Anda di halaman 1dari 25

INJEKSI

OLEH :

NAMA : SITI FITRIA


JURUSAN : S1 KEPERAWATAN / SEMESTER V
DOSEN PEMBIMBING : BENGET TOGATOROP, S.Kep Ns,MKM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai salah
satu tugas yang diberikan dosen guna memenuhi nilai. Makalah ini tidak dapat terwujud
tanpa bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini tentunya tidak
terlepas dari segala kekurangan maupun kelebihannya. Oleh karena itulah, kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat penulis butuhkan demi kesempurnaan
penyusunan makalah ini.

Pematangsiantar, 05 Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Injeksi............................................................................................ 2
2.2 Jenis-jenis Injeksi ............................................................................................ 2
2.3 Melakukan Injeksi ........................................................................................... 16
2.4 Menyiapkan Obat Injeksi dari Ampul atau Vial ............................................. 17

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 21
3.2 Saran ............................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu tugas perawat adalah memberi obat yang aman dan akurat kepada klien.
Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, namun beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping dan apabila pemberian obat tersebut tidak sesuai dengan
anjuran yang sebenarnya maka akan menimbulkan efek yang berbahaya. Dan seorang
perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping
yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat dengan tepat,
memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya dengan benar dan
berdasarkan pengetahuan. Oleh karena itu, pada makalah ini akan membahas salah satu
rute pemberian obat, yaitu pemberian obat secara parenteral, memberikan obat pada
pasien dengan menginjeksinya ke dalam tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari injeksi?
2. Apa saja jenis-jenis injeksi?
3. Bagaimanakah cara melakukan injeksi?
4. Bagaimanakah menyiapkan obat injeksi dari ampul atau vial?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian injeksi
2. Untuk mengetahui jenis-jenis injeksi
3. Untuk mengetahui bagaimana melakukan injeksi
4. Untuk mengetahui menyiapkan obat injeksi dari ampul atau vial
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Injeksi


Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui kulit. Pemberian injeksi
merupakan prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
2.2 Jenis-Jenis Injeksi
1. Injeksi Subkutan (SC)

Injeksi subkutan (SC) dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam jaringan


ikat longgar di bawah dermis. Karena jaringan SC tidak dialiri darah sebanyak darah
yang mengaliri otot, absorpsi di jaringan subkutan sedikit lebih lambat daripada
absorpsi pada injeksi IM. Namun, obat diabsorpsi secara lengkap jika status sirkulasi
normal. Karena jaringan subkutan tersusun atas reseptor nyeri, klien dapat mengalami
rasa tidak nyaman.
Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian
luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai Krista iliaka, dan bagian
anterior paha. Area inidapat dengan mudah diakses, khususnya pada klien diabetes
yang melakukan injeksi insulin secara mandiri. Tempat yang paling sering
direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain meliputi
daerah skapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal. Tempat
injeksi yang dipilih harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang,
dan otot atau saraf besar di bawahnya. Klien penderita diabetes secara teratur merotasi
tempat injeksi setiap hari untuk mencegah hipertrofi (penebalan) kulit dan lipodistrofi
(atrofi jaringan). Tempat injeksi tidak boleh digunakan lebih dari setiap enam sampai
tujuh minggu. Diagram injeksi memungkinkan perawat dan klien mencatat injeksi
setiap hari untuk memastikan tempat injeksi dirotasi.
Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air
(0,5 sampai 1 ml). jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat
dalam volume besar. Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril
yang tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.
Berat badan tubuh menunjukkan kedalaman lapisan SC. Oleh karena itu, perawat
harus memilih panjang jarum dan sudut insersi berdasarkan berat badan klien.
Umumnya, jarum berukuran 25⅝ inci yang diinsersi pada sudut 45derajat menyimpan
obat ke dalam jaringan SQ pada klien berukuran tubuh normal. Seorang anak
memerlukan jarum berukuran ½ inci (Wong, 1995). Apabila bila klien gemuk,
perawat mencubit jaringan dan menggunakan jarum yang cukup panjang untuk
diinsersi melewati jaringan lemak pada dasar lapisan kulit. Panjang jarum yang dipilih
ialah setengah lebar lipatan kulit. Dengan metode ini, sudut insersi berkisar antara 45
sampai 90 derajat.
Klien yang kurus dan kakeksia tidak memiliki cukup jaringan untuk injeksi SC.
Abdomen atas merupakan tempat injeksi yang paling baik untuk klien ini. Spuit
insulin biasanya tersedia dengan jarum 26G. untuk memastikan insulin mencapai
jaringan SQ, perawat mengikuti peraturan sederhana ini: jika 2 inci jaringan dapat
dipegang, jarum harus dimasukkan pada sudut 90 derajat, dan jika 1 inci jaringan
dapat dipegang, jarum harus diinsersi pada sudut 45 derajat.
Prosedur melakukan injeksi SC :
1. Kaji indikasi untuk menentukan rute pemberian obat yang tepat
2. Kaji riwayat medis dan riwayat alergi
3. Observasi respons verbal dan nonverbal ketika mendapat injeksi
4. Cuci tangan
5. Siapkan peralatan dan suplai yang diperlukan :
1. Spuit berukuran tepat : SC : 1ML, 100 U insulin
2. Jarum berukuran sesuai : SC : 25G sampai 27G dan panjang 3/8 sampai 5/8
inci
3. Swab antiseptik (Betadin atau alkohol)
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Obat ampul atau vial
6. Kartu, format, dan huruf cetak nama obat.
7. Cek program obat.
8. Siapkan dosis obat yang tepat dari ampul atau vial. Periksa dengan teliti.
