Kelas C
260110150121
LABORATORIUM BIOFARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
UJI BIOEKIVALENSI OBAT
I. Tujuan
1.1 Menentukan status bioekivalensi dari suatu produk obat uji
1.2 Merancang penelitian uji bioavailabilitas dan bioekivalensi dari suatu
produk
II. Prinsip
2.1 Bioekivalensi
Bioekivalensi merupakan tidak adanya perbedaan signifikan dalam
kecepatan dan jumlah bahan aktif atau senyawa aktif dari produk ekivalen
farmasetik atau alternative farmasetik yang tersedia di tempat kerja obat jika
diberikan pada dosis molar yang sama di bawah kondisi yang sama dalam
penelitian yang didesain dengan tepat (FDA, 2014).
III. Teori Dasar
Uji Bioekivalensi (BE) merupakan data ekivalensi untuk melihat kesetaraan
sifat dan kerja obat didalam tubuh suatu obat “copy” dibandingkan dengan obat
innovator sebagai pembanding. Dua produk obat disebut bioekivalen jika
keduanya mempunyai bioekivalensi farmaseutik dan alternatif farmaseutik dan
pada pemberian dengan dosis yang sama akan menghasilkan bioavailabilitas
yang sebanding sehingga efek dalam efikasi maupun keamanan akan sama.
Bioavailabilitas (BA) adalah persentase dan kecepatan zat aktif dalam produk
obat yang mencapai atau tersedia dalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh /
aktif, setelah pemberian obat diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu
atau dari ekskresinya dalam urin. (BPOM, 2004., BPOM, 2006).
Uji bioavailabilitas dan bioekivalensi (BABE) mensyaratkan pelaksanaan
sesuai dengan pedoman praktek laboratorium yang benar (Good Laboratory
Practice) dan pedoman cara uji klinik yang baik (Good Clinical Practice).
Setiap laboratorium pengujian, untuk menyusun proposal uji BABE diharuskan
melakukan penelitian dan kajian pustaka, karena dalam pedoman uji
bioekivalensi tidak menentukan produk yang harus diuji maupun inovator atau
komparatornya demikian pula dengan metode yang digunakan. (BPOM, 2004.,
BPOM, 2006).
Bioavailabilitas suatu obat mempengaruhi daya terapetik, aktivitas klinik,
dan aktivitas toksik obat, maka biofarmasetika menjadi sangat penting.
Biofarmasetika bertujuan mengatur pelepasan obat sedemikian rupa ke
sirkulasi sistemik agar diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi klinik
tertentu (Shargel dan Andrew, 2005).
Analisis konsentrasi obat terhadap waktu atau data konsentrasi terhadap
efek obat merupakan hal yang penting dalam penelitian farmakodinamik dan
farmakokinetik. Untuk menyederhanakan analisis tersebut, berbagai paket
perangkat lunak telah dikembangkan dan dipasarkan. Aplikasi seperti
WinNonlin dan Kinetica mahal sehingga dibuatlah alternative hemat biaya dan
mudah digunakan yaitu analisis PK/PD menggunakan Microsoft Exce (Zhang,
2010).
PK Solver merupakan program add-in berbasis menu yang tersedia secara
bebas untuk Microsoft Excel yang ditulis dalam Visual Basic for Appications.
Program ini menyediakan berbagai modul untuk analisis data farmakokinetik
dan farmakodinamik termasuk analisis nonkompartemen, analisis kompartmen
dan pemodelan farmakodinamik (Brown, 2006).
Nomor 2
Zhang,Y., Hou, M., Zhou, J., Xie, S. 2010. Pksolver: An Add-In Program For
Pharmacokinetic And Pharmacodynamic Data Analysis In Microsoft Excel.
Comput Methods Programs Biomed 99(3):306-14
Lampiran
Sebutkan dan jelaskan secara lengkap factor-faktor yang dapat mempengaruhi
ketersediaan hayati suatu obat/produk obat
Jawab:
1. Pelarutan
Pelarutan merupakan proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi
terlarut dalam suatu obat pelarut. Obat yang terlarut dalam larutan jenuh
dikenal sebagai stagnant layer, berdifusi ke pelarut dari daerah konsentrasi
tinggi ke daerah konsentrasi obat yang rendah. Laju pelarutan adalah jumlah
obat yang terlarut per satuan luar per wakttu. Laju pelarutan dipengaruhi
oleh sifat fisikokimia obat, pelarut, suhu media dan kecepatan pengadukan
2. Sifat fisikokimia obat
sifat fisika dan kimia partikel-partikel obat padat memiliki pengaruh yang
besar pada kinetika pelarutan. Sifat-sifat ini terdiri atas: luas permukaan,
bentuk geometric partikel, derajat kelarutan obat dalam air, dan bentuk obat
yang polimorf
3. Disintegrasi
Suatu produk obat padat harus mengalami disintegrasi ke dalam partikel-
partikel kecil dan melepaskan obat sebelum absorpsi
4. Factor formulasi yang mempengaruhi uji pelarutan obat
Berbagai bahan tambahan dalam produk obat juga mempengaruhi kinetika
pelarutan obat dengan mengubah media tempat obat melarut atau bereaksi
dengan obat itu sendiri. Natrium bikarbonat dapat mengubah pH media.
Aspirin dalam media alkali akan menyebabkan obat tersebut melarut cepat.
Bahan tambahan yang berinteraksi dengan obat membentuk kompleks yang
larut atau tidak larut dalam air.
(Shargel dan Andrew, 2005).