Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BIOFARMASI SEDIAAN ORAL

Disusun Oleh:

Nama: JUSTIKA SALSABILA PUTRI

Npm/Kelas : 173110089/VI C

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TULANG BAWANG

2020

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi....................................................................................................................,.......3
2.2 Patofisiologi.....................................................................................................................5
2.3 Manifestasi Klinis...........................................................................................................14
2.4 Diagnosis........................................................................................................................15
2.5 Terapi..............................................................................................................................17
2.6 Farmakoterapi.................................................................................................................24
2.7 Evaluasi dan Monitoring.................................................................................................27

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................30
3.2 Saran...............................................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................31
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
dengan rahmat dan karunia-nya kita masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Biofarmasetika ini.

Makalah ini membahas tentang biofarmasetika tekhnik pemberian obat


secara oral. Makalah ini saya susun agar pembaca khususnya mahasiswi farmasi
dapat memperluas ilmu tentang biofarmasetika,yang kami sajikan dengan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber, walau sedikit ada rintangan namun
dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi para mahasiswi , khususnya


pada kelompok yang membaca makalah kami ini, dan semoga dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Bandar lampung, 03 april 2020

penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
Efektivitas suatu senyawa obat pada pemakaian klinik berhubungandengan farmakokinetiknya,
dan farmakokinetik suatu senyawa dari suatu bentuk sediaan ditentukan oleh ketersediaan
hayatinya (bioavailabilitasnya).Bioavailibilitas adalah persentase zat aktif dalam suatu produk
obat yang tersediadalam sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh setelah pemberian obat
tersebut,diukur dari kadarnya dalam darah terhadap waktu atau dari ekskresinya dalamurin.Bioavailabilitas
suatu senyawa obat dari sediaannyaditentukan/dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti:
kualitas dan sifatfisiko-kimia bahan baku zat aktif yang dipakai, jenis dan komposisi
bahan pembantu, teknik pembuatan, dll. Dengan demikian, sediaan-sediaan obat yangmengandung
zat aktif yang sama dalam bentuk sediaan yang sama("pharmaceutical equivalent ") tetapi diproduksi oleh
pabrik yang berbeda bisamenghasilkan efektivitas klinik yang berbeda.Untuk mengetahui perbandingan
kualitas dan mutu dua sediaan obattersebut perlu dilakukan uji bioekivalensi obat, khususnya
yang berupa sediaan padat dan digunakan secara sistemik menjadi penting dilakukan untuk
menjaminefektivitas obat yang bersangkutan. Uji ini disyaratkan untuk dilakukan bagi produk obat
copy,yaitu produk obat innovator/ pembandingnya. Dua produk obatdinyatakan mempunyai ekuivalensi
farmasetik jika mengandung zat berkhasiatdalam jumlah dan bentuk sediaan yang sama.Salah satu
sediaan oral yang perlu diujikan bioekivalensi adalah sediaanoral Itrakonazol.. Penelitian ini
bertujuan untuk evaluasi ketersediaan hayatisediaan kapsul itrakonazol 100 mg (PT Dexa Medica) yang
dibandingkan dengankapsul produk originnya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat makalahtentang
studi perbandingan bioavailabilitas antijamur pada dua sediaanItrakonazol untuk memenuhi
tugas biofarmasetika

