Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN BST PRAKLINIK PROFESI

INJEKSI OBAT PADA TN ”H” USIA 69 TAHUN


POST OPERASI DENGAN HEMATURIA DI RUANG EDELWEIS RSUD DR.
R GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

NAMA : DITA UTAMI NAWANG WULAN

NIM : 2311120004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM


PROFESI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2023

1
LEMBAR PENGESAHAN
BST PRAKLINIK PROFESI BIDAN
INJEKSI OBAT PADA TN ”H” USIA 69 POST
OPERASI DENGAN HEMATURIA DI RUANG
EDELWEIS RSUD DR. R. GOETENG
TAROENADIBRATA PURBALINGGA

NAMA : DITA UTAMI NAWANG WULAN

NIM : 2311120004

Mengetahui,

Pembimbing Klinik, Pembimbing Akademik,

( ) ( )

NIK/NIP. NIK/NIP.

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.
Pertama dan yang paling utama, penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah
SWT, karena berkat dan rahmat dan karuniaNyalah penulis dapat menyelesaikan laporan BST
Praklinik Profesi Bidan.
Saya juga berterimakasih kepada pembimbing klinik yang membimbing saya sebelum
dan sesudah melakukan praktik profesi bidan sehingga berjalan dengan lancar, tidak ada
halangan satu pun. Saya juga sangat berterimakasih kepada pihak RSUD dr. R Goeteng
Taroenadibrata yang telah mengizinkan saya untuk melakukan praktik profesi bidan ini di RSUD
dr. R Goeteng Taroenadibrata, khususnya bagi CI, para bidan dan para perwat yang bersedia
memberikan arahan dan pembelajaran dalam melaukan praktik profesi bidan, karena atas kerja
sama yang baik saya bisa mengerjakan laporan ini.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas praktik klinik profesi bidan bagian
BST di RSUD dr. R Goeteng Taroenadibrata. Penulis menyadari laporan ini bukan lain karya
yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika dan
teknik penulisan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaaan laporan ini.Akhir kata, semoga laporan ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum. wr. wb.

Purbalingga, September 2023

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................................1
Halaman Pengesahan..........................................................................................................2
Kata Pengantar....................................................................................................................3
Daftar Isi...............................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................5
B. Tujuan.................................................................................................................6
C. Manfaat...............................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori...........................................................................................7
1. Pengertian injeksi.........................................................................................7
2. Jenis-jenis injeksi.........................................................................................7
3. Prosedur Pelaksanaan injeksi intravena...................................................8
2.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan..............................................10
1. Pengkajian....................................................................................................10
2. Interpretasi Data..........................................................................................10
3. Identifikasi Diagnosa/ Masalah Potensial..................................................10
4. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera.................................................10
5. Perencanaan.................................................................................................10
6. Pelaksanaan..................................................................................................11
7. Evaluasi.........................................................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................................12
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................................15
BAB V PENUTUP................................................................................................................16
1.1 Simpulan................................................................................................................16
1.2 Saran......................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................17

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang dapat membatasi kapabilitas dan
kemampuan seseorang untuk menjalankan rutinitas sehari-hari. Sering kali nyeri menjadi
sinyal peringatan awal untuk memperingatkan Anda bahwa ada sesuatu yang tidak benar di
tubuh Anda. Definisi nyeri yang diterima secara luas dikembangkan oleh Internasional
Association for the Study of Pain (Asosiasi Internasional untuk Penelitian Nyeri): “Nyeri
adalah sensor tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang potensial atau aktual atau dijelaskan dalam istilah tersebut.”
Nyeri pasca operasi merupakan permasalahan yang paling sering dirasakan oleh
pasien. 80% dari total pasien mengalami nyeri akut setelah prosedur operasi. Untuk
mengurangi rasa nyeri tersebut biasanya pasien diberikan injeksi analgetik. Analgetik yang
biasanya digunakan untuk penanganan nyeri pasca operasi yaitu tramadol. Penanganan
nyeri pasca operasi yang tepat dengan pemberian analgetik yang adekuat akan mempercepat
pemulihan dan mempersingkat waktu rawat inap pasien di rumah sakit. Nyeri kronik terjadi
akibat dari nyeri akut pasca operasi yang tidak teratasi dan akan menyebabkan penurunan
kualitas hidup serta biaya perawatan kesehatan yang meningkat.
Upaya yang dapat dilakukan terutama untuk mengatasi nyeri yang dialami pasien yaitu
dengan cara memberi injeksi analgetik, karena pemberian melalui injeksi akan lebih cepat
bereaksi dibandingkan dengan pemberian obat melalui oral. Analgetik memegang peranan
yang sangat penting dalam mengobati nyeri, asalkan pemilihan jenis analgetik yang benar
berdasarkan hasil pertimbangan yang akurat. Sedangkan untuk mempercepat reaksi atau
mempercepat kerja obat, analgetik diberikan melalui injeksi melewati selang infus . Tindakan
injeksi analgetik ini dapat membuat pasien merasa lebih baik karena rasa nyeri yang
dirasakannya akan dengan cepat teratasi .

5
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian injeksi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis injeksi.
3. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan injeksi intravena

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari injeksi
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan melakukan injeksi
3. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pelaksanaan injeksi intravena

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori

1. Pengertian Injeksi
Injeksi yang sering disebut sebagai ‘shot’ atau ‘jab’ dalam bahasa Inggris adalah
proses memasukkan cairan ke tubuh menggunakan jarum. Dalam praktik medis, cairan
yang kerap dimasukkan ke tubuh melalui injeksi adalah obat dan vitamin. Jarum yang
digunakan adalah jarum hipodermik dan jarum suntik. Dalam dunia medis pula, injeksi
kerap dikenal sebagai teknik pemberian obat melalui parenteral, yaitu pemberian melalui
rute selain saluran pencernaan. Injeksi parenteral meliputi injeksi subkutan,
intramuskular, intravena, intraperitoneal, intrakardiak, intraartikular, dan intrakavernosa.
Suntikan umumnya diberikan satu kali pada suatu waktu, meski dapat digunakan
untuk pemberian obat secara terus-menerus dan dalam kasus tertentu. Bahkan, ketika
diberikan satu kali pada waktu tertentu, pengobatannya mungkin bersifat jangka panjang,
yang kemudian disebut sebagai injeksi depot. Jika obat perlu diberikan secara berulang,
kateter yang menetap biasanya lebih disukai daripada injeksi. Injeksi adalah salah satu
prosedur perawatan kesehatan yang cukup umum. Sebagian besar injeksi dilakukan
dalam rangka perawatan kuratif, sedangkan sebagian kecilnya untuk imunisasi, atau
transfusi darah. Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan
dan mencegah infeksi.
2. Jenis-jenis Injeksi
a. Injeksi Intramuskular

Tindakan injeksi atau pemberian obat secara intramuskular dilakukan untuk


pemberian obat. Manfaat injeksi jenis ini adalah supaya obat diserap tubuh dengan
cepat. Prosesnya dilakukan dengan menusukkannya menggunakan jarum suntik
yang memiliki diameter 5 hingga 10 mililiter dengan panjang 6 hingga 8 cm.
Cairan obat yang dimasukkan biasanya berbasis minyak sehingga menembus dan
terserap lebih dalam. Cairan obat tersebut dimasukkan langsung kedalam otot yang
memiliki banyak pembuluh darah dan umumnya dilakukan pada bagian tubuh yang

7
berotot besar, agar tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf. Area yang biasa
dilakukan adalah bokong dan kaki bagian atas atau pada lengan bagian atas.
Pemberian obat seperti ini memungkinkan obat dilepas secara berkala dalam
bentuk depot obat. Sebagian besar vaksin yang tidak aktif, seperti vaksin influenza,
diberikan dengan injeksi intramuskular ini.

b. Injeksi Intradermal

Suntikan intradermal adalah jenis suntikan yang tidak masuk ke bawah


dermis dan biasanya digunakan untuk vaksinasi. Manfaat injeksi ini dapat
membantu mengetahui apakah kamu memiliki alergi. Untuk melakukan tindakan
ini dibutuhkan jarum suntik maksimal 1 mililiter, obat lepas lambat dan jarum
pendek hingga 1,5 sentimeter. Pada penyuntikan intradermal, daerah kulit yang
dipilih bukan area yang mudah luka atau infeksi. Petugas medis biasanya
membantu meregangkan kulit dengan jempol dan telunjuk, dan kemudian
menusukkan jarum perlahan sekitar 2 mm di bawah dan hampir sejajar dengan
permukaan kulit. Jika proses injeksi dilakukan dengan benar, maka muncul
benjolan pucat yang memperlihatkan permukaan folikel rambut pada kulit tempat
suntikan.

c. Injeksi Subkutan

Injeksi ini dianjurkan untuk semua zat yang perlu diserap sangat lambat. Beberapa
contohnya adalah morfin dan atropin. Jenis injeksi ini dilakukan dengan jarum
kecil pendek dan halus sepanjang 1,5 hingga 2 sentimeter dengan diameter jarum
suntik 2 atau 2,5 mililiter. Untuk melakukannya, kamu harus menusuk jarum ke
bawah kulit dengan sudut 45° ke dalam jaringan lemak subkutan. Tarik pendorong
pada semprit untuk memastikan tidak ada darah. Suntikkan obat dengan menekan
pendorong pada semprit pelan-pelan hingga obat habis. Lepaskan jarum dan tekan
kuat-kuat bekas suntikan dengan kapas atau kain kecil. Injeksi subkutan sering
digunakan untuk menyuntikkan berbagai vaksin maupun obat, misalnya vaksin
MMR (campak, gondok, dan rubela), varisela (cacar air), dan zoster (herpes
zoster).

8
d. Injeksi Intravena

Teknik di mana suatu zat dimasukkan langsung ke dalam sistem peredaran


darah dengan jarum dimasukkan ke dalam vena yang mudah diakses. Area yang
disuntikkan biasanya tepat di bawah lekukan siku atau di lengan bawah. Manfaat
utama injeksi intravena adalah obat dapat langsung masuk ke pembuluh darah
sehingga dapat cepat meresap.

Injeksi intravena (bolus) adalah pemberian obat dengan cara memasukkan


obat ke dalam pembuluh darah vena atau melalui karet selang infuse dengan
menggunakan spuit. Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang
menghantarkan darah ke jantung. Injeksi intravena bertujuan untuk memperoleh
reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari pada dengan injeksi perenteral lain,
menghindari terjadinya kerusakan jaringan serta memasukkan obat dalam jumlah
yang lebih besar.

Tujuan Pemberian Injeksi Intravena Melalui Selang Infus (Bolus)

1. Mendapatkan reaksi obat yang cepat diabsorbsi daripada injeksi parenteral lain

2. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,


vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.

3. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit

4. Menghindari terjadinya kerusakan jaringan.

5. Memperbaiki keseimbangan asam basa

6. Memasukkan obat dalam jumlah yang besar

7. Memberikan tranfusi darah

8. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena

9. Membantu pemberian nutrisi parenteral

10. Memonitor Tekanan Vena Sentral (CVP)

9
3. Prosedur pelaksanaan injeksi intravena melalui selang infus
1. Memberikan salam dan menjelaskan pada pasien tindakan yang akan dilakukan procedure
serta tujuannya.
2. Menyiapkan alat dan bahan, membawa ke dekat pasien.
3. Memasang sampiran.
4. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin.
5. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk bersih.
6. Memakai sarung tangan.
7. Oplos obat menggunakan water steril for injection hingga tercampur. Selanjutnya tarik
menggunakan spuit.
8. Memastikan tidak ada gelembung udara pada spuit dengan cara mencoba spuit terlebih
dahulu, lalu simpan pada bak instrumen.
9. Mencari tempat penyuntikan obat pada karet selang atau pada tutup area injeksi pada
vasofix.
10. Memasang pengalas dibawah daerah yang akan disuntik.
11. Melalukan swab atau mendesinfeksi karet selang infus (bolus) dengan kapas alkohol,
secara sirkular dengan diameter + 5 cm.
12. Mengklem cairan infuse.
13. Menusukkan jarum ke dalam karet selang infus (bolus) dengan tangan yang dominan.
14. Menarik sedikit penghisap untuk aspirasi apakah jarum sudah masuk selang infus.
15. Memasukkan obat perlahan-lahan ke dalam vena dengan kecepatan maksimal 5 cc/menit.
Untuk obat-obatan yang pekat sebaiknya dioplos terlebih dahulu menggunakan water
steril.
16. Menarik jarum keluar setelah obat dimasukkan, selanjutnya swab lagi menggunakan kapas
alkohol.
17. Periksa kecepatan tetesan cairan infuse.
18. Membereskan alat, buang alat suntik dan bekas tempat obat dengan benar.
19. Buang sampah pada tempat sampah medis.
20. Buka sarung tangan dan buang pada tempat sampah medis.
21. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mengeringkan dengan handuk atau tissue
hingga kering dan bersih.
22. Melakukan evalusi dan respon pasien setelah tindakan dilakukan.

