Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS INSTRUMENT

”ANALISIS KADAR Fe2+ DALAM AIR SUMUR LORONG


PELANGI MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
DENGAN METODE ADISI STANDAR”

OLEH

NAMA KELOMPOK IV : SARMA


ZULIYAMA
ROSTINA
HESTI
ANNA PURNAMASARI

ASISTEN PEMBIMBING : LAODE MUH. ALIBONTO, S.Pd

LABORATORIUM PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diperiksa dengan teliti dan disetujui oleh asisten pembimbing

praktikum analisis instrument percobaan I ” Analisis Kadar Fe2+ dalam Air Sumur

Lorong Pelangi Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis dengan Metode Adisi

Standar “ yang dilaksanakan pada :

Hari/Tanggal : Sabtu, 20 November 2019

Waktu : 13.30 WITA

Tempat : Laboratorium Pendidikan Kimia Universitas Halu Oleo Kendari

Kendari, Desember 2019


Menyutujui
Asisten Pembimbing

Laode Muh. Alibonto, S.Pd


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan yang terjalin dimuka bumi tidak terlepas dengan keberadaan

lingkungan sebagai tempat kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan

sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang

tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi

ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik

tersebut. Lingkungan yang berada disekitar tergolong menjadi dua kategori

lingkungan sehat dan lingkungan tercemar. Lingkungan yang tercemar dapat

mempengaruhi kesehatan makhluk hidup disekitarnya. Pencemaran lingkungan

tersebut dapat disebabkan oleh limbah.

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah

berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan

ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah padat

lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena

tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari

bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan

kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan

terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap


limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada

jenis dan karakteristik limbah.

Besi merupakan salah satu jenis logam yang biasa mencemari sumur tempat

pemukiman manusia. Konsentrasi besi terlarut yang masih diperbolehkan dalam air

bersih adalah sampai dengan 0,1 mg/L. Besi (Fe) sebagian besar berasal dari

kontaknya dengan tanah dan pembentukan batuan. Pada umumnya kandungan Fe

berasal dari daerah dimana lapisan humusnya (top soil) agak tebal. Kandungan besi

dalam air minum dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+ atau Fe3+ tersuspensi sebagai

butir kolodial atau lebih besar seperti FeO, dan yang tergabung dengan zat organic

atau anorganik.

Kadar besi dalam air dapat dianalisis dengan menggunakan bantuan alat

instrument spektrofotometer UV-VIS metode adisi standar. Metode adisi standar

adalah metode analisis dengan cara menambahkan larutan standar dengan konsentrasi

yang diketahui pada sampel yang akan diketahui dengan volume tertentu. Metode ini

bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi sampel yang terlalu kecil sehingga tidak

dapat dideteksi dengan alat spektrofotometer UV-VIS.

Kondisi lingkungan pada sumur yang terdapat di Lorong Pelangi depan

Kampus UHO terdapat kemungkinan adanya logam besi dalam sumur, hal itu

disebabkan kondisi lingkungan yang kurang bersih dan rasa asin. Untuk mengetahui

kadar besi dalam sumur tersebut, maka akan dilakukan percobaan untuk mengetahui

kadar besi dalam air sumur apakah layak untuk dikonsumsi atau tidak.
1.2 Tujuan

Tujuan dari percobaan “Analisis Kadar Fe2+ dalam Air Sumur Menggunakan

Spektrofotometri Uv-Vis dengan Metode Kurva Standar” yaitu :

1.2.1. Menentukan konsentrasi logam dengan metode spektrofotometri UV-VIS

dengan teknik kurva adisi standar.

1.2.2. Menghitung parameter kinerja dari suatu instrument.

1.3 Prinsip

Prinsip percobaan didasarkan pada daya serap sampel terhadap gelombang

cahaya yang digunakan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kadar Besi dalam Air

Besi terlarut dalam air tanah antara 1,0-10 mg/L, namun tingkat kandungan

besi sampai sebesar 50 mg/L dapat juga ditemukan dalam air. Keberadaan besi dalam

air menyebabkan air berwarna kuning kecoklatan, menimbulkan bau yang tidak enak,

memberikan rasa amis dalam air dan memberikan kesempatan tumbuhnya bakteri

pengguna besi di dalam sistem air distribusi sehingga dapat mengganggu kesehatan.

Kandungan besi maksimum yang diperbolehkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik IndonesiaNo. 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990

adalah 0,3 mg/L (Elfiana, 2010).

Besi merupakan salah satu mineral yang terdapat di dalam air minum. Kadar

besi yang tinggi dalam air dapat merubah rasa menjadi pahit dan warna minuman

yang sedikit kemerahan sampai terdapat endapan besi jika terpapar udara, karena besi

yang terdapat di air minum akan teroksidasi menjadi ion-ionnya. Organisasi

kesehatan dunia atau WHO menyarankan 0,3 mg/L sebagai batas konsentrasi

maksimum zat besi dalam air minum dengan peraturan federal setiap negara yang

membatasi kandungan besi tidak lebih dari 1 ppm, meskipun besi mudah ditentukan

dalam air yang terkontaminasi mengandung lebih dari 1 ppm (Adebayo, 2011).
2.2 Metode Adisi Standar

Metode adisi standar adalah metode dimana sampel yang akan dianalisis

ditambahkan dengan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya untuk

meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh berbagai matrik. Metode ini mampu

meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan

(matrik) pada sampel dan standar (Suriansyah, 2012).

Metode adisi standar adalah salah satu metode standarisasi yang dapat

digunakan untuk menentukan konsentrasi sampel. Larutan standar adisi dibuat

dengan cara menambahkan larutann standar kedalam sampel. Sinyal analitik seri

larutan adisi standar diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh persamaan

linear y = bx + y intersep. Nilai x intersep ( x saat y = 0) dinyatakan sebaggai x

intersep = -CAVo / Vf, dengann volume sampel yang ditambahkan Vo dan volume

akhir larutan standar adisi Vf, sehingga konsentrasi CA dapat ditentukan

(Istiningrum, 2014).

2.3 Besi (Fe)

Besi adalah unsur terbanyak kedua yang secara luas banyak dimanfaatkan

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Besi memiliki dua tingkat bilangan oksidasi

(biloks) dalam persenyawaan, yakni +2 dan +3. Umumnya, besi cenderung

membentuk senyawa oksida dengan biloks +3 dibandingkan dengan biloks +2, serta

memungkinkan membentuk senyawa kompleks stabil dengan senyawa-senyawa


tertentu. Sehingga diperlukan agen pereduksi yang dapat mengubah Fe3+ (ferri)

menjadi Fe2+ (ferro), diantaranya seng, sulfit, hidrazin, ion Sn2+, hidroksilamin

klorida, asam askorbat serta natrium tiosulfat (Anjarsari, 2015).

Secara umum besi terlarut dalam air tanah antara 1,0-10 mg/L, namun tingkat

kandungan besi sampai sebesar 50 mg/L dapat juga ditemukan dalam air tanah

(Aleart G, 1984). Secara fisik, keberadaan besi dalam air menyebabkan air berwarna

kuning kecoklatan, menimbulkan bau yang tidak enak, memberikan rasa amis dalam

air dan memberikan kesempatan tumbuhnya bakteri pengguna besi di dalam sistem

air distribusi sehingga dapat mengganggu kesehatan. Kandungan besi maksimum

yang diperbolehkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990 adalah 0,3 mg/L (Elfiana,

2010).

Zat besi (Fe) merupakan suatu komponen dari berbagai enzim yang

mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting di dalam tubuh meskipun sukar

diserap (10-15%). Besi juga merupakan komponen dari hemoglobin yaitu sekitar

75%, yang memungkinkan sel darah merah membawa oksigen dan mengantarkannya

ke jaringan tubuh. Logam besi (Fe) sebenarnya adalah mineral yang dibutuhkan

tubuh untuk pembentukan hemoglobin, terdapat pada buah, sayuran, serta suplemen

makanan. Kadar besi dalam perairan alami berkisar antara 0,05-0,2 mg/L. Pada air

tanah dalam dengan kadar oksigen yang rendah, kadar besi dapat mencapai 10-100

mg/L, pada air hujan mengandung besi sekitar 0,05 mg/L, sedangkan pada air laut

sekitar 0,01 mg/L (Ika, 2012).


2.4 Air

Air secara kimiawi merupakan senyawa polar (H2O), yang mempunyai sifat-

sifat tertentu, seperti bersifat pelarut, dapat berikatan hidrogen dengan senyawa

organik dan sifat-sifat lain dalam mekanisme reaksi tubuh. Air untuk keperluan

minum tidak sama persis dengan pengertian air secara kimiawi, karena air minum

merupakan air (kimiawi) yang mengandung unsur-unsur tertentu (termasuk mineral)

yang diperlukan tubuh. Bahan-bahan mineral tersebut antara lain kalsium,

magnesium, natrium, besi dan lain-lain (Pasaribu, 2016).

Jenis air yang terdapat di bumi ini ada yang berupa air angkasa, air permukaan

dan air tanah. Air angkasa merupakan air yang terdapat di udara atau atmosfer. Air

permukaan yaitu air yang terdapat pada permukaan seperti air sungai yang berupa air

yang tidak dapat diserap oleh tanah sedangkan air tanah adalah air yang berada dalam

tanah yang merupakan hasil dari pengendapan air yang berasal dari permukaan

(Manurung, 2017).

2.5 Spektrovotometer UV-Vis

Spektrofotometri sinar tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya

oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Spektrofotometri UV-

Visible adalah salah satu satu teknik yang sering digunakan dalam analisis farmasi.

Ini melibatkan pengukuran jumlah ultraviolet atau radiasi tampak yang diserap oleh

suatu zat dalam solusi. Instrumen yang mengukur rasio, atau fungsi rasio, dari
intensitas dua sinar cahaya di wilayah UV-Visible disebut Spektrofotometer

Ultraviolet-Visible (Behera, et al, 2012).

Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya

oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV)

mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible)

mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri

menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup

besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak

dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat

berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan

bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan

menggunakan hukum Lambert-Beer (Keyman, 2015).

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis didasarkan interaksi antrara sinar

ultraviolet atau sinar tampak dengan molekul sampel. Energi cahaya akan

mengeksitasi elektron terluar molekul ke orbital. Pada kondisi ini, elektron tidak

stabil dan dapat melepas energi untuk kembali ketingkat dasar, dengan disertai emisi

cahaya (Sudarman, 2012).

2.6 Orto-Fenontrolin

O-fenontrolin yang disebut juga 1,10-fenontrolin atau 4,5-fenontrolin dengan

rumus moekul C12H8N2 dan memmpunyai berat molekul 10,20. Komposisinya adalah

79,98% C; 4,48% H; dan 15,55% N. O-fenontrolin dibuat dari pemanasan


phenilenediamin dengan gliserol, nitrobenzene dan asam sulfat pekat atau dengan

cara yang sama dari 8-aminoquinoline. O-fenontrolin berbentuk serbuk kristal, larut

dalam pelarut alkohol dan aseton, dalam 300 bagian air dan 70 bagian benzen. O-

fenontrolin biasa digunakan untuk membentuk suatu kompleks dengan ion fero (Fe2+)

sebagai indikator sistem redoks, yaitu titrasi garam fero, digunakan juga dlam

penetapan kadar nikel, ruthenium, perak, dan logam lain (Akhirnawati, 2007).

2.5. Hidroksilamin–HCl

Menurut Rahayu (2007) hidroksilamin hidroklorida (NH2OH.HCl) adalah

garam asam klorida dari hidroksilamin. NH2OH.HCl merupakan bahan kristalin

dengan titik leleh sebesar 151oC, larut dalam gliserol dan propilen glikol. Namun,

untuk menggunaan hidroksilamin hidroklorida memiliki beberapa kelemahan yaitu

harus diberi perlakuan khusus dengan cara dibuat segar dan dipanaskan sebelum

dikomplekskan. Selain itu dibutuhkan konsentrasi yang besar untuk mereduksi besi

(Pangastuti, 2017).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 November 2019, pukul

13.30 WITA–selesai, bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu Labu ukur 50 mL 1

buah, botol semprot 1 buah, gelas kimia 250 mL 1 buah, pipet skala 25 mL 1 buah,

pipet skala 5 mL 1 buah dan filler, pemanas, seperangkat Spektofotometer UV-Vis.

3.2.2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu aquades, asam nitrat

pekat, sampel air sumur, larutan standar Fe2+ 100 ppm, orto-Fenantrolin 1%,

Hidroksilamin-HCl 5 % dan natrium asetat,


3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Proses Pengambilan Air Sumur

Sebelum dilakukan pengambilan sampel air sumur, wadah sampel air yang

digunakan yaitu botol gelap telah dibersihkan sebersih mungkin. Kemudian

disterilkan dalam oven selama beberapa jam. Sampel diambil dari Lorong Pelangi,

depan Kampus Baru Universitas Halu Oleo, sekitar 500 meter dari depan jalan pada

kedalaman ± 2 meter yang sudah ditetapkan sebagai sampel percobaan dengan

menggunakan botol gelap 1,5 L. Sampel air diambil dengan teknik grap sampling,

dimana 3 buah botol yang telah diikat dengan tali dimasukkan ke dalam sumur pada

kedalaman 20 cm dari permukaan air sumur, dibiarkan beberapa menit sampai air

masuk ke dalam 3 buah botol tersebut dan kemudian ditarik botol.

3.3.2. Pengawaten sampel

Sampel yang telah diambil didalam air sumur dimasukkan dalam botol

gelap kemudian ditambahkan satu tetes HNO3 pekat hingga pH kurang dari atau

sama dengan 2, lalu dibawa ke laboratorium dan dimasukkan didalam lemari es.

3.3.3. Penentuan Konsetrasi Fe pada Sampel

Dilakukan preparasi sampel air sumur untuk mendapatkan Fe terlarut

dengan prosedur antara lain dihomogenkan sampel air sumur, lalu dimasukan 50 mL

di dalam gelas piala 100 mL. Kemudian ditambahkan 5 mL asam nitrat pekat dan

dipanaskan perlahan-lahan sampai tersisa 20 mL. Dilanjutkan penambahan asam dan


dipanaskan hingga semua logam larut yang ditadai dengan warna endapan dalam

sampel air sumur menjadi agak putih atau menjadi jernih. Kemudian dipindahkan

sampel uji di dalam labu takar 50 mL dan ditambahkan aquades hingga tanda tera.

Selanjutnya masing-masing sebanyak 10 mL sampel air sumur hasil preparasi

dimasukkan dalam 5 buah labu takar 50 mL. Selanjutnya ditambahkan 0,0 mL, 1,0

mL, 2,0 mL, 3,0 mL dan 4,0 mL larutan standar Fe3+ 100 ppm. Masing-masing

larutan diatur pH larutan menjadi 4 dengan penambahan 8 mL natrium asetat. Lalu

ditambahkan 1,5 mL hidroksilamin HCl 5% dan 5 mL larutan orto-fenantrolin 0,1%.

Diencerkan hingga tanda batas labu takar. Kemudian dikocok-kocok agar larutan

bercampur sempurna dan didiamkan hingga terbentuk warna stabil. Selanjutnya

diukur serapan dari sampel pada panjang gelombang 520 nm. Selanjutnya dihitung

konsentrasi Fe pada sampel air sumur.

3.3.4. Analisis Data

Konsentrasi besi dalam sampel air sumur menggunakan teknik adisi

standar dapat dihitung menggunakan persamaan:

b.cs
cx 
m.Vx

dimana:

Cx = konsentrasi sampel air sumur

Cs = Konsentrasi standard

Vx = Volume total sampel


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

Tabel 1. Deret Standar Fe


No. Konsentrasi (ppm) Absorbansi
1. 0,2 0,029
2. 0,5 0,03
3. 1 0,048
4. 2 0,045
5. 4 0,17
6. Sampel 0,025

Gambar 1. Hubungan konsentrasi terhadap absorbansi

0.18
0.16
0.14
0.12
Absorbansi

0.1
0.08
0.06
y = 0.0364x + 0.0084
0.04
R² = 0.8759
0.02
0
0 1 2 3 4 5
Konsentrasi

4.2 Analisis Data

Persamaan garis regresi linier

y = 0,0364x + 0,0084
0,025 = 0,0364x + 0,0084

x = 0,46 mg/L

Maka, konsentrasi Fe dalam sampel = Cs x faktor pengenceran

= 0,46 mg/L x 50/10

= 2,3 mg/L

4.3 Pembahasan

Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi Fe pada sampel air

sumur. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penentuan konsentrasi Fe melalui 3

tahapan yaitu pengambilan air sumur, pengawetan sampel dan penentuan konsentrasi

Fe pada sampel. Pada tahap pertama dilakukan dengan memasukkan 3 botol sekaligus

ke dalam sumur dimana botol yang digunakan adalah botol yang telah disterilkan.

Tahap kedua yaitu pengawetan sampel dengan penambahan satu tetes HNO3 pekat

yang kemudian didinginkan. Tahap ketiga yaitu penentuan konsentrasi Fe pada

sampel.

Penentuan konsentrasi dilakukan dengan mengolah data absorbansi UV-Vis

menggunakan rumus yang ada. Sebelum dilakukan pengukuran absorbansi, sampel

dipreparasi dengan cara dihomogenkan, ditambahkan asam nitrat pekat dan

pemanasan perlahan. Penambahan asam dan pemanasan dilakukan hingga semua

logam larut yang ditandai dengan warna endapan menjadi agak putih atau jernih.

Sampel kemudian dipindahkan ke labu takar dan diencerkan. Hasil preparasi


selanjutnya dimasukkan dalam labu takar dan ditambahkan larutan standar Fe 100

ppm masing-masing 0 mL, 1 mL, 2 mL, 3 mL dan 4 mL. Penambahan larutan standar

ini dilakukan untuk meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan

kondisi lingkungan (matrik) sampel dan standar. Masing-masing larutan ditambahkan

8 mL natrium asetat agar pH larutan menjadi 4 untuk mencegah terjadinya endapan

dari garam-garam besi. Lalu ditambahkan 1,5 mL hidroksilamin HCl 5% untuk

mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ dan 5 mL larutan orto-fenantrolin 0,1 % agar

membentuk kompleks larutan berwarna. Sampel lalu diencerkan, dikocok dan

didiamkan hingga warna stabil. Selanjutnya diukur absorbansi pada panjang

gelombang 520 nm. Spektrofotometri yang digunakan adalah spektrofotometri cahaya

tampak karena logam besi mempunyai panjang gelombang lebih dari 400 nm,

sehingga jika menggunakan spektrofotometri UV, logam besi tidak terdeteksi.

Pemilihan panjang gelombang juga dipilih karena cahaya tampak yang dapat diserap

oleh sampel berada pada kisaran 450-550 nm.

Hasil analisis data absorbansi menunjukkan bahwa konsentrasi Fe dalam

sampel adalah sebesar 2,3 mg/L. Hal ini tentu sudah melewati batas konsentrasi

maksimun Fe yang disarankan yaitu sebesar 0,3 mg/L .


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penentuan konsentrasi Fe pada sampel air sumur dilakukan dalam penentuan

konsentrasi Fe melalui 3 tahapan yaitu pengambilan air sumur, pengawetan sampel

dan penentuan konsentrasi Fe pada sampel. Penentuan konsentrasi ini dilakukan

dengan mengolah data absorbansi sampel. Hasil analisis yang dilakukan

menghasilkan nilai konsentrasi Fe dalam sampel adalah sebesar 2,3 mg/L yang sudah

melewati batas konsentrasi maksimun Fe yang disarankan yaitu sebesar 0,3 mg/L

karena dapat merusak kesehatan.

5.2 Saran

Saran yang dapat saya berikan dalam percobaan ini yaitu sebaiknya setiap

perlakuan dalam praktikum ini diperhatikan secara teliti agar tidak adanya kesalahan-

kesalahan sehingga hasil yang diperoleh adalah hasil yang sebaik-baiknya.


DAFTAR PUSTAKA

Adebayo, Basheer K., Ayejuyo, Segun., Okoro, Hussein K., Ximba B. J. 2011.
Spectrophotometric Determination Of Iron (III) In Tap Water Using 8-
Hydoxyquinoline As A Chromogenic Reagent. African Journal of
Biotechnology.10(71).

Akhirnawati, S.D. 2007. Penetapan Kadar Besi dalam Sereal Makanan Bayi Mereks
X,Y dan Z dengan Metode Spektrovotometri Visible. Skripsi.

Asmaningrum, H. P. dan Yenni P. P. 2016. Penentuan Kadar Besi (Fe) dan


Kesadahan pada Air Minum Isi Ulang di Distrik Merauke. Magistra,3(2).

Bahera. S., Subhajit, G., Ahamd. F. Santra S. dan Banerjae S. 2012. UV-Visible
Spectrofotometric Method Development and Validation of Asaay of
Pacarcetamol Tablet Formulation. Jurnal Anal Bional Techriques. 3(6).

Elfiana. 2010. Penurunan Konsentrasi Besi Dalam Air Secara Oksidasi Kimia Lanjut
(Fotokimia Sinar Uv Dan Uv Peroksidasi). Jurnal Teknik Kimia Politeknik
Negeri Lhokseumaw 8 (17).

Nurhaini, R. dan Arief A. 2016. Analisa Logam Besi (Fe) di Sungai Pasar Daerah
Belangwetan Klaten Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal
Ilmiah Manuntung, 2(1).

Pangastuti, D. D. 2017. Perbandingan Kondisi Optimum Pereduksi Natrium Tiosulfat


(Na2S2O3) dan Hidroksilamin Hidroklorida (NH2OH.HCl) pada Analisa
Kadar Total Besi Secara Spektrofotometri Uv-Vis. Skripsi Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.

Suriansyah, Agung.,Gusrizal., Adhitiyawarman. 2012. Perbandingan Metoda Kurva


Kalibrasi Dan Metoda Adisi Standar Pada Pengukuran Merkuri Dalam Air
Yang Memiliki Kandungan Senyawa Organik Tinggi Menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom. Jurnal Kimia. 1(2).
Deret Standar Fe
konsentrasi Absorbansi
(ppm) (A)
0 0.0000
0.2 0.0024
0.4 0.0055
0.6 0.0081
0.8 0.0105
1 0.0122

absorbansi
1-Fe 248,3
0.014
0.012
0.01 y = 0.0126x + 0.0002
R² = 0.9935
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi (ppm)

Persamaan Regresi Linear : y = ax + b y = 0.0126x + 0.0002

No Sampel ABS b a X (mg/L)

1 1 0.0089 0.0002 0.0126 0.690


2 3 0.0096 0.0002 0.0126 0.746
3 4 0.0008 0.0002 0.0126 0.048
4 5 0.0086 0.0002 0.0126 0.667

Anda mungkin juga menyukai