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.Mekanisme Obat dalam Tubuh
Setiap obat yang masuk ke tubuh (kecuali yang diberikan secara intravena)akan
melalui proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi.
a. Absorpsi
 Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian kedalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat (oral,kulit, paru, otot
dan lain-lain.
Absorpsi sebagian besar obat secara difusi pasif,maka sebagai barier absorpsi
adalah membran sel epitel saluran cerna. Pemberianintravena tidak mengalami
absorpsi, maka kadar obat dalam darah diperolehsecara tepat, cepat dan dapat
disesuaikan dengan renspon penderita.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses
absorbsi obat pada saluran cerna antara lain:
a.Bentuk sediaan
Terutama berpengaruh terhadap kecepatan absorbsi obat, yang secara tidak langsung dapat
mempengaruhi intensitas respon biologis obat. Dalam bentuk sediaan yang berbeda, maka proses
absorpsi obat memerlukan waktu yang berbeda-beda dan jumlah ketersediaan hayati kemungkinan juga
berlainan
b.Sifat fisika kimia obatBentuk asam, ester, garam, kompleks atau hidrat dari bahan obat
dapatmempengaruhi kekuatan dan proses absorpsi obat. Selain itu bentuk kristal atau polimorfi, kelarutan dalam
lemak atau air, dan derajat ionisasi juga mempengaruhi proses absorpsi.
Absorpsi lebih mudah terjadi bila obat dalam bentuk non-iondan mudah larut dalam lemak 
c.Faktor biologis
Antara lain adalah pH saluran cerna, sekresi cairan lambung, gerakansaluran cerna, waktu
pengosongan lambung dan waktu transit dalam usus, serta banyaknya pembuluh darah pada tempat
absorpsi.
b.Distribusi
 Obat dalam darah akan diikat oleh protein plasma dengan berbagai ikatan lemah ( ikatan hidrofobik,
van der walls, hidrogen dan ionik ). Obat yang terikat protein plasma akan dibawa oleh protein plasma
akan dibawa oleh darahkeseluruh tubuh sedangkan obat bebas akan keluar ke jaringan ke tempat
kerjaobat kemudian ke jaringan yang membutuhkan obat tersebut lalu ke hati (dimana obat mengalami
metabolisme menjadi metabolit yang dikeluarkan melalui empedu ata masuk kembali ke darah) dan ke ginjal
(dimana obat/metabolitnya diekskresi ke dalam urin). Pada jaringan obat yang larut air akan tetap
berada di luar sel sedangkan obat yang larut lemak akan berdifusi melintasi membran sel danmasuk ke
dalam sel tetapi karena perbedaan pH di dalam sel dengan di luar selmaka obat-obat yang bersifat
asam lebih banyak diluar sel dan obat-obat basalebih banyak di dalam sel. Ikatan obat dengan protein
plasma merupakan ikatan yang reversibel.
c. Metabolisme
 Metabolisme obat terutama terjadi di hati, tempat metabolisme yang lainseperti paru, dinding usus,
ginjal, darah, otak, kulit, dan di lumen kolon (oleh florausus). Reaksi metabolisme obat terdiri dari reaksi
fase I dan reaksi fase II. Reaksifase I terdiri dari oksidasi, reduksi dan hidrolisis yang
menmgubah obatmenjadilebih polar, dengan akibat menjadi inaktif, lebih aktif atau kurang aktif
sedangkanreaksi fase II merupakan reaksi konjugasi dengan substrat endogen seperi
asamglukuronat, asam sulfat, asam asetat, atau asam amino dan hasilnya menjadisangat polar
dengan demikian hampir selalu tidak aktif. Obat dapat mengalamireaksi fase I saja atau reaksi fase II
saja atau reaksi I dan diikuti reaksi fase II.Reaksi metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh
enzimcytochrome P450 (CYP) yang digunakan untuk metabolisme obat. Pada fase IIyang
terpenting adalah glukuronidasi melalui enzim UDP-glukuroniltransferaseyang terutama terjadi
dalam mikrosom hati, tetapi juga dijaringan ekstrahepatik (usus halus, ginjal, paru, dan kulit) interaksi
dalam metabolisme obat berupainhibisi atau induksi enzim metabolisme. Inhibisi enzim metabolisme
terjadisecara langsung dengan akibat peningkatan kadar obat yang menjadi substrat darienzim
yang dihambat juga terjadi secara langsung. Untuk mencegah terjadinyatoksisitas diperlukan
penurunan dosis obat yang bersangkutan atau bahkan tidak  boleh diberikan bersama
penghambatnya (kontraindikasinya) jika akibatnyamembahayakan. Hambatan pada umumnya
bersifat kompetitif (karena merupakansubstrat dari enzim yang sama) tetapi dapat juga bersifat
nonkompetitif (bukan substat dari enzim)

