Anda di halaman 1dari 25

Laporan Sementara

Laboratorium Dasar

PENETAPAN KADAR Fe SECARA


SPEKTROFOTOMETRI

Disusun oleh:

Kelompok: B-4

Muhammad Raqib 1904103010013


Maulida Andriani 1904103010016
Sofia Rahmadani 1904103010019
Alit Surya Perkasa 1904103010036

ASISTEN:
Putri Mardhatillah 1604103010034

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. Mahidin, ST., MT. 195901151985031003

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2020
BAB I

DASAR TEORI

Nama : Maulida Andriani

NPM : 1904103010016

Besi merupakan salah satu logam berat dalam kadar rendah yang sering
ditemukan di air. Standar konsentrasi maksimum besi di dalam air minum sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI tahun 2017 yaitu 1 mg/L. Jika kadar Fe
melebihi batas dari yang ditetapkan pemerintah dikonsumsi secara terus menerus
dalam jangka waktu yang lama, maka dapat mengakibatkan sirosis pada hati,
hemochromatosis, diare, lethargy, coma, irritability, seizures, dan sakit perut. Selain
itu, Fe yang terakumulasi didalam alveoli menyebabkan berkurangnya fungsi paru-
paru hingga menyebabkan kematian (Andini, 2018).
Besi adalah unsur terbanyak kedua, secara luas dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Besi memiliki dua tingkat bilangan oksidasi (Biloks) dalam
persenyawaan, yakni +2 dan +3. Umumnya besi cenderung membentuk senyawa
oksida dengan biloks +3 dibandingkan dengan biloks +2, serta memungkinkan
membentuk senyawa kompleks stabil dengan senyawa-senyawa tertentu. Sehingga
diperlukan agen pereduksi yang dapat mengubah Fe3+ (Ferri) menjadi Fe+2 (Ferro),
diantaranya seng, sulfit, hidrazin, ion Sn2+, hidrokuinon, hydrogen sulfide,
hidroksilamin klorida, asam askorbat serta natrium thiosulfate. Penentuan besi sendiri
memiliki arti yang sangat penting bagi lingkungan, hidrogeologi, proses kimia serta
kesehatan masyarakat (Anjasari dan Sugiarso, 2015).
Logam berat dibagi kedalam dua jenis, yaitu logam berat esensial dan logam
berat non esensial. Logam berat esensial adalah logam dalam jumlah tertentu yang
sangat dibutuhkan oleh organisme, dalam jumlah kelebihan dapat menimbulkan efek
toksik. Yang termasuk dalam logam berat esensial contohnya Zn, Cu, Fe, Co, dan
Mn. Logam non esensial adalah logam yang keberadaannya dalam tubuh namun
masih belum diketahui manfaatnya, contohnya Pb, Hg, Cd, dan Cs (Hasni dan Ade,
2016).
Metode spektrofotometri UV-Vis memerlukan pengompleks sehingga dapat
membentuk warna yang spesifik yang dapat terukur dalam spektrofotometer UV-Vis.
Untuk meminimalkan gangguan analisa, maka diperlukan awal yang tepat. Cara yang
biasa dilakukan sebagai perlakuan awal adalah destruksi. Destruksi diperlukan
sebelum analisa karena destruksi berfungsi untuk meghilangkan atau memisahkan
kandungan ion lain (Kurniawati dan Sugiarso, 2016).
Spektroskopi ultraviolet (UV) teknik fisik spektroskopi optik yang
menggunakan cahaya dalam rentang sinar tampak, ultraviolet, dan inframerah dekat.
Hukum Beer-Lambert menyatakan bahwa absorbansi larutan berbanding lurus
dengan konsentrasi spesies penyerap dalam larutan dan panjang alur. Dengan
demikian untuk panjang jalur yang tetap, spektroskopi UV/VIS dapat digunakan
untuk menentukan konsetrasi penyerap dalam suatu larutan. Spektrometer ultraviolet
terlihat telah digunakan secara umum selama 35 tahun terakhir dan selama periode
ini telah menjadi instrumen analitis yang paling penting di laboratorium modern.
Dalam banyak aplikasi, teknik lain dapat digunakan tetapi tidak ada yang dapat
menyaingi spektrometri UV-Vis karena kesederhanaanya, keserbagunaannya,
kecepatannya, keakuratannya dan efektifitas biaya (Sha dkk., 2015).
Nama : Muhammad Raqib
NPM : 1904103010013

