Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM LINGKUNGAN
ANALISIS BESI DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI
DISUSUN OLEH :

NAMA : Rendy Andika . H


NIM : 185100907111020
KELOMPOK : O4
ASISTEN :
Ahmad Raihan Darmawan Nazarina Firda
Nina Wahyuwardani Dinda Amelia Ramadhani
Made Dewi Suastini Rafika Aisha Damayanti
Zalfa Karin Dianita Dwi Agustin

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sekarang ini memerlukan banyak zat besi didalam tubuh untuk membawa
oksigen dan mengantarkannya kejaringan tubuh.Kekurangan suatu zat besi yang
dapat menyebabkan anemia, pusing dll.Yang dimana kita ketahui besi yaitu logam
yang beraneka ragam penggunaannya serta melimpah keberadaannya.Besi yang
dapat dikonsumsi oleh manusia dalam bentuk ionnya yaitu Fe2+ dan Fe3+. Besi esensial
memproduksi hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut oksigen dari paru-paru
ke jaringan tubuh.
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi dan jarang ditemukan dalam
keadaan unsur bebas.Besi banyak digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari
dan juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.Besi adalah logam paling melimpah
nomor dua setelah setelah alumunium.Bumi kita ini juga mengandung unsur
Besi.Selain itu, besi juga memiliki sifat fisika dan sifat kimia.
Spektrofotometri merupakan salah satu cabang analisis instrumental yang
mempelajari interaksi anatara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik.
Interaksi antara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik dapat berupa
hamburan (scattering), absorpsi (absorption), emisi (emission). Interaksi antara radiasi
elektromagnetik dengan atom atau molekul yang berupa absorbsi melahirkan
spektrofotometri absorpsi antara lain spektrofotometri ultraviolet (UV), spektrofotometri
sinar tampak (VIS), spektofotometri infra merah (IR).

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat melakukan analisis air dengan parameter Besi (Fe) dalam
sampel air secara Spektrofotometri.
b. Mahasiswa dapat memahami metode tiosianat dalam melakukan analisis besi
menggunakan spektofotometri.
c. Mahasiswa dapat mengetahui penentuan kadar besi dalam air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jelaskan Pengertian Sifat Besi Dalam Kandungan Air
Buangan industri yang mengandung persenyawaan logam berat Fe bukan hanya
bersifat toksik terhadap tumbuhan tetapi juga terhadap hewan dan manusia. Hal ini berkaitan
dengan sifat-sifat logam berat yang sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam
lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit dihilangkan, dapat terakumulasi
dalam biota perairan termasuk kerang, ikan dan sedimen, memiliki waktu paruh yang tinggi
dalam tubuh biota laut serta memiliki nilai factor konsentrasi yang besar dalam tubuh
organisme. Logam Fe merupakan logam essensial yang keberadaannya dalam jumlah
tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebih dapat
menimbulkan efek racun. Tingginya kandungan logam Fe akan berdampak terhadap
kesehatan manusia diantaranya bisa menyebabkan keracunan (muntah), kerusakan usus,
penuaan dini hingga kematian mendadak, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker,
sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, hepatitis, hipertensi, insomnia
(Supriyantini dan Endrawati ,2015).
Kandungan besi dalam air dapat berasal dari larutan batu-batuan yang mengandung
senyawa Fe seperti Pyrit. Dalam buangan limbah industri kandungan besi berasal dari korosi
pipa-pipa air mineral logam sebagai hasil elektro kimia yang terjadi pada perubahan air yang
mengandung padatan larut mempunyai sifat menghantarkan listrik dan ini mempercepat
terjadinya korosi. Mangan tidak bersifat toksik tetapi keberadaannya dapat mengendalikan
kadar unsur toksik lainnya di perairan seperti logam berat Dan kandungan timbal banyak
digunakan dalam bidang industri, seperti industri kimia, industri percetakan, dan industri yang
memproduksi logam, dan cat serta asap dari kendaraan bermotor. Pb yang berasal dari limbah
buangan pabrik dapat mancemari lingkungan perairan sungai, Pb dalam tubuh akan
terakumulasi sehingga mengakibatkan penumpukan dalam tubuh dan menimbulkan
kerusakan organ tubuh (Fathirizki et all,2018).
Bahan polutan umumnya bersifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme.
Polutan yang sering ditemukan seperti seng (Zn), timbal (Pb), cadmium (Cd), dan terutama
terdapat di besi (Fe)(2). Besi (Fe) secara alami elemen yang melimpah di alam, Fe bersifat
resisten korosif, padat dan memiliki titik lebur yang rendah. Apabila terakumulasi di dalam
tubuh Fe dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan, misalnya pada manusia
menyebabakan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu pernafasan dan menyebabkan kanker
dalam jangka panjang(2). Sesuai penelitian sebelumnya yang menunjukan adanya kandungan
besi, dengan kadar besi dalam air berada pada rentang 0,7486- 39,2775 ppm dan penelitian
yang dilakukan dialiran sungai yang melewati Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh kandungan
rata-rata 7,40;2,00; dan 0,73mg/L, rata-rata ini berada diatas baku mutu air minum (kelas 1)
yang diperbolehkan untuk dikonsumsi (Nurhaini dan Affandi ,2016).