d.Ekskresi
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekresikanmelalui ginjal dalam bentuk
utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh merupakan cara eliminasi obat
melalui ginjal. Ekskresi melalui ginjalmelibatkan 3 proses yakni proses filtrasi glomerulus,
sekresi aktif ditubulus proksimal dan reabsorpsi pasif disepanjang tubulus.

2.Bioavailabilitas dan Bioekivalensi


 Bioavailabiltas suatu istilah yang menyatakan jumlah/proporsi (exetent )obat yang diabsorpsi dan
kecepatan (rate) yang diabsorpsi itu terjadi.Extent biasanya dinyatakan dalam Hal ini biasanya
diukur dari perkembangan kadar obat (zat aktif) atau metabolit aktifnya dalam darah dan
eksresinya dalam urinterhadap waktu.Bioavailabilitas terbagi menjadi 2, yaitu: Bioavailabilitas
absolut: bioavaibilitas zat aktif yang mencapai sirkulasisistemik dari suatu sediaan obat
dibandingkan dengan bioavaibiltas zataktif tersebut dengan pemberian intra vena. Bioavailabilitas
relatif: bioavaibilitas zat aktif yang mencapai sirkulasisistemik dari suatu sediaan obat
dibandingakan dengan bentuk sediaan lain selain intravena
-Faktor yang mempengaruhi bioavailabiltas:
Obat: sifat fisiko-kimia zat aktif, formulasi, dan zat tambahan.Sifat kimia-fisik bahan baku merupakan
pertimbangan dalam membuat preparat untukdapat memberikan efek terapeutik optimal. Faktor
inimemegang peranan penting dalam kelarutan obat. Beberapa faktor kimia-fisik yang
berperanan ialah : Crystal solvate, bentuk garam, ukuran partikel (particle size), bentuk Kristal.
Pengaruh formulasi terhadap bioavailabilitas obat jelas tampak pada beberapa tahap proses yang
mempengaruhi kecepatan absorbs obat darisediaan tablet/kapsul yang dapatdigambarkan sbb :
sediaan mengalami proses pemecahan(disintegrasi) menjadi granul-granul; ini
diikutidengan pelepasan zat aktif dari granul(disaggregasi) dan larut ke dalam
cairanusus(dissolusi), untuk kemudian di absorpsi

Zat pengisi, pengikat, pembantu disintegrasi, pelican dan pewarna dapat mempengaruhi
kecepatan dissolusi obat. Dengan demikian mempengaruhi bioavailabilitas obat tersebut.
Subjek: karakteristik subjek (umur, bobot badan), kondisi patologis, posisis dan aktivitas tubuh (pada
subjek yang sama).
Rute pemberian (oral, iv, dsb)
Antraksi obat/makanan, misalnya grisovulvin sukar larut dalam air.
Apabila diberikan bersama makanan berlemak jadi mudah larut. Di dalamtubuh, digunakan surfaktan
alami sehingga baik diabsorpsi.
Tujuan bioavaibilitas:
-Pengembangan ilmu

