Tamran Ismail1*, Ari Pernama Putra1, Luh Putu Desy Puspaningrat!, Muhammad Buchari SQ2
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng Program Studi Sarjana Farmasi
Jl. Raya Air Sanih Kec. Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali
2
Balai POM di Kupang Laboratorium Pengujian Kimia
Jl Raden Ajeng Kartini Walikota Kupang, Nusa Tenggara Timur
*
Email : Tamranismail9@gmail.com
Abstrak
Allopurinol adalah obat penyakit pirai (gout) yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah.
Tersedia sebagai generic berlogo dn bermerek. Tujuan penelitian (a.) mengetahui tablet allopurinol
generik berlogo dan bermerek yang beredar di Kota Kupang memenuhi persyaratan uji disolusi sesuai
Farmakope Indonesia edisi VI tahun 2020, (b) mengetahui adanya perbedaan rata-rata kadar disolusi dari
tablet allopurinol generik berlogo dan bermerek yang beredar di Kota Kupang dan (c) mengetahui adanya
perbedaan rata-rata kadar disolusi dari tablet allopurnol generik berlogo dan bermerek dengan produk
inovator yang beredar di Kota Kupang. Uji disolusi terhadap 6 buah tablet allopurinol 100 mg dilakukan
dengan metode dayung pada media 900 ml HCl 0,01 N, suhu 37 ± 0,5ºC dengan laju kecepatan 75 rpm
dan waktu selama 45 menit. Zat terlarut ditetapkan kadarnya dengan metode spektrofotometri ultraviolet.
Hasil penelitian menunjukkan kadar zat terlarut tablet allopurinol yaitu sampel A (102,7817), sampel B
(103,7748), sampel C (100,4646), sampel D (102,2852) dan sampel E (100,2991). Hasil ini memenuhi
kriteria penerimaan hasil uji disolusi, yaitu tidak satupun kadar yang diperoleh kurang dari ketentuan
yakni (Q+5%) yaitu (75%+5%=80%), sehingga memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi VI
2020. Hasil uji Anova menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara allopurinol generik berlogo
(Sampel E) dengan generik bermerek (sampel B), sedangkan uji t menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan antara allopurinol obat copy (generik berlogo dan bermerek) dengan allopurinol innovator.
Abstract
Allopurinol is a gout medicine that can lower uric acid levels in the blood. Available as generic logo and
branded. The purpose of the study is (a.) to know that generic allopurinol tablets with logos and brands
circulating in Kupang City meet the dissolution test requirements according to the Indonesian
Pharmacopoeia edition VI of 2020, (b) to know the difference in the average dissolution levels of generic
allopurinol tablets with logos and brands circulating in Kupang City and (c) to know the difference in the
average dissolution levels of generic allopurinol tablets with logos and brands with innovator products
circulating in Kupang City. Dissolution test on 6 100 mg allopurinol tablets was carried out by rowing
method on 900 ml HCl 0.01 N media, temperature 37 ± 0.5ºC with a speed rate of 75 rpm and time for 45
minutes. Solutes are determined by ultraviolet spectrophotometry method. The results showed solute
levels of allopurinol tablets, namely sample A (102.7817), sample B (103.7748), sample C (100.4646),
sample D (102.2852) and sample E (100.2991). This result meets the criteria for acceptance of dissolution
test results, namely none of the levels obtained are less than the provisions, namely (Q + 5%), namely
(75% + 5% = 80%), so that they meet the requirements of the Indonesian Pharmacopoeia Edition VI
2020. The results of the Anova test showed a significant difference between generic allopurinol with a logo
(sample E) and branded generic (sample B), while the t test showed no significant difference between the
copy drug allopurinol (generic logoed and branded) and allopurinol innovator.
