para petugas bahwa dirinya dapat
(Darmadi, 2008).
B. Terapi Intravena
agar kebutuhan akan cairan dan nutrisi yang hilang dapat terpenuhi
(Darmadi, 2010).
16
Pemberian cairan bisa saja melalui oral ataupun melalui vena namun
keadaan kejang.
komponen darah).
h. Semua trauma kepala, dada, dan tulang (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah).
pemasangan infus. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena
iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya
+
(konsentrasi ion Na lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut
diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan
(dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan
Dekstrosa 2,5%.
19
sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang
fisiologis.
sehingga tidak akan keluar dari membrane kapiler, dan tetap berada
cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid
Intravena (IV) push (IV bolus), adalah memberikan obat dari jarum
digoksin), untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah besar secara terus
yang dicampur.
aliran. Infus melalui intravena, intra arteri, dan intra thecal (spinal) dapat
21
heparin lock, “piggy bag” untuk infus yang kontiniu, atau untuk terapi
(2009) yaitu:
1. Komplikasi lokal
a. Phlebitis
sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area insersi atau
b. Hematoma
penusukan.
c. Infiltrasi
pembuluh darah), hal ini dapat terjadi karena ujung jarum infus
aliran vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi vena,
23
d. Trombophlebitis
e. Emboli udara
pembuluh darah.
f. Occlusion
ketika botol dinaiikan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak
gangguan aliran IV, aliran darah ketika pasien berjalan, dan selang
g. Spasme vena
yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah
h. Reaksi vasovagal
kontraksi otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati
2. Komplikasi sistemik
a. Septikemia
diare, demam dan menggigil, malaise umum, dan jika parah bisa
b. Reaksi alergi
c. Overload sirkulasi
tekanan vena sentral, dipsnea berat, dan sianosis. Tanda dan gejala
terlalu cepat atau penyakit hati, jantung dan ginjal. Hal ini juga
d. Embolisme udara
Intravena
a. Pungsi Vena
ekstremitas atas karena vena ini relatif aman dan mudah dimasuki.
penusukan vena: kondisi vena; jenis cairan atau obat yang akan
kesehatan.
pungsi vena.
perawat.
c. Penghentian infus
Bare, 2001).
vena pasien. Kateter terdiri dari ukuran 16-24 dengan variasi panjang
9. Lokasi
Menurut Perry dan Potter (2005), tempat atau lokasi vena perifer
atau perifer kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses
basalika, vena sefalika, vena kubital median, vena median lengan bawah,
dan vena radialis), permukaan dorsal (vena safena magna, ramus dorsalis).
perifer).
dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal
sklerosis).
2.3 Gambar
Lokasi Vena Perifer Pemilihan Pemasangan Terapi intravena
a. Rotasi rutin tempat kanula harus dilakukan setiap 72-96 jam dapat
baik dari pada jarum logam karena tidak menembus vena saat
rotasi).
f. Set infus harus di ganti jika terjadi kerusakan atau secara rutin setiap
b. Ganti lokasi tusukan setiap 48-72 jam dan gunakan set infus baru.
c. Ganti kasa penutup luka setiap 24-48 jam dan evaluasi tanda infeksi.
e. Jika infus tidak diperlukan lagi, buka fiksasi pada lokasi penusukan.
yang telah rusak, vena pada daerah fleksi dan vena yang tidak stabil.
34
C. Kepatuhan
1. Pengertian Kepatuhan
optimal jika perawat itu sendiri mengganggap perilaku ini bernilai positif
(Sarwono, 2007).
2. Indikator Kepatuhan
perilaku yaitu:
35
a. Konformitas (conformity)
b. Penerimaan (compliance)
senang hati karena percaya terhadap tekanan atau norma sosial dalam
c. Ketaatan (obediance)
pada kemarahan atau agresi yang meningkat, tetapi lebih pada bentuk
lakunya agar sesuai dengan cara melakukan tindakan yang sesuai dan
bentuk-bentuk perilaku patuh kepada norma sosial oleh Sarwono dan Meinarno
a. Faktor internal
1) Pengetahuan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang penginderaan terhadap
behavior).
37
2) Sikap
respons.
3) Kemampuan
4) Motivasi
b. Faktor eksternal
1) Karakteristik Organisasi
2) Karakteristik kelompok
komunitas yang terdiri dari dua orang atau lebih yang memiliki
(Rusmana, 2008).
3) Karakteristik pekerjaan
antara jenis pekerjaan yang satu dengan yang lainnya yang bersifat
tugas yang ada di dalam semua pekerjaan serta dirasakan oleh para
pekerjaannya.
4) Karakteristik lingkungan
(Swansburg,2004).
yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses
pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan waktu yang lama, dengan
menggunakan infus.
42
2. Tujuan
a. Sebagai pengobatan.
c. Memberikan zat makanan pada pasien yang tidak tepat atau tidak boleh
melalui mulut.
peralatan intravena harus steril, juga wadah selang parenteral. Tempat insersi
harus dibersihkan dengan kapas povidoneiodine selama 2-3 menit, ,u;ai dari
tengah ke arah tepi. Tindakan ini diikuti dengan alcohol 70%. (Hanya
alcohol yang digunakan jika pasien alergi pada iodine). Perawat harus
menggunakan sarung tangan sekali pakai tidak steril selama prosedur pungsi
(Asmadi,2008).
a. Persiapan alat
4) Standart infus.
7) Plester.
8) Tourniquet 1 buah.
9) Bengkok 1 buah.
13) Guntimg.
b. Pelaksanaan
intravena, lama terapi IV, jumlah dan jenis cairan yang dibutuhkan,
10) Sambungkan kolf infus dengan selang infus, isi drip chamber
11) Atur roll clamp sekitar 2-5 cm di bawah drip chamber pada posisi
off.
infus: kolf cairan harus tergantung minimal 1 meter dari atas lokasi
tetesan infus)
13) Atur posisi pasien : posisi tangan lebh rendah dari posisi jantung
17) Pilh vena yang cukup dilatasi, jika kulit pasien tebal atau warnanya
45
gelap, vena tidak dapat dilihat, palpasi vena sampai teraba penuh
18) Mulailah dari vena bagian distal pada lenga yang non dominan agar
19) Penempatan kateter harus berada jauh fari pergerakan sendi, seperti
22) Cuci tangan hand rubs dan kenakan sarung tangan steril.
24) Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan diameter 5-10 cm dengan
26) Dengan memiringkan jarum dengan sudut 30-45 derajat tusuk kulit
pasien.
27) Memasuki kulit dan vena dalam satu gerakan halus dari atas. Anda
jarum.
28) Setelah yakin jarum masuk ke dalam vena yang ditandai dengan
46
30) Tarik pelan-pelan maindrain dari dalam cateter dengan satu tangan,
32) Buka klem selang infus dan perhatikan tetesan cairan harus
lokasi IV.
40) Berikan label pada area infus untuk informasi sesuai kebijakan
(tanggal,jam pemasangan).
E. Kerangka Teori
1. Conventional patogens
Terapi Intravena
(kuman penyebab terjadinya
phlebitis)
2. Conditional patogens
3. Opportunistik patogens Komplikasi
Hematoma Infiltrasi
Phlebitis
Karakteristik: Karakteristik:
Karakteristik:
1. Bengkak 1.Masuknya cairan infus ke
1. Nyeri.
2. Adanya warna dalam jaringan sekitar (bukan
2. Kemerahan.
keunguan pada pembuluh darah)
3. Pembengkakan.
daerah bekas 2. Saat ditekan-tekan pada
4. Pireksia
tusukan. daerah tusukan terasa adanya
5. Keluar cairan pus.
cairan pada daerah bekas
6. Vena teraba keras.
tusukan.
48
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan:
Faktor Internal Penatalaksanaan / Indikator Kepatuhan:
a. Pengetahuan pencegahan : 1. Konformitas
b. Sikap 2. Penerimaan
c. Kemampuan 1. Gunakan alat yang steril 3. Ketaatan
d. Motivasi 2. Ganti lokasi tusukan 48-
Faktor Eksternal 72 jam
a. Karakteristik Organisasi 3. Ganti kasa penutup luka
b. Karakteristik Kelompok setia 24-48 jam
c. Karakteristik Pekerjaan Standart
4. Observasi tanda / reaksi
d. Karakteristik Lingkungan Operasional
terhadap alerfi infus dan
Prosedur
komplikasi lain
F. Kerangka Konsep
2.4 Gambar Kerangka Teori
(Sumber: Infusion Nursing Society (INS 2010); Umami,(2010:26); RSUD AW. Sjahranie 2015)
Kerangka konsep menggambarkan variabel independen yaitu Kepatuhan
dependen yaitu phlebitis dan efek samping terapi intravena. Melalui kerangka
konsep ini diharapkan pembaca dengan mudah memahami apa yang menjadi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Populasi
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruang rawat inap
10 Januari 2018 berjumlah 477 orang dari 15 ruang rawat inap yang
inap yang tidak masuk ke dalam kriteria ruangan sebagai tempat penelitian,
2. Sampel
a. Kriteria Sampel
yaitu:
1. Kriteria inklusi
yaitu:
2. Kriteria eksklusi
adalah:
b. Metode Sampling
c. Besar Sampel
N
n
1 N
2
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
224
n
1 224(0,10) 2
224
n
1 224(0,01)
224
n
1 2,24
224
n
3,24
n 69,13
responden.
n
n'
1 f
69
n'
1 0,15
69
n'
0,85
n' 81,17
55
n
n'
1 f
orang.
Samarinda dan akan dilaksanakan pada bulan April s/d September 2018.
D. Definisi Operasional
ukur yang digunakan, skala pengukuran dan data hasil pengukuran (Dharma,
2011).
56
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Independen (Bebas)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Efektivitas Tindakan perawat dalam Alat ukur: Baik, jika nilainya Ordinal
standart melakukan pemasangan Kuesioner ≥ 75%
operasional infus sesuai dengan standar
prosedur operasional prosedur Cara Ukur : Cukup, jika
pemasangan dengan indikator kepatuhan, Berupa total nilainya 56-74%
infus. konformitas, penerimaan skor yang
dan ketaatan. diperoleh dari Kurang, jika
responden saat nilainya ≤ 55%
menjawab
pertanyaan
sesuai skor yang
diberikan
berdasarkan
skala Likert.
57
Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel Dependen (Terikat)
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Pencegahan Phlebitis dapat diliat secara Alat ukur : 1 = terjadi Nominal
phlebitis langsung dengan mengobservasi Lembar phlebitis
pasien yang terpasang IV line, Observasi 2 = tidak terjadi
tanda dan gejala yang muncul Plebitis, phlebitis
seperti nyeri, kemerahan,
pembengkakan, pireksia (suhu
tubuh lebih dari 37,8 derajat),
keluar cairan pus, vena teraba
keras.
58
E. Instrumen Penelitian
kuesioner. Kuesioner adalah suatu bentuk atau dokumen yang berisi beberapa
secara langsung dari responden (data primer) dengan cara responden mengisi
kuesioner yang diberikan oleh peneliti lalu ditunggu dan dikembalikan pada
peneliti.
Kuesioner yang telah disusun dan dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan
perawat.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Kuesioner Efektivitas
No. Pertanyaan
No. Dimensi Total
Positif Negatif
1. Tindakan pemasangan infus sesuai 1,2,4,5,9,10,1 3,6,7,8,11,12, 22
dengan standart operasional prosedur 3,15,16,17,18, 14
19,20,21,22
2. Tindakan yang dilakukan dengan 23,24 25,26 4
senang hati yang dipengaruhi oleh
komunikasi persuasif dari orang yang
berpengetahuan luas
3. Ketaatan seorang perawat dalam 27,28 29 3
menjalankan standart operasional
prosedur
Total pernyataan 29
menilai variabel pada objek penelitian (Dharna, 2011). Jenis instrumen yang
phlebitis ditambah dengan hematoma dan infiltrasi (VIP) oleh Abdrew Jakcson,
Salah satu cara untuk mencegah dan mengatasi plebitis yaitu dengan
RCN (2010), adapun cara yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan
VIP score. Dinas Kesehatan di Inggris tahun 2010, dan INS di Inggris tahun
2011 dan RCN di Amerika Serikat tahun 2010 merekomendasikan VIP score
sebagai alat atau indikator yang valid, reliabilitas dan secara klinis layak
digunakan untuk menentukan indikasi dini plebitis dan menentukan skor yang
tepat untuk plebitis. VIP score sudah diterima sebagai standar internasional,
bahasa.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah syarat mutlak bagi suatu alat ukur agar dapat
Untuk mengetahui valid atau tidaknya setiap butir soal yang ada pada
diperoleh nilai r hitung lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 0,10
1.
Keterangan :
x : skor pertanyaan
y : skor total
n : jumlah subjek
2. Uji Reabilitas
Keterangan :
k : Jumlah item
sampai 1,0. Semakin kecil nilai reliabilitas makin semakin besar error.
Nilai koefesien reliabilitas tinggi jika nilai Alpa Cronbach >0,60 (Arikunto,
2013).
62
1. Persiapan
Prosedur administrasi
Pencegahan phlebitis tertinggi pada tahun 2016 dan 2017 di ruang rawat
2. Pelaksanaan
responden.
H. Analisis Data
1. Analisis Univariat
2001):
f
p x100%
n
p : Presentase
f : Frekuensi
n : Jumlah data
2. Analisis Bivariat
berhubungan atau berkolerasi. Uji Chi Square adalah teknik statistik yang
atas dua kelas atau lebih dari dua kelas, data berbentuk ordinal dan
berhubungan atau berkolerasi. Uji Chi Square adalah teknik statistik yang
atas dua kelas atau lebih dari dua kelas, data berbentuk ordinal dan
Keterangan:
x2 = Chi kuadrat
alternatifnya, yaitu:
smirnov.
I. Etika Penelitian
Poltekkes Kaltim dan dinyatakan telah lulus uji etik. Selanjutnya mengajukan
permohonan izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini ruang rawat
66
lain-lain dapat diganti dengan kode tertentu. Sehingga identitas subjek tidak
makna secara jujur, hati-hati dan cermat dilakukan secara profesional. Dan
J. Alur Penelitian
Alur pengambilan data pada penelitian ini mulai dari tahap persiapan hingga
Keperawatan
Pengolahan Data
Jadwal Penelitian
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
merupakan salah satu dari dua Rumah Sakit rujukan milik Pemerintah
pasien.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik responden
Samarinda.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang Rawat Inap
RSUD A.W Sjahranie Samarinda
Klasifikasi Umur Frekuensi Persentase
Responden (Tahun) (n) (%)
20-30 50 71,4
31-40 16 22,9
>41 4 5,7
Total 70 100
Sumber: Analisa data primer, 2018
kecil umur responden berada pada kelompok umur 31-40 tahun sebanyak
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang Rawat
Inap RSUD A.W Sjahranie Samarinda
Klasifikasi Pendidikan Frekuensi Persentase
Terakhir Responden (n) (%)
DIII 57 81,4
S1 9 12,9
DIV 4 5,7
Total 70 100
Sumber: Analisa data primer, 2018
(5,7%).
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di
Ruang Rawat Inap RSUD A.W Sjahranie Samarinda
Klasifikasi Jenis Frekuensi Persentase
Kelamin Responden (n) (%)
Laki-laki 24 34,3
Perempuan 46 65,7
Total 70 100
Sumber: Analisa data primer, 2018
orang (52,2%).
72
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Bekerja di Ruang Rawat Inap
RSUD A.W Sjahranie Samarinda
Klasifikasi Lama Frekuensi Persentase
Bekerja Responden (n) (%)
(Tahun)
1-5 41 58,6
6 -10 23 32,9
>11 6 8,6
Total 70 100
Sumber: Analisa data primer, 2018
besar responden berada pada kelompok dengan lama bekerja 1-5 tahun
sebanyak 41orang (58,6%), sebagian lagi dengan lama bekerja 6-10 tahun
sebanayk 23 orang (32,9%), serta sebagian kecil dengan lama bekerja >11
infus
Tabel 4.5
Distribusi efektivitas standart operasional prosedur
pemasangan
infus di Ruang Rawat Inap RSUD A.W Sjahranie Samarinda
Distribusi Responden Kepatuhan Perawat Frekuensi Persentase
Pelaksana (n) (%)
Baik 67 95,7
Cukup Baik 3 4,3
Kurang 0 0
Total 70 100
Sumber : Analisa data primer 2018
kepatuhan cukup baik sebanyak 3 orang (4,3%), dan tidak ada perawat
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pencegahan Phlebitis di RSUD A.W
Sjahranie
Distribusi Responden Frekuensi Persentase
Pencegahan Phlebitis, (n) (%)
Terjadi 5 7,1
Tidak Terjadi 65 92,9
Total 70 100
Sumber : Analisa data primer 2018
Sjahranie.
digunakan adalah 95%, dan nilai kemaknaan yang dipilih, dengan kriteria
yaitu : jika p value > 0,05 maka Ho diterima, jika p value < 0,05 maka Ho
Tabel 4.7
Efektivitas Standart Operasional Prosedur Terhadap Pencegahan Phlebitis di
Ruang Rawat Inap RSUD A.W Sjahranie
Pencegahan Phlebitis,
Kepatuhan
Hematoma, Infiltrasi Total p
Perawat
Terjadi Tidak Terjadi value
Pelaksana
n % n % n %
Baik 5 7,5 62 92,5 67 100
0,78
Cukup Baik 0 0,2 3 2,8 3 100
Sumber : Analisa data primer 2018
infiltrasi.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian secara univariat maupun bivariat, maka
orang (5,7%).
tahun. Dalam penelitian ni umur yang diambil adalah umur antara 17-54
tahun, sehingga usia tersebut masih termasuk usia kerja yang produktif.
potensial menimbulkan stress. Tenaga kerja yang usianya sudah lanjut (>
produktif.
pembelajaran pola pikir seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dan
jenjang pendidikan ini lah dapat diketahui pola pikir seseorang, semakin
sikap bekerja yang baik. Sehingga dari pengetahuan yang ia miliki dapat
orang (34,3%).
umumnya wanita lebih patuh pada saat melakukan tindakan dari pada
pria, karena wanita lebih perduli. Selain itu perempuan juga lebih
lebih detail, berkonsentrasi, dan cenderung lebih rapi dari pada laki-laki.
lebih perduli.
bekerja 1-5 tahun sebanyak 41 orang (58,6%), lama bekerja 6-10 tahun
(8,6%).
baik dan tahu apa yang akan dilakukan berdasarkan pengalaman baik
orang (4,3%).
adalah hasil dari tahu, dan hasil tersebut diperoleh setelah seseorang
yang benar sesuai dengan SOP perawat pelaksana menjadi tahu dan ingat
berlaku.
infeksi.
Samarinda.
hematoma, infiltrasi.
Pencegahan phlebitis
dipengaruhi oleh faktor lain seperti pemilihan lokasi yang kurang tepat,
yang tinggi, hand hygien yang kurang baik maupun dari faktor-faktor
lain.
D. Keterbatasan Penelitian
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
ditetapkan serta dijalankan oleh pihak rumah sakit dapat menjadi acuan
Peneliti berharap penelitian yang telah dilakukan ini dapat menjadi bahan
infiltrasi.
diharapkan untuk menyiapkan diri terutama dari segi kelelahan agar tidak
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, R., et al. (2009). Prosedur klinik keperawatan pada mata ajar kebutuhan
dasar manusia. Jakarta: TIM
Darmadi. (2008). Infeksi nosokomial, problematika dan pengendaliannya. Jakarta:
Salemba Medika Firmina,
Y.L (2012). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam
pelaksanaan SOP pemasangan infus dibangsal melati RSUD Penembahan
Senopati Bantul.
Maria, Ince. (2012). Kepatuhan perawat dalam melaksanakan standar prosedur
operasional pemasangan infus terhadap phlebitis.
www.stikesbaptisjurnal@ymail.com. Diakses tanggal 4 oktober 2012
Nursalam. (2011). Manajemen keperawatan, aplikasi dalam praktik keperawatan
professional, edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
Nurjanah, D., Solechan, A., dan Kristiyawati, S.P. (2011). Hubungan antara
lokasi penusukan infus dan tingkat usia dengan Pencegahan flebitis di
ruang rawat inap dewasa RSUD Tugurejo Semarang.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/indek.php/ilmukeperawatan/artikel/do
w nload. Diunduh tanggal 10 desember 2012.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Pasaribu. (2006). Analisis pelaksanaan standar operasional prosedur
pemasangan infuse terhadap Pencegahan phlebitis di ruang rawat inap
RS Haji Medan. Diunduh tanggal 28 November 2012.
Perry & Potter. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses dan
praktik. Volume 1 dan 2. Edisi 4. Jakarta: EGC
Pinzon, R. (2006). Konsep dasar patient safety dalam pelayanan kesehatan.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 11409170173-1411-9498.pdf.
Diunduh tanggal 28 november 2012.
Simamora, R.H. (2012). Buku ajar manajemen keperawatan. Jakarta: EGC
Smeltzer, C.S., & Bare, B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah
87
RINCIA BIAYA
EFEKTIVITAS STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMASANGAN
INFUS TERHADAP PENCEGAHAN PLEBITIS DI RS AW SYAHRANI
SAMARINDA
1. Bahan Habis Pakai
Satuan Jumlah
No Uraian kebutuhan Justifikasi Pemakaian Kwantitas (Rp) (Rp)
Kerta A4 Mencetak proposal, 2 Rim 71,000 142,000
1 persuratan dan laporan
2 Tinta printer Isi ulang printer 2 Set 60,000 120,000
3 Catridge printer Mencetak 1 Pkt 255,000 255,000
4 Alat tulis Pengisian kuisioner 3 Box 30,000 90,000
Komsumsi ( makan Konsumsi rapat tim penelitian 50 OK 30,000 1,500,000
5 + snak) 10 X 5 org
6 Foto Copy Penggandaan 1 Pkt 420,500 420,500
7 Jilid Administrasi 1 Pkt 60,000 60,000
Jumlah 2,587,500
2. Perjalanan
Satuan Jumlah
NO Uraian Perjalanan Justifikasi Perjalanan Kwantitas (Rp) (Rp)
1 Perjalanan Peneliti Perizinan penelitian 5 OK 120,000 600,000
Perjalanan Enumerator Observasi lapangan 5 org 10 OK 120,000 1,200,000
2 X 10 hr
Jumlah 1,800,000
3. Lain-lain
Kegiatan Justifikasi Satuan Jumlah
No Kwantitas (Rp) (Rp)
1 Perizinan Perizinan di Rumah Sakit 1 Pkt 320,000 320,000
2 Ethycal clearence Komisi Etik RS 1 Pkt 300,000 300,000
Jumlah 620,000
Total 5,007,500
89
Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi Universitas Mahidol University, -
Indonesia Bangkok
Bidang Ilmu Keperawatan Manajemen PHC / -
Kesehatan Masyarakat
Tahun Masuk – Lulus 1996-1998 1999-2000 -