10
2.2 Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan

1. Pengkajian
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien secara
keseluruhan. Data yang di perlukan terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data
subjektif adalah pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa yang
terdiri dari biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan
dan nifas, biopsikologi spiritual, pengetahuan klien. Data objektif adalah
pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnosticlain
yang dirumuskan dalam data fokus yang terdiri dari data penunjang
keluhan(laboratorium,catatan dari riwayat pasien), pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi).
2. Interpretasi Data
Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnose atau masalah klien atau kebutuhan
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Kata“masalah
dan diagnose ”keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan
seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan
kebidanan terhadap klien.Masalah bias menyertai diagnose. Kebutuhan adalah suatu
bentuk asuhan yang harus diberikan kepada klien,baik klien tahu atau pun tidak tahu.
3. Identifikasi diagnosa/masalah potensial
Mengidentifikasi masalah/diagnosa potensial yang mungkin terjadi sesuai interpretasi
data yang sudah dilakukan, dalam hal ini di butuhkan dan di mungkinkan adanya
pencegahan, antisipasi dan kewaspadaan jika keadaan sudah tidak memungkinkan.
4. Identifikasi kebutuhan tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien.
5. Perencanaan
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan efektif sesuai dengan
keputusan yang telah di buat pada langkah-langkah sebelumnya.

11
6. Pelaksanaan
Melakukan tindakan sesuai asuhan yang sudah direncanakan secara aman, tepat, dan
efisien dengan melakukan kolaborasi dengan tenaga medis lainnya untuk menunjang
keberhasilan dari tindakan dan memikul tanggung jawab atas keselamatan pasien.
7. Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi mengenai pemeriksaan yang sudah dilakukan dengan
memberikan hasil pemeriksaan kepada klien dan memberikan pendidikan
kesehatan kepada klien jika terjadi gangguan dari hasil yang diperoleh.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS
INJEKSI OBAT PADA TN ”H” USIA 69 TAHUN POST OPERASI
DENGAN HEMATURIA DI RUANG EDELWEIS RSUD DR. R
GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

PENGKAJIAN:
Tanggal : 30 Agustus 2023
Tempat: Kamar 2F Ruang Edelweis

Jam: 09.30 WIB

DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
-Nama Pasien : Tn. H
-Usia: 69 tahun
-Agama: Islam
-Suku: Jawa
-Alamat: Babakan 22/6
2. Keluhan: Pasien datang dengan keluhan BAK darah dari 4 yang lalu, merasa nyeri pada luka
bekas operasi (post op)
3. Gejala penyerta : panas, sesak, batuk, pusing
4. Riwayat kesehatan dan Riwayat Obstetri,
-Riwayat Kesehtan:
Riwayat Kesehatan Pasien dan Keluarga tidak ada penyakit sistemik yang pernah
diderita atau sedang diderita pasien dan keluarganya.
-Riwayat menstruasi : -
-Riwayat Obstetri: -
-Riwayat kehamilan : -
5. Pola kebutuhan Sehari-hari
a. Kebutuhan Nustrisi
Frekuensi makan dan minum: makan 3x/hari ,makan 1 piring nasi, minum kurang lebih dari 8
13
gelas perhari
b. Pola Eliminasi
BAB : 1x sehari
BAK : 5-6x sehari
c. Personal Hygiene
- Pasien tidak rajin mengganti CD
- Pasien menjaga kebersihan vagina

DATA OBJEKTIF
Kesadaran: Composmentis

1. Keadaan Umum: Baik

2. TTV
TD: 192/95MmHg
N: 82x/menit

S : 36,7o C

SpO2 : 98
RR : 24x/menit
Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Inspeksi: Kulit Kepala bersih rambut lurus hitam dan tidak ada lesi
b. Wajah
Inspeksi: Simestris kiri kanan, tidak pucat
c. Mata
Inspeksi: simetris kiri kanan, konjungtiva merah muda
d. Leher
Inspeksi: Tidak ada pembesaran pada kelenjar Thyroid
Palpasi: tidak ada pembesaran limfe

f. Ekstermitas
Atas dan bawah: tidak ada nyeri tekan dan tidak ada oedema
3. Data Penunjang
a. Hemoglobin : 12,2g/dL
14
b. Leukosit : 11,5 10^3/ul
c. Hematokrit : 33%
d. Eritrosit : 4,0 10^6/ul
e. Trombosit : 267 10^3/ul
f. Gula Darah Sewaktu : 126,9 g/dL
g. Pemeriksaan yang dilakukan : lab (+), EKG (+), Ro(+), SPO(+), SPA(+),
h. Terapi yang dilakukan : premed inj cefazalin 2gr, Skin test (NaCl 100 cc)

ANALISIS
Diagnosa
Tn. H umur 69 tahun dengan Hematuria post operasi sistocopy

PELAKSANAAN
30 Agustus 2023
Jam 09.45 WIB
1. Melakukan tindakan injeksi intravena melalui selang infus pemberian obat analgetik,
Mengevaluasi setelah dilakukannya tindakan
2. Memberitahu hasil evaluasi ke pasien, Pasien paham dengan apa yang disampaikan petugas

15
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan kasus diatas Tn. H umur 69 tahun dirawat di RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga ruang rawat inap Edelweis pada hari rabu, 30 Agustus 2023. Data
Subyektif yaitu pasien memiliki keluhan nyeri pada luka pasca operasi serta tidak memiliki
riwayat kesehatan penyakit terdahulu ataupun pada keluarga.
Hasil data obyektif tingkat kesadaran Tn. H Composmentis yang artinya kesadaran
normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
Hasil pemeriksaan TTV, TD 167/95 mmHg, N 80/menit, S 36 0C, SpO2 98, RR 24x/menit. Hasil
pemeriksaan penunjang Hemoglobin 12,2 g/dL, Leukosit 11,5 10^3/ul, Hematokrit 33%,
Eritrosit 4 10^6/ul, Trombosit 267 10^3/ul, dan GDS 126,9 g/dL. Pemeriksaan fisik didapatkan
hasil kulit kepala bersih, wajah tidak pucat, mata konjungtiva merah muda, leher tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, ekstermitas atas dan bawah tidak ada nyeri, tidak ada oedema.
Gejala penyerta yang dirasakan pasien yaitu panas, pusing, sesak, dan batuk
Dari hasil diatas didapatkan diagnose bahwa Tn. H umur 69 tahun dengan post operasi
sistocopy. Hasil observasi dan pemeriksaan menunjukan hasil bahwa Tn. H mengalami nyeri
pada bagian luka post operasi. Maka, untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien dilakukan
pemberian analgetik secara intravena melalui selang infus. Hal tersebut dilakukan untuk
meredakan rasa nyeri yang dirasakan oleh Tn. H dan pemberian obat melalui injeksi intravena
bertujuan agar rasa nyeri yang dirasakan pasien segera berkurang karena penyerapan obat yang
cepat sehingga memberikan efek yang cepat untuk meredakan rasa nyeri. Pasien dipasang DC
triway yang berfungsi untuk irigasi dengan 80 tpm, dan terpasang infus RL dengan 20 tpm.
Untuk obat injeksi yang diberikan yaitu inj asam tramet 500mg/8 jam, inj ketorolac 2x1 amp, inj
ranitidin 2x1 amp. Pada tanggal 3/9/23 jam 10 pagi pasien sudah tidak merasa nyeri, urin jernih,
sehingga pasien diperbolehkan untuk pulang. Tetapi untuk DC triway tetap terpasang dan dibawa
pulang oleh pasien.

16
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Injeksi intravena (bolus) adalah pemberian obat dengan cara memasukkan obat ke
dalam pembuluh darah vena atau melalui karet selang infuse dengan menggunakan spuit.
Sedangkan pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang menghantarkan darah ke
jantung. Injeksi intravena bertujuan untuk memperoleh reaksi obat yang cepat diabsorpsi dari
pada dengan injeksi perenteral lain, menghindari terjadinya kerusakan jaringan serta
memasukkan obat dalam jumlah yang lebih besar.

5.2 Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan


Diharapkan dokter, bidan, perawat melaksanakan tindakan sesuai prosedur dan
memberikan pelayanan yang baik serta tetap menjaga kebersihan tangan untuk
menghindari penularan.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu melakukan pelayanan kepada pasien dengan baik dan
sesuai prosedur, dan mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan sehingga
memiliki wawasan yang lebih luas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Agatha, M. 2015. Hubungan Usia Kehamilan dan Paritas dengan


Kejadian Ketuban Pecah Dini di RSUD DR. Rubini Mempawah. Skripsi.

Hidayat, A. Azis. Uliyah Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek


Klinikuntuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Johnson, Ruth. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta. EGC

Keen MF (1986) Comparison of Intramuscular injection techniques to reduce site


discomfort and lesions. Nursing Research. 35, 4, 207-210.

Satrio,dkk. 2005. Perbandingan efikasi analgetik antara Tramadol dengan kombinasi


Tramadol-Droperidol untuk mengatasi nyeri pasca bedah.Yogyakarta:Universitas Gadjah
Mada

Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan .Jakarta. EGC

18
19
20

Anda mungkin juga menyukai