139
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk
dagang dengan kemasan dan harga yang stastistik menggunakan One Way Anova dan uji
bervariasi. Perbedaan bahan tambahan (bahan beda (uji t)
pengisi, penghancur, pengikat) dan proses
produksi dapat menyebabkan perbedaan HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitas tablet allopurinol yang dihasilkan. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
Tujuan penelitian (a.) mengetahui tablet mengajukan kaji etik kepada komite etik Stikes
allopurinol generik berlogo dan bermerek yang Buleleng. Setelah dilakukan kaji etik dan
beredar di Kota Kupang memenuhi dinyatakan lolos kaji etik, maka kepada peneliti
persyaratan uji disolusi sesuai Farmakope diberikan sertifikat lolos kaji etik Penelitian ini
Indonesia edisi VI tahun 2020, (b) telah lulus uji etik oleh Komite Etik Penelitian
mengetahui adanya perbedaan rata-rata kadar Kesehatan STIKES Buleleng dengan nomor
disolusi dari tablet allopurinol generik berlogo sertifikat etik No 204/EC/-KEPK-SB/I/2023.
dan bermerek yang beredar di Kota Kupang
dan (c) mengetahui adanya perbedaan rata- A. Absorbansi
rata kadar disolusi dari tablet allopurnol Absorpsi spektrofotometri UV-Vis adalah
generik berlogo dan bermerek dengan produk istilah yang digunakan ketika radiasi
inovator yang beredar di Kota Kupang. ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi
oleh molekul yang diukur.
METODE Spektrofotometer merupakan alat
Penelitian ini merupakan penelitian laboraotrium yang digunakan untuk
kuantitatif metode eksperimen laboratorium mengukur absorbansi dengan cara
dengan menggunakan 2 jenis tablet alopurinol melewatkan cahaya dengan panjang
100mg generik bermerek (A dari pabrik X dan gelombang tertentu pada suatu objek
juga obat innovator dan B dari pabrik Y) dan 3 kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
macam tablet allopurinol 100mg generik Sebagian dari cahaya tersebut akan
berlogo (C dari pabrik M, D dari pabrik N dan E diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai
dari pabrik O). Penelitian dilakukan terhadap absorbansi dari cahaya yang diserap
tablet allopurinol 100mg generik berlogo dan sebanding dengan konsentrasi larutan di
generik bermerek. Dilakukan dalam medium dalam kuvet. Nilai absorbansi bertambah
larutan asam klorida 900 ml 0,1 N besar menunjukkan bahwa intensitas
menggunakan alat disolusi tipe 2 (dayung) cahaya yang terserap makin besar,
dengan kecepatan rotasi 75 rpm dan waktu sehingga menghasilkan banyak electron
pengambilan cuplikan 45 menit. Hasil disolusi bebas yang nantinya akan mengisi pita
tersebut diukur menggunakan konduksi berbahan semikonduktor (TiO2)
Spektrofotometer UV Vis pada panjang dan menghasilkan arus. Hasil pengukuran
gelombang 250nm untuk mengukur absorbansi obat tablet allopurinol generik
absorbansinya sebagai data analisa penetapan berlogo dan generik bermerek
kadar disolusinya (11). selengkapnya dapat dilihat pada Gambar
Peralatan yang digunakan dalam penelitian 1, seperti berikut
ini adalah Alat uji disolusi (Hanson Research
TypeTeledyne Elite 8), Spektrofotometer UV Vis
(Shimadzu type 1601), Mikrobalace (Sartorius;
MSA.6.6S.DM) dan glassware. Bahan Tablet
Allopurinol 100mg, Baku Pembanding
Allopurinol BPFI, Larutan Asam Klorida 0,1 N
dan Aqua DM.
Analisa data dilakukan dengan 2 metode
yaitu untuk mengetahui tablet allopurinol
generik berlogo dan bermerek yang beredar di
Kota Kupang memenuhi persyaratan, data hasil
uji d i s o l u s i d i r u j u k s e s u a i Farmakope
Indonesia edisi VI tahun 2020, dan analisa
141
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk
sampel, yaitu sampel A (103,7472), sampel B Disolusi adalah pelarutan zat aktif dari
(106,754), sampel C (103,8851), sampel D sediaan obat pada satu waktu tertentu.
(104,161) dan sampel E (102,3955). Nilai rata- Waktu yang dibutuhkan sesuai
rata persentase kadar zat aktif terlarut persyaratan masing-masing monografi.
terendah didapatkan pada sampel E Dalam Farmakope Indonesia (FI),
(102,3955) sedangkan nilai rata-rata persyaratan parameter yang harus
persentase kadar zat aktif terlarut tertinggi dipenuhi oleh suatu zat aktif atau sediaan
didapatkan sampel B (106,754). Nilai rata-rata obat adalah uji waktu hancur atau uji
zat aktif terlarut sampel A (innovator) lebih disolusi atau keduanya. Untuk menjamin
tinggi dari sampe E, dan lebih rendah nilai efektivitas suatu sediaan obat, khususnya
rata-rata zat aktif terlarut dari sampel B, C dan sediaan obat oral bentuk padat seperti
D. Faktor yang mempengaruhi kecepatan tablet dan kapsul dilakukan uji waktu
pelarutan suatu zat yaitu: (1) Temperatur, hancur (disintegrasi) dengan kondisi
naiknya temperatur umumnya memperbesar pengujian yang mensimulasikan
kelarutan zat yang endotermis, serta (meskipun tidak sempurna) apa yang
memperbesar harga koefisien difusi zat, (2) terjadi in vivo. Suatu tablet atau kapsul
viskositas, turunnya viskositas pelarut akan dengan waktu hancur yang sudah
memperbesar kecepatan pelarutan suatu zat memenuhi persyaratan ternyata belum
sesuai dengan persamaan Einstein. Naiknya tentu menjamin efektivitas sediaan oral
temperatur juga akan menurunkan viskositas padat karena berbagai hasil penelitian
sehingga memperbesar kecepatan pelarutan, telah membuktikan bahwa dua sediaan
(3) pH Pelarut, pH pelarut sangat berpengaruh obat oral padat yang setara secara
terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat asam farmasetik (pharmaceutically equivalent)
lemah atau basa lemah, (4) Pengadukan, dapat menghasilkan efek terapeutik yang
kecepatan pengadukan akan mempengaruhi berbeda. Dilihat dari sisi biofarmasi dan
tebal lapisan difusi. Bila pengadukan cepat farmakokinetik, kenyataan tersebut diatas
maka tebal lapisan difusi berkurang sehingga berkaitan dengan adanya perbedaan
menaikkan kecepatan pelarutan suatu zat, (5) kecepatan melarut zat aktif (disolusi) dari
Ukuran Partikel, bila partikel zat terlalu kecil kedua sediaan tersebut yang selanjutnya
maka luas permukaan efektif besar sehingga menghasilkan perbedaan kadar obat
menaikkan kecepatan pelarutan suatu zat, (6) didalam tubuh (dalam darah) yang dicapai
Polimorfisa, kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh kedua sediaan yang setara secara
oleh adanya polimorfisa. Karena bentuk kristal farmasetik tadi. Untuk dapat memahami
yang berbeda akan mempunyai kelarutan bagaimana perjalanan obat bentuk tablet
yang berbeda pula. Kelarutan bentuk kristal atau kapsul di dalam tubuh yang diberikan
yang meta stabil lebih besar daripada yang secara oral akan mengalami proses
bentuk stabil, sehingga kecepatan penghancuran sediaan sehingga terjadi
pelarutannya besar, (7) Sifat Permukaan Zat, pelepasan, kemudian terjadi proses
pada umumnya zat-zat yang digunakan pelarutan, difusi dan absorpsi (12).
sebagai bahan obat bersifat hidrofob, dengan Berdasarkan hasil penelitian
adanya surfaktan di dalam pelarut akan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
menurunkan tegangan permukaan antara persentase zat aktif terlarut pada masing-
partikel dengan pelarut, sehingga mudah masing sampel dari tingkat kelarutan zak
terbasahi dan kecepatan pelarutan bertambah. aktif paling kecil dan paling besar. Data
persentse tingkat kelarutan zat aktif
C. Kadar Disolusi terkecil dan terbesar pada sampel, dapat
Uji disolusi merupakan salah satu dilihat pada Gambar 3, berikut:
parameter uji biofarmasetik yang
dilakukan untuk menjamin efektivitas obat
pada saat digunakan dalam pengobatan.
