Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini kita tengah berada pada zaman kehidupan modern, dimana pada masa ini
tingkat kebutuhan manusia sangatlah tinnggi baik dari sektor ekonomi, sosial, kesehatan, dan
budaya serta teknologi informasi yang begitu maju. Tinggi nya tingkat kebutuhan ini
berdampak pada berkurangnya sumber daya alam yang menjadi kebutuhan pokok utama
untuk menyokong kebutuhan manusia. Dewasa ini para ilmuwan telah banyak melakukan
berbagai jenis penelitian sebagai upaya untuk mencari pengganti alternatif untuk mengatasi
berbagai permasalah di tengah masyarakat.

Penelitian yang sedang dilakukan saat ini bertujuan untuk mengatasi segala bentuk
masalah seperti pencemaran lingkungan, mencari bahan alterntif pengganti suatu bahan,
pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan bakar organik dan sebagainya. Dari banyaknya
berbagai bentuk penelitian yang sedang dikembangkan oleh para ilmuwan, salah satu yang
saat ini sedang marak dilakukan adalah penelitian mengenai nanopartikel.

Nanopartikel mungkin terdengar tabuh di lingkungan masyrakat. Namun dibalik itu


nanopartikel menyimpan berbagai manfaat yang sungguh luar biasa, diantaranya sebagai
pendeteksi logam berat pada air, pendeteksi merkuri dalam kosmetik, pengembangan
peralatan baru pendeteksi sel-sel kanker dan sebagainya.

Nanopartikel adalah partikel yang berukuran antara 1 sampai 100 nanometer. Dalam
nanoteknologi, suatu partikel didefinisakn sebagai objek kecil yang berperilaku sebagai satu
kesatuan terhadap sifat dan transportasinya. Terdapat dua jenis logam yang paling banyak
disintesis sebagai nanopartikel yaitu nanopartikel perak dan nanopartikel emas. Maka dari itu
dalam makalah ini, akan dibahas tentang nanopartikel perak baik dari segi sifat, proses
sintesisnya, dan aplikasinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud nanopartikel dan nanopartikel perak?
2. Bagaimana sifat nanopartikel perak?
3. Bagaimana proses pembuatan nanopartikel perak?
4. Bagaimana aplikasi nanopartikel perak?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang nanopartikel dan nanopartikel perak.
2. Mengetahui sifat dari nanopartikel perak.
3. Mengetahui dan memahami proses pembuatan nanopartikel perak.
4. Mengetahui aplikasi nanopartikel perak.

1
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Nanopartikel dan Nanopartikel perak

Nanopartikel adalah partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1-100 nm.
Material nanopartikel memiliki sifat-sifat atau karakteristik yang berbeda dari ukuran
besarnya (bulk). Karakteristik spesifik dari nanopartikel tersebut bergantung pada ukuran,
distribusi dan morfologi partikel (Purnomo, 2017: 6).

Partikel primer, partikel-nano, dapat berupa bola, batang atau tabung, serat, atau
berbentuk acak. Sekarang ini, partikel-nano logam mulia sudah diaplikasikan dalam bidang
optik, elektronik, sensor biologi, dan katalis. Salah satu partikel-nano logam mulia ialah
partikel-nano perak.

Nanopartikel perak merupakan salah satu jenis nanopartikel yang aplikasinya telah
banyak digunakan di berbagai bidang. Nanopartikel perak memiliki sifat optik dan sensing
yang unik. Larutan nanopartikel perak berwarna kuning cemerlang. Warna larutan ini
berbeda dengan warna larutan perak nitrat dalam ukuran makro yang tidak berwarna.

2.2 Sifat Nanopartikel Perak.

Logam perak (Ag) merupkan unsur dengan nomor atom 47, memiliki massa atom
sebesar 107,87 g/mol, dengan konfigurasi elektron (Kr) 4d10, 5s1. Serapan nanopartikel perak
pada panjang gelombang 400-500 nm selain melibatkan resonansi awan elekron yang terjadi
pada permukaan nanopartikel, juga terjadi akbit transis antar pita pada sistem (4d-5p) dalam
energi yang lebih tinggi setelah disinari oleh sinar pada rentang panjang gelombang UV-Vis.