-Pengembangan produk/formulasi

-Pengembangan senyawa baru


-Jaminan mutu produk (quality control )
a.Ekivalensifarmaseutik 
 Dua produk obat mempunyai ekivalensi farmaseutik jika keduanyamengandung zat aktif yang sama dalam
jumlah yang sama dan bentuk sediaanyang sama.
b.Alternatif farmaseutik 
 Dua produk obat merupakan alternatif farmaseutik jika keduanyamengandung zat aktif yang sama
tetapi berbeda dalam bentuk kimia (garam, ester,dsb) atau bentuk sediaan atau kekuatan.
c.Ekivalensi terapeutik 
Dua produk obat mempunyai ekivalensi terapeutik jika keduanyamempunyai ekivalensi
farmaseutik atau merupakan alternatif farmaseutik dan pada pemberian dengan dosis molar yang sama
akan menghasilkan efikasi klinik dan keamanan yang sebanding. Dengan demikian,
ekivalensi/inekivalensiterapeutik seharusnya ditunjukkan dengan uji klinik.seharusnya
ditunjukkandengan uji klinik.
d.Bioekivalensi
 Dua produk obat disebut bioekivalen jika keduanya mempunyai ekivalensifarmaseutik atau
merupakan alternatif farmaseutik dan pada pemberian dengandosis molar yang sama akan
menghasilkan bioavailabilitas yang sebandingsehingga efeknya akan sama, dalam hal efikasi maupun
keamanan.. Jika bioavailabilitas nya yang tidak memenuhi kriteria bioekivalen maka kedua
produk obat tersebut disebut bioinekivalen.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam uji
BABE:
1.Adanya pemahaman terhadap farmakokinetik obat (absorpsi, distribusi,metabolisme, dan
eliminasi).
2.Pemilihan metode analisis yang tepat: hal ini diperlukan untuk mengetahuiefek samping, efek
toksik, dan penanganan terhadap efek-efek tersebut
3.Stabilitas obat dalam sampel
4.Penyusunan percobaan protokol yang tepat: sebelum dilakukan uji,sebaiknya mendapat
persetujuan dari BPOM dan dilakukan kajian etik terlebih dahulu. Protokol harus lulus kajian ilmiah.
e. Produk obat pembanding(reference product)
 Produk obat inovator yang telah diberi izin pemasaran di Indonesia berdasarkan penilaian
dossier lengkap yang membuktikan efikasi, keamanan danmutu. Hanya jika produk obat inovator
tidak dipasarkan di Indonesia atau tidak lagi dikenali yang mana karena sudah terlalu lama beredar di pasar,
maka dapatdigunakan produk obat inovator dari primary market (Negara dimana produsennya menganggap
bahwa efikasi, keamanan dan kualitas produknyaterdokumentasi paling baik) atau produk yang
merupakan market leader yangtelah diberi izin pemasaran di Indonesia dan telah lolos penilaian
efikasi,keamanan dan mutu. Produk obat pembanding yang akan digunakan harus disetujui oleh Badan POM.
f.Produk obat”copy”
Produk obat yang mempunyai ekivalensi farmaseutik atau merupakanalternative farmaseutik
dengan produk obat inovator/pembandingnya, dapatdipasarkan dengan nama generik atau dengan nama
dagang
Bentuk Sediaan Oral
 a. Obat Cair (liquid)
Solutio:Larutan dari sebuah zat dalam suatu cairan / pelarut, dimana zat pelarutnyaadalah air, bila
bukan air maka harus dijelaskan dalam namanya, misalnyaminyak kamfer, nitrogliserin dalam
spiritus
Mixtura:Larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam zat, yang dapat berupa
campuran dari cairan dengan zat padat, cairan dengan cairan, cairandengan extrak kental.
Suspensi:Sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersidalam fase
cair (cairan pembawa), zat yang terdispersi harus halus dan tidak  boleh cepat mengendap dan dapat
mengandung zat tambahan untuk menjaminstabilitas suspensi serta tidak boleh terlalu kental agar
sediaan mudah dikocok dan dituang
Sirup:Larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi.
Elixir:Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven.
Emulsi Adalah dua fase cairan dalam sistim dispersi (tetesan) dimana fase cairan yangsatu
terdispersi sangat halus dalam merata dalam fase cairan lainnya danumumnya dimantapkan oleh
zat pengemulsi (Emulgator).Emulsi O/W: Emulsi minyak dalam air, dimana minyak yang merupakan
faseterdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi / pembawa (emulsi inidapat dicernakan
dengan air). Emulgatornya larut dalam air.Contoh : susu (emulgatornya putih telur) Scott
Emultion Emulsi W/O: Emulsi air dalam minyak, dimana air atau larutan air yangmerupakan fase
terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan pembawa atau pendispersi (Emulsi ini dapat
diencerkan dengan minyak).Emulgatornya larut dalam minyak.contoh : Mentega, Ianolin
b.Obat Padat (Solid)
 Pulvis dan pulveres adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yangdihaluskan dan
digunakan untuk pemakaian oral ataul luar. isi serbuk terdiridari:

1.Obat (tunggal / campuran)


2.Konstituen / vehiculum : Untuk serbuk oral à Saccharum Lactis, untuk serbuk tabur à
Talcum venetum, Bolus Alba, Amylum
-Tablet KunyahUntuk dikunyah dan memberikan residu dengan rasa enak dalam ronggamulut, mudah ditelan
dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak, serta biasanya untuk anak ± anak (terutama untuk
multivitamin, antasisdaantibiotik tertentu)
-Tablet Buih / EfervesenSelain mengandung zat aktif, juga mengandung campuran asam dan
natrium bicarbonat, yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan CO2, makatablet harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat atau pada kemasan tahanlembab.
-Tablet Hisap / LozengensPadat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan
bahandasar beraroma dan manis yang membuat tablet melarut atau hancur perlahandalam mulut.
-Tablet bersalutDisalut dengan bahan penyalut untuk maksud tertentu.
Tujuannya:
-Menutupi rasa tidak enak (mis. Kina)/ bau yang tidak enak (mis.Vitazym)
-Membuat penampilan lebih baik menarik dan biasanya diberi warna bagus dan mengkilap
-Melindungi obat / zat aktif terhadap pengaruh udara, kelembapan dancahaya (mis. Obat ± obat yang
hygroskopis dan mudah teroksidasi)
-Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.
-Tablet bersalut gula / dragee. Disalut dengan lapisan terdiri dari campurangula dan bahan lain yang
cocok, dengan atau tanpa menambah zat warna.
-Tablet bersalut selaput / film Coated Tablet. Disalut dengan lapisan selofan,metilselulosa, povidon
atau bahan lain yang cocok 
-Tablet bersalut kempa / salut kering. Disalut dengan massa granula terdiridari Laktosa, Calsium
Fosfat atau bahan lain yang cocok à untuk mempercepat lepasnya satu obat dan obat lain
-Tablet bersalut enteric / Enteric coated. Disalut sedemikian rupa sehinggaobat tidak hancur dalam
lambung tapi hancur dalam usus halus, yang disebut juga Delayed Action. Bahan penyalutnya adalah
bahan yang tahan terhadap pengaruh asam lambung yaitu Sehellak, keratin dan salol. Tablet ini
dibuatuntuk obat ± obat yang dapat mengiritasi lambung dan obat ±obat yang dapatrusak bila kena asam
lambung (contoh : Voltaren Aropas)
-Capsulae / capsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkangkeras atau lunak yang
dapat larut, dimana didalamnya dapat diisi dengan obatserbuk, butiran atau granul, cair, semi padat.
Optimasi Ketersediaan Hayati
 Optimasi ketersediaan hayati sediaan oral dapat dilakukan pada saat preformulasi, dan
melakukan formulasi dengan menggunakan teknologi yanglebih baik, sehingga sistem
penghantaran obat akan lebih baik. Pemakaiantekhnologi dan formulasi yang baik akan menentukan:
Bentuk sediaan; menentukan pre disposisi obat dalam tubuh
Pelepasan zat aktif yang diharapkan sempurna
Absorpsi; bentuk yang diharapkan ialah bentuk aktif, terlarut dan tidak terion.
Bioavailabilitas tinggi.
Sediaan oral memiliki dua bentuk, yaitu bentuk padat dan bentuk cair.Bentuk padat ada tiga bentuk sediaan
oral padat, yaitu serbuk, kapsul dan tablet.Serbuk harus dibasahi oleh cairan di saluran cerna agar dapat
terlarut.Kualitas suatu serbuk halus obat ditentukan oleh; energi penggabungan, porositas,
karakter hidrofil/hidrofob, bentuk dan keadaan porositas partikel.
1. Kapsul Pembukaan kapsul gelatin.
Gelatin melarut, cangkang dimasuki cairan,lalu rusak dan lepas menjadi dua bagian dalam waktu 3-5 menit, isi
kapsul terlepas dan memasuki media sebelum cangkang terlarut sempuran, cairanlambung
merembes ke dalam isi kapsul. Pembukaan kapsul dipengaruhi olehukuran kapsul, pH lambung,
suhu, interaksi gelatin dan isi kapsul, waktu dankondisi penyimpanan sediaan. Pembasahan dan
penyebaran serbuk akanmempengaruhi proses melarutnya zat aktif. Peningkatan proses
pembasahandengan cara penambahan surfaktan.
1.Tablet Predisposisi zat aktif: penghancuran tablet dengan bantuan pemberiandengan cairan,
pelepasan zat aktif, pelarutan; ukuran partikel, laju pelarutan, penyerapan.Optimasi ketersediaan
hayati dengan cara meningkatkan tekhnologi dan formulasi.
Teknologi Pertimbangan gaya kempa dan porositas masa tablet Jenis mesin pengempa
Metode pembuatan; kempa langsung atau granulasi basah dan granulasi kering
Formulasi
Pemilihan eksepien; pengisi, penghancur, pelican, lubrikan (mencakupkonsentrasi, criteria
pemilihan dan cara penambahan)
Bentuk cair Dibagi dua, yaitu system larutan (zat aktif terlarut) dan system dispersi(zat aktif
terdispersi). System Larutan (zat aktif terlarut)-Jika kelarutan zat tinggi terhadap pelarutnya,
maka zat akan terlarut sempurna-
Jika kelarutan zat rendah terhadap pelarutnya, maka zat harus ditingkatkan kelarutanya.
Peningkatan kelarutan (optimasi ketersediaan hayati) dapatdilakukan dengan berbagai cara,
anatra lain:
-Mengubah konstanta dielektrik pembawa melalui penggunaan pelarutcampuran.
 -Zat aktif yang sangat larut dalam lemak dilarutkan dalam pembawa yangmudah terdispersi
dalam air dan tipe minyak esterifikasi
-Modifikasi zat aktif sehingga lebih larut air, melalui cara:Pembentukan garam (garam HCl atau
garam asam organic; sitrat, oksalat,askorbat, dll). Interaksi dengan zat lain (kafein-Na. benzoate,
Riboflavin-kafein). Penambahan surfaktan dalam larutan.

Evaluasi biofarmasi sediaan oral diantaranya :


-uji disolusi
-uji absopsi
- bioaktivitas dan biekuivalen
1. Uji disolusi : digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul(FI IV,1083)
Kecepatan disolusi sediaan sangat berpengaruh terhadap respon klinis dari
kelayakan system penghantaran obat. Disolusi menjadi sifat sangat penting pada
zat aktif yang dikandung oleh sediaan obat tertentu, dimana berpengaruh
terhadap kecepatan dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh. Jika
disolusi makin cepat, maka absobsi makin cepat, zat aktif dari sediaan
padat(tablet, kapsul, serbuk,suppositoria), sediaan system terdispersi(suspense
dan emulsi)atau sediaan semisolid(salep,krim,pasta)mengalami disolusi dalam
media /cairan biologis kemudiaan diikuti absobsi zat aktif kedalam sirkulasi
sitemik.
PROSEDUR:
-Masukkan sejumlah volume media disolusi seperti yang tertera dalam masing-
masing monografi ke dalam wadah
-pasang alat,biarkan media disolusi hingga suhu 37⁰±0,5⁰, dan Angka
thermometer
-masukkan 1 tablet atau 1 kapsul ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari
permukaan sediaan yang diuji dan segera jalankan alat pada laju kecepatan
masing-masing monografi.
-dalam interval waktu yang ditetapkan atau pada tiap waktu yang dinyatakan,
ambil cuplikan pada bagian pertengahan antara permukaan media disolusi dan
bagian atas dari keranjang berputar atau daun dari alat gayung , tidak kurang 1
cm dari dinding wadah
-lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masing-masing monografi.
INTERPRETASI
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi
bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tablet
penerimaan.

2. Uji absorpsi
- Uji permeasi dengan usus terisolasai
- Metode usus terbalik(everted gut sac)
- Studi permeasi melalui caco2 monolayer

a. Uji permeasi dengan usus terisolasi : syaratnya membrane tetap terjaga


viabilitasnya selama proses uji sehingga dapat diperoleh reprodusibilitas
dan validalitas eksperimen yang baik.

b. Metode usus terbalik


Menggunakan usus halus tikus untuk menentukan parameter kinetic
transport secara reliable dan reproduksi. Metode ini mutlak memerlukan
oksigenasi jaringan usus untuk menjaga viabilitas jaringan yang bertahan
maksimal selama 2 jam
c. Uji dengan caco2 monolayer merupakan selapis sel yang human colon
carcinoma yang mempunyai karakteristik sangat mirip dengan sel
absobsif pada epitel usus sehingga merupakan metode uji permeasi in
vitro yang paling ideal.
3. Bioavaibilitas / bioekivalensi
-Bioavaibilitas dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
Absolut: bioavalibilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik dari suatu
sediaan obat dibandingkan dengan bioavalibilitas zat aktif tersebut pemberian
intravena
Relative:bioavalibilitas zat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik dari suatu
sediaan obat dibandingkan dengan bentuk sediaan lain selain intravena
Bioavalibilitas diukur secara in vivo dengan menentukan kadar plasma obat
setelah tercapai keadaan tunak(steady state). Pada keadaan ini, terjadi
kesetimbangan antara kadar obat disemua jaringan tubuh dan kadar obat
diplasma relative konstan karena jumlah obat yang diabsorbsi dan dieliminasi
adalah sama.
- Bioekivalensi produk: suatu sediaan yang laju dan jumlah absorbsinya tidak
berbeda secara bermakna apabila diberikan dalam dosis dan kondisi
percobaan yang sama
Kriteria bioekuivalensi : rate cpmax,extent auc(tidak berbeda signifikan
secara stasistik)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biofarmasetika adlah ilmu yang menguji keterkaitanantara sifat fisikokimia obat ini,
bentuk sediaan dimana obat diberikan, dan rute pemberian pada tingkat dan tingkat
penyerapan obat sistemik.
Pemberian obat per oral merupakan cara paling banyak dipakai karena ini merupakan
cara yang paling mudah,murah,aman,dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk obat
dapat diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet,sirup,kapsul,puyer.
Fase biofarnasetika dapat diuraikan dalam tiga tahap utama yaitu L.D.A yang berarti
liberasi (pelepasan), disolusi(pelarutan)dan absorpsi(penyerapan)seperti halnya dengan
system ADME pada nasib zat aktif in vivo, maka ketiga tahap LDA berbeda pada setiap
jalur.

3.2 Saran

Bagi mahasiswa dan mahasiswi diharapkan untuk menambah wawasan dengan banyak membaca
buku dan terus mencari informasi tentang biofarmasetika sediaan obat melalui oral.

.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/43948937/Bioavailabilitas-Obat-Pada-Pemakaian-Per-Oral 

Anda mungkin juga menyukai