BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2. 1 Struktur kristal ZnO: (a) rocksalt, (b) zinc blend, (c) wurtzite.
Bulatan abu-abu dan hitam berturut-turut merupakan atom Zn
dan O (Fan, 2011)
Struktur kristal terdapat pada hampir semua logam dan mineral. Suatu struktur
kristal dibangun oleh sel unit, sekumpulan atom yang tersusun secara khusus,
yang secara periodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi. Spasi antar sel
unit dalam segala arah disebut parameter kisi. Struktur dan simetri suatu zat padat
2
Galium (Ga), Indium (In). hal ini karena kandungan logam Magnesium yang
terdapat didalamnya. Logam Aluminium merupakan unsur yang paling baik
digunakan sebagai doping dibanding Boron (B), Galium (Ga), Indium (In). hal ini
dikarenankan konduktivitas dan transparansinya yang lebih tinggi dari logam
yang lain.
perlu dilakukan proses yang disebut kalsinasi. Pemanasan atau kalsinasi akan
terbentuk agregat partikel dimana penggerusan dari agregat yang besar tersebut
diperoleh serbuk yang baik. Selain itu, kalsinasi juga memiliki fungsi untuk
menghilangkan senyawa prekursor yang tidak bisa hilang pada suhu rendah.
Metode sintesis menggunakan sol-gel untuk menghasilkan powder, film, aerogel,
atau serat, struktur dan sifat fisik gel sangat bergantung pada beberapa hal,
diantaranya:
1. Pemilihan bahan baku material
2. Laju hidrolisis dan kondensasi
3. Modifikasi kimiawi dari sistem sol-gel
Metode sol-gel tepat untuk preparasi thin film dan material berbentuk
bubuk. Tujuan preparasi ini agar suatu material keramik dapat memiliki
fungsional khusus (elektrik, optik, magnetik, dan lain-lainnya). Pembuatan lapisan
tipis dengan metode sol-gel memiliki beberapa keuntungan, antara lain biayanya
murah, tidak menggunakan ruang dengan kevakuman tinggi, komposisinya
homogen, ketebalan lapisan bisa dikontrol dan struktur mikronya cukup baik,
sehingga metode ini dapat digunakan sebagai alternative lain dalam pembuatan
lapisan tipis yang murah dan dilakukan pada kondisi tekanan atmosfer (Ceng
dkk., 2004).
Sampai sekarang, sel surya silicon mendominasi pasar sel surya dengan pangsa
pasar sekitar 82% dengan efesiensi 24,7% (Septina dkk., 2007).
Bahan dasar Sel surya ialah material yang dapat menangkap energi
matahari, dan energi tersebut digunakan untuk memberikan energi ke elektron
agar dapat berpindah melewati band gap-nya ke pita konduksi, dan kemudian
dapat berpindah ke jangkauan luar. Melalui proses tersebutlah arus listrik dapat
mengalir dari sel surya. Umunya perangkat sel surya ini menggunakan prinsip p-n
junction. Kebanyakan sel surya dipasaran adalah jenis sel surya konvensional
yang terbuat dari bahan silicon murni. Efisiensi sel surya komersial saat ini
mencapai 15%, sedangkan efisiensi lab sudah mencapai 24,7%, sel surya
konvensional masih mendominasi hingga 86% per sel surya diseluruh dunia.
Silicon memiliki berbagai kelemahan terutama pada suplay bahan baku yang
terbatas. Selain dari itu, silokon merupakan bahan yang mendominasi pembuatan
sel surya, hal ini menjadikan bahan tersebut lebih mahal harganya dari energi dari
fosil. Seiring meningkatnya permintaan industri semikonduktor, para peneliti
mencoba menemukan alternatif baru yang lebih murah dengan suplay bahan baku
yang melimpah dan dengan kinerja sel yang tinggi dan sel surya organic menjadi
salah satu solusinya.
mencapai efesiensi 24,7%, dan mendominasi pasaran hingga 86% pasar sel surya
seluruh dunia. Bahan baku sel surya ini terbatas hal ini mengakibatkan biaya
produksinya menjadi mahal.
Advanced solar cell, yaitu sel surya non-silikon yang sampai saat ini
berhasil dikembangkan antara lain sel surya berbasis lapisan tipis atau thin film
solar cell, sel surya organik dan polimer, serta dye sensitized solar cell. Advanced
solar cell merupakan pengembangan sel surya dengan konsep baru yang berbeda
dari sel surya konvensional.
gap nano partikel yang digunakan haruslah lebar dan daya absorsi Dye yang
tinggi. Ban gap lebar pada semikonduktor akan memperbanyak electron yang
mengalir dari pita konduksi menuju pita valensi, sehingga reaksi fotokatalis dan
absorpsi oleh dye akan menjadi lebih banyak, dan spektrumnya menjadi lebih
lebar (Nafi dan Susanti, 2013). Adapun susunan komponen DSSC seperti pada
Gambar 2.3. berikut.
Kaca (substrat) terletak di bagian atas dan alas sel surya yang sudah dilapisi
oleh TCO (Transparent Conducting Oxide) dan ZnO:Al. Fungsi kaca tersebut
adalah sebagai elektroda dan counter-electrode. Pada TCO counter-electrode
dilapisi katalis, yang fungsinya untuk mempercepat reaksi redoks yang dipakai
yaitu I-/I3 (iodide/triiodide). Pada permukaan elektrode dilapisi oleh lapisan film
tipis yang mana dye terabsorbsi di pori bahan elektroda. Pada elektrode dilapisi
oleh layer oksida nanopartikel yang dilapisi oleh molekul dye (zat pewarna)
sensitisasi. Molekul dye berfungsi sebagai penangkap foton cahaya, sedangkan
nanopartikel film tipis menyerap dan meneruskan foton menjadi elektron. Pada
counter electrode diberi katalis, umumnya karbon atau platina, yang digunakan
untuk mempercepat kinetik reaksi proses reduksi triiodide pada TCO. Selain itu
Dye Sensitized Solar Cell juga menggunakan media elektrolit sebagai medium
transport muatan. Elektrolit yang umumnya digunakan pada DSSC terdiri dari
iodine (I-) dan triiodide (I3-) sebagai pasangan redoks dalam pelarut.
Reaksi reduksi membuat larutan dye yang telah digunakan kembali pada
ground state, sehingga molekul dye dapat digunakan kembali. Sedangkan,
13
reaksi oksidasi membuat ion I- menjadi I3-. Pada larutan elektrolit, terjadi
juga reaksi reduksi yang lain, dimana ion I3- akan kembali menjadi I-,
sehingga dapat mendonor elektron agar bias kembali tereksitasi, sehingga
terjadi siklus transport elektron. Reaksi reduksi triodida yang dimaksud
yaitu :
I 3 2e 3I …………………………(2.4)