Sifat optis dari nanopartikel dapat dikarakterisasi dengan sistem spektroskopi. Hal
ini dapt dilakukan karena serapan cahaya antara bentuk nanopartikel dengan ukuran yang
bukan bentuk ukuran nanopartikel, memiliki panjang gelombang yang jauh berbeda.
Terbentuknya koloid nanopartikel perak ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening
menjadi kuning kecoklatan akibat eksitatsi vibrasi permukaan plasmon pada nanopartikel
perak.

Apabila terjadi agrogegasi pada nanopartikel perak, warna koloid nanopartikle perak
akan barubah menjadi warna agregat yang terbentuk. Oleh karena itu agen pengagregasi yang
ditambahkan pada koloid nanopartikel perak dapat menyebabkan peningkatan interaksinya ,
baik antar nanopartikel maupun dengan larutan analitnya.

Agen penggragesi yang sering digunakan adalah beberapa anion sepeti Cl-,SO42-,
dan NO3- yang ditambhakan dalam bentuk garam . tela diketahui bahwa urutan afinitas anion
terhadap permukaan NPP yaitu Cl-> NO3- >SO42-. Afinitas relatif Cl- lebih kuat dibanding
anion lain pada permukaan NPP dan Cl- diduga memiliki interaksi elektrostatik yang lebih

2
besar dari pada NO3- dan SO42-. Adanya kosentrasi garam aka menyebakan nanopartikel salig
mendekati hingga terjadi interaksi dipol, misalnya ikatan vander walls atau ikatan hidrogen
yang akan menyebabkan terjadinya agregasi (Hasan, 2012 : 31-32).

2.3 Proses Pembuatan Nanopartikel Perak

Nanopartikel perak (AgNP) telah banyak disintesis, khususnya dengan metode


biosintesis dan juga banyak digunakan di berbagai bidang seperti katalis, biolabelling,
antimikroba dan reseptor optik. Biosintesis adalah salah satu teknik sitesis nanopartikel
dengan menggunakan media dari bahan-bahan biologi baik mikroorganisme maupun tumbuh-
tumbuhan.

Berbagai metode sudah dikembangkan di dalam sintesis nanopartikel. Ada 3 metode


diantaranya metode kimia (down-top), fisika (top-down) dan biologi (biosintesis).

1. Proses ‘bottom up’ mencakup semua metode pembuatan nanopartikel melalui atom
dan molekul yang berkumpul dan membesar (aglomerasi). Kuncinya adalah
menghentikan proses pembesaran/aglomerasi sehingga ukuran partikel hanya sampai
dalam skala nanometer. Jika menggunakan proses reaksi kimia, zat kimia yang
bereaksi akan bernukleasi dan atom-atom terus berkumpul di titik nukleasi tersebut
dan beraglomerasi (koloid). Bahan-bahan lain dapat digunakan untuk memastikan
proses aglomerasi ini tidak berjalan terus menerus. Contoh bahan lain ini seperti arang
dan karbon aktif yang mempunyai lubang sangat kecil (dengan skala nanometer), lalu
ketika partikel bernukleasi di dalam lubang ini, maka proses aglomerasi akan berhenti
dengan sendirinya karena tidak ada ruang lagi.

3
Lalu pengumpulan nanopartikel ini akan lebih mudah karena nanopartikel di dalam
bahan ini akan lebih stabil. kelemahan dari metode ini jika nanopartikel tersebut
dibutuhkan untuk bereaksi secara bebas untuk membentuk struktur yang lebih besar.
Cara lain untuk melindungi nanopartikel ini adalah dengan membuat lapisan
pelindung di permukaan nanopartikel. Lapisan pelindung ini biasanya terbuat dari
polimer atau senyawa-senyawa kimia lainnya. Proses ini cukup kompleks, tetapi
produk yang dihasilkan akan sangat berkualitas dan dapat diproduksi dengan skala
besar. Selain itu proses ‘bottom up’ juga dapat melewati pembentukan partikel dengan
cara kondensasi gas.

