Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624

Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk

PERBANDINGAN KADAR DISOLUSI TABLET ALLOPURINOL GENERIK BERLOGO DAN


GENERIK BERMEREK YANG BEREDAR DIKOTA KUPANG PROVINSI NTT

Tamran Ismail1*, Ari Pernama Putra1, Luh Putu Desy Puspaningrat!, Muhammad Buchari SQ2
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng Program Studi Sarjana Farmasi
Jl. Raya Air Sanih Kec. Sawan, Kabupaten Buleleng, Bali
2
Balai POM di Kupang Laboratorium Pengujian Kimia
Jl Raden Ajeng Kartini Walikota Kupang, Nusa Tenggara Timur
*
Email : Tamranismail9@gmail.com

Abstrak
Allopurinol adalah obat penyakit pirai (gout) yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah.
Tersedia sebagai generic berlogo dn bermerek. Tujuan penelitian (a.) mengetahui tablet allopurinol
generik berlogo dan bermerek yang beredar di Kota Kupang memenuhi persyaratan uji disolusi sesuai
Farmakope Indonesia edisi VI tahun 2020, (b) mengetahui adanya perbedaan rata-rata kadar disolusi dari
tablet allopurinol generik berlogo dan bermerek yang beredar di Kota Kupang dan (c) mengetahui adanya
perbedaan rata-rata kadar disolusi dari tablet allopurnol generik berlogo dan bermerek dengan produk
inovator yang beredar di Kota Kupang. Uji disolusi terhadap 6 buah tablet allopurinol 100 mg dilakukan
dengan metode dayung pada media 900 ml HCl 0,01 N, suhu 37 ± 0,5ºC dengan laju kecepatan 75 rpm
dan waktu selama 45 menit. Zat terlarut ditetapkan kadarnya dengan metode spektrofotometri ultraviolet.
Hasil penelitian menunjukkan kadar zat terlarut tablet allopurinol yaitu sampel A (102,7817), sampel B
(103,7748), sampel C (100,4646), sampel D (102,2852) dan sampel E (100,2991). Hasil ini memenuhi
kriteria penerimaan hasil uji disolusi, yaitu tidak satupun kadar yang diperoleh kurang dari ketentuan
yakni (Q+5%) yaitu (75%+5%=80%), sehingga memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi VI
2020. Hasil uji Anova menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara allopurinol generik berlogo
(Sampel E) dengan generik bermerek (sampel B), sedangkan uji t menunjukkan tidak ada perbedaan
signifikan antara allopurinol obat copy (generik berlogo dan bermerek) dengan allopurinol innovator.

Kata kunci: allopurinol, uji disolusi, kadar, spektrofotometri sinar UV.

Abstract
Allopurinol is a gout medicine that can lower uric acid levels in the blood. Available as generic logo and
branded. The purpose of the study is (a.) to know that generic allopurinol tablets with logos and brands
circulating in Kupang City meet the dissolution test requirements according to the Indonesian
Pharmacopoeia edition VI of 2020, (b) to know the difference in the average dissolution levels of generic
allopurinol tablets with logos and brands circulating in Kupang City and (c) to know the difference in the
average dissolution levels of generic allopurinol tablets with logos and brands with innovator products
circulating in Kupang City. Dissolution test on 6 100 mg allopurinol tablets was carried out by rowing
method on 900 ml HCl 0.01 N media, temperature 37 ± 0.5ºC with a speed rate of 75 rpm and time for 45
minutes. Solutes are determined by ultraviolet spectrophotometry method. The results showed solute
levels of allopurinol tablets, namely sample A (102.7817), sample B (103.7748), sample C (100.4646),
sample D (102.2852) and sample E (100.2991). This result meets the criteria for acceptance of dissolution
test results, namely none of the levels obtained are less than the provisions, namely (Q + 5%), namely
(75% + 5% = 80%), so that they meet the requirements of the Indonesian Pharmacopoeia Edition VI
2020. The results of the Anova test showed a significant difference between generic allopurinol with a logo
(sample E) and branded generic (sample B), while the t test showed no significant difference between the
copy drug allopurinol (generic logoed and branded) and allopurinol innovator.

Keywords: allopurinol, dissolution test, content, UV light spectrophotometry.

Corresponding author: Tamran Ismail


Email: tamranismail@gmail.com
Received: 12 Juli 2023. Revised: 30 Juli 2023. Published: 31 Juli 2023

139
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk

PENDAHULUAN dan melarut zat berkhasiat dari sediaannya


Obat generik adalah obat yang telah (6).
habis masa patennya dan kemudian dapat Dua produk obat yang mempunyai dosis
diproduksi oleh industri yang berbeda dari yang sama disebut bioekivalen apabila jumlah
perusahaan inovator (patent holding). dan kecepatan obat aktif yang dapat mencapai
Pergantian generik diperkenalkan diberbagai sirkulasi sistemik dari keduanya tidak
negara dengan alasan untuk mengurangi biaya mempunyai perbedaan yang signifikan (7).
dan meningkatkan akses obat, walaupun Namun, obat yang memiliki kandungan zat
peraturan dan ketersediaan obat generik aktif yang sama bisa saja memiliki
berbeda-beda antar negara (1). ketersediaan hayati yang berbeda bila formula
Dalam peraturan Menteri Kesehatan dan bentuk sediaannya berbeda, yang akan
Republik Indonesia, produk obat yang beredar berpengaruh pada efikasi/kemanjuran suatu
di Indonesia terdiri atas produk dengan nama obat (8). Dari studi biofarmasetik diperoleh
dagang (bermerek) dan generik berlogo. Obat fakta bahwa metoda formulasi dan pabrikasi
generik merupakan salah satu alternatif pilihan sangat mempengaruhi ketersediaan hayati
bagi masyarakat karena harganya lebih murah suatu obat.
dibandingkan harga obat dengan nama Absorpsi sistemik suatu obat dari tempat
dagang. Hal ini disebabkan karena adanya ekstra vaskular dipengaruhi oleh sifat–sifat
penekanan pada biaya produksi dan promosi. anatomik dan fisiologik tempat absorpsi serta
Persaingan harga diikuti pengendalian mutu sifat–sifat fisikokimia produk obat. Umumnya,
yang ketat akan mengarah pada tersedianya produk obat mengalami absorpsi sistemik
obat generik bermutu tinggi dengan harga melalui suatu rangkaian proses, meliputi
yang terjangkau (2). disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan
Allopurinol adalah obat penyakit pirai obat, disolusi obat dalam media aqueous, dan
(gout) yang dapat menurunkan kadar asam absorpsi melewati membran sel menuju
urat dalam darah. Obat ini mengurangi sirkulasi sistemik. Dalam ketiga proses
produksi asam urat dengan jalan menghambat tersebut di atas, kecepatan obat mencapai
secara kompetitif dua langkah terakhir sirkulasi ditentukan oleh tahapan yang paling
biosintesis asam urat, yang dikatalisir oleh lambat dalam rangkaian yang disebut tahap
xantin oksidase (3). Pengobatan jangka penentu kecepatan (9).
panjang mengurangi frekuensi serangan, Uji disolusi merupakan suatu metode
menghambat pembentukan tofi, memobilisasi fisika yang penting sebagai parameter dalam
asam urat dan mengurangi besarnya tofi (4). pengembangan mutu sediaan obat yang
Allopurinol bekerja dengan menghambat didasarkan pada pengukuran kecepatan
xantin oksidase, enzim yang mengubah pelepasan dan pelarutan zat aktif dari
hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya sediaanya. Uji disolusi digunakan untuk uji
menjadi asam urat. Melalui mekanisme umpan bioavailabilitas secara in vitro, karena hasil uji
balik allopurinol menghambat sintetis purin disolusi berhubungan dengan ketersediaan
yang merupakan prekursor xantin (4). hayati obat dalam tubuh (5). Uji disolusi
Disolusi suatu tablet adalah jumlah atau bertujuan untuk memprediksi korelasi
persen zat aktif dari suatu sediaan padat yang bioavailabilitas in vivo dari produk obat. Uji
larut pada suatu waktu tertentu dalam kondisi disolusi penting sebagai (1) petunjuk untuk
baku misal pada suhu, kecepatan pengadukan pengembangan formulasi dan produk obat, (2)
dan komposisi media tertentu. Dari uji disolusi kontrol kualitas selama proses produksi (3)
ini dapat dilihat kualitas dan bioavailabilitas memastikan kualitas bioekivalen in vitro antar
suatu obat, karena bioavailabilitas merupakan batch dan (4) regulasi pemasaran produk obat
kecepatan dan jumlah obat aktif yang (10).
mencapai sirkulasi sistemik (5). Uji disolusi Tablet allopurinol tersedia dalam dua
yang merupakan suatu metode fisika-kimia, jenis, yaitu obat generik bermerek dan obat
digunakan dalam pengembangan produk dan generik berlogo. Banyak pabrik farmasi yang
pengendalian mutu sediaan obat berdasarkan memproduksi tablet allopurinol sehingga
pengukuran parameter kecepatan pelepasan dipasaran dapat ditemui berbagai merek
140
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk

dagang dengan kemasan dan harga yang stastistik menggunakan One Way Anova dan uji
bervariasi. Perbedaan bahan tambahan (bahan beda (uji t)
pengisi, penghancur, pengikat) dan proses
produksi dapat menyebabkan perbedaan HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitas tablet allopurinol yang dihasilkan. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti
Tujuan penelitian (a.) mengetahui tablet mengajukan kaji etik kepada komite etik Stikes
allopurinol generik berlogo dan bermerek yang Buleleng. Setelah dilakukan kaji etik dan
beredar di Kota Kupang memenuhi dinyatakan lolos kaji etik, maka kepada peneliti
persyaratan uji disolusi sesuai Farmakope diberikan sertifikat lolos kaji etik Penelitian ini
Indonesia edisi VI tahun 2020, (b) telah lulus uji etik oleh Komite Etik Penelitian
mengetahui adanya perbedaan rata-rata kadar Kesehatan STIKES Buleleng dengan nomor
disolusi dari tablet allopurinol generik berlogo sertifikat etik No 204/EC/-KEPK-SB/I/2023.
dan bermerek yang beredar di Kota Kupang
dan (c) mengetahui adanya perbedaan rata- A. Absorbansi
rata kadar disolusi dari tablet allopurnol Absorpsi spektrofotometri UV-Vis adalah
generik berlogo dan bermerek dengan produk istilah yang digunakan ketika radiasi
inovator yang beredar di Kota Kupang. ultraviolet dan cahaya tampak diabsorpsi
oleh molekul yang diukur.
METODE Spektrofotometer merupakan alat
Penelitian ini merupakan penelitian laboraotrium yang digunakan untuk
kuantitatif metode eksperimen laboratorium mengukur absorbansi dengan cara
dengan menggunakan 2 jenis tablet alopurinol melewatkan cahaya dengan panjang
100mg generik bermerek (A dari pabrik X dan gelombang tertentu pada suatu objek
juga obat innovator dan B dari pabrik Y) dan 3 kaca atau kuarsa yang disebut kuvet.
macam tablet allopurinol 100mg generik Sebagian dari cahaya tersebut akan
berlogo (C dari pabrik M, D dari pabrik N dan E diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai
dari pabrik O). Penelitian dilakukan terhadap absorbansi dari cahaya yang diserap
tablet allopurinol 100mg generik berlogo dan sebanding dengan konsentrasi larutan di
generik bermerek. Dilakukan dalam medium dalam kuvet. Nilai absorbansi bertambah
larutan asam klorida 900 ml 0,1 N besar menunjukkan bahwa intensitas
menggunakan alat disolusi tipe 2 (dayung) cahaya yang terserap makin besar,
dengan kecepatan rotasi 75 rpm dan waktu sehingga menghasilkan banyak electron
pengambilan cuplikan 45 menit. Hasil disolusi bebas yang nantinya akan mengisi pita
tersebut diukur menggunakan konduksi berbahan semikonduktor (TiO2)
Spektrofotometer UV Vis pada panjang dan menghasilkan arus. Hasil pengukuran
gelombang 250nm untuk mengukur absorbansi obat tablet allopurinol generik
absorbansinya sebagai data analisa penetapan berlogo dan generik bermerek
kadar disolusinya (11). selengkapnya dapat dilihat pada Gambar
Peralatan yang digunakan dalam penelitian 1, seperti berikut
ini adalah Alat uji disolusi (Hanson Research
TypeTeledyne Elite 8), Spektrofotometer UV Vis
(Shimadzu type 1601), Mikrobalace (Sartorius;
MSA.6.6S.DM) dan glassware. Bahan Tablet
Allopurinol 100mg, Baku Pembanding
Allopurinol BPFI, Larutan Asam Klorida 0,1 N
dan Aqua DM.
Analisa data dilakukan dengan 2 metode
yaitu untuk mengetahui tablet allopurinol
generik berlogo dan bermerek yang beredar di
Kota Kupang memenuhi persyaratan, data hasil
uji d i s o l u s i d i r u j u k s e s u a i Farmakope
Indonesia edisi VI tahun 2020, dan analisa
141
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk

waktu tertentu, menggunakan alat


tertentu yang didisain untuk menguji
Rerata Hasil Absorbansi parameter disolusi. Jumlah zat aktif yang
(Per Sample) terlarut dapat ditentukan atau diukur pada
0,65 satu waktu tertentu saja, atau diukur
0,645 secara seri pada beberapa waktu tertentu,
0,64 tergantung pada jenis informasi yang
diperlukan (12). Interpretasi Hasil dapat
0,635
dihitung menggunakan rumus sebagai
0,63
berikut:
0,625 0,645
0,62 % Faktor Perkalian (FK)
0,615 0,6268 0,6277 0,6293 Fu 𝐵𝑏 𝐾𝑏
0,6187 𝑉= × × × 100%
0,61 Fb 𝐴𝑏 𝐾𝑒
0,605
A B C C E Kadar Allopurinol yang melarut
(%) = FK x Au
Gambar 1. Rerata Hasil Absorbansi tiap
Sampel Keterangan :
V = Volume media disolusi dalam ml
Berdasarkan data pada Gambar 1 Au = Serapan larutan uji
Ab = Serapan larutan baku
menunjukkan menunjukkan bahwa nilai Bb = Bobot baku Allopurinol BPFI dalam mg
absorbansi rata-rata masing-masing sampel Fu = Faktor pengenceran larutan uji
adalah sampel A (0,6268), sampel B (0,645), Fb = Faktor pengenceran larutan baku
sampel C (0,6277), sampel D (0,6293) dan Ke = Jumlah Allopurinol per tablet yang tertera
sampel E (0,6187). Nilai absorbansi terendah pada etiket dalam mg
Kb = Kemurnian baku Allopurinol BPFI
diperoleh sampel E (0,6187) sedangkan nilai
absorbansi tertinggi diperoleh sampel B
Berdasarkan hasil penelitian dan
(0,645). Dari gambar 1 tersebut juga dapat
dilanjutkan dengan perhitungan, maka
diketahui bahwa rata-ata nilai absorbansi
diperoleh data rata-rata persentase kadar
sampel A (innovator) lebih tinggi dari sampel
zat aktif terlarut pada masing-masing
E, dan lebih rendah nilai absorbansinya dari
sampel seperti pada Gambar. 2
sampel B, C dan D. Tinggi rendahnya kadar
absorbansi sampel akan mempengaruhi kadar
zat aktif pada sampel tersebut. Absorbansi
adalah perbandingan intensitas sinar yang
diserap dengan intensitas sinar datang. Nilai E 102,3955
absorbansi ini akan bergantung pada kadar zat
yang terkandung di dalamnya, semakin banyak D 104,161
kadar zat yang terkandung dalam suatu
sampel maka semakin banyak molekul yang C 103,8851
akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu sehingga nilai absorbansi B 106,754
semakin besar atau dengan kata lain nilai
A 103,7472
absorbansi akan berbanding lurus dengan
konsentrasi zat yang terkandung didalam
100 102 104 106 108
suatu sampel.
Gambar 2. Rerata Persen Kadar Zat Terlarut tiap
B. Kadar Zat Terlarut Sampel
Uji disolusi dilakukan dengan mengukur
jumlah zat aktif yang terlarut dalam media Berdasarkan data pada Gambar 2.
cair yang diketahui volumenya pada suatu menunjukkan bahwa rata-rata persentase
kadar zat aktif terlarut pada masing-masing
142
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk

sampel, yaitu sampel A (103,7472), sampel B Disolusi adalah pelarutan zat aktif dari
(106,754), sampel C (103,8851), sampel D sediaan obat pada satu waktu tertentu.
(104,161) dan sampel E (102,3955). Nilai rata- Waktu yang dibutuhkan sesuai
rata persentase kadar zat aktif terlarut persyaratan masing-masing monografi.
terendah didapatkan pada sampel E Dalam Farmakope Indonesia (FI),
(102,3955) sedangkan nilai rata-rata persyaratan parameter yang harus
persentase kadar zat aktif terlarut tertinggi dipenuhi oleh suatu zat aktif atau sediaan
didapatkan sampel B (106,754). Nilai rata-rata obat adalah uji waktu hancur atau uji
zat aktif terlarut sampel A (innovator) lebih disolusi atau keduanya. Untuk menjamin
tinggi dari sampe E, dan lebih rendah nilai efektivitas suatu sediaan obat, khususnya
rata-rata zat aktif terlarut dari sampel B, C dan sediaan obat oral bentuk padat seperti
D. Faktor yang mempengaruhi kecepatan tablet dan kapsul dilakukan uji waktu
pelarutan suatu zat yaitu: (1) Temperatur, hancur (disintegrasi) dengan kondisi
naiknya temperatur umumnya memperbesar pengujian yang mensimulasikan
kelarutan zat yang endotermis, serta (meskipun tidak sempurna) apa yang
memperbesar harga koefisien difusi zat, (2) terjadi in vivo. Suatu tablet atau kapsul
viskositas, turunnya viskositas pelarut akan dengan waktu hancur yang sudah
memperbesar kecepatan pelarutan suatu zat memenuhi persyaratan ternyata belum
sesuai dengan persamaan Einstein. Naiknya tentu menjamin efektivitas sediaan oral
temperatur juga akan menurunkan viskositas padat karena berbagai hasil penelitian
sehingga memperbesar kecepatan pelarutan, telah membuktikan bahwa dua sediaan
(3) pH Pelarut, pH pelarut sangat berpengaruh obat oral padat yang setara secara
terhadap kelarutan zat-zat yang bersifat asam farmasetik (pharmaceutically equivalent)
lemah atau basa lemah, (4) Pengadukan, dapat menghasilkan efek terapeutik yang
kecepatan pengadukan akan mempengaruhi berbeda. Dilihat dari sisi biofarmasi dan
tebal lapisan difusi. Bila pengadukan cepat farmakokinetik, kenyataan tersebut diatas
maka tebal lapisan difusi berkurang sehingga berkaitan dengan adanya perbedaan
menaikkan kecepatan pelarutan suatu zat, (5) kecepatan melarut zat aktif (disolusi) dari
Ukuran Partikel, bila partikel zat terlalu kecil kedua sediaan tersebut yang selanjutnya
maka luas permukaan efektif besar sehingga menghasilkan perbedaan kadar obat
menaikkan kecepatan pelarutan suatu zat, (6) didalam tubuh (dalam darah) yang dicapai
Polimorfisa, kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh kedua sediaan yang setara secara
oleh adanya polimorfisa. Karena bentuk kristal farmasetik tadi. Untuk dapat memahami
yang berbeda akan mempunyai kelarutan bagaimana perjalanan obat bentuk tablet
yang berbeda pula. Kelarutan bentuk kristal atau kapsul di dalam tubuh yang diberikan
yang meta stabil lebih besar daripada yang secara oral akan mengalami proses
bentuk stabil, sehingga kecepatan penghancuran sediaan sehingga terjadi
pelarutannya besar, (7) Sifat Permukaan Zat, pelepasan, kemudian terjadi proses
pada umumnya zat-zat yang digunakan pelarutan, difusi dan absorpsi (12).
sebagai bahan obat bersifat hidrofob, dengan Berdasarkan hasil penelitian
adanya surfaktan di dalam pelarut akan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
menurunkan tegangan permukaan antara persentase zat aktif terlarut pada masing-
partikel dengan pelarut, sehingga mudah masing sampel dari tingkat kelarutan zak
terbasahi dan kecepatan pelarutan bertambah. aktif paling kecil dan paling besar. Data
persentse tingkat kelarutan zat aktif
C. Kadar Disolusi terkecil dan terbesar pada sampel, dapat
Uji disolusi merupakan salah satu dilihat pada Gambar 3, berikut:
parameter uji biofarmasetik yang
dilakukan untuk menjamin efektivitas obat
pada saat digunakan dalam pengobatan.

143
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk

110
108,9056

108 107,5815
106,4229
106
104,7678
103,7748 104,1058
104
102,7817
102,2852
102 Kadar Terkecil
100,4646 100,2991 Kadar Terbesar
100

