Anda di halaman 1dari 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nanopartikel
Istilah nanoteknologi digunakan untuk mendeskripsikan kreasi suatu material
yang memiliki ukuran struktur diantara atom dan material ukuran besar yang
didimensikan dengan ukuran nanometer yaitu sekitar 1-100 nm. Sifat dari material
dengan dimensi nano sangat berbeda secara signifikan dari atomnya juga dari
partikel besarnya. Kontrol yang baik terhadap sifat tersebut bisa menuntun ke
pengetahun baru yang sesuai dengan peralatan dan teknologi baru. Pentingnya
nanoteknologi pertama kali dikemukakan oleh Feynman pada tahun 1959.
Nanoteknologi adalah ilmu rekayasa dalam menciptakan material, struktur
fungsional, maupun piranti alam skala nanometer. Material berukuran nanometer
memiliki sejumlah sifat kimia dan fisika yang lebih unggul dari material berukuran
besar (bulk). Di samping itu material dengan ukuran nanometer memiliki sifat yang
kaya karena menghasilkan sifat yang tidak dimiliki oleh material ukuran besar.
Sejumlah sifat tersebut dapat diubah-ubah dengan melalui pengontrolan ukuran
material, pengaturan komposisi kimiawi, modifikasi permukaan, dan pengontrolan
interaksi antar partikel. Material nanopatikel adalah material-material buata manusia
yyang berskala nano, yaitu lebih kecil dari 100 nm.
Selain nanopartikel juga dikembangkan material nanostruktur, yaitu material
yang tersusun oleh beberapa material nanopartikel. Untuk menghasilkan material
nanostruktur maka partikel-partikel penyusunnya harus diproteksi sehingga apabila
partikel-partikel tersebut digabung menjadi material yang berukuran besar maka sifat
individualnya dipertahankan. Sifat material nanostruktur sangat bergantung pada
a. Ukuran maupun distribusi ukuran
b. Komponen kimiawi unsur-unsur penyusun material tersebut
c. Keberadaan interface(grain boundary)
d. Interaksi antar grain penyusun material nanostruktur.

Quantum dot adalah material berukuran kurang dari 100 nanometer yang mengurung
elektron secara 3-dimensi, baik arah x, y dan z. Hal ini dimungkinkan karena
diameter dari quantum dot tersebut sebanding dengan panjang gelombang dari

Universitas Sumatera Utara


elektron. Nanowire adalah material berukuran nanometer yang dapat mengurung
elektron secara 2-dimensi dan bebas bergerak di dimensi yang ketiga, yaitu ke depan
atau ke belakang.
Sintesis nanopartikel dapat dilakukan dalam fasa padat, cair, maupun gas.
Proses sintesis pun dapat berlangsung secara fisika atau kimia. Proses sintesis secara
fisika tidak melibatkan reaksi kimia. Yang terjadi hanya pemecahan material besar
menjadi material berukuran nanometer, atau pengabungan material berukuran sangat
kecil, seperti kluster, menjadi partikel berukuran nanometer tanpa mengubah sifat
bahan. Proses sintesis srecara kimia mengakibatkan reaksi kimia dari sejumlah
material awal (precursor) sehingga dihasilkan material lain yang berukuran
nanometer. Contohnya adalah pembentukan nanopartikel garam dengan mereaksikan
asam dan basa yang bersesuaian.

2.2 Nanopartikel Magnetik Fe3O4


Nanopartikel magnetik memiliki sifat fisis dan kimia yang bervariasi dan
dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang. Salah satu partikel magnetik tersebut
yang dapat dijadikan berukuran nanometer adalah besi oksida seperti Fe3O4
(magnetit). Fe3O4 merupakan salah satu fase dari oksida besi yang bersifat amfoter
(kemampuan suatu zat yang dapat berpindah sifat keasaman dari asam ke sifat basa)
dan memiliki daya serap yang tinggi. Magnetit (Fe3O4) merupakan salah satu mineral
golongan besi oksida yang memiliki sifat magnetik paling kuat di alam dengan
struktur kristal berbentuk kubus. Kelainan dapat diperoleh dari alam yaitu dari pasir
besi, bahan ini juga dapat disintesis dari bahan-bahan lain menggunakan reaksi kimia
dan larutan-larutan kimia tertentu.
Perubahan ukuran partikel magentit Fe3O4 akan memperngaruhi sifat-sifat
yang dimilikinya. Daftar sifat fisika dan kimia dari bahan magnetit(Fe3O4) disajikan
pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1. Sifat Fisika dan Kimia Magnetit (Fe3O4)
Sifat Fisika Sifat Kimia
1. Warna : Hitam 1. Rumus kimia : Fe3O4
2. Kilau : kusam 2. Unsur yang terkandung : Fe, O
3. Kristal magnetit tidak tembus 3. Unsur pengotor (impuritas) : Mn,
pandang (buram) Mg, Zn, Ni, Cr, Ti, V dan Al
4. Struktur kristal spinel
5. Tingkat kekerasan 681-792
kg/mm2
6. Kepadatan : 5,2 g/cm3
7. Temperatur Curie (Tc) =
575ºC - 585ºC
Sumber: Clara Saragih, 2016