Zat apapun dapat berubah fase menjadi gas di tekanan dan suhu tertentu, termasuk zat
metal yang ringan seperti magnesium dapat menjadi gas diatas 500 C. Lalu melalui
proses pendinginan yang cepat, gas-gas ini menyublim menjadi zat padat dengan
cepat. Dengan memainkan area yang luas dan konsentrasi rendah maka nanopartikel
dapat terbentuk.

Keuntungan dengan menggunakan metode ini adalah nanopartikel yang dihasilkan


akan sangat bersih dibandingkan di media cairan karena kontaminasi oleh cairan
media terjadi sedangkan dalam pembentukan gas tidak akan ada kontaminasi sama
sekali. Tetapi, metode ini membutuhkan biaya yang cukup besar dan produksi skala
besar kurang baik karena membutuhkan area yang sangat luas untuk titik-titik
nukleasi.

2. Sintesis dengan metode fisika adalah dengan cara memecah padatan logam menjadi
partikel-partikel kecil berukuran nano sedangkan metode kimia dilakukan dengan cara
membentuk nanopartikel melalui reaksi kimia. Sebaliknya, proses ‘top down’
merupakan proses yang membentuk nanopartikel dari partikel atau benda-benda lebih
besar dan dalam bentuk zat padat. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan
laser atau litografi untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan. Keuntungan metode
ini adalah kemampuan laser yang dapat membentuk permukaan nanopartikel dengan
sangat presisi dan jelas.

Tetapi tentunya kelemahannya adalah biaya produksi yang sangat mahal dan tidak
dapat digunakan untuk produksi dengan skala besar. Biasanya metode ini digunakan
untuk fabrikasi mikroprosesor yang mampu menciptakan fitur dibawah 100 nm.
Selain itu, proses penghancuran partikel besar dengan cara penggilingan/ ball milling
juga dapat membuat nanopartikel.

Meskipun partikel yang hancur masih berskala mikro, biasanya ukuran kristal pada
partikel mencapai ukuran nano sampai dibawah 10 nm. Proses ini cukup mudah dan
dapat menghasilkan nanopartikel dalam skala besar meskipun membutuhkan energi
yang cukup besar. Lalu nanopartikel yang dihasilkan tidak cukup seragam dan riskan
akan kontaminasi. Biasanya metal oksida nanopartikel sering dihasilkan dengan cara
ini (Setijadi, 2017).

4
3. Biosintesis adalah sintesis nanopartikel dengan menggunakan media dari bahan-bahan
biologi baik mikroorganisme maupun tumbuh-tumbuhan. Metode ini adalah
merupakan suatu cara yang aman, hemat biaya dan ramah lingkungan. Biosintesis
menggunakan ekstrak dari tumbuhan lebih sederhana dibandingkan dengan
menggunakan mikroorganisme, karena tidak perlu menyiapkan media
mikroorganisme atau kultur sel, yang mana prosesnya cukup rumit.

Pada biosintesis partikel-nano perak yang menggunakan tumbuhan, Ag terbentuk


melalui reaksi reduksi oksidasi dari ion Ag+ yang terdapat pada larutan maupun ion
Ag+ yang terkandung dalam tumbuhan dengan senyawa tertentu, seperti enzim dan
reduktan yang berasal dari bagian tumbuhan. Gugus fungsi dalam senyawa metabolit
sekunder bekerja dengan cara mendonorkan elektron ke ion Ag+ untuk menghasilkan
Ag partikel-nano. Proses reduksi hingga terbentuk partikel-nano perak tidak lepas dari
peran senyawa tertentu yang terdapat pada jenis tumbuhan yang digunakan. Senyawa
yang berperan dalam proses reduksi terdiri dari beberapa senyawa metabolit sekunder
tumbuhan, yaitu senyawa antioksida yang mengandung vitamin C dan flavonoid