Spektrofotmetri adalah sebuah metode analisa kualitatif dan kuantitatif untuk


menganalisa kandungan senyawa-senyawa organic atau anorganik dalam suatu
sampel. Spektrofotometri pada umumnya digunakan pada pengendalian lingkungan
maupun industri petrokimia. Karena pengunaannya yang mudah, teknik ini sering
dipakai dalam analisa sampel dan bahan (Huo dkk., 2018)
Spektrofotometri UV-Vis digunakan sebagai metode yang memungkinkan
penentuan senyawa dalam sampel dengan jumlah yang kecil. Faktor yang membuat
spektrofotometri UV-Vis dipilih sebagai suatu metode analisa adalah karena
peraltannya yang mudah digunakan yang mmebuatnya digunakan terus menerus
(Passos dkk., 2019)
Spektrofotometri UV-Vis sering digunakan sebagai analisa pada laboratorium.
Namun, apabila konsentrasi senyawa dalam sampel terlalu rendah. Intrumen akan
kesulitan mengukur sampel secara langsung (Mohammadzadeh dkk., 2017)
Penggunaan besi yang luas berimplikasi pada peningkatan pencemaran
dilingkungan. Oleh karena itu suatu metode diperlukan untuk analisis besi baik
dalam proses industri, contohnya dalam bidang industri suatu metode diperlukan
untuk menganalisis proses produksi dan limbah produksi. Limbah produksi dapat
menjadi masalah kesehatan untuk masyarakat yang berada disekitar industri, apabila
limbah tersebut tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang kesaluran air karena
dalam limbah industri besi terdapat logam-logam yang berbahaya misalnya logam
Arsen dan Mangan (Sugiarso dkk., 2018)
Besi merupakan salah satu logam dengan kelimpahan terbesar kedua setelah
aluminium di kulit bumi. Jumlah besi di dalam tubuh memang sangat sedikit, yaitu
sekitar 0,006% dari berat tubuh makhluk hidup. Meskipun dengan jumlah yang
sangat rendah, unsur besi memiliki fungsi yang vital bagi keberlangsungan hidup
suatu organisme. Di tubuh manusia, besi terdapat dalam darah yang berperan penting
untuk sintesis DNA. Besi memegang peran utama dalam kinerja enzim seperti enzim
oksidase, sitokrom, reduktase, asonitase dan nitrit oksida dalam tubuh organisme.
Selain itu, besi berperan dalam kesetimbangan hemoglobin. Kesetimbangan
3+
hemoglobin melibatkan kesetimbangan redoks antara Fe dan Fe 2+ merupakan hal
yang sangat vital bagi pengikatan oksigen di paru-paru dan oksigen di sel-sel. Di
bidang teknologi, besi oksida digunakan sebagai tinta kering (magnetit), pita kaset
(maghemit), pewarna cat, pembuatan fotoelektrokimia sel surya dan katalis produksi
minyak. Oleh karena luasnya penggunaan besi dalam berbagai aspek, maka
diperlukan metode pengukuran kadar besi dengan tepat (Ariyanti dan Djarot, 2018)
Secara umum, metode analisa besi secara spektrofotometri meliputi metode
tiosianat, metode 1,10-fenantrolin, dan metode tioglikoat. Salah satu metode yang
sering digunakan untuk menentukan kadar Fe (II) adalah metode spektrofotometri
UV-Vis. Metode ini telah banyak diterapkan dalam analisa senyawa-senyawa organik
yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat
kecil. Metode ini memerlukan pengompleks sehingga dapat membentuk warna yang
spesifik yang dapat terukur dalam spektrofotometer UV-Vis. Beberapa pengompleks
besi yang digunakan adalah molybdenum, selenit, difenilkarbazon dan fenantrolin.
Dari beberapa jenis reagen tersebut yang paling banyak digunakan adalah fenantrolin
karena kompleks Besi (II)-fenantrolin dapat membentuk kompleks dengan warna
yang stabil dalam waktu yang lama (Budianti dkk., 2017)
Nama : Sofia Rahmadani

NPM : 1904103010019

Spektroskopi pada dasarnya adalah ilmu tentang hubungan hubungan antara


zat dan radiasi elektromagnetik. Pada zaman ini, metode ini digunakan secara
ekstensif untuk menganalisa berbagai jenis sampel, hal itu dianggap sebagai salah
satu alat yang efektif untuk studi atom ataupun molekul. Untuk melakukan analisis
farmasi,spektrofotometri UV-Visible adalah metode yang paling umum digunakan.
Prinsip kerja utamanya biasanya bergantung pada estimasi radiasi UV (terihat) yang
diserap oleh suatu zat dari larutan yang diberikan. Spektrofotometer memiliki
kemampuan untuk mengukur rasio dari dua sinar cahaya pada daerah UV-Visible.
Selain itu, spektrofotometer juga dapat dilakukan untuk menganalisa secara kualitatif
(identifikasi senyawa yang diberikan) dan analisa secara kuantitatif (pengukuran
jumlah molekul yang diberikan) (Mehmood dkk., 2015).

Spektrofotometri merupakan salah satu metode ataupun suatu teknik analisis


secara kuantitatif untuk mendeteksi zat terlarut dalam suatu larutan dengan
berdasarkan hukum “Lambert-Beer”. Pada umumnya spektrofotometri digunