PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah pencemaran lingkungan dan kemusnahan sumber daya alam
menjadi masalah utama yang dihadapi oleh hampir semua negara. Diantara
pencemaran tersebut didapati bahwa pencemaran air telah menjadi salah satu
masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat dewasa ini. Beberapa jenis bahan
pencemar yang biasa ditemukan adalah bahan kimia dan bahan mikrobiologi.
Pencemaran yang disebabkan oleh bahan kimia pada umumnya adalah
pencemaran oleh bahan kimia organik maupun bahan kimia anorganik (khususnya
akibat pencemaran logam berat). Logam berat ini dapat menumpuk dalam tubuh
manusia, hewan, tumbuhan yang akhirnya dapat meracuni sistem kekebalan
tubuh.
Logam berat ialah unsur logam dengan berat molekul yang tinggi dimana
dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi tumbuhan
dan hewan, termasuk manusia. Logam berat yang sering mencemari lingkungan
perairan adalah: Hg, Zn, Cd, As dan Pb (Notohadiprawiro, 1993). Logam berat ini
jika sudah terserap ke dalam tubuh melebihi dosis yang dapat diserap oleh tubuh
maka akan menumpuk. Hal ini serupa juga terjadi apabila suatu lingkungan
terutama diperairan yang telah terkontaminasi logam berat maka proses
pembersihannya akan sulit sekali dilakukan (Sinly dan Johan, 2000).
Seng (Zn) adalah unsur pertama dalam golongan IIB pada tabel periodik.
Zn mempunyai nomor atom 30 dan berat atom 65.38 dengan valensi 2. Rata rata
keberadaannya di kulit bumi sekitar 76 ppm, dalam tanah 25 68 ppm, dalam
perairan sungai g/L dan atau 5 10 ppb, air laut sekitar 0.6 5 ppb, ikan dan
kerang laut sekitar 3 25 ppm, tiram sekitar 100 900 ppm, udang/lobster sekitar
7 50 ppm dan didalam air tanah tidak lebih dari 0.1 mg/L (Arifin, 2009).
Keberadaan logam Seng (Zn) dapat berasal dari proses alamiah maupun
adisi dari limbah industri dan pertanian. Seng (Zn) adalah unsur hara mikro
esensial bagi manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi. Untuk logam
seng (Zn) yang berasal dari adisi limbah industri, umumnya terdapat dalam bentuk
Sphalerite (ZnS) dan Smithsonite (ZnCO3). Sekitar dari total Zn diperoleh dari
pembentukan logam dan masing masing komponen Zn tergantung jenis
industrinya. Sumber logam Zn di perairan berasal dari material geokimia yang
terbawa atau ada pada sungai, bahan baku minyak, besi, cat dan sisa-sisa kaleng
bekas (Arifin, 2009).
Perkembangan instrumentasi analitik yang pesat mampu memberikan
kinerja analitik yang cukup baik untuk analisis renik ion logam, namun efek
matriks yang sangat kompleks dari sampel serta keberadaan pada tingkat
konsentrasi renik masih merupakan kendala utama dalam analisis kimia. Oleh
karena itu, tahapan prakonsentarsi atau pemekatan yang sekaligus dapat
menyederhanakan matriks sampel tak dapat dipisahkan dari proses analisis secara
keseluruhan (Amran, 1996: Quinanina, 2001). Tahapan prakonsentrasi dengan
teknik sorpsi tidak saja meningkatkan konsentrasi analit tetapi juga dapat
menghilangkan efek matriks yang dapat mengganggu proses analisis (Triana,
2010).
Metode prakonsentrasi untuk ion logam berat renik yang umum digunakan
adalah metode ekstraksi pelarut. Metode ini memiliki kelemahan, karena
memerlukan pelarut organik yang mahal dan seringkali mempunyai sifat toksik
dan sangat berbahaya (Riley dan Taylor, 1968; Wan dkk., 1985; Canel, 2003).
Pemanfaatan resin penukar kation merupakan salah satu metode prakonsentrasi
yang dapat dimanfaatkan sebagai tahapan prakonsentrasi ion logam berat dalam
metode analisis sampel.