Fe3O4 berukuran nano memiliki sifat ferimagnetik dan memiliki peluang


aplikasi luas. Dalam pengaplikasiannya Fe3O4 yang berukuran parikel nano
merupakan alternatif yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku
industri di bidang elektronik. Seperti aplikasi pada bidang industri berukuran
naopartikel adalah pada keramik, sebagai katalis, energy storage, magnetic data
storage, ferofluida, maupun dalam diagnosis medis. Agar dapat diaplikasikan dalam
berbagai bidang tersebut, sangatlah penting untuk mempertimbangkan ukuran
partikel, sifat magnetik, dan sifat permukaan dari partikel nano itu sendiri.
Rumus kimia magnetit (Fe3O4) sering ditulis dalam bentuk FeO.Fe2O3 di
mana satu bagian adalah wustite (FeO) dan bagian lainnya adalah hematit (Fe2O3).
Selain itu magnetit mempunyai struktur kristal spinel dengan sel unit kubik yang
terdiri dari 32 ion oksigen, di mana celah-celahnya ditempati oleh ion Fe2+ dan Fe3+.
Delapan ion Fe3+ dalam tiap sel berada pada bagian tetrahedral (A), karena
berlokasi di tengah sebuah tetrahedron yang keempat sudutnya ditempati ion
oksigen. Sisanya delapan ion Fe3+ dan delapan ion Fe2+ berada pada bagian
oktahedral, karena ion-ion oksigen disekitarnya menempati sudut-sudut oktahedron
yang sudut-sudutnya ditempati oleh enam atom oksigen. Tiap-tiap unit sel berisi
sejumlah ion, di mana secara kompleks sulit dibayangkan. Satu sel terbagi menjadi 8

Universitas Sumatera Utara


oktan (kubus spinel), masing-masing berukuran a/2, empat oktan yang berarsir
memiliki ukuran isi yang sama, begitu pula dengan cara yang sama, tetrahedral di
oktan terarsir dan oktahedral di oktan tidak terarsir.

2.3 Metode Kopresipitasi

Kopresipitasi merupakan proses kimia yang diawali dengan adanya zat


terlarut yang mengendap sehingga menghasilkan endapan yang diinginkan.
Pengendapan terjadi sebagai akibat pembentukan kristal campuran. Selain itu
endapan ini dapat pula terbentuk karena adanya absorbsi (penyerapan) ion-ion
selama proses pengendapan. Setelah endapan terbentuk, langkah selanjutnya adalah
meningkatkan kemurnian dari endapan dengan cara menyaring endapan ,
melarutkannya lagi dan mengendapkan lagi secara berulang-ulang. Hal ini dilakukan
agar terjadi dekomposisi ion-ion yang terikat oleh larutan pengikat (larutan basa)
sedangkan ion-ion yang tidak terikat oleh larutan pengikat akan bereaksi
membentuk produk/hasil reaksi. Kopresipitasi memiliki reaksi fisik dan kimia yang
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sifat Fisik dan Kimia dari Metode Kopresipitasi


Sifat Fisik Sifat Kimia
1. Suhu reaksi yang diperlukan 1. Proses kopresipitasi akan
<100ºC meningkatkan pH
2. Pada kopresipitasi dilakukan 2. Kopresipitasi dilakukan pada
pengadukan secara terus- larutan encer agar memudahkan
menerus agar larutan homogen proses penyaringan
3. Memiliki ukuran partikel hasil 3. Tingkat homogenitas dapat
sintesis lebih kecil daripada ditingkatkan dengan
metode sol state dan lebih besar penambahan larutan
daripada metode sol gel pengendapan
Sumber: Clara Saragih, 2016

Universitas Sumatera Utara


Waktu kopresipitasi merupakan salah satu metode sintesis senyawa anorganik
yang didasarkan pada pengendapan lebih dari satu substansi secara bersama-sama
ketika melewati titik jenuhnya. Kopresipitasi merupakan metode yang menjanjikan
karena prosesnya menggunakan suhu rendah dan mudah untuk mengontrol ukuran
partikel sehingga waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat. Beberapa zat yang
paling umum digunakan sebagai zat pengendap dalam kopresipitasi adalah
hidroksida, karbonat, sulfat dan oksalat.
Produk dari metode ini diharapkan memiliki ukuran partikel yang lebih kecil
dan lebih homogen daripada metode solid state dan ukuran partikel yang lebih besar
daripada metode sol gel.
Bila suatu endapan memisah dari dalam suatu larutan, endapan itu tidak
selalu sempurna murninya, kemungkinan mengandung berbagai jumlah zat
pengotor, bergantung pada sifat endapan dan kondisi pengendapan. Kontaminasi
endapan oleh zat-zat yang secara normal larut dalam cairan induk dinamakan
kopresipitasi. Kita harus membedakan dua jenis kopresipitasi yang penting. Yang
pertama adalah yang berkaitan dengan adsorbsi pada permukaan partikel yang
terkena larutan, dan yang kedua adalah yang sehubungan dengan oklusi zat asing
sewaktu proses pertumbuhan kristal dari partikel-partikel primer.
Mengenai adsorbsi permukaan (adsorbsi adalah suatu proses yang terjadi
ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan
(adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis (adsorbat) pada
pertumbuhannya, umumnya akan paling besar pada endapan yang mirip gelatin daan
paling sedikit pada endapan dengan sifat makro-kristalin yang menonjol. Endapan
dengan kisi-kisi ionik nampak mengikuti aturan adsorbsi Paneth-Fajans-Hans, yang
menyatakan bahwa ion yang membentuk garam yang paling sedikit larut. Maka
pada sulfat yang sedikit larut, ion kalsium lebih utama diadsorbsi ketimbang ion
magnesium, karena kalsium sulfat kurang larut ketimbang magnesium sulfat. Juga
perak ionida mengadsorbsi perak asetat jauh lebih kuat dibanding perak nitrat pada
kondisi-kondisi yang sebanding, karena kelarutan perak asetat lebih rendah.
Deformabilitas (mudahnya diubah bentuknya) ion-ion diadsorbsi dan disosiasi
elektrolit dari senyawaan yang diadsorbsi juga mempunyai pengaruh yang sangat
besar, semakin kecil disosiasi senyawa maka semakin besar teradsorbsinya.