Pastikan semua udara dikeluarkan.
9. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
10. Identifikasi klien dengan memeriksa pita lengan yang memuat identitasnya
dan menanyakan nama klien.
11. Jelaskan prosedur kepada klien dan lakukan dengan sikap yang tenang dan
percaya diri.
12. Tutup garden atau pintu kamar.
13. Pertahankan selimut atau gaun yang membungkus bagian tubuh yang tidak
perlu dipajankan.
14. Pilih tempat injeksi yang tepat. Inspeksi adanya memar, peradangan atau
edema dipermukaan kulit tempat injeksi :
SC : palpasi adanya nyeri tekan atau massa di tempat injeksi. Untuk pemberian
insulin harian, rotasi tempat injeksi setiap hari. Pastikan ukuran jarum benar
dengan memegang lipatan kulit di tempat injeksi dengan ibu jari dan telunjuk.
Ukur lipatan kulit dari atas ke bawah. Panjang jarum harus satu setengah kali
panjang lipatan kulit.
15. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman : SC : minta klien untuk
merelaksasi tangan, kaki, atau abdomen, tergantung tempat injeksi yang
dipilih.
Bercakap-cakap dengan klien tentang subyek yang diminatinya.
1. Merelokasi tempat injeksi menggunakan penanda anatomi tubuh.
2. Bersihkan tempat injeksi dengan swab antiseptic. Usap bagian tengah
dengah tempat injeksi dengan arah gerakan berputar ke luar sepanjang
sekitar 5 cm.
3. Perhatikan swab dekat tangan.
4. Lepas tutup dari jarum dengan menariknya dengan arah lurus.
5. Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
dominan : SC : pegang seperti memegang anak panah, telapak tangan di
bawah.
Lakukan injeksi Subkutan :
a) Untuk klien yang ukuran tubuhnya rata-rata, gunakan tangan tidak dominan untuk
meregangkan kulit supaya tegang di tempat injeksi atau pegang jaringan
sehingga tercipta suatu gulungan kulit setebal ½ inci.
b) Injeksikan jarum dengan cepat dan mantap pada sudut 45-90 derajat.(kemudian
lepas kulit, jika dicubit)
c) Untuk klien gemuk, cubit kulit di tempat injeksi dan injeksikan jarum di bawah
lipatan jaringan.
d) Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan tangan
tidak dominan. Hindari menggerakan spuit ketika menarik pengisap secara
perlahan ke belakang untuk mengaspirasi obat. Apabila darah terlihat di spuit,
lepas jarum, buang obat dan spuit, dan ulangi prosedur. Pengecualian : jangan
mengaspirasi obat saat menginjeksi heparin.
e) Injeksi obat perlahan-lahan.
f) Tarik jarum sambil mengusapkan swab alcohol dengan perlahan di atas atau di
tempat injeksi.
g) Untuk injeksi SC, beri pijatan ringan pada kulit. Jangan memijat kulit yang baru
diinjeksi heparin SC atau insulin.
h) Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
i) Buang jarum yang tidak ditutup atau jarum yang dibungkus dalam kantong
pengaman dan tempatkan dalam wadah berlabel. Apabila perawat tidak bisa
meninggalkan sisi tempat tidur klien, teknik menutup jarum dengan satu tangan
dapat dilakukan.
j) Lepas sarung tangan sekali pakai. Cuci tangan.
k) Catat dosis obat, rute pemberian, tempat injeksi, dan waktu serta tanggal injeksi
pada catatan pengobatan. Tanda tangani dengan benar sesuai kebijakan institusi.
l) Kembali ke kamar dan Tanya apakah klien merasakan nyeri akut, sensasi
terbakar, baal, atau kesemutan pada tempat injeksi.
m) Kembali untuk mengevaluasi respons terhadap pengobatan dalam 10 sampai 30
menit.
2. Injeksi Intramuskular (IM)

Rute intramuskular (IM) memungkinkan absorpsi obat yang lebih cepat daripada
rute SC kerena pembuluh darah lebih banyak terdapat di otot. Bahaya kerusakan
jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang dalam, tetapi bila tidak hati-hati,
ada risiko menginjeksi obat langsung ke pembuluh darah. Perawat menggunakan
jarum berukuran lebih panjang dan lebih besar untuk melewati jaringan SC dan
mempenetrasi jaringan otot dalam. Bagaimanapun, berat badan memengaruhi
pemilihan ukuran jarum. Misalnya, seorang klien dengan berat badan 45 kg mungkin
hanya memakai ukuran jarum ukuran 1¼ sampai 1½ inci, sedangkan anak yang berat
badannya 22,5 kg biasanya pakai ukuran 1 inci. Sudut insersi untuk injeksi IM ialah
900. Otot kurang sensitive terhadap obat yang mengiritasi dan kental. Seorang klien
perkembangannya baik dan normal dapat menoleransi dengan aman 3 ml obat dalam
otot yang lebih besar dan lebih berkembang, misalnya otot dorsogluteal atau vatus
lateralis. Otot yang lebih kecil hanya dapat menoleransi sejumlah kecil obat tanpa rasa
tidak nyaman yang berat pada otot. Anak-anak, dewasa lanjut, dank lien yang kurus
menoleransi kurang dari 2 ml obat. Wong (1995) menganjurkan untuk tidak member
obat-obatan lebih dari 1 ml kepada anak kecil dan bayi yang sudah besar.
Perawat mengkaji integritas otot sebelum memberikan injeksi. Otot harus bebas
dari nyeri tekan. Injeksi berulang di otot yang sama menyebabkan timbulnya rasa
tidak nyaman yang berat. Dengan meminta klien untuk rileks, perawat dapat
mempalpasi otot untuk menyingkirkan kemungkinan adanya lesi yang mengeras.
Umumnya, otot teraba lunak saat rileks dan padat saat kontraksi. Perawat dapat
meminimalkan rasa tidak nyaman selama injeksi dengan membantunya mengambil
posisi yang dapat mengurangi ketegangan otot.
Tempat Injeksi Intramuskular
1) Otot Vastus Lateralis
Otot vastus lateralis yang tebal dan berkembang baik adalah tempat injeksi
yang dipilih untuk dewasa, anak-anak, bayi. Otot terletak dibagian lateral anterior
paha dan pada orang dewasa membentang sepanjang satu tangan di atas lutut
sampai sepanjang satu tangan di bawah trokanter femur. Sepertiga tengah otot
merupakan tempat terbaik injeksi. Lebar tempat injeksi membentang dari garis
tengah bagian atas paha sampai ke garis tengah sisi luar paha.
Pada anak kecil atau klien kakeksia, memegang badan otot selama injeksi
akan membantu memastikan obat tersimpan di jaringan otot. Untuk membantu
mere-laksasi otot, perawat meminta klien berbaring datar dengan lutut agak fleksi
rendah atau klien dalam posisi duduk.
2) Otot Ventrogluteal
Otot ventrogluteal meliputi gluteus medius dan minimus. Klien terbaring di
atas salah satu sisi tubuh dengan menekuk lutut, perawat kemudian mencari otot
dengan menempatkan telapak tangan di atas trokhanter mayor dan jari telunjuk
pada spina iliaka superior anterior panggul paha klien. Tangan kanan digunakan
untuk panggul kiri dan tangan kiri digunakan untuk panggul kanan. Perawat
menunjukan ibu jarinya ke arah lipat paha klien dan jari lain ke arah kepala klien.
Tempat injeksi terpajan ketika perawat melebarkan jari tengah ke belakang
sepanjang Krista iliaka kea rah bokong. Jari telunjuk, jari tengah, dan Krista
iliaka membentuk sebuah segitiga, dan tempat injeksi terletak di tengah segitiga
tersebut. Klien dapat berbaring miringatau tengkurap. Memfleksi panggul
membantu klien merelaksasi otot ini.
3) Otot Dorsogluteus
Otot dorsogluteus merupakan tempat yang biasa digunakan untuk injeksi
IM. Namun, insersi jarum yang tidak disengaja ke dalam saraf siatik dapat
menyebabkan paralisis permanen atau sebagian pada tungkai yang bersangkutan.
Pembuluh darah utama dan tulang juga dekat tempat injeksi. Pada klien yang
jaringannya kendur, tempat injeksi sulit ditemukan.
Daerah dorsogluteus berada di bagian atas luar kuadran atas luar bokong,
kira-kira 5-8 cmdi bawah Krista iliaka. Klien dapat berbaring tengkurap dengan
jari-jari kaki mengarah ke bagian tengah tubuh atau pada posisi berbaring miring
dengan tungkai atas fleksi pada panggul dan lutut. Untuk menemukan lokasi
dorsogluteus, perawat mempalpasi spina iliaka posterosuperior dan trokhanter
mayor femur. Saraf siatik membentang pararel dan di bawah garis. Tempat
injeksi terletak di atas dan lateral terhadap garis. Perawat dapar menggunakan
sampai injeksi dorsogluteus pada orang dewasa dan anak-anak (sekurang-
kurangnya berusia tiga tahun) yang otot gluteusnya sudah berkembang.
4) Otot Deltoid
Pada orang dewasa, bayi, dan anak, otot deltoid belum berkembang baik.
Saraf radialis, ulnaris, dan arteri brakialis terdapat di dalam lengan atas di
sepanjang humerus. Perawat jarang menggunakan daerah deltoideus, kecuali
tempat injeksi lain tidak dapat diakses karena ada balutan, gips, atau obstruksi
lain.
Untuk menentukan lokasi otot deltoid, perawat meminta klien memanjakan
seluruh lengan atas dan bahunya. Perawat sebaiknya tidak mencoba menggulung
lengan baju yang ketat. Perawat meminta klien merelaksasi lengan di samping
dan menekuk sikunya. Klien dapat duduk, berdiri atau terbaring. Perawat
mempalpasi batas bawah prosesus akromialis, yang membentuk basis sebuah
segitiga yang sejajar dengan titik tengah bagian lateral lengan atas. Tempat
injeksi terletak di bagian tengah segitiga, sekitar 2,5-5 cm di bawah prosesus
akromion. Perawat juga dapat menentukan lokasi injeksi dengan menempatkan
empat jari di atas otot deltoid, dengan jari teratas berada di sepanjang prosesu
okromion. Tempat injeksi terletak tiga jari di bawah prosesus akromion.

Prosedur melakukan injeksi IM :


1. Kaji indikasi untuk menentukan rute pemberian obat yang tepat
2. Kaji riwayat medis dan riwayat alergi
3. Observasi respons verbal dan nonverbal ketika mendapat injeksi
4. Cuci tangan
5. Siapkan peralatan dan suplai yang diperlukan :
1. Spuit berukuran tepat : IM : 2 sampai 5 ml untuk dewasa, 1 sampai 2 ml
untuk anak.
2. Jarum berukuran sesuai :IM : 19G sampai 23G dan panjang 1 sampai 1 ½
inci untuk orang dewasa, 25G sampai 27G dan panjang ½ samapi 1 inci
untuk anak dan 5/8 inci untuk bayi baru lahir (Wong, 1995).
3. Swab antiseptik (Betadin atau alkohol)
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Obat ampul atau vial
6. Kartu, format, dan huruf cetak nama obat.
7. Cek program obat.
8. Siapkan dosis obat yang tepat dari ampul atau vial. Periksa dengan teliti.
Pastikan semua udara dikeluarkan. (untuk obat IM yang khususnya
mengiritasi jaringan, isap 0,2 ml udara ke dalam spuit, hati-hati agar dosis
obat tidak keluar).
9. Untuk injeksi IM, ganti jarum jika obat mengiritasi jaringan SC.
10. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
11. Identifikasi klien dengan memeriksa pita lengan yang memuat identitasnya
dan menanyakan nama klien.
12. Jelaskan prosedur kepada klien dan lakukan dengan sikap yang tenang dan
percaya diri.
13. Tutup garden atau pintu kamar.
14. Pertahankan selimut atau gaun yang membungkus bagian tubuh yang tidak
perlu dipajankan.
15. Pilih tempat injeksi yang tepat. Inspeksi adanya memar, peradangan atau
edema dipermukaan kulit tempat injeksi :
IM : perhatikan integritas dan ukuran otot dan palpasi adanya nyeri tekan
atau pengerasan. Apabila injeksi diberikan dengan sering, rotasi tempat
injeksi.
16. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman :
IM : minta klien berbaring datar, miring, atau tengkurap atau minta klien
duduk, tergantung pada tempat injeksi yang dipilih.
Bercakap-cakap dengan klien tentang subyek yang diminatinya.
1. Merelokasi tempat injeksi menggunakan penanda anatomi tubuh.
2. Bersihkan tempat injeksi dengan swab antiseptic. Usap bagian tengah
dengah tempat injeksi dengan arah gerakan berputar ke luar sepanjang
sekitar 5 cm.
3. Perhatikan swab dekat tangan.
4. Lepas tutup dari jarum dengan menariknya dengan arah lurus.
5. Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
dominan: IM : pegang seperti memegang anak panah, telapak tangan di
bawah.
Lakukan injeksi intramuscular :
1. Tempatkan tangan yang tidak dominan pada penanda anatomi yang tepat dan
regangkan kulit untuk membuatnya tegang. Injeksikan jarum dengan cepat ke
dalam otot pada sudut 90 sederajat.
2. Jika massa otot kecil, cubit badan otot tubuh antara ibu jari dan jari lain.
3. Apabila obat mengiritasi, gunakan metode Z-track.
4. Aspirasi : Pegang bagian ujung bawah badan spuit sampai ujung pengisap dengan
tangan tidak dominan. Hindari menggerakan spuit ketika menarik pengisap secara
perlahan ke belakang untuk mengaspirasi obat. Apabila darah terlihat di spuit,
lepas jarum, buang obat dan spuit, dan ulangi prosedur. Pengecualian : jangan
mengaspirasi obat saat menginjeksi heparin.
5. Injeksi obat dengan perlahan.
6. Tarik jarum sambil mengusapkan swab alcohol dengan perlahan di atas atau di
tempat injeksi.
7. Beri pijatan ringan pada kulit. Jangan memijat kulit yang baru diinjeksi heparin
SC atau insulin.
8. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
9. Buang jarum yang tidak ditutup atau jarum yang dibungkus dalam kantong
pengaman dan tempatkan dalam wadah berlabel. Apabila perawat tidak bisa
meninggalkan sisi tempat tidur klien, teknik menutup jarum dengan satu tangan
dapat dilakukan.
10. Lepas sarung tangan sekali pakai. Cuci tangan.
11. Catat dosis obat, rute pemberian, tempat injeksi, dan waktu serta tanggal injeksi
pada catatan pengobatan. Tanda tangani dengan benar sesuai kebijakan institusi.
12. Kembali ke kamar dan Tanya apakah klien merasakan nyeri akut, sensasi
terbakar, baal, atau kesemutan pada tempat injeksi.
13. Kembali untuk mengevaluasi respons terhadap pengobatan dalam 10 sampai 30
menit.
3. Injeksi Intradermal (ID)

Perawat biasanya member injeksi ID untuk uji kulit (mis. Skrining tuberculin dan
tes alergi). Karena keras, obat intradermal disuntikkan ke dalam dermis. Di sini suplai
darah lebih sedikit dan absorpsi obat berlangsung lambat. Seorang klien mungkin
mengalami reaksi anafilatik yang berat, jika obat terlalu cepat masuk ke dalam
sirkulasi. Untuk klien yang memiliki riwayat sejumlah alergi, dokter seringkali
melakukan uji kulit.
Pada uji kulit perawat harus mampu melihat tempat injeksi dengan jelas supaya
dapat melihat perubahan warna dan integritas kulit. Daerah ID harus bebas dari luka
dan relative tidak berbulu. Lokasi yang ideal ialah lengan bawah bagian dalam dan
punggung bagian atas. Perawat menggunakan spuit tuberculin atau spuit hipodermik
kecil untuk uji kulit. Sudut insersi ialah 50-150. Ketika perawat menginjeksi obat,
bulatan kecil yang menyerupai gigitan nyamuk akan muncul pada permukaan kulit.
Apabila bulatan tidak muncul atau jika tempat injeksi mengeluarkan darah setelah
jarum ditarik. Ada kemungkinan obat masuk ke jaringan SC. Dengan demikian hasil
uji tidak valid.
Data yang diperoleh dari suatu injeksi ID antara lain deskripsi lokasi yang tepat
dan waktu pemberian. Tempat yang diinjeksi harus “dibaca” dalam waktu yang
diresepkan.
Prosedur melakukan injeksi ID:
1. Kaji indikasi untuk menentukan rute pemberian obat yang tepat
2. Kaji riwayat medis dan riwayat alergi
3. Observasi respons verbal dan nonverbal ketika mendapat injeksi
4. Cuci tangan
5. Siapkan peralatan dan suplai yang diperlukan :
1. Spuit berukuran tepat : ID : 1-ml tuberculin
2. Jarum berukuran sesuai : ID : nomor 26 sampai 27.
3. Swab antiseptik (Betadin atau alkohol)
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Obat ampul atau vial
6. Kartu, format, dan huruf cetak nama obat.
7. Cek program obat.
8. Siapkan dosis obat yang tepat dari ampul atau vial. Periksa dengan teliti.
Pastikan semua udara dikeluarkan.
9. Kenakan sarung tangan sekali pakai.
10. Identifikasi klien dengan memeriksa pita lengan yang memuat identitasnya
dan menanyakan nama klien.
11. Jelaskan prosedur kepada klien dan lakukan dengan sikap yang tenang dan
percaya diri.
12. Tutup garden atau pintu kamar.
13. Pertahankan selimut atau gaun yang membungkus bagian tubuh yang tidak
perlu dipajankan.
14. Pilih tempat injeksi yang tepat. Inspeksi adanya memar, peradangan atau
edema dipermukaan kulit tempat injeksi :
ID : perhatikan lesi atau perubahan warna pada lengan atas. Pilih tempat
dengan lebar tiga atau empat jari dibawah daerah antekubital dan dengan
lebar tangan di atas pergelangan tangan.
15. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman :
ID : minta klien mengekstensi siku lengan dan menopangnya dan lengan atas
diatas permukaan datar.
Bercakap-cakap dengan klien tentang subyek yang diminatinya.
1. Merelokasi tempat injeksi menggunakan penanda anatomi tubuh.
2. Bersihkan tempat injeksi dengan swab antiseptic. Usap bagian tengah
dengah tempat injeksi dengan arah gerakan berputar ke luar sepanjang
sekitar 5 cm.
3. Perhatikan swab dekat tangan.
4. Lepas tutup dari jarum dengan menariknya dengan arah lurus.
5. Pegang spuit dengan benar di antara ibu jari dan jari telunjuk tangan
yang dominan : D : pertahankan beve jarum menghadap ke atas.
Lakukan injeksi intradermal :
a. Dengan tangan tidak dominan, tegangkan kulit tempat injeksi dengan jari
telunjuk atau ibi jari.
b. Ketika jarum mendekati kulit, dengan perlahan insersi jarum pada sudut 5-15
derajat sampai terasa tahanan. Masukan terus jarum melalui epidermis sampai
kira-kira 3 mm dibawah permukaan kulit.
c. Ujung jarum dapat dilihat melalui kulit.
d. Injeksikan obat dengan perlahan (adalah normal jika terasa tahanan; jika
tidak, jarum masuk terlalu dalam dan harus ditarik).
e. Ketika menginjeksi obat, di tempat injeksi terbentuk lingkaran berwarna
terang menyerupai gigitan nyamuk dengan diameter kira-kira 6 mm dan
kemudian lenyap.
f. Tarik jarum sambil mengusapkan swab alcohol dengan perlahan di atas atau di
tempat injeksi.
g. injeksi ID, jangan pijak tempat injeksi.
h. Bantu klien mendapatkan posisi yang nyaman.
i. Buang jarum yang tidak ditutup atau jarum yang dibungkus dalam kantong
pengaman dan tempatkan dalam wadah berlabel. Apabila perawat tidak bisa
meninggalkan sisi tempat tidur klien, teknik menutup jarum dengan satu
tangan dapat dilakukan.
j. Lepas sarung tangan sekali pakai. Cuci tangan.
k. Untuk injeksi ID, gambar lingkaran di sekeliling tepian tempat injeksi dengan
pensil kulit atau pulpen tinta.
l. Untuk injeksi ID, catat daerah injeksi, jumlah, dan tipe zat yang diuji, dan
tanggal serta waktu catatan obat.
m. Kembali ke kamar dan Tanya apakah klien merasakan nyeri akut, sensasi
terbakar, baal, atau kesemutan pada tempat injeksi. Observasi adanya reaksi
alergi setelah injeksi ID
n. Kembali untuk mengevaluasi respons terhadap pengobatan dalam 10 sampai
30 menit.
4. Injeksi Intravena (IV)

Pemberian obat dengan cara memasukan obat kedalam pembuluh darah vena
secara langsung dengan menggunakan spuit, sehingga obat langsung masuk ke dalam
sistem sirkulasi darah. Injeksi dalam pembuluh darah menghasilkan efek tercepat
dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran darah, obat sudah tersebar ke
seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan
untuk mencapai penakaran yang tepat dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat
cepat dan kuat, dan jalur ini dipilih karena untuk menghindari ketidaknyamanan yang
ditimbulkan oleh pengguna jalur parental lainnya. Tidak untuk obat yang tak larut
dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
Bahaya injeksi intravena adalah dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat
koloid darah dengan reaksi hebat, karena dengan cara ini “benda asing” langsung
dimasukkan ke dalam sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan
timbulnya shock. Bahaya ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga
kadar obat setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap
injeksi intravena sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
Lokasi
a) Pada lengan (vena mediana cubiti / vena cephalica)
b) Pada tungkai (vena saphenosus)
c) Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
d) Pada kepala (vena frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
Prosedur melakukan injeksi IV :
1. Persiapan alat :
1) Spuit dan jarum steril
2) Jarum : No. 26-27
3) Obat yang diperlukan ( vial atau ampul )
4) Bak spuit steril
5) Kapas alkohol
6) Kassa steril untuk membuka ampul ( bila perlu )
7) Karet pembendung atau tourniquet
8) Gergaji ampul ( bila perlu )
9) 2 bengkok ( satu berisi cairan desinfektan )
10) Pengalas ( bila perlu )
11) Sarung tangan steril
12) Daftar / formulir pengobatan
2. Cara kerja :
1) Cek instruksi / order pengobatan
2) Perawat mencuci tangan
3) Siapkan obat, masukkan obat dari vial atau ampul dengan cara yang benar
4) Identifikasi klien (mengecek nama)
5) Beritahu klien / keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan serta
tujuannya
6) Bantu klien untuk posisi yang nyaman dan rileks / berbaring dengan tangan
dalam keadaan lurus
7) Membebaskan area yang akan disuntik dari pakaian
8) Pilih area penyuntikan yang tepat (bebas dari edema, massa, nyeri tekan,
jaringan parut, kemerahan / inflamasi, gatal)
9) Tentukan dan cari vena yang akan di tusuk (vena basilika dan sefalika)
10) Memakai sarung tangan
11) Membersihkan tempat penyuntikan dengan mengusap kapas alkohol dari
arah atas ke bawah menggunakan tangan yang tidak untuk menginjeksi
12) Lakukan pembendungan di bagian atas area penyuntikan dan anjurkan klien
mengepalkan tangan
13) Siapkan spuit, lepaskan kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu
antiseptik kering dan keluarkan udara dari spuit
14) Pegang spuit dengan salah satu tangan yang dominan antara ibu jari dan jari
telunjuk dengan telapak tangan menghadap ke bawah
15) Regangkan kulit dengan tangan non dominan untuk menahan vena, kemudian
secara pelan tusukkan jarum dengan lubang menghadap ke atas kedalam
vena dengan posisi jarum sejajar dengan vena
16) Pegang pangkal jarum dengan tangan non dominan sebagai fiksasi
17) Lakukan aspirasi dengan cara menarik plunger, bila terhisap darah lepaskan
tourniquet kepalan tangan klienkemudian dorong obat pelan – pelan kedalam
vena
18) Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit, bekas tusukan ditekan dengan
kapas alcohol
19) Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kapnya (guna mencegah
cidera pada perawat) pada tempat pembuangan secara benar
20) Melepaskan sarung tangan dan merapihkan pasien
21) Membereskan alat – alat
22) Mencuci tangan
23) Catat pemberian obat yang telah dilaksanakan (dosis, waktu, cara) pada
lembar obat atau catatan perawat.
24) Evaluasi respon klien terhadap obat (15 s.d 30 menit)
2.3 Melakukan Injeksi
Setiap rute injeksi unik berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi obat.
Karakteristik jaringan memengaruhi absorpsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum
menyuntikan sebuah obat, perawat harus mengetahui volume obat yang akan diberikan,
karakteristik dan viskositas obat, dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah
tempat injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat terjadi, jika injeksi tidak diberikan dengan tepat.
Kegagalan dalam memilih tempat injeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda
anatomis tubuh, dapat menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama
insersi jarum. Apabila perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebuah
obat, obat dapat tanpa sengaja langsung diinjeksi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi
obat dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan nyeri
hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak, takut terhadap injeksi. Klien yang menderita
penyakit serius atau kronis sering kali diberi banyak injeksi setiap hari. Perawat dapat
berupaya meminimalkan rasa tidak nyaman dengan cara berikut:
1. Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bavel dan panjang serta ukurannya paling
kecil, tetapi sesuai.
2. Beri klien posisi senyaman mungkin untuk mengurangi ketegangan otot.
3. Pilih tempat injeksi yang tepat dengan menggunakan penanda anatomis tubuh.
4. Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anestesia lokal sebelum
jarum diinsersi.
5. Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap.
6. Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan.
7. Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan.
8. Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali
dikontraindikasikan.
2.4 Menyiapkan Obat Injeksi dari Ampul atau Vial

Ampul dapat terbuat dari kaca atau plastik, dengan bagian atas yang bisa dipotong.
Ampul berisi dosis obat terukur dalam bentuk cairan. Vial lebih banyak dibuat dari kaca
dengan penutup dari karet obat dapat berupa larutan atau bubuk yang harus dilarutkan.
Pada saat harus melakukan pelarutan obat (mis., diamorfin), diperlukan air steril. Ampul
dan vial dapat dibalik tanpa kebocoran (tanpa takut tumpah) sehingga seluruh obat dapat
terambil seluruhnya, dan skala pada spuit dibaca dengan benar.
Cara kerja menyiapkan obat dari ampul atau vial :
1. Persiapan alat dan bahan :
1) Ampul dan vial yang berisi obat
2) Spuit
3) Sarung tangan
4) Jarum / needle
5) Tempat sampah / bengkok
6) Kassa
7) Kapas Alkohol
2. Pelaksanaan :
1) Cuci tangan.
2) Siapkan peralatan dan suplai yang dibutuhkan :
a. Ampul
1. Ampul berisi obat
2. Spuit dan jarum
3. Bantalan kasa kecil atau swab alcohol
4. Wadah tempat membuang bahan gelas
b. Vial
1. Vial berisi obat
2. Spuit dan jarum
3. Swab alcohol
4. Pelarut (mis. Normal saline atau air steril).
c. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
d. Kumpulkan suplai di area kerja di ruang obat.
e. Periksa setiap kartu, format, atau huruf cetak nama obat pada label di setiap
ampul atau vial.
3) Siapkan injeksi dari ampul :
a. Ketuk bagian atas ampul dengan perlahan dan cepat dengan jari sampai cairan
meninggalkan leher ampul.
b. Tempatkan bantalan kasa kecil atau swab alcohol kering di sekeliling leher
ampul.
c. Patahkan leher ampul dengan cepat dan jauhkan dari tangan.
d. Isap obat dengan cepat. Pegang ampul terbalik atau letakkan di atas pada
permukaan datar. Masukkan jarum spuit ke dalam bagian tengah permukaan
muara ampul. Jangan biarkan ujung atau batang jarum menyentuh tepi ampul.
e. Aspirasi obat ke dalam spuit dengan secara perlahan menarik kembali alat
penghisap.
f. Pertahankan ujung jarum di bawah permukaan larutan. Miringkan ampul supaya
semua cairan di dalam ampul terjangkau oleh jarum.
g. Apabila gelembung udara teraspirasi, jangan keluarkan udara ke dalam ampul.
h. Untuk mengeluarkan kelebihan gelembung udara pindahkan jarum. Pegang
spuit dengan jarum mengarah ke atas. Ketuk sisi spuit untuk membuat
gelembung udara naik menuju jarum. Tarik kembali penghisap sedikit dan
dorong penghidap kea rah atas untuk mengeluarkan udara. Jangan
mengeluarkan cairan.
i. Apabila cairan dalam spuit berlebihan, buang ke dalam bak cuci. Pegang spuit
dalam posisi vertical dengan ujung jarum di atas dan miringkan dengan tenang
ke bak cuci. Keluarkan kelebihan cairan ke bak cuci secara perlahan-lahan.
Periksa kembali penunjukkan cairan pada spuit dengan memegang spuit secara
vertical.
j. Pasang tutup jarum. Ganti jarum pada spuit. Pastikan jarum terpasang aman
pada spuit.
k. Buang bahan yang kotor. Letakkan ampul yang pecah di wadah khusus untuk
bahan gelas.
4) Siapkan injeksi dari vial :
a. Lepas penutup logam yang menutup bagian atas vial yang sudah tidak dipakai,
sehingga pengikat karet terlihat.
b. Usap permukaan penyekat karet dengan swab alcohol, jika vial sebelumnya
telah di buka.
c. Ambil spuit, pastikan jarum terpasang kuat pada spuit. Lepas tutup jarum. Tarik
penghisap untuk mengalirkan sejumlah udara ke dalam spuit untuk dimasukkan
ke dalam vial obat yang eqivalen dengan volume obat yang akan diaspirasi dari
vial.
d. Masukkan ujung jarum, dengan bevel mengarah ke atas, melalui bagian tengah
pengikat karet. Beri tekanan pada ujung jarum selama insersi.
e. Masukkan udara ke dalam vial dengan memegang penghisap.
f. Balik vial sementara spuit dan penghisap dipegang dengan kuat. Pegang vial
dengan tangan yang tidak dominan, diantara ibu jari dan jari tengah. Pegang
bagian ujung spuit dan penghisap dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
dominan.
g. Pertahankan ujung jarum tetap di bawah permukaan cairan.
h. Biarkan tekanan udara membuat spuit terisi obat secara bertahap. Tarik
penghisap sedikit, jika diperlukan.
i. Ketuk sisi badan spuit dengan hati-hati supaya gelembung udara lepas.
Keluarkan udara sisa sdi bagian atas spuit ke dalam vial.
j. Setelah volume obat yang benar di peroleh pindahkan jarum dari vial dengan
menarik badan spuit.
k. Buang udara sisa dari spuit dengan memegang spuit dan jarum tetap tegak.
Ketuk badan spuit untuk menanggalkan gelembung udara. Tarik penghisap
sedikit kemudian dorong penghisap ke atas untuk mengeluarkan udara. Jangan
mengeluarkan cairan.
l. Ganti jarum dan tutup
m. Untuk vial multi dosis, buat label yang memuat tanggal pencampuran,
konsentrasi obat permililiter berinisial anda.
n. Buang bahan yang kotor di tempat yang benar.
5) Bersihkan area kerja. Cuci tangan.
6) Periksa jumlah cairan dalam spuit dan bandingkan dengan dosis yang diinginkan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam pemberian obat injeksi dilakukan dengan sediaan steril berupa larutan, emulsi
atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan dengan cara menusuk jaringan ke dalam otot atau melalui
kulit. Dan setiap rute injeksi dilakukan berdasarkan tipe jaringan yang akan diinjeksi
obat. Karakteristik jaringan memengaruhi absorpsi obat dan awitan kerja obat.
Dan obat dapat diberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien,
diantaranya : Injeksi Subkutan (SC), Injeksi Intramuskular (IM), Injeksi Intradermal
(ID), Injeksi Intravena (IV).
3.2 Saran
Walaupun obat menguntungkan klien, namun ada beberapa obat dapat menimbulkan
efek samping dan apabila pemberian obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang
sebenarnya maka akan menimbulkan efek yang berbahaya. Hal ini tentunya dapat
menimbulkan kerugian bahkan akibatnya bisa fatal. Oleh karena itu, kita sebagai perawat
kiranya harus melaksanakan tugas kita dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan
masalah-masalah yang dapat merugikan diri kita sendiri maupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Ruth & Taylor, Wendy. 2002. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC.
Kozier, Barbara & Erb, Glenora dkk. 2002. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5.
Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 4. Edisi 4. Jakarta: EGC.
http://majakoesoemasari.blogspot.com/2011/08/injeksi-intravena.html
http://www.google.com/http://altruisticobserver.wordpress.com/2011/12/24/tempat-injeksi-
subkutan-intramuskular/

Anda mungkin juga menyukai