Metode prakonsentrasi dengan menggunakan resin penukar kation
memiliki keunggulan dibanding cara prakonsentrasi yang lain, karena faktor
kehilangan analit dapat diminimalkan, jumlah resin yang digunakan sedikit (0,1-
0,5 g), serta dapat diregenerasi sehingga mampu digunakan berulangkali untuk
analisis yang sama (Hirano dan Nakajima, 2005).
Salah satu contoh resin penukar kation, yakni Dowex 50W-8X. Dalam
metode ini sampel yang diinjeksikan mengalir secara kontinu ke dalam kolom
mini yang berisikan resin penukar kation Dowex 50W-8X. Prinsip metode yang
menggunakan resin penukar kation seperti Dowex 50W-8X ini didasarkan pada
mekanisme retensi-elusi ion logam berat, yang selanjutnya dideteksi dengan AAS.
Metode analisis menggunakan resin penukar kation Dowex 50W-8X ini memiliki
beberapa kelebihan berupa waktu analisis yang singkat, jumlah reagen yang
dibutuhkan sedikit, serta nilai reprodusibilitas pengukuran yang tinggi (Fang,
1991).
Dalam penelitian ini akan dipelajari metode prakonsentrasi dengan
menggunakan resin penukar kation Dowex 50W-X8 untuk menentukan kadar ion
Zn(II) dalam jumlah renik dalam suatu contoh, yang meliputi aktivasi asam, pH,
kapasitas retensi adsorpsi adsorben, optimasi prakonsentrasi, kinerja analitik yang
meliputi presisi, linearitas, limit deteksi dan % recovery. Semua parameter
tersebut akhirnya dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan prakonsentrasi ion
logam berat dalam sampel air.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1.2.1 Apakah resin penukar kation Dowex 50W-X8 dapat dimanfaatkan sebagai
1.2.2
1.2.3
dikembangkan?
Apakah teknik prakonsentrasi yang dikembangkan dapat diaplikasikan
untuk deteksi ion Zn(II) pada konsentrasi renik?
1.3.1
1.3.2
1.3.3
dikembangkan
Mengetahui pengaplikasian dari teknik prakonsentrasi yang dikembangkan
untuk deteksi ion Zn(II) pada konsentrasi renik
tingkat renik
Sebagai sumber referensi pada penelitian selanjutnya untuk mengetahui
berbagai resin yang dapat digunakan dalam tahapan metode prakonsentrasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penukar ion adalah pertukaran ion-ion secara reversible antara cairan dan
padatan yang bersenyawa organik berstruktur tiga dimensi dengan ikatan silang
dan mempunyai gugus-gugus fungsi yang dapat terionisasi. Pertukaran ion antar
fasa yang berlangsung pada permukaan padatan tersebut merupakan proses
penyerapan yang menyerupai proses penyerapan.
Dalam pengolahan air, penukar ion dapat digunakan dalam penjernihan air,
demine-ralisasi atau recovery ion-ion metal yang terdapat di dalam air. Bahan
penukar ion merupakan suatu struktur organik/anorganik yang berupa gugusgugus fungsional berpori. Kapasitas penukaran ion ditentukan oleh jumlah gugus
fungsional per-satuan massa resin. Penukar ion positif (resin kation) ialah resin
yang dapat mempertukarkan ion-ion positif dan penukar ion negatif ialah resin
yang dapat mempertukarkan ion-ion negatif. Resin kation mempunyai gugus
fungsi asam, seperti sulfonat, sementara resin anion mempunyai gugus fungsi
basa, seperti Amina. Resin penukar ion dapat digolongkan atas bentuk gugus
fungsi asam kuat, asam lemah, basa kuat, dan basa lemah. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa resin penukar ion terdiri dari fase organik padat yang tidak larut
dalam air yang padanya terikat ion-ion bermuatan. Ion-ion inilah yang dapat
dipertukarkan dengan ion-ion yang lain (Imamkhasani, 2006)
2.1.3 Resin Penukar Kation
Berdasarkan gugus fungsionalnya, resin penukar ion terbagi menjadi dua
yaitu resin penukar kation dan resin penukar anion. Secara umum rumus struktur
resin penukar kation, seperti gambar berikut:
Dowex
50W-X8
merupakan
resin
komersial
tersulfonasi
polystryrene yang diproduksi oleh Dow Chemical Co. Dalam nomenklatur Dow,
sebutan muncul dalam hubungannya dengan angka "X" yang menggambarkan
tingkat crosslinkage resin (jumlah X adalah persentase divinilbenzena [DVB]
dalam kopolimer resin), sedangkan resin penukar kation asam kuat yang ditunjuk
sebagai "50W" (Anonim, 1995).
Dowex 50W- X8 merupakan resin penukar kation yang mengandung asam
kuat DVB 8% dimana dimaksudkan 8% yang terhubung silang menyatakan bahwa
divenilbenzenanya sebanyak 8%. Resin-resin ini dihasilkan dalam bentuk manikmanik bulat, biasanya dengan 0,1-0,5 mm, meskipun ukuranukuran lain juga
tersedia (Helfferich, 1962).
Matriks
resin
yang
umumnya
dipakai
adalah
styrene
yang
dan
cara
pembuatannya
dengan
sulfonasi
polimer
polistyren
divinilbenzena (matrik resin). Material penukar ion yang utama berbentuk butiran
atau granular dengan struktur dari molekul yang panjang (hasil co-polimerisasi),
dengan memasukkan gugus fungsional dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa
ini akan bergabung dengan ion pasangan seperti Na+, OH atau H+. Senyawa ini
merupakan penukar ion positif (kationik) untuk menukar ion dengan muatan
elektrolit yang sama (positif) demikian sebaliknya penukar ion negatif (anionik)
untuk menukar anion yang terdapat di dalam air yang diproses di dalam unit Ion
Exchanger.
Pencucian kembali
Pencucian kembali akan mendistribusikan kembali lapisan resin dan
menghilangkan kotoran-kotoran serta resin yang pecah dari unit.
b.
c.
Pembilasan
Bila unit beroperasi kembali, akan terdapat sejumlah kecil leakage (kelewatan
ion) yang harus dibersihkan dengan melakukan pembilasan (Austin, 1996).
Seng (Zn) adalah unsur pertama dalam golongan IIB pada tabel periodik.
Zn mempunyai nomor atom 30 dan berat atom 65,38 dengan valensi 2. Rata rata
keberadaannya di kulit bumi sekitar 76 ppm, dalam tanah 25 68 ppm, dalam
perairan sungai g/L dan atau 5 10 ppb, air laut sekitar 0,6 5 ppb, pada sekitar
20 tubuh ganggang sekitar 20 700 ppm, ikan dan kerang laut sekitar 3 25
ppm, tiram sekitar 100 900 ppm, udang/lobster sekitar 7 50 ppm dan didalam
air tanah tidak lebih dari 0,1 mg/L (Lindsay, 1972).
Keberadaan logam Seng (Zn) dapat berasal dari proses alamiah maupun
adisi dari limbah industri dan pertanian. Seng (Zn) adalah unsur hara mikro
esensial bagi manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi. Untuk logam
seng (Zn) yang berasal dari adisi limbah industri, umumnya terdapat dalam bentuk
Sphalerite (ZnS) dan Smithsonite (ZnCO3). Sekitar dari total Zn diperoleh dari
pembentukan logam dan masing masing komponen Zn tergantung jenis
industrinya.) Sumber logam Zn di perairan berasal dari material geokimia yang
terbawa atau ada pada sungai, bahan baku minyak, besi, cat dan sisa-sisa kaleng
bekas (Arifin, 2009).
Seng merupakan logam peralihan. Dalam sistem periodik, unsur transisi
terletak pada peralihan antara unsur dikiri dan dikanan, dengan konfigurasi
elektron terakhir pada kulit d (kulit d lebih stabil, berisi elektron penuh atau
setengah penuh) karena memiliki banyak elektron yang belum berpasangan,
logam transisi memiliki bilangan oksidasi lebih dari sejenisnya, mampu
membentuk ikatan antar atom yang kuat. Sehingga unsur-unsur transisi
mempunyai sifat keras dan kerapatannya tinggi serta penghantar listrik yang baik.
Kereaktifan logam Zn terhadap zat pengoksid sangat besar, jadi logam ini di alam
jarang ditemukan sebagai unsurnya. Bijih-bijih yang terpenting yang mengandung
unsur-unsur ini berupa oksida, karbonat dan sulfida (Hiller, 1971).
Dewasa ini pencemaran lingkungan khususnya perairan oleh logam berat
bukan hanya menjadi masalah nasional tetapi juga internasional. Pencemaran
logam berat dapat berasal dari kegiatan industri maupun alam. Pencemaran air
dapat berupa garam dari logam berat dan logam berat yang membentuk senyawa
toksik. Logam berat yang sering terdapat dalam pencemaran air adalah Hg, Pb,
Cd, Cr, Cu, Ni, dan Zn dalam bentuk senyawa toksik. Faktor yang menyebabkan
logam berat tersebut dikelompokkan ke dalam zat pencemar ialah 1) logam berat
tidak dapat terurai melalui biodegradasi seperti pencemar organik, 2) logam berat
dapat terakumulasi dalam lingkungan terutama dalam sedimen sungai dan laut,
karena dapat terikat dengan senyawa organik dan anorganik, melalui proses
adsorpsi dan pembentukan senyawa komplek. Karena logam berat dapat
terakumulasi dalam sedimen, maka kadar logam berat dalam sedimen lebih besar
dari air (Makara, 2003).
2.1.7 Prakonsentrasi
Meningkatnya kesadaran untuk dapat menganalisis unsur renik di dalam
sistem biologi, fisika dan kimia merupakan dorongan yang sangat kuat untuk
mendapatkan metode-metode baku, dengan kendala utama adalah kandungan
substansi yang sangat rendah serta kemungkinan terdapatnya sistem kompleks
yang dapat menggangu serta menyulitkan dalam analisis. Hal tersebutlah yang
menyebabkan
dikembangkan
secara
khusus
metodologi
dan
prosedural
analisis. Metode prakonsentrasi yang dipilih disesuaikan dengan jenis analit dan
metode analisis yang dipergunakan (Hala, 1997; Panggabean, dkk., 2007).
Metode prakonsentrasi yang ideal untuk ion logam renik harus
memenuhi criteria berikut:
(a) Berperan mengisolasi analit dari matriks secara simultan untuk menghasilkan
faktor pemekatan yang sesuai,
(b) Merupakan proses sederhana yang mampu mencegah kontaminasi,
menghasilkan blanko sampel dan memberikan limit deteksi yang rendah,
(c) Menghasilkan suatu larutan dengan matriks yang mirip dengan larutan blanko
analit (Corsini dkk, 1982).
Metode prakonsentrasi untuk ion logam berat renik yang umum
digunakan adalah metode ekstraksi pelarut. Metode ini memiliki kelemahan
karena memerlukan pelarut organik yang mahal dan sering kali memiliki sifat
toksik dan sangat berbahaya (Riley dan Taylor, 1968; Wan dkk., 1985; Canel,
2003).
Metode prakonsentrasi dengan menggunakan resin penukar kation
memiliki keunggulan dibanding cara prakonsentrasi yang lain, karena faktor
kehilangan analit dapat diminimalkan, jumlah resin yang sedikit (0,1-0,5 g), serta
dapat diregenerasi sehingga mampu digunakan berulangkali untuk analisis yang
sama (Hirano dan Nakajima, 2005).
2.1.8 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
2.1.8.1 Pengertian Spektrofotometer Serapan Atom
Spektrofotometri adalah metode analisa kimia berdasarkan spektroskopi.
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari interaksi gelombang elektromagnetik
(cahaya) dengan materi. Prinsip spektrofotometri adalah penyerapan cahaya oleh
materi (atom atau molekul) pada panjang gelombang tertentu.
Spektrofotometri Serapan Atom (Atomic Absorption Spectrometri) atau
yang biasa disebut dengan AAS, ialah suatu metode analisa yang digunakan untuk
menentukan unsur-unsur suatu bahan dengan kepekaan, ketelitian, serta
selektivitas yang tinggi yang didasarkan pada proses penyarapan energi radiasi
oleh atom-atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state). Absorpsi
yang dialami oleh seberkas sinar yang melalui sekumpulan atom-atom akan
bertambah sesuai dengan bertambahnya jumlah atom yang menyerap sinar pada
panjang gelombang tertentu. Prinsip AAS (Atomic Absorption spectrometri)
adalah penyerapan cahaya yang dilakukan oleh atom. Oleh karena itu sampel
harus diatomkan untuk menghasilkan atom bebas. AAS dapat digunakan untuk
analisis logam-logam dalam sampel. Non logam tidak bisa digunakan karena
sebelum jadi atom terbuang bersama gas buang (Day dan Underwood, 1989).
Cara kerja Spektroskopi Serapan Atom ini adalah berdasarkan atas
penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah
menjadi atom bebas. Atom tersebut mengapsorbsi radiasi dari sumber cahaya
yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung
unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada
panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono,1995).
2.1.8.2 Hukum Lambert Beer
Ditinjau dari hubungan konsentrasi dan absorpsinya, maka kita dapat
menggunakan hukum Lambert Beer untuk analisa kuantitatif yang berdasarkan
spektrometri.
Hukum Lambert Beer dapat ditulis sebagai berikut:
A= bC
keterangan:
A = Absorbansi
b = Panjang lintasan cahaya yang melewati sampel
= Absorpsivitas molar yang dipengaruhi jenis senyawa/unsur dan
C = Konsentrasi
Dari persamaan ini dapat diketahui bahwa absorbansi berbanding lurus
dengan konsentrasi atom.Sehingga dapat disimpulkan bahwa absorbansi (A)
barbanding lurus dengan absorptivitas molar (), semakin besar absorbansi maka
semakin besar pula nilai absorptivitas molar.Untuk memperoleh nilai absorbansi
maka terlebih dahulu harus diketahui nilai transmitansi (%T).
Transmitansi merupakan bagian dari cahaya yang diteruskan (I) dengan
cahaya yang masuk (Io) di mana dapat dirumuskan sebagai berikut:
T
sedangkan absorbansi (A) adalah banyaknya cahaya yang diserap di mana
absorbansi berbanding terbalik dengan transmitansi. Hubungan ini dapat dilihat
dari persamaan berikut:
A = - log T
= - log
= log
Energi radiasi yang diserap oleh atom menimbulkan keadaan energi
elektronik yaitu tereksitasinya elektron dalam kulit terluar atom ke tingkat energi
yang lebih tinggi (exited state). Pengurangan intensitas radiasi yang terjadi
sebanding dengan jumlah atom pada tingkat energi dasar yang menyerap energi
radiasi tersebut. Dengan mengukur intensitas radiasi yang diteruskan berbanding
dengan intensitas radiasi yang masuk (transmitansi), maka konsentrasi-konsentrasi
dapat ditentukan. (Day dan Underwood, 1989).
tabung
katode
berongga
pemenggal
monokromator detektor
putar
nyala
a-c
penguat pembacaan
+
bahan sampel
bakar
oksigen
berikut:
As = bcs
y=
y = Absorbansi
Absorbansi
larutan
standar
x = Konsentrsai
a = Intersep
Konsentrasi
sampel
b = Slope
Konsentrasi
larutan
Gambar
2.5 Kurva
kalibrasi (Darmono, 1995).
standar
Landasan Empiris
Beberapa penelitian tentang
polistyrene
divinylbenzene-1-(2-pyridilazo)
2-naphtol
serta
penggunaannya dalam modul prakonsentrasi ion logam berat. Kajian sifat retensi
resin pengkhelat hasil sintesis terhadap Pb(II), menunjukkan bahwa Pb(II)
teretensi secara optimum pada pH 6,12 (100%), waktu kontak minimum 5 menit
dengan kapasitas retensi 0,48 mg Pb2+/gram resin.
2.3
Hipotesis Penelitian
1. Resin Kation Asam Kuat DOWEX 50W-X8 memiliki retensi dan kinerja
analitik yang baik dalam tahapan prakonsentrasi untuk analisis ion Zn(II)