Universitas Sumatera Utara


Jenis kopresipitasi yang kedua terjadi sewaktu endapan dibangun dari
partikel-partikel primernya. Partikel primer ini akan mengalami adsorbsi permukaan
sampai tingkat tertentu dan sewaktu partikel-partikel ini saling bergabung, zat
pengotor itu akan hilang sebagian jika terbentuk kristal-kristal tunggal yang besar
dan prosesnya berlangsung lambat, atau jika saling bergabung itu cepat mungkin
dihasilkan kristal-kristal besar yangg tersusun dari kristal-kristal kecil yang terikat
lemah, dan sebagian zat pengotor mungkin terbawa masuk ke balik dinding kristal
besar. Jika zat pengotor ini isomorf atau membentuk larutan-padat dengan endapan,
jumlah kopresipitasi kemungkinan akan sangat banyak, karena tidak akan ada
kecenderungan untuk menyisihkan zat pengotor sewaktu proses pematangan.
Pascapresipitasi adalah pengendapan yang terjadi di atas permukaan endapan
pertama sesudah terbentuk. Ini terjadi pada zat-zat yang sedikit terlarut, yang
membentuk larutan lewat-jenuh, zat-zat ini umumnya mempunyai satu ion yang
sama dengan salah satu ion endapan primer. Maka pada pengendapan kalsium
sebagai oksalat dengan adanya magnesium, magnesium oksalat berangsur-angsur
memisah dari larutan dan mengendap di atas kalsium oksalat, makin lama endapan
dibiarkan bersentuhan dengan larutan itu, maka makin besar sesatan yang
ditimbulkan oleh penyebab ini.
Pascapresipitasi berbeda dari kopresipitasi dalam segi:
a) Kontiminasi bertambah dengan bertambah lamanya endapan dibiarkan
bersentuhan dengan cairan induk pada pascapresipitasi, tetapi biasanya
berkurang pada kopresipitasi
b) Pada pascapresipitasi, kontaminasi akan bertambah dengan semakin
cepatnya larutan diaduk, baik dengan cara-cara mekanis ataupun termal.
Pada kopresipitasi keadaannya umumnya adalah kebaikannya
c) Banyaknya kontaminasi pada pascapresipitasi dapat jauh lebih besar dari
pada kopresipitasi.
Sintesis nano partikel magnetit (Fe3O4) menggunakan metode kopresipitasi
dipengaruhi oleh perbandingan/rasio antara ion ferrous (Fe2+) dan ion ferric
(Fe3+) dalam medium basa (pH > 7). Pada sintesis nano partikel magnetit
(Fe3O4), diperlukan garam-garam yang digunakan sebagai bahan dasar yang
selanjutnya dilarutkan dan diaduk bersama-sama di dalam media pelarut.

Universitas Sumatera Utara


Larutan yang telah diaduk sampai homogen perlu ditambahkan larutan
pengendap sedemikian rupa sehingga endapan yang didapatkan mempunyai
homogenitas yang tinggi (Negara, dkk. 2008).

2.4 PEG (Polyethylene Glycol)


PEG merupakan polimer yang banyak digunakan dalam industri pangan,
kosmetik dan farmasi. Secara kimiawi PEG disebut juga makrogol, merupakan
polimer sintetik dari oksietilen. PEG umumnya memiliki bobot molekul antara 200-
300000. Penamaan PEG umumnya ditentukan dengan bilangan yang menunjukkan
bobot molekul rata-rata.(Leuner and Dressman, 2000)
PEG adalah suatu polimer yang terdiri dari beberapa ikatan monomer.
Monomer ini adalah suatu senyawa yang dapat dipolimerisasi. PEG mempunyai sifat
stabil, mudah larut dalam air hangat, tidak beracun, nonkorosi, tidak berbau, tidak
berwarna dan memiliki titik lebur yang sangat tinggi (580ºF), tersebar merata,
higoskopik (mudah menguap) dan juga dapat mengikat pigmen.
Fungsi PEG dalam penelitian ini, dapat dipakai untuk membentuk dan
mengontrol ukuran dan struktur pori partikel yang dilapisi. Dalam hal ini PEG tidak
terbentuk agregat, hal ini dikarenakan PEG terjebak pada permukaan partikel dan
menutupi ion negatif pada besi, dan pada akhirnya akan diperoleh hasil partikel
dengan bentuk bulatan yang seragam. Akat tetapi jumlah PEG yang ditambahkan
jumlah cukup besar agar bekerja sesuai dengan fungsi.
PEG ini banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari, seperti
campuran cat, tinta, kosmetik, perlengkapan mandi, industri kertas, kulit karet dan
lain-lain. Tetapi untuk pembahasan kali ini kita fokuskan untuk mengontrol ukuran
suatu partikel.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3. Sifat Kelarutan Masing-Masing PEG
Higropisitas Kelarutan
BM rata- Bobot Viskositas Suhu
gliserin= ke dalam air
rata Jenis cp Beku
100 20ºC
PEG 200 190-210 1,125 55-70 -50ºC 70 Larut
300 285-315 1,125 80-100 -16- 60 Larut
400 -12ºC
600 380-420 1,125 105-140 2-6ºC 55 Larut
570-630 1,125 135-175 17-22 40 Larut
PEG 1000 950-1050 - 35-40ºC - 70
1500 1500-1600 1,151 44-45ºC 30 73
1540 1300-1700 1,150 45-8 - - 70
4000 3000-3700 1,204 110-210 53-58ºC - 62
6000 6000-7500 >210 55-60ºC - 50