2.2 Jelaskan Pengertian Dan Prinsip Kerja Spektrofotometer


Spektrofotometer adalah alat yang terdiri atas spektrometer dan
fotometer.Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat untuk mengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
diabsorpsi.Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang
Spektrofotometer merupakan alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer
ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri (Hayati,2015).
Prinsip kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu apabila cahaya monokromatik melalui
suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (I), sebagian dipantulkan (lr),
dan sebagian lagi dipancarkan (It). Aplikasi rumus tersebut dalam pengukuran kuantitatif
dilaksanakan dengan cara komparatif menggunakan kurva kalibrasi dari hubungan
konsentrasi deret larutan alat untuk analisa suatu unsur yang berkadar rendah baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif, pada penentuan secara kualitatif berdasarkan puncak-
puncak yang dihasilkan spektrum dari suatu unsur tertentu pada panjang gelombang tertentu,
sedangkan penentuan secara kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari
spektrum dengan adanya senyawa pengompleks sesuai unsur yang dianalisisnya
(Yanlinastuti dan Fatimah,2016).
Prinsip dari analisis spektroskopi sendiri yaitu cahaya dari spektrometer yang
terdifraksi menggunakan difraktometer (cermin / prisma), sehingga cahaya terbagi menjadi
dua dengan itensitas yang sama. Sebagian cahaya melalui pelarut dengan intensitas sebesar
I o ,dan sebagian lagi melalui sampel dengan intesnsitas I. Kemudian hubungan antara I o
dengan I. Atau dapat dikatakan bagian cahaya yang diteruskan disebut transmisi (T) dan
bagian yang diserap oleh sampel disebut (A) (Putri,2017).

2.3 Jelaskan Mengenai Larutan Tiosianat


Tiosianat adalah senyawa yang mempunyai sifat goitrogenik. Sifat ini akan
menyebabkan gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI). Penentuan tiosianat dapat
dilakukan dengan mereaksikan ninhidrin 1% dan oksidator hipoklorit membentuk senyawa
hidrindantin biru dalam suasana basa. Senyawa hidrindantin biru yang terbentuk dianalisa
secara spektrofotometri pada panjang gelombang maksimum 590 nm. Variabel penelitian ini
meliputi waktu pengukuran dari 10-40 menit, pH larutan 9-14, dan konsentrasi hipoklorit 0,02-
0,2 M sebagai oksidator dalam reaksi oksidasi tiosianat menjadi sianida untuk pembentukan
senyawa hidrindantin. Hasil penelitian menunjukkan waktu optimum reaksi oksidasi tiosianat
menjadi sianida untuk pembentukan senyawa hidrindantin adalah 10 menit dan stabil sampai
menit ke-20. Reaksi oksidasi tiosianat menjadi sianida dan pembentukan senyawa hidrindantin
secara optimum terjadi pada pH 12,5, konsentrasi optimum hipoklorit yang digunakan pada
proses oksidasi tiosianat adalah 0,15 M (Kusumaningtyas et all,2015).
Tiosianat (SCN) merupakan alternatif yang baik karena merupakan reagen asam stabil
yang dapat digunakan untuk pelarutan emas dalam lingkungan asam sehingga tidak
diperlukan lagi proses netralisasi. Sistem tiosianat memberikan hasil sama baiknya dengan
sianida namun jauh lebih baik daripada tiourea yaitu pada konsumsi SCN (<1 kg/t) dengan
ekstraksi emas maksimal antara 92-96% selama 24 jam . Potensi penggunaan tiosianat
menjadi pertimbangan dalam pelindian emas, karena toksisitas jauh lebih rendah daripada
garam sianida . Pelindian dengan tiosianat membutuhkan oksidator yang tepat untuk menjaga
kestabilan ion tiosianat (SCN - ). Oksidator ferric ion (Fe 3+ ) dipilih karena dapat meningkatkan
stabilitas SCN - dibandingkan dengan oksigen yang membuat laju pelarutan sangat lambat
sehingga menyebabkan tiosianat sangat cepat teroksidasi oleh hidrogen peroksida (Mufakhir
et all,2019).

2.4 Penjelasan Umum Metode Analisis Besi Dalam Kandungan Air


Kandungann logam berat Fe dalam sampel air, sedimen dan kerang hijau dianalisis di
Laboratorium Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BTPPI) Semarang
dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). Analisis
kandungan logam berat Fe untuk sampel air dilakukan dengan mengambil 250 ml sampel air
laut kedalam corong pemisah polyetilen yang sudah disaring dengan menggunakan kertas
saring berukaran 0,45 µm dengan menambahkan amonium pirolidin ditiokarbonat (APDC) dan
metil isobutil keton (MIBK) sampai fase organik dan fase air terpisah. Fase organik digunakan
untuk membuat larutan standar dan kemudian ditambahkan HNO3 pekat dan air suling bebas
ion sampai kedua fase terpisah. Fase air ditampung untuk diaspirasikan pada AAS
(Supriyantini dan Endrawati,2015).
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui kadar besi yang terdapat di dalam suatu
sampel air dengan menggunakan metode spektrofotometer. Pengukuran besi (Fe) dilakukan
di influent dan effluent setiap running. Konsentrasi besi disesuaikan dengan konsentrasi air
sampel yang digunakan. Sehingga, tidak ditentukan konsentrasinya seperti kalsium (Ca2+).
Kadar besi pada air sampel sebelum ditambahkan kapur adalah 0,245 mg/L. Tetapi, setelah
dilakukan penambahan kapur kadar influent air sampel buatan berubah tiap harinya dan
cenderung menurun. Perubahan konsentrasi ini sangat erat hubungannya dengan derajat
keasaman (pH) pada air sampel. Di dalam sistem air alami dan juga di dalam sistem
pengolahan air, senyawa besi (Fe) berubah-ubah tergantung derajat keasaman (pH) air. Di
dalam sistem air alami pada kondisi reduksi, besi pada umumnya memiliki valensi dua yang
larut dalam air. Oleh karena itu dalam sistem pengolahan air senyawa besi bervalensi dua
tersebut dengan berbagai cara oksidasi diubah menjadi senyawa yang mempunyai valensi
yang lebih tinggi yang tak larut di dalam air sehingga dapat dengan mudah dipisahkan secara
fisik (Dinora dan Purnomo,2013).

2.5 Jelaskan Bahaya Kandungan Besi Dalam Air


Buangan industri yang mengandung persenyawaan logam berat Fe bukan hanya
bersifat toksik terhadap tumbuhan tetapi juga terhadap hewan dan manusia. Hal ini berkaitan
dengan sifat-sifat logam berat yang sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam
lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit dihilangkan, dapat terakumulasi
dalam biota perairan termasuk kerang, ikan dan sedimen, memiliki waktu paruh yang tinggi
dalam tubuh biota laut serta memiliki nilai factor konsentrasi yang besar dalam tubuh
organisme. Logam Fe merupakan logam essensial yang keberadaannya dalam jumlah
tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebih dapat
menimbulkan efek racun. Tingginya kandungan logam Fe akan berdampak terhadap
kesehatan manusia diantaranya bisa menyebabkan keracunan (muntah), kerusakan usus,
penuaan dini hingga kematian mendadak, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker,
sirosis ginjal, sembelit, diabetes, diare, pusing, mudah lelah, hepatitis, hipertensi, insomnia
(Supriyantini dan Endrawati,2015).
Bahan polutan umumnya bersifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme.
Polutan yang sering ditemukan seperti seng (Zn), timbal (Pb), cadmium (Cd), dan terutama
terdapat di besi (Fe)(2). Besi (Fe) secara alami elemen yang melimpah di alam, Fe bersifat
resisten korosif, padat dan memiliki titik lebur yang rendah. Apabila terakumulasi di dalam
tubuh Fe dapat menyebabkan beberapa gangguan kesehatan, misalnya pada manusia
menyebabakan iritasi pada kulit dan mata, mengganggu pernafasan dan menyebabkan kanker
dalam jangka panjang(2). Sesuai penelitian sebelumnya yang menunjukan adanya kandungan
besi, dengan kadar besi dalam air berada pada rentang 0,7486- 39,2775 ppm dan penelitian
yang dilakukan dialiran sungai yang melewati Kecamatan Gambut dan Aluh-Aluh kandungan
rata-rata 7,40;2,00; dan 0,73mg/L, rata-rata ini berada diatas baku mutu air minum (kelas 1)
yang diperbolehkan untuk dikonsumsi (Nurhaini dan Affandi ,2016).
BAB III METODOLOGI

3.1 Alat bahan dan fungsi


a. Kuvet : Berfungsi sebagai wadah untuk pengujian spektrofotometer
b. Gelas beaker : Berfungsi sebagai wadah larutan sementara
c. Pipet tetes : Berfungsi untuk mengambil larutan dalam bentuk tetesan
d. Spektrofotometer : Berfungsi sebagai alat pengujian absorbansi sampel
e. Labu ukur : Berfungsi sebagai alat untuk pengenceran air
f. Pipet volume : Berfungsi untuk mengambil larutan dalam volume tertentu
g. Cawan porselen : Berfungsi sebagai wadah bahan saat dilakukan penimbangan
h. Pengaduk kaca : Berfungsi untuk menghomogenkan larutan
i. Laptop : Berfungsi untuk membuat kurva kalibrasi
j. Aquades : Berfungsi untuk mengencerkan larutan
k. Ferri ammonium sulfat : Berfungsi sebagai larutan standar besi
l. Potasium tiosianat (KSCN) : Berfungsi sebagai indikator warna besi
m. Larutan HCl : Berfungsi sebagai pelarut larutan KSCN
n. Larutan sampel : Berfungsi sebagai bahan yang akan diuji

3.2 Cara Kerja


3.2.1 Pembuatan larutan standar
Alat dan bahan

Disiapkan

0.0432 gr Ferri ammonium


sulfat
Dilarutkan dalam air 50 ml

0.5 ml HCl pekat


Ditambahkan dalam larutan dan
Diencerkan hingga 50 ml
5 mg serbuk besi
Dilarutkan didalam 5 ml larutan
HCl 1:3, kemudian dididihkan dan
Diencerkan hingga hingga 50 ml
10 mg pottasium
tiosianat
Dilarutkan dalam 50 ml aquades

Hasil
3.2.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Alat dan bahan

Disiapkan

Larutan standar besi


(0.1), (0.2), (0.3), (0.4) ml
Dimasukkan dalam 4 labu ukur 50 ml

5 ml larutan
potassium tiosianat

Ditambahkan dalam masing- masing labu ukur

3 ml HCl

Ditambahkan dalam masing- masing labu ukur

Aquades
Ditambahkan ke dalam labu ukur
hingga tanda batas
Spektrofotometer
Digunakan untuk mengukur
Serapan dari semua larutan
Pada 460 nm lalu buat kurva
Hasil
kalibrasinya
3.2.3 Cara Kerja Spektrofotometri

Alat dan bahan

Disiapkan

Spektrofotometri

Dicolokkan ke stopkontak
Tombol ON

Ditekan

Panjang gelombang

Diatur 460 nm
Spektrofotometer

Dikalibrasi dengan menggunakan aquades


Tombol 100%

Ditekan

Tombol a
Ditekan sampai muncul angka
0.0 pada display
Larutan 0.1
Dimasukkan ke dalam
spektrofotometer
Tombol %T

Ditekan

Aquades
Dimasukkan dalam spektrofotometer,
Lalu ulangi untuk larutan
(0.2)(0.3)(0.4) ml
Hasil
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Praktikum
➢ Praktikan
No. Volume (mL) Konsentrasi (x) Absorbansi (y)
1. 0,1 0,885 -0,097
2. 0,2 0,4475 -0,023
3. 0,3 0,2983 -0,01
4. 0,4 0,22375 0,06
Rata-rata -0,0175

➢ Asisten
No. Volume (mL) Konsentrasi (x) Absorbansi (y)
1. 0,1 0,885 0,067
2. 0,2 0,4475 0,065
3. 0,3 0,2983 0,062
4. 0,4 0,22375 0,060
Rata-Rata 0,0635

4.2 Data Hasil Perhitungan


➢ Molaritas Larutan Standar
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑉

0,0432 1000
= ×
482,25 50

= 0,001792

➢ Nilai rata-rata absorbansi


−0,097−0,023−0,01+0,06
Praktikan : 4
= -0,0175
0,067+0,065+0,062+0,060
Asisten : 4
= 0,0635

➢ Molaritas larutan sampel


*V2=0,1 mL
M1xV1=M2xV2
0,00179x50=M2x0,1
0,00179𝑥50
M2= 0,1
= 0,895
*V2=0,2 mL
M1xV1=M2xV2
0,00179x50=M2x0,2
0,00179𝑥50
M2= 0,2
= 0,4475
*V2=0,3 mL
M1xV1=M2xV2
0,00179x50=M2x0,3
0,00179𝑥50
M2= 0,3
= 0,298
*V2=0,4 mL
M1xV1=M2xV2
0,00179x50=M2x0,4
0,00179𝑥50
M2= 0,4
= 0,22375
4.3 Analisa Data Hasil Praktikum
Berdasarkan tabel data yang telah didapat antar tabel praktikan dan asisten. Untuk
data volume dapat diketahui dan memiliki jumlah volume yang sama yaitu 0,1, 0,2, 0,3 dan
0,4. Kemudian untuk data konsentrasi juga memiliki nilai yang sama yaitu 0,885; 0,4475;
0,2983 dan 0,22375. Kedua data sama dikarenakan proses perhitungan menggunakan rumus
yang sama yaitu rumus molaritas. Akan tetapi mengalami perbadaan data pada absorbansi
dikarenakan nilai yang didapat berasal dari pengukuran. Terdapat perbedaan dimana nilai
absorbansi data praktikan sangat fliktuatif yaitu -0,097; -0,023; -0,01 dan 0,06 dengan rata-
rata -0,0175, hal ini bisa terjadi akibat kesalahan dalam proses pengukuran dengan
spektrofotometer atau adanya kerusakan pada alat. Di sisi lain data asisten mengalami
penurunan absorbansi yang cukup stabil yaitu 0,067; 0,065; 0,062 dan 0,060 dengan rata-
rata-0,0635. Dan jika dibandinglkan keduanya memiliki perbedaan antar nilai yang ada bahkan
nilainya sampai minus (-).

4.4 Analisa Perhitungan


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan Langkah pertama untuk mencari data
perhitungannya dimulai dengan mencari nilai molaritas larutan standart dengan rumus 𝑀 =
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀𝑟
𝑥 𝑉
, Dimana berat yang dipakai 0,0432 gr, Mr-nya 482,25 dan volumenya 50 ml.
Sehingga didapatkanlah nilai molaritasnya sebesar 1,79 x 10-3. Setelah itu mencari M2
dengan rumus M1 x V1 = M2 x V2 sehingga didapatkan nilai M2 untuk masing-masing volume
baru yaitu untuk 0,1 adalah 0,895, untuk 0,2 adalah 0,4475, untuk 0,3 adalah 0,298 dan untuk
0,4 adalah 0,22375. Setelah itu data dari tabel data hasil praktikum diinput ke dalam excel dan
dibuat grafiknya sehingga didapatkan persamaan y. Untuk pesamaan y praktikan didapatkan
y = -0,2027x+0,0765 dengan nilai X = 0,52 Kemudian untuk persamaan y asisten didapatkan
y = 0,0097x – 0,059 dengan nilai X = 0,463. Dan jika dibandinglkan keduanya memiliki
perbedaan antar nilai yang ada bahkan nilainya sampai minus (-).

4.5 Grafik Dan Analisa Grafik


Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dan didapatkannya data hasil
praktikum dan perhitungan maka dapat dibuat grafik hubungan antara absorbansi dan
konsentrasi diatas. Grafik hubungan antara absorbansi dan konsentrasi data praktikan terlihat
sangat fluktuatif. Hal tersebut diakibatkan nilai absorbansi setiap volumenya memiliki
perbedaan yang sangat besar. Nilai absorbansi untuk volume 0,1 adalah -0,097, untuk volume
0,2 adalah -0,023, untuk volume 0,3 adalah -0,01 dan untuk volume 0,4 adalah 0,06. Grafik
hubungan antara absorbansi dan konsentrasi data asisten terlihat sangat stabil cenderung
turun. Hal tersebut diakibatkan nilai absorbansi setiap volumenya memiliki perbedaan yang
kecil. Nilai absorbansi asisten untuk volume 0,1 adalah 0,067, untuk volume 0,2 adalah 0,065,
untuk volume 0,3 adalah 0,062 dan untuk volume 0,4 adalah 0,060. Secara teori seharusnya
semakin besar volume larutan, maka nilai absorbansinya akan semakin kecil seperti pada
grafik asisten. Akan tetapi pada grafik praktikan terjadi peningkatan nilai absorbansi pada
volume 0,3 dan terjadi nilai minus pada volume 0,4. Hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesa
awal yang kemungkinan diakibatkan oleh peralatan yang kurang bersih , faktor larutan yang
kurang tercampur rata ataupun sifat larutan yg bisa menempel didinding kuvetnya sehingga
nilai yg didapatkan kurang akurat.

4.6 Pembahasan
4.6.1 Pengaruh Pottasium Tiosianat Dalam Larutan
Penelitian analisa Fe(III) masih belum dilakukan dengan adanya pengaruh gangguan
ion As3+. Ion As3+ termasuk dalam golongan logam berat yang merugikan dan kemungkinan
mengganggu analisa pengukuran Fe(III) dalam batuan. Oleh karena itu, dilakukan analisa
gangguan ion As3+ dengan menghitung konsentrasi As3+ secara presisi dan akurasi dimana
ion tersebut kemungkinan dapat mengganggu analisa besi dalam cuplikan. Pada penentuan
analisa Fe(III) ini, digunakan pengompleks 1,10-fenantrolin dan tiosianat yang diukur panjang
gelombangnya dengan metode spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum larutan kompleks Fe(III)- fenantrolin dan Fe(III)-tiosianat. Terdapat perbedaan
dimana nilai absorbansi data praktikan sangat fliktuatif yaitu -0,097; -0,023; -0,01 dan 0,06
dengan rata-rata -0,0175 mungkin hal tersebut yg mempengaruhi nilai praktikum kali ini
(Agustina, 2017)

4.6.2 Hubungan Nilai Absorbansi Dengan Konsentrasi


Cahaya yang diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang
hamburkan diukur sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau
Hukum Beer yang berbunyi, “jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan
sebagainya) yang diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi
eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan. Apabila radiasi atau cahaya putih dilewatkan
melalui larutan berwarna, maka radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan diserap
(absorbsi) secara selektif dan radiasi lainnya akan diteruskan (transmisi). Absorbansi adalah
perbandingan intensitas sinar yang diserap dengan intensitas sinar datang. Nilai absorbansi
ini akan bergantung pada kadar zat yang terkandung di dalamnya, semakin banyak kadar
zat yang terkandung dalam suatu sampel maka semakin banyak molekul yang akan
menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu sehingga nilai absorbansi semakin
besar atau dengan kata lain nilai absorbansi akan berbanding lurus dengan konsentrasi zat
yang terkandung didalam suatu sampel . Jika diambil kesimpulan dari nilai hasil praktikum,
maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak volume larutan besi maka akan semakin
kecil nilai absiobansinya. (Neldawati, 2013).

4.6.3 Perbandingan Nilai Konsentrasi Besi Dengan Baku Mutu


Hasil nilai konsentrasi masing-masing volume yaitu untuk 0,1 adalah 0,885, untuk 0,2
adalah 0,4475, untuk 0,3 adalah 0,2983 dan untuk 0,4 adalah 0,22375. Kadar Fe di perairan
pada rentang 0,75-39,28 ppm, sedangkan baku mutu Fe di perairan yaitu 0,3 ppm menurut
Peraturan Daerah Jawa Timur No 2 Tahun 2008. Kenaikan nilai Fe terjadi pada daerah
Canggu karena sebelum daerah Canggu ini terdapat industri besi dan baja yang
menghasilkan limbah cair buangan dari industri ini, sehingga limbah yang dihasilkan memiliki
kadar Fe yang tinggi. (Putri, 2013).

4.6.4 Pengaruh Yang Ditimbulkan Jika Air Yang Mengandung Besi Dikonsumsi Oleh
Makhluk Hidup
Besi (Fe) dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya besi dalam
tubuh dikendalikan oleh fase adsorpsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan besi
(Fe), karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam
karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual
apabila dikonsumsi. Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis yang besar dapat
merusak dinding usus. Kematian sering disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar
Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila
kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk.
Debu Fe juga dapat diakumulasi dalam alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi
paruparu (Febriana, 2014).

4.6.5 Faktor Yang Mempengaruhi Praktikum


Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi praktikum terdapat dua secara umum yaitu
kesalahan alat dan kesalahan manusia (praktikan). Pada praktikum kali ini kesalahan yang
dapat diakibatkan oleh manusia (praktikan) antara lain bisa terjadi ketika menimbang
serbung besi atau pun saat memindahkan larutan. Untuk kesalahan alat adalah kurang
bekerja dengan baiknya instrument praktikum dikarenakan alat yang kurang stabil
dikarenakan usianya atau faktor lainya seperti kurang bersihnya kuvet yang digunakan saat
pengukuran absorbansi.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Buangan industri yang mengandung persenyawaan logam berat Fe bukan hanya bersifat
toksik terhadap tumbuhan tetapi juga terhadap hewan dan manusia. Hal ini berkaitan dengan
sifat-sifat logam berat yang sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan
perairan dan keberadaannya secara alami sulit dihilangkan, dapat terakumulasi dalam biota
perairan termasuk kerang, ikan dan sedimen, memiliki waktu paruh yang tinggi dalam tubuh
biota laut serta memiliki nilai factor konsentrasi yang besar dalam tubuh organisme. Logam Fe
merupakan logam essensial yang keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan
oleh organisme hidup, namun dalam jumlah berlebih dapat menimbulkan efek racun.
Tingginya kandungan logam Fe akan berdampak terhadap kesehatan manusia diantaranya
bisa menyebabkan keracunan (muntah), kerusakan usus, penuaan dini hingga kematian
mendadak, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, kanker, sirosis ginjal, sembelit, diabetes,
diare, pusing, mudah lelah, hepatitis, hipertensi, insomnia . praktikum yang ke 6 kali ini
membahas analisis kadar besi dalam perairan. Tujuan praktikum kali ini adalah mahasiswa
dapat melakukan analisis air dengan parameter Besi (Fe) dalam sampel air secara
Spektrofotometri, mahasiswa dapat memahami metode tiosianat dalam melakukan analisis
besi menggunakan spektofotometri dan mahasiswa dapat mengetahui penentuan kadar besi
dalam air. dan metode yang digunakan untuk analisis besi adalah spektrofotometri dengan
potasium tiosianat.
Berdasarkan tabel data yang telah didapat antar tabel praktikan dan asisten. Untuk
data volume dapat diketahui dan memiliki jumlah volume yang sama yaitu 0,1, 0,2, 0,3 dan
0,4. Kemudian untuk data konsentrasi juga memiliki nilai yang sama yaitu 0,885; 0,4475;
0,2983 dan 0,22375. Kedua data sama dikarenakan proses perhitungan menggunakan rumus
yang sama yaitu rumus molaritas. Akan tetapi mengalami perbadaan data pada absorbansi
dikarenakan nilai yang didapat berasal dari pengukuran. Terdapat perbedaan dimana nilai
absorbansi data praktikan sangat fliktuatif yaitu -0,097; -0,023; -0,01 dan 0,06 dengan rata-
rata -0,0175, hal ini bisa terjadi akibat kesalahan dalam proses pengukuran dengan
spektrofotometer atau adanya kerusakan pada alat. Di sisi lain data asisten mengalami
penurunan absorbansi yang cukup stabil yaitu 0,067; 0,065; 0,062 dan 0,060 dengan rata-
rata-0,0635. Dan jika dibandinglkan keduanya memiliki perbedaan antar nilai yang ada bahkan
nilainya sampai minus (-).Langkah pertama untuk mencari data perhitungannya dimulai
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
dengan mencari nilai molaritas larutan standart dengan rumus 𝑀 = 𝑀𝑟
𝑥 𝑉
.

5.2 Saran
Menurut saya praktikum kali ini sudah berjalan lancar , namun saya lebih
menginginkan praktikum secara langsung karena saya juga menginginkan skill dalam
melakukan praktikum ini dan semoga wabah ini segera berakhir.
DAFTAR PUSTAKA
Afriani S, Idiawati N, Destiarti L, Arianie L . 2014. Uji Aktivitas Antioksidan Daging Buah Asam
Paya (Eleiodoxa conferta Burret) Dengan Metode DPPH Dan Tiosianat . JKK,Tahun
2014,Volum 3(1)
Dinora G Q , Purnomo Alfan . 2013 . Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah
dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih . JURNAL
TEKNIK POMITS Vol 2 No 2.
Fathirizki A K , Kamarati, Ivanhoe A M , Sumaryono M. 2018. Kandungan Logam Berat Besi
(Fe), Timbal (Pb) dan Mangan (Mn) Pada Air Sungai Santan. JURNAL Penelitian
Ekosistem Dipterokarpa Vol 4 No 1.
Hayati E I .2015 . Pemanfaatan Serbuk Biji Asam Jawa (Tamarindusindica L) Untuk
Pengolahan Limbah Cair Industri Tempe . Skipsi . Semarang : UNS .
Kusumaningtyas N M, Sulistyarti H, Fardiyah Q .2015. Optimasi Metode Spektrofotometri
Untuk Penentuan Tiosianat Berdasarkan Pembentukan Senyawa Hidrindantin
Menggunakan Oksidator Hipoklorit . Kimia Student Journal Vol 1 No 1.
Mufakhir F R, Sinaga J M, Oediyani S, Widi A . 2019. Pelarutan Emas pada Pelindian
Konsentrat Emas Hasil Roasting Menggunakan Reagen Tiosianat . Jurnal Rekayasa
Proses, Vol 12 No 1.
Nurhaini R ,Affandi A . 2016. Analisa Logam Besi (Fe) Di Sungai Pasar Daerah Belangwetan
Klaten Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Ilmiah Manuntung Vol 2
No 1.
Putri L E . 2017 . Penentuan Konsentrasi Senyawa Berwarna KmnO 4 Dengan Metoda
Spektroskopi UV Visible.Jurnal Natural Science Volume 3 Nomor 1.
Supriyantini E , Endrawati H .2015. Kandungan Logam Berat Besi (Fe) Pada Air, Sedimen,
Dan Kerang Hijau (Perna viridis) Di Perairan Tanjung Emas Semarang. Jurnal Kelautan
Tropis Juni 2015 Vol 18 No 1.
Yanlinastuti, Fatimah S . 2016. Pengaruh Konsentrasi Pelarut Untuk Menentukan Kadar
Zirkonium Dalam Paduan U-Zr Dengan Menggunakan Metode Spektrofometri UV-VIS .
Jurnal Batan Vol 17 no 9.
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Agustina, Nur Azizah. 2017. The Effect Of As3+ Ion On Iron(III) Analysis With 1,10-Penantroline
And Thiocyanate Using Spectrophotometry UV-VIS. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh November
Febrina, Laila dan Astrid Ayuna. 2014. Studi Penurunan Kadar Besi (Fe) Dan Mangan (Mn)
Dalam Air Tanah Menggunakan Saringan Keramik. Jurnal Teknologi Jakarta:
Universitas Sahid Jakarta
Neldawati, Ratnawulan dan Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi Dalam Penentuan Kadar
Flavonoid Untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. Padang: Universitas Negeri
Padang
Putri, Arum Darastha Nilna, Yudhi Utomo dan Irma K. Kusumaningrum. 2013. Analisis
Kandungan Besi Di Badan Air Dan Sedimen Sungai Surabaya.
LAMPIRAN
LAMPIRAN TAMBAHAN
Data Hasil Praktikum
➢ Praktikan
No. Volume (mL) Konsentrasi (x) Absorbansi (y)
1. 0,1 0,885 -0,097
2. 0,2 0,4475 -0,023
3. 0,3 0,2983 -0,01
4. 0,4 0,22375 0,06
Rata-rata -0,0175

➢ Asisten
No. Volume (mL) Konsentrasi (x) Absorbansi (y)
1. 0,1 0,885 0,067
2. 0,2 0,4475 0,065
3. 0,3 0,2983 0,062
4. 0,4 0,22375 0,060
Rata-Rata 0,0635

4.2 Data Hasil Perhitungan


➢ Molaritas Larutan Standar
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑀= 𝑥
𝑀𝑟 𝑉

0,0432 1000
= ×
482,25 50

= 0,001792

➢ Nilai rata-rata absorbansi


−0,097−0,023−0,01+0,06
Praktikan : 4
= -0,0175
0,067+0,065+0,062+0,060
Asisten : = 0,0635
4

➢ Molaritas larutan sampel


*V2=0,1 mL
M1xV1=M2xV2
0,00179x50=M2x0,1
0,00179𝑥50
M2= 0,1
= 0,895
*V2=0,2 mL
M1xV1=M2xV2
0,00179x50=M2x0,2
0,00179𝑥50
M2= 0,2
= 0,4475
*V2=0,3 mL
M1xV1=M2xV2
0,00179x50=M2x0,3
0,00179𝑥50
M2= 0,3
= 0,298
*V2=0,4 mL
M1xV1=M2xV2
0,00179x50=M2x0,4
0,00179𝑥50
M2= 0,4
= 0,22375
➢ Nilai Konsentrasi Besi Pada Kedua Sampel

Anda mungkin juga menyukai