143
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk
110
108,9056
108 107,5815
106,4229
106
104,7678
103,7748 104,1058
104
102,7817
102,2852
102 Kadar Terkecil
100,4646 100,2991 Kadar Terbesar
100
98
96
94
A B C D E
Gambar. 3. Perbandingan Persen Kadar Zat Terlarut Terkecil dan Terbesar tiap Sampel
masing-masing sampel dan bukan diambil dari
Berdasarkan data pada Gambar 3, nilai rata-rata persen kadar zat aktif terlarut
menunjukkan persentase kadar zat aktif pada masing-masing sampel. Dengan demikian
terlarut terkecil dan terbesar pada masing- persen kadar disolusi dari masing-masing
masing sampel. Pada persentase kadar zat sampel adalah sebagai sampel A (102,7817),
aktif terlarut terkecil dapat dilihat pada sampel sampel B (103,7748), sampel C (100,4646),
A (102,7817), sampel B (103,7748), sampel C sampel D (102,2852) dan sampel E
(100,4646), sampel D (102,2852) dan sampel (100,2991), dapat disimpulkan bahwa semua
E (100,2991). Nilai persentase kadar zat aktif sampel memenuhi persyaratan disolusi sesuai
terlarut terkecil paling rendah didapatkan pada Farmakope Indonesia Edisi VI tahun 2020.
sampel E (100,2991) sedangkan nilai Hasil uji disolusi yang dilakukan dapat
persentase kadar zat aktif terlarut terkecil dipengaruhi oleh beberapa faktor dan hal ini
paling tinggi didapatkan sampel B (103,7748). perlu diperhatikan karena dapat menyebabkan
Sedangkan pada persentase kadar zat aktif hasil uji yang berbeda. Faktor-faktor ini
terlarut terbesar pada masing-masing sampel, berhubungan dengan lingkungan uji disolusi,
dapat dilihat pada sampel A (104.7678), yakni (1) Kekuatan pengadukan: kecepatan
sampel B (108.9056), sampel C (107.5815), pengadukan dan tipe alat pengaduk
sampel D (106.4229) dan sampel E mempengaruhi ketebalan lapisan difusi. Makin
(104.1058). Nilai persentase kadar zat aktif besar intensitas pengadukan, makin tipis
terlarut terbesar paling rendah didapatkan lapisan difusi, sehingga makin cepat waktu
pada sampel E (104.1058) sedangkan nilai disolusi zat aktif dari sediaan yang diuji, (2)
persentase kadar zat aktif terlarut terbesar Kondisi media disolusi, kondisi media disolusi
paling tinggi didapatkan sampel B (108.9056). yang sangat penting diperhatikan antara lain
Pada pengujian S1 dengan 6 dosis/replikasi, pH, suhu, viskositas, tegangan permukaan dan
semua sampel (A,B,C,D dan E) memeproleh komposisi media disolusi, sebab sangat
persentase kadar zat aktif terlarut terkecil mempengaruhi kecepatan disolusi zat aktif dari
diatas nilai kriteria keberterimaan atau nilai Q sediaan yang diuji, (3) Ada tidaknya
diatas 80%. Untuk itu kadar disolusi yang gelembung udara, (4) Alat yang digunakan,
dilaporkan adalah persen kadar zat aktif (5) Suhu larutan, dan (6) Posisi sampel (12).
terlarut terkecil tiap dosis/replikasi pada
144
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk
kelompok sampel yang lain menunjukkan tidak Anova seperti pada Tabel 1. seperti dibawah
ada perbedaan yang signifikan, artinya ini.
terdapat kesamaan kadar disolusi antara
kelompok sampel yang lain. Data Hasil uji
Tabel 1. Hasil uji Anova menggunakan SPSS
147