PEG umumnya memiliki bobot molekul antara 200-300000, penamaan PEG


umumnya di tentukan dengan bilangan yang menunjukkan bobot molekul rata-rata.
Konsistensinya sangat dipengaruhi oleh bobot molekul. PEG dengan bobot molekul
200-600 berbentuk cairan, PEG 1500 semi padat dan PEG 3000-20000 atau lebih
berupa padatan semi kristalin, dan PEG yang lebih dari 100000 berbentuk seperti
resin pada suhu kamar. Umumnya PEG dengan bobot molekul 1500-20000 yang
digunakan untuk dispersi padat. Polimer ini mudah larut dalam berbagai pelarut, titik
leleh dan toksisitasnya rendah, berada dalam bentuk semikristalin. Kebanyakan PEG
yang digunakan memiliki bobot molekul antara 4000 dan 20000, khusunya PEG
4000 dan PEG 6000.

2.5. Sifat Kemagnetan Bahan


Bahan magnetik adalah suatu bahan yang memiliki sifat kemagnetan dalam
komponen pembentuknya. Menurut sifatnya terhadap adanya pengaruh kemagnetan,
bahan dapat digolongkan menjadi 5 yaitu:
2.5.1. Bahan Diamagnetik
Bahan Diamagnetik adalah bahan yang tidak memiliki momen dipol
magnet permanen. Jika bahan diamagnetik diberi medan magnet luar, maka
elektron-elektron dalam atom akan mengubah gerakannya sedemikian rupa

Universitas Sumatera Utara


sehingga menghasilkan resultan medan magnet atomis yang arahnya
berlawanan dengan medan magnet luar tersebut. Contoh bahan diamagnetik
yaitu bismut, perak, emas, tembaga dan seng.
2.5.2. Bahan Paramagnetik
Bahan Paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet
atomis masing-masing molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet
atomis total seluruh atom/molekul dalam bahan nol. Bahan ini jika diberi
medan magnet luar, maka elektron-elektronnya akan berusaha sedemikian
rupa sehingga resultan medan magnet atomisnya searah dengan medan
magnet luar. Sifat ini ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi
terarah oleh medan magnet luar. Pada bahan ini, efek diamagnetik (efek
timbulnya medan magnet yang melawan medan magnet penyebabnya) dapat
timbul, tetapi pengaruhnya sangat kecil.
2.5.3. Bahan Ferromagnetik
Bahan Ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan
atomis besar. Hal ini terutama disebabkan oleh momem magnetik spin
elektron. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron yang tidak
berpasangan, misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin elektron
yang tidak berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak berpasangan
ini akan memberikan medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang
dihasilkan oleh suatu atom lebih besar.
2.5.4. Bahan Superparamagnetik
Superparamagnetik adalah jenis magnetik yang terjadi pada
nanopartikel ferromagnetik atau ferrimagnetik yang kecil. Ukurannya
sekitar beberapa nanometer yaitu sekitar puluhan nanometer yang
tergantung pada materialnya. Selain itu, nanopartikel ini adalah partikel
single domain. Pendekatan yang sederhana, total momen magnetik pada
nanopartikel dapat dianggap sebagai salah satu momen magnetik raksasa,
yang terdiri dari semua momen magnetik pada atom-atom yang
membentuk partikel nano (Benz, 2012).
Partikel dengan satu domain magnetik memiliki momen magnetik
yang tidak stabil sehingga momen magnetik dalam partikel ini sangat

Universitas Sumatera Utara


mudah dipengaruhi oleh medan magnet eksternal maupun fluktuasi termal.
Dalam orde tertentu, nanopartikel magnetik juga menunjukkan keadaan
yang khas dimana koersivitas partikel tersebut sama dengan nol (Hc = 0)
atau Hc<100 Oe. Keadaan ini yang disebut dengan keadaan
superparamagnetik (Guimaraes, 2009).
Superparamagnetik didasarkan pada hukum aktivasi untuk waktu
relaksasi pada magnetisasi partikel:
∆𝐸
𝜏 = 𝜏𝑜 exp (2.1)
𝑘𝐵 𝑇

ΔΕadalah energi barrier saat pembalikan, kBT adalah energi termal. Faktor
pra-ekponensial τo bekisar dari 10-10 – 10-12 s dan bergantung pada suhu.
Energi barrier memiliki efek intrinsik dan ekstrinsik seperti magneto kristal
dan bentuk anisotropi. Namun untuk uniaksial anisotropi, ΔΕ sama dengan
hasil konstanta anisotropi dan volume.
ΔE = KV(2.2)
Ini perbandingan langsung antara ΔE dan V yang merupakan alasan
bahwa superparamagnetik secara termal berbalik arah pada arah jumlahan
momen magnetik dan untuk partikel kecil, karena untuk partikel kecil ΔE
sebanding dengan kT pada suhu kamar

Gambar 1. Transisi nanoscale pada partikel nano magnetik dari ferromagnetik ke


superparamagnetik-ferromagnetik dalam partikel besar (atas) dan
superparamagnetik dalam partikel kecil (bawah) (Xu, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Dibawah suhu tertentu material bulk memiliki energi magnetik
anisotropi yang jauh lebih besar daripada energi termal kT (Gambar 1
garis biru). Energi termal pada partikel nano tidak cukup mudah untuk
membalikkan arah spin magnetik, sehingga materialnya disebut
ferromagnetik.
Namun, untuk partikel nano yang berukuran kecil menghasilkan
energi anisotropi yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan energi
termalnya. Energi termalnya cukup mudah untuk membalikkan arah spin
magnetiknya (Gambar 1 garis merah). Material ini disebut
superparamagnetik yang memiliki jumlah magnetisasi sama dengan nol
(Xu, 2004).
Ukuran tertentu pada partikel nano, perubahan suhu dapat juga
menyebabkan transisi antara ferromagnetik ke superparamagnetik. Suhu
transisi dari ferromagnetik ke superparamagnetik disebut sebagai suhu
blocking (TB)

Gambar 2. Ilustrasi konsep superparamagnetik, lingkaran menggambarkan tiga


nanopartikel magnetik dan panah mewakili arah jumlahan magnetisasi
dalam partikel tersebut (Xu, 2004).

Dalam kasus (a) pada suhu di bawah pengukuran yang bergantung


pada suhu blockingTB dari partikel, atau untuk waktu relaksasi D (waktu
antara saat pembalikan) lebih lama dari waktu pengukuran DE, jumlahan
momennya yaitu: quasistatic). Dalam kasus (b) pada suhu diatas TB atau
untuk D jauh lebih kecil daripada DE (Xu, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Pengamatan superparamagnetik tergantung pada suhu dan waktu
pengukuran τm pada eksperimen yang digunakan. Jika τ<<τm yaitu waktu
relaksi τ lebih pendek dari pada waktu pengukuran τm, maka partikel
magnetik tersebut dikatakan dalam keadaan superparamagnetik. Momen
magnetik dalam keadaan ini melakukan putaran dengan cepat (tak stabil).
Sementara jika τ>>τm, maka partikel dikatakan dalam keadaan terblok
(quasi-static), seperti yang ditunjukkan dalam ilustrasi gambar 2.11.
Kondisi momen magnetik quasi-static, keadaan magnetisasi tidak nol
dapat diamati dalam pengukuran. Kondisi yang demikian disebut dengan
keadaan ferro/ferri magnetik (Xu, 2004)

2.6. Magnesium Ferit ( MgFe2O4)


Magnesium Ferit (MgFe2O4) termasuk kedalam jenis soft ferrite yang
memiliki struktur spinel. Ferrite memiliki persamaan umum AB2O4 dengan A
merupakan metal kation divalent dan B menunjukkan metalkation trivalent. Dalam
struktur spinel normal, kation divalent (A) dan sisa kation trivalen (B) menempati
ruang tetrahedral dengan 64 ion dalam unit cell sedangkan kation trivalen (B)
menempati ruang oktahedral dengan 32 ion dalam unit cell. Kebalikan dari spinel
normal, pada spinel invers ruang tetrahedral ditempati oleh kation trivalen (B) dan
ruang oktahedral ditempati oleh kation divalen (A) dan sisa kation trivalen (B) (Kim
et al., 2008). Magnesium ferrite (MgFe2O4) memiliki struktur inverse spinel dengan
sisi (A) merupakan tetrahedral yang terisi oleh ion-ion Fe3+ dan sisi (B) merupakan
oktahedral yang terisi ion-ion Fe3+ dan Mg2+ (Hyeon et al., 2002).
Saat ini riset dibidang nanopartikel magnesium ferrite (MgFe2O4) sedang
banyak dilakukan. Beberapa alasan yang menyebabkan MgFe2O4 banyak menarik
perhatian para peneliti dibandingkan ferit yang lainnya adalah potensinya yang besar
untuk diaplikasikan karena MgFe2O4 memiliki nilai magnetisasi saturasi yang tinggi,
temperatur curie dan resitivitas listrik yang tinggi. MgFe2O4 adalah soft magnetic
material dan salah satu kelompok spinel invers yang sangat penting. MgFe2O4 juga
merupakan material semikonduktor tipe n yang dapat diaplikasikan sebagai
absorption, sensor dan digunakan dalam pada teknologi magnetik. Hal lain yang