98

96

94
A B C D E

Gambar. 3. Perbandingan Persen Kadar Zat Terlarut Terkecil dan Terbesar tiap Sampel
masing-masing sampel dan bukan diambil dari
Berdasarkan data pada Gambar 3, nilai rata-rata persen kadar zat aktif terlarut
menunjukkan persentase kadar zat aktif pada masing-masing sampel. Dengan demikian
terlarut terkecil dan terbesar pada masing- persen kadar disolusi dari masing-masing
masing sampel. Pada persentase kadar zat sampel adalah sebagai sampel A (102,7817),
aktif terlarut terkecil dapat dilihat pada sampel sampel B (103,7748), sampel C (100,4646),
A (102,7817), sampel B (103,7748), sampel C sampel D (102,2852) dan sampel E
(100,4646), sampel D (102,2852) dan sampel (100,2991), dapat disimpulkan bahwa semua
E (100,2991). Nilai persentase kadar zat aktif sampel memenuhi persyaratan disolusi sesuai
terlarut terkecil paling rendah didapatkan pada Farmakope Indonesia Edisi VI tahun 2020.
sampel E (100,2991) sedangkan nilai Hasil uji disolusi yang dilakukan dapat
persentase kadar zat aktif terlarut terkecil dipengaruhi oleh beberapa faktor dan hal ini
paling tinggi didapatkan sampel B (103,7748). perlu diperhatikan karena dapat menyebabkan
Sedangkan pada persentase kadar zat aktif hasil uji yang berbeda. Faktor-faktor ini
terlarut terbesar pada masing-masing sampel, berhubungan dengan lingkungan uji disolusi,
dapat dilihat pada sampel A (104.7678), yakni (1) Kekuatan pengadukan: kecepatan
sampel B (108.9056), sampel C (107.5815), pengadukan dan tipe alat pengaduk
sampel D (106.4229) dan sampel E mempengaruhi ketebalan lapisan difusi. Makin
(104.1058). Nilai persentase kadar zat aktif besar intensitas pengadukan, makin tipis
terlarut terbesar paling rendah didapatkan lapisan difusi, sehingga makin cepat waktu
pada sampel E (104.1058) sedangkan nilai disolusi zat aktif dari sediaan yang diuji, (2)
persentase kadar zat aktif terlarut terbesar Kondisi media disolusi, kondisi media disolusi
paling tinggi didapatkan sampel B (108.9056). yang sangat penting diperhatikan antara lain
Pada pengujian S1 dengan 6 dosis/replikasi, pH, suhu, viskositas, tegangan permukaan dan
semua sampel (A,B,C,D dan E) memeproleh komposisi media disolusi, sebab sangat
persentase kadar zat aktif terlarut terkecil mempengaruhi kecepatan disolusi zat aktif dari
diatas nilai kriteria keberterimaan atau nilai Q sediaan yang diuji, (3) Ada tidaknya
diatas 80%. Untuk itu kadar disolusi yang gelembung udara, (4) Alat yang digunakan,
dilaporkan adalah persen kadar zat aktif (5) Suhu larutan, dan (6) Posisi sampel (12).
terlarut terkecil tiap dosis/replikasi pada
144
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk

prasyarat dalam analisis independent


D. Perbandingan Kadar Allopurinol sample t test dan Anova. Asumsi yang
Untuk mengetahui perbedaan nilai mendasari dalam analisis varian (Anova)
rata-rata zat aktif terlarut dan perbedaan adalah bahwa varian dari populasi adalah
rata-rata kadar obat copy terhadap obat sama. Uji asumsi homogenitas varians
innovator, data pada Gambar.2 dianalisa menggunakan Uji Levene, dengan hasil
secara statistik menggunakan aplikasi pengujian dapat dilihat pada box Test of
SPSS. Sebagai langkah awal dilakukan uji Homogeneity of Variances, dengan kriteria
normalitas. Uji normalitas adalah suatu pengujian:
teknik statistik yang digunakan • Jika nilai sig (p-value) > 0,05 maka
untuk menentukan apakah suatu sampel berkesimpulan varian data
data atau variabel tertentu berasal dari homogen, artinya Uji Homogenitas
populasi yang memiliki distribusi normal terpenuhi
atau tidak. Peneliti melakukan pengujian • Jika nilai sig (p-value) ≤ 0,05 maka
normalitas menggunakan data berskala berkesimpulan varian data tidak
ratio dengan asumsi data berdistribusi homogen, artinya Uji Homogenitas
normal menggunakan uji Shaphiro Wilk. tidak terpenuhi
Hasil pengujian dapat dilihat pada box Dari hasil pengujian diperoleh nilai
Test of Normality pada kolom Shaphiro signifikansinya (p-value) sebesar 0,003, nilai
Wilk, dengan kriteria pengujian: tersebut kurang dari 0,05 maka disimpulkan
• Jika nilai sig (p-value) > 0,05 maka varian data tidak homogen, artinya uji asumsi
berkesimpulan data berdisribusi homogenitas varian tidak terpenuhi. Karena
normal, artinya Uji normalitas data data berdistribusi normal maka meskipun uji
terpenuhi homogenitas varian tidak terpenuhi tapi tetap
• Jika nilai sig (p-value) ≤ 0,05 maka bisa dilanjutkan uji One Way Anova dengan
berkesimpulan data tidak pemilihan uji lanjut (post hoc) yang sesuai
berdisribusi normal, artinya Uji menggunakan uji Games-Howell. Demikian
normalitas data tidak terpenuhi juga dengan uji t tetap dapat dilanjutkan
Dari hasil pengujian data rata-rata menggunakan rumus untuk t Test Equal
kadar Allopurinol pada 5 jenis tablet Variances Not Assumed.
Allopurinol diketahui nilai signifikansi pada
Obat Generik Bermerk Pabrik X (sampel A E. Perbedaan Kadar Disolusi Dari Tablet
sebagai Inovator) sebesar 0,572, lalu pada Allopurinol
Obat Generik Bermerk Pabrik Y (sampel B)
sebesar 0,551, Obat Generik Berlogo Untuk mengetahui perbedaan kadar disolusi
Pabrik M (sampel C) sebesar 0,353, Obat dari tablet allopurinol generik berlogo dan
Generik Berlogo Pabrik N (sampel D) bermerek data dianalisis menggunakan uji
sebesar 0,957, dan Obat Generik Berlogo ANOVA. Dari hasil Uji One Way Anova dan Post
Pabrik O (sampel E) sebesar 0,786. Kelima Hoc with Equal Variances Not Assumed
Merk Tablet Allopurinol memiliki nilai menggunakan Games-Howell, diketahui pada
signikansi > 0,05, maka dapat disimpulkan box Anova dengan nilai signifikasi (p-value)
bahwa data berdistribusi normal, artinya sebesar 0,006 maka disimpulkan ada
asumsi normalitas data terpenuhi, perbedaan kadar disolusi pada 5 jenis tablet
sehingga bisa dilanjutkan pada pengujian Allopurinol. Selanjutnya untuk melihat
statistik parametrik dengan Uji Anova dan pasangan kelompok sampel mana yang
Uji t. berbeda maka hasil analisis dapat dilihat dari
Setelah mendapatkan sampel box Post Hoc Test, dengan hasil terdapat
berdistribusi nomal, maka selanjutkan perbedaan yang signifikan kadar disolusi tablet
dilakukan uji homogenitas sampel. Uji Allopurinol antara sampel Generik Bermerk
homogenitas digunakan untuk mengetahui Pabrik Y dengan Generik Berlogo Pabrik O
apakah beberapa varian populasi adalah dengan nilai signifikansi sebesar 0,012 (<
sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai 0,05), sedangkan hasil uji beda antara
145
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk

kelompok sampel yang lain menunjukkan tidak Anova seperti pada Tabel 1. seperti dibawah
ada perbedaan yang signifikan, artinya ini.
terdapat kesamaan kadar disolusi antara
kelompok sampel yang lain. Data Hasil uji
Tabel 1. Hasil uji Anova menggunakan SPSS

Mean Nilai Sig.


Kelompok Sampel Std. Error Kesimpulan
Difference (p-value)
Generik
Inovator - Bermerk -3,0067667 ,8699584 ,069 Tidak ada perbedaan
Pabrik Y
Generik
- Berlogo -,1379333 1,1928002 1,000 Tidak ada perbedaan
Pabrik M
Generik
- Berlogo -,4137500 ,6325265 ,960 Tidak ada perbedaan
Pabrik N
Generik
- Berlogo 1,3516667 ,5876233 ,243 Tidak ada perbedaan
Pabrik O
Generik
Generik Bermerk
- Berlogo 2,8688333 1,4267572 ,333 Tidak ada perbedaan
Pabrik Y
Pabrik M
Generik
- Berlogo 2,5930167 1,0064559 ,157 Tidak ada perbedaan
Pabrik N
Generik
- Berlogo 4,3584333* ,9788589 ,012 Ada perbedaan
Pabrik O
Generik
Generik Berlogo
- Berlogo -,2758167 1,2957230 ,999 Tidak ada perbedaan
Pabrik M
Pabrik N
Generik
- Berlogo 1,4896000 1,2744056 ,768 Tidak ada perbedaan
Pabrik O
Generik
Generik Berlogo
- Berlogo 1,7654167 ,7755172 ,230 Tidak ada perbedaan
Pabrik N
Pabrik O
berlogo dan bermerek dengan produk
Adanya perbedaan yang signifikan rata-rata inovator, data dianalisis menggunakan uji t.
kadar disolusi tablet Allopurinol antara sampel Dari hasil uji t pada box Independent Sample
A (Generik Bermerk Pabrik Y) dengan Sampel Test pada baris Equal Variances Not Assumed
E (Generik Berlogo Pabrik O) kemungkinan diketahui nilai signifikasi (p-value) sebesar
disebabkan adanya perbedaan metoda 0,340 (> 0,05) maka disimpulkan tidak
formulasi dan pabrikasi dan juga terdapat terdapat perbedaan yang signifikan antara
perbedaan bahan tambahan (bahan pengisi, kadar disolusi tablet Allopurinol pada produk
penghancur, pengikat) dan proses produksi inovator dengan produk generik berlogo dan
sehingga dapat menyebabkan perbedaan rata- bermerek
rata kadar tablet allopurinol yang dihasilkan.
KESIMPULAN
F. Perbedaan Rata-Rata Kadar Disolusi Berdasarkan hasil penelitian dapat
Dari Tablet Allopurinol disimpulkan bahwa: Kadar rata-rata disolusi 5
(lima) sampel tablet allopurinol generik berlogo
Untuk mengetahui perbedaan rata-rata dan bermerek yang beredar di Kota Kupang
kadar disolusi dari tablet allopurinol generik dengan nilai keberterimaan Q > 80% (75
146
Jurnal Farmasi Kryonaut e-ISSN: 2828-1624
Volume 2 No. 2 Juli 2023 https://doi.org/10.59969/jfk

+5%), memenuhi persyaratan disolusi sesuai 4. Setiabudy, Rianto. (2007).


Farmakope Indonesia Edisi VI tahun 2020. Farmakologi dan Terapi. Edisi V.
Hasil uji anova menunjukkan tingkat Jakarta: Departemen Farmakologi
signifikansi rata-rata kadar disolusi sampel dan Terapeutik FK UI. Hal. 233,
tablet allopurinol generik berlogo dan 243-244.
bermerek yang beredar di Kota Kupang tidak 5. Banakar, U.V. 1992. Pharmaceutical
berbeda nyata, kecuali sampel B (Generik Dissolution Testing. Marcel Dekker Inc.
Bermerek dari pabrik Y) berbeda nyata dengan New York. 192-194.
sampel E (Generik Berlogo dari pabrik O). Hasil 6. Lachman, Leon. (1994). Teori dan
uji t menunjukkan rata-rata kadar disolusi Praktek Farmasi Industri II. Universitas
sampel tablet allopurinol generik berlogo dan Indonesia Press. Jakarta. Halm: 659-
bermerek (sampel B,C,D dan E) yang beredar 660
di Kota Kupang tidak berbeda nyata dengan 7. Shargel, L., and Kanfer, I., 2005,
produk innovator (sampel A). Generic Drug Product Development :
Solid Oral Dossage Form, Marcel
SARAN Dekker Inc, New York, 187.
Peneltian selanjutnya disarankan agar 8. Abdou, H. M. 1989, Dissolution,
memperbanyak produk uji dengan beberapa Bioavailability & Bioequivalence, Mack
jenis obat, juga melihat profil uji disolusi untuk Publishing, Easton, Pesnylvania. 481.
tablet allopurinol generik berlogo dan generik 9. Shargel, L., Yu, A., and Wu, S., 2005,
bermerek dan dilakukan uji disolusi terbanding Applied Biopharmacuetics and
tablet allopurinol generik berlogo dan generik Pharmakokinetics, 5th Ed, 453-491, Mc.
bermerek. Graw. Hill, Singapore.Siswandono.
2000. Kimia Medicinal . Surabaya:
DAFTAR PUSTAKA Airlangga University Press. hal : 124.
1. Nasif H, Zaini E dan Agnes S ( 2017), 10. Allen, L. V. Jr., Popovich, N. G., and
Uji Disolusi Terbanding Tablet Ansel, H.C. 2005. Ansel’s
Metilorednisolon Generik Bermerek dan Pharmaceutical Dosage Form and Drug
Generik Berlogo Dibandingkan dengan Delivery System, Eight Edition.
Tablet Metioprednisolon Paten. Jurnal Lippincot Williams and Wilkins,
Sains dan Teknologi Farmasi, 19 (1), Philadelphia. 154-162. 238-239.
46-51 11. Kementrian Kesehatan Republik
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Farmakope
Indonesia. (2013). Farmakope Indonesia. Edisi V Halaman 121,
Indonesia. Edisi V Halaman 121, Jakarta
Jakarta 12. BPOM RI 2014, Pedoman Uji Disolusi
3. Mycek, M . J . 2001. FarmakologiUlasan dan Tanya Jawab. Jakarta.
Bergambar . E disi 2 . Jakarta : W idya
Medika. hal : 304

147

Anda mungkin juga menyukai