Dalam biosintesis nanopartikel terdapat beberapa metode untuk mengontrol


pembentukan NPP salah satunya yaitu menggunakan sinar matahari langsung sebagai
stimulus eksternal dalam proses partumbuhan NPP. Biosintesis nanopartikel logam
menggunakan metode pemanasan sinar matahari memberikan kemajuan lebih besar
pada kimia dan metode fisika, karena energi matahari merupakan sumber energi yang
selalu tersedia, hemat biaya dan ramah lingkungan karena tidak menimbulkan polusi
pada lingkungan. Keberadaan sinar matahari memiliki pengaruh yang sangat kuat
untuk mengontrol proses pembentukan NPP yang akan meningkat seiring
bertambahnya waktu kontak dengan sinar matahari, dimana terbukti bahwa
nanopartikel dari ekstrak buah pepaya terbentuk hanya dalam waktu 15 menit dengan
bantuan sinar matahari. Cahaya matahari akan memberikan energi yang diperlukan
untuk reaksi pembentukan NPP, yang ditandai dengan adanya perubahan warna dari
bening menjadi kuning hingga kuning kecoklatan, serta adanya puncak serapan pada
panjang gelombang 400- 500 nm pada pengukuran menggunakan spektrosfotometer
UV-Vis yang merupakan nilai SPR (Surface Plasmon Resonances) dari NPP
(Maryani,2017: 50-51).

2.4 Aplikasi Nanopartikel Perak

Aplikasi partikel-nano perak antara lain pada diagnosa molekuler dan alat fotonik
dengan memanfaatkan sifat optis partikel-nan, mendeteksi kandungan logam berat didalam
air dan Mendeteksi kandungan bahan kimia berbahaya (merkuri) pada kosmetikAdapun
aplikasi lainnya yaitu :

1. Sebagai bahan pelapis antimikroba


Ion perak pada bahan tersebut dilepaskan secara terus menerus di mana perak bekerja
dengan cara mengganggu proses kerja jaringan seluler bakteri.

5
2. Aplikasi Nanopartikel Perak pada Serat Katun sebagai Produk Jadi Tekstil
Antimikroba

Pada skala nano, partikel perak memiliki sifat fisik, kimia dan sifat biologis yang
khas, dan aktivitas antibakteri. Untuk mendapatkan sifat antimikroba perak pada kain katun,
berbagai penelitian yang berhubungan dengan nanopartikel perak sudah diketahui secara
baik dan beberapa metode telah dikembangkan untuk mendapatkan kontrol yang baik
terhadap bentuk dan ukuran partikel, yang memberikan efek antimikroba yang baik pada
serat katun.Aplikasi perak pada serat katun untuk mendapatkan sifat antimikroba telah
dilakukan beberapa waktu yang lalu. Sintesis nanopartikel perak sudah diketahui secara baik
dan beberapa metode telah dikembangkan untuk mendapatkan kontrol yang baik terhadap
bentuk dan ukuran partikel. Dispersi sejumlah kecil partikel pada matriks polimer telah
terbukti sebagai metode yang efektif dan hemat biaya untuk kinerja sifat polimer yang sudah
ada. pendekatan telah dilakukan untuk preparasi nanokomposit polimer/logam (Haryono,
2010 :1-2).

3. Aplikasi Nanopartikel Perak Pada Komposit Selulosa Bakteri Kitosan Sebagai


Antibakteri Untuk Keperluan Biomedis

Material polimer biodegradable berbasis selulosa bakteri yang berasal dari bahan
limbah rumah tangga yang berupa berupa air cucian beras, air rebusan singkong, air rebusan
ubi jalar, serta air kelapa yang terdeposisi dengan nanopartikel perak yang dapat
dimanfaatkan dalam bidang biomedis. Proses pembetukan polimer ditambah dengan kitosan
untuk meningkatkan kualitas polimer dengan memanfaatkan mikroorganisme yang berupa
bakteri Acetobacter xylinum. Selulosa bakteri dimodifikasi melalui aplikasi nanopartikel
untuk menghasilkan polimer yang dapat diaplikasikan sebagai bahan antibakteri untuk
keperluan biomedis(pembungkus luka, benang jahit luka, dll). Pembentukan biomaterial
selulosa bakteri Acetobacter xylinum terjadi dengan limbah rumah tangga yang mengandung
glukosa melalui proses fermentasi yang berlangsung selama 5 hari pada temperatur kamar
dengan tingkat keasaman sebesar 4.
Untuk menghasilkan selulosa bakteri yang bersifat antibakteri untuk keperluan
biomedis dilakukan modifikasi dengan penambahan kitosan ke dalam media kultur
pembentuk selulosa bakteri yang mampu memproduksi komposit biomaterial selulosa
bakteri-kitosan dengan ketebalan yang bervariasi. Lapisan pelikel yang diperoleh dicuci dan
dikeringkan untuk menghasilkan material selulosa bakteri yang berupa lapisan tipis. Untuk
meningkatkan sifat komposit selulosa bakteri-kitosan sebagai antibakteri ditambahkan
nanopartikel perak pada material selulosa bakteri kering. Lapisan tipis selulosa bakteri yang
terlapis oleh nanopartikel perak yang diperoleh siap diaplikasikan sebagai bahan antibakteri.
Karakterisasi komposit selulosa bakteri -kitosan meliputi penentuan gugus fungsi
menggunakan teknik Infra Red (IR) .

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nanopartikel adalah partikel dengan ukuran nanometer, yaitu sekitar 1-100 nm.
Nanopartikel perak merupakan salah satu jenis nanopartikel yang aplikasinya telah banyak
digunakan di berbagai bidang. Nanopartikel perak memiliki sifat optik dan sensing yang unik.
Larutan nanopartikel perak berwarna kuning cemerlang. Dalam prosesnya terdapat tiga
metode yang digunakan dalam pembuatan nano partikel perak yaitu metode kimia (down-
top), fisika (top-down) dan biologi (biosintesis). Saat ini penelitian tentang nanopartikel
perak tengah gencar dilakukan dan telah diaplikasikan dalam kehidupan untuk mendeteksi
kandungan logam berat didalam air, mendetekssi kandungan bahan kimia berbahaya
(merkuri) pada kosmetik, sebagai bahan serat pakaian dan lain-lain.

7
DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Agus dan Sri Budi Harmami. 2010. Aplikasi Nanopartikel Perak pada Serat Katun
sebagai Produk Jadi Tekstil Antimikrob. lipi.go.id (diakses 18 Agusutus 2018)

Hasan, Muhammad Irfan. 2012. Modifikasi Nanopartikel Perak dengan Polivinil Alkohol
untuk Mmeningkatkan Selektivitas dan stabilitas Indikator Logam Tembaga (Cu) :
Uji Coba pada Makroalga Merah (Kappaphycus alvarezii). lib.ui.ac.id (diakses 19
Agustus 2018)

Maryani, Dina, dkk.2017. Biosintesis Nanopartikel Perak Menggunakan Ekstrak Buah


Passiflora Flavicarva (Markisa) Untuk Mendeteksi Logam Berat.
https://ejournal.unib.ac.id (diakses 19 Agustus 2018)

Masakke, Yalkhin, dkk. Biosintesis Partikel-nano Perak Menggunakan Ekstrak Metanol


Daun Manggis (Garcinia mangostana L.). http://ojs.unm.ac.id (diakses 18
Agustus 2018)

Purnomo, Septiana Ribka Purnomo, dkk. 2017. Studi Sintesis Nanopartikel Perak Dengan
Metode Biologi Menggunakan Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata
Ness). https://ojs.unud.ac.id (diakses 18 Agustus 2018)

Sari, Purwo Ismaya, dkk. 2017. Pembuatan Nanopartikel Perak (Npp) Dengan Bioreduktor
Ekstrak Buah Muntingia Calabura L Untuk Analisis Logam Merkuri.
https://ejournal.unib.ac.id (diakses 19 Agustus 2018)

Setijadi,Eki.2017.Belajar tentang Nanopartikel (Bagian 2).https://sainspop.com/belajar-


tentang-nanopartikel-bagian-2/ (diakses 19 Agustus 2018)

Anda mungkin juga menyukai