Universitas Sumatera Utara


menarik dari MgFe2O4 ini adalah sifat kimia dan stabilitas termalnya yang unik, serta
ketergantungan sifat magnetik pada ukuran partikel.
Nanopartikel MgFe2O4 juga sapat berprilaku sebagai nanopartikel
superparamagnetik. Ketika medan eksternalnya dihilangkan, maka jumlah momen
magnetik dari nanopartikel magnetik masing-masing berada dalam arah yang
berbeda, dengan demikian keseluruhan momen bulk adalah nol. Ketika medan
magnet eksternal diterapkan, magnetiknya dapat diinduksi untuk nanopartikel
magnetik ini. Hal ini terjadi karena adanya interaksi magnetik antarananopartikel
magnetik dengan medan magnet eksternal yang mempengaruhinya. Interaksi
magnetik tersebut membuat magnetisasi nanopartikel magnetiknya sejajar. Sifat
superparamagnetik umumnya muncul dari material ferromagnetik dan ferrimagnetik
yang memiliki ukuran partikel yang sangat kecil (orde nanometer). Dengan demikian
kajian penelitian tentang pengontrolan distribusi ukuran nanopartikel dan sifat
kemagnetannya sangat dibutuhkan (Hermawan, 2015).

2.7. Teknik Pengukuran ( Karakterisasi Material )


Untukmengetahui sifat-sifatdankemampuansuatumaterialmakaperlu
dilakukan pengujian dan analisis.Beberapa jenis pengujian dan analisis yang
dibahasuntukkeperluanpenelitianiniantaralain:Karakterisasisifatfisis (densitas)
dengan pengujian true density, analisa ukuran partikeldengan menggunakan Optical
Microscopy(OM) dan Field Emission Scanning Electron Microscopy (FE-SEM),
analisa ukuran partikel menggunakan alat Particle Size Analyzer (PSA), karakterisasi
sifat kemagnetan dengan pengujian VSM serta analisa struktur kristal dengan
menggunakan alat uji XRD. Adapun pengujian Atomic Absorbsion
Spectroscopy(AAS) dilakukan untuk mengetahui sifat penyerapan material.
2.7.1 Optical Microscopy (OM)
OpticalMicroscope(OM)mempunyaifungsiyang hampirsamadenganSEM
(Scanning ElectronMicroscope)yaituuntukmengetahuibentukdanukurandari butir-
butir serta mengetahui interaksisatu butir dengan butir lainnya. Melalui observasi
dengan OMdapat diamati seberapa jauh ikatan butiran yang satu denganyang
lainnyadanapakahterbentuklapisandiantarabutiran ataudisebut grain boundary

Universitas Sumatera Utara


(Sianipar, 2015). Analisis mikrostruktur dengan menggunakan OM bertujuan untuk
mengetahui distribusi partikel dalam ukuran mikro yang nantinya akan dianalisa
menggunakan software imageJ.
2.7.2 Densitas
Densitas (ρ) adalah suatu ukuran massa (m) persatuam volume (V) suatu
material dalam satuan gram/cm3. Beberapa faktor yangmempengaruhi densitasadalah
ukuran dan berat atom suatu elemen, kuatnya pengepakan atom dalam struktur kristal
dan besarnya porositas dalam mikrostruktur.
Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material. Pengukuran
densitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengukuran true density.
Pengukuran densitas ini tak lain adalah cara pengukuran densitas suatu bahan berupa
serbuk menggunakan alat yang disebut picnometer. Untuk mengetahui densitas
serbuk dilakukan secara piknometris menggunakan persamaan 2.3.
𝑚 3 −𝑚 1
𝜌𝑠 = × 𝜌𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (2.3)
𝑚 2 −𝑚 1 −(𝑚 4 −𝑚 3 )

Keterangan:
3
ρs = Truedensitysampel(kg/m )
m1 = Massapicnometer kosong(kg)
m2 = Massapicnometer diisilarutan uji(kg)
m3 = Massapicnometer diisiserbuk sampel(kg)
m4 = Massapicnometer diisiserbuk sampeldan larutan uji (kg)
ρlarutan = Densitas mediacair / larutan uji(kg/m3)

2.7.3 X-Ray Diffraction Spectroscopy(XRD)


Difraksisinar-X digunakan untuk mengidentifikasistruktur kristalsuatu
padatan dengan membandingkan nilai jarak d (bidang kristal) dan intensitas
puncakdifraksidengandata standar. Pengujianinimerupakanaplikasilangsung
daripemakaiansinarXuntukmenentukanjarakantarakristaldanjarakantara atom dalam
kristal.

Universitas Sumatera Utara


Gambar3.DifraksiBidang Atom (Randy, J.S. 2015).

Gambar3.menunjukkansuatuberkassinarXdenganpanjanggelombangλ, jatuhpada
sudutθpada sekumpulanbidangatomberjarakd. Sinaryang
dipantulkandengansudutθhanyadapatterlihatjikaberkasdarisetiapbidang yang
berdekatansalingmenguatkan.Olehsebabitu,jaraktambahansatuberkas
dihamburkandari setiapbidangyang berdekatan,dan menempuhjarak sesuai
denganperbedankisiyaitusamadenganpanjang gelombang nλ.Sebagai
contoh,berkaskeduayang ditunjukkangambar3.harusmenempuhjaraklebih
jauhdariberkaspertama sebanyak PO+OQ.Syarat pemantulandansaling menguatkan
dinyatakanoleh :
nλ=PO +OQ =2ON sinθ =2d sinθ (2.4)
Persamaan (4) disebut dengan hukum Bragg dan harga sudut kritis
θuntukmemenuhi hukum tersebut dikenal dengan sudut Bragg.
PrinsipdasardariXRDadalahhamburanelektronyang mengenai
permukaankristal.Bilasinar dilewatkanke permukaankristal,sebagiansinar tersebut
akan terhamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan kelapisan berikutnya.
Sinaryangdihamburkanakanberinterferensisecara konstruktif
(menguatkan)dandestruktif(melemahkan).Hamburansinaryang berinterferensi
inilahyangdigunakan untuk analisis. Difraksisinar-
Xhanyaakanterjadipadasuduttertentusehingga suatu zat
akanmempunyaipoladifraksitertentu. Pengukurankristalinitasrelatif dapat dilakukan
dengan membandingkan jumlah tinggi puncak pada sudut-sudut tertentu dengan
jumlah tinggi puncak padasampelstandar.

Universitas Sumatera Utara


Di dalam kisi kristal, tempat kedudukan sederetan ion atauatom disebut
bidang kristal.Bidang kristaliniberfungsisebagaicerminuntukmerefleksikan sinar–
Xyang datang.PosisidanarahdaribidangkristalinidisebutIndeksMiller.
Setiapkristalmemiliki bidang kristaldenganposisidanarahyang khas,sehingga jika
disinaridengansinar-XpadaanalisisXRDakanmemberikandifraktogram yangkhas pula.
Dari data XRD yang diperoleh, dilakukan identifikasi puncak-puncak
grafikXRDdengancaramencocokkanpuncak
yangadapadagrafiktersebut.Setelahitu,dilakukanrefinementpada data XRD.
Melaluirefinementtersebut,fasebesertasruktur,spacegroup,danparameterkisiyangadap
adasampelyangdiketahui (Randy, J.S. 2015).MelaluigrafikXRD,grainsizedarisampel
jugadapatdiperkirakan. Perhitungan distribusi ukuran sampel (grain size) dilakukan
dengan menggunakan persamaan 2.2 Yang dikenal dengan persamaan Scherrer.
𝑘𝜆
𝑡= (2.5)
𝛽 cos 𝜃

Dengan t adalah ukuran butir kristal, k adalah konstanta Scherrer (0.89), λ adalah
panjang gelombang sinar-X, β adalah nilai dari full width half maximum (FWHM)
dan θ adalah besar sudut dari puncak dengan intensitas tertinggi (Hermawan, 2015).
2.7.4 Vibrating Sample Magnetometer (VSM)
Semuabahan mempunyai momen magnetikjikaditempatkan dalam medan
magnetik. Momen magnetik per satuan volume dikenal sebagai magnetisasi. Secara
prinsip ada dua metoda untuk mengukur besar magnetisasi ini, yaitu metoda
induksi(induction method) dan metodagaya(forcemethod). Padametoda
induksi,magnetisasidiukurdarisinyalyang ditimbulkan/diinduksikanoleh cuplikan
yang bergetar dalam lingkungan medan magnet pada sepasang
kumparan.Sedangkanpadametodagayapengukurandilakukanpadabesamya gayayang
ditimbulkanpadacuplikanyang beradadalamgradienmedanmagnet.
VSM(VibratingSampleMagnetometer)merupakansalah satualatukur
magnetisasiyangbekerjaberdasarkanmetoda induksi.
Padametodaini,cuplikanyang akandiukurmagnetisasinyadipasang pada ujung
bawahbatang kakuyang bergetarsecaravertikaldalamlingkunganmedan
magnetluarH.Jikacuplikantermagnetisasi,secarapermanenataupunsebagairespon dari
adanya medanmagnetluar, getaran ini alan mengakibatkan perubahan garisgaya
magnetik. Perubahan ini akan menginduksikan/menimbulkan suatu

Universitas Sumatera Utara


sinyalteganganACpadakumparanpengambil(pick-up coilatausensecoil)yang
ditempatkansecaratepatdalamsistemmedanmagnetini.SelanjutnyasinyalAC ini akan
dibacaolehrangkaianpre-amp danLock-in amplifier.Frekuensidari Lock-in
amplifierdisetsarnadengan frekuensigetaransinyalreferensidari pengontrolgetaran
cuplikan.Lock inamplifierini akan membacasinyaltegangan dari kumparan yang
sefasa dengan sinyal referensi. Kumparan pengambil
biasanyadirangkaiberpasangandengankondisiarahlilitan yang berlawanan.Hal ini
untuk menghindari terbacanya sinyal yang berasal dari selain cuplikan,
misalnyadari akibat adanyaperubahan medan magnet luar itu sendiri.
Selanjutnya dalamprosespengukuran,medanmagnetluaryangdiberikan,suhu
cuplikan, sudut dan interval waktu pengukuran dapat divariasikan melalui
kendali komputer. Komputer akan merekam data tegangan kumparan sebagai
fungsi medanmagnetluar, suhu, sudutataupunwaktu (Mujamilah dkk, 2000).
2.7.5 Atomic Absorption Spectroscopy (AAS)
Suatu larutan yang mengandung garam-garam logam (atau senyawa-senyawa
logam lain) jika dibakar dengan nyala asetelen udara atau yang sejenis akan
terbentuk uap yang mengandung atom-atom logam. Uap atom-atom logam ini dapat
memancarkan atau menyerap energi dengan mengalami transisi elektronik (melepas
atau menangkap elektron). Besarnya energi yang diserap atau dipancarkan sangat
tergantung dari karakteristik pada masing-masing atom suatu unsur. Dimana masing-
masing atom suatu unsur memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda. Proses
penyerapan dan pemancaran energi oleh spektroskopi dapat dilihat sesuai skema
pada Gambar 2.4.

M +X - M +X - MX
Larutan Kabut Padat

M* MX
M (Gas) + X(Padat)
Gas
hv hv
Emisi Menyerap
Nyala energi radiasi

M*
Re-emisi

Gambar 4. Skema proses penyerapan dan pemancaran energi oleh spektroskopi


(Kristianingrum, 2004).

Universitas Sumatera Utara


Dari skema tersebut tampak bahwa pada spektroskopi emisi radiasi
dipancarkan oleh atom-atom yang terdapat dalam keadaan tereksitasi, sedangkan
pada spektroskopi serapan atom, arom-atom dalam keadaan dasar (groundstate) dapt
menyerap tenaga radiasi. Sesuai konsep diatas maka ada dua hal yang dikembangkan
yaitu fotometri nyala dan spektroskopi serapan atom (Atomic Absorpsion
Spectroscopy) atau lebih dikenal dengan AAS. Alat spektrofotometer serapan atom
pada intinya terdiri atas lima bagian utama yaitu : sumber radiasi (biasanya lampu
katoda cekung), system pengatoman, monokromator, detektor dan sistem pembacaan
(Kristianingrum, 2004)
Spektrofotometer serapan atom (AAS) merupakan teknik analisis kuantitatif dari
unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas diberbagai bidang karena prosedurnya
selektif, spesifik, biaya analisa relatif lebih murah, sensitif tinggi (ppm-ppb), dapat
dengan mudah mudah membuat matriks yang sesuai dengan standar, waktu analisa
sangat cepat dan mudah dilakukan.
Analisis AAS pada umumnya digunakan untuk analisa unsur. Teknik AAS
menjadi alat yang canggih dalam analisis. Hal ini disebabkan karena sebelum pengukuran
tidak selalu memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan, karena kemungkinan
penentuan satu logam unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan, asalkan katoda
berongga yang diperlukan tersedia.
AAS dapat digunakan untuk mengukur logam sebanyak 61 logam. Sumber
cahaya pada AAS adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang berasal dari elemen
yang sedang diukur kemudian dilewatkan dalam nyala api yang berisi sampel yang telah
terakomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke detektor melalui monokromator.
Chopper diguakan untuk membedakan radiasi yang berasal dari nyala api. Detektor akan
menolak arah searah arus (DC) dari emisi nyala dan hanya mengukur arus bolak-balik
dari sumber radiasi atau sampel. Atom dari unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi
maka atom tersebut akan menyerap energi dan mengakibatkan elektron pada kulit terluar
akan naik ke tingkat energi lebih tinggi atau tereksitasi. Atom-atom dari sampel akan
menyerpa sebagian sinar yang dipancarkan sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya
terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom
tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2.7.6 Field Emission Scanning Electron Microscopy (FE-SEM)
Field Emission Scaning Electron Microscopy (FE-SEM) dapat diartikan
pencitraan material yang menggunakan prinsip mikroskop. Cara kerja FE-SEM
adalah menggunakan sinar elektron yang dipercepat dengan anoda dan difokuskan
menuju sampel. Sinar elektron yang terfokus memindai keseluruhan sampel dengan
diarahkan oleh koil pemindai. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan
mengeluarkan elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke
monitor. Intensitas elektron baru ini tergantung pada nomor atom unsur yang ada
pada permukaan spesimen. Mikroskop elektron mampu mencapai resolusi yaitu
sekitar 10-1 – 10-2 nm. Dengan menggunakan elektron kita juga bisa mendapatkan
beberapa jenis pantulan yang berguna untuk kepentingan karakterisasi. Jika elektron
mengenai suatu benda maka akan timbul dua jenis pantulan yaitu pantulan elastis dan
pantulan non elastis. Elektron dihasilkan dari katoda (electroda gun) melalui efek
foto listrik dan dipercepat menuju anoda. Filamen yang digunakan pada umumnya
adalah tungsten atau Lanthanum Heksaborida (LaB6). Kumparan pemindai akan
melakukan pembelokan pada elektron sehingga menjadi sekumpulan susunan berkas
yang lebih kecil yang disebut pelebaran pemindai (scaning beam) dan lensa objektif
(magnetik) yang akan memfokuskannya pada permukaan sampel. Tumbukan dengan
atom material menyebabkan elektron kehilangan energi . Sehingga mengakibatkan
hamburan dan absorbsi pada daerah interaksi dengan kedalaman 100 nm hingga 2
µm. Pada FE-SEM, sinyal yang diolah merupakan hasil deteksi dari elektron yang
berpindah dari permukaan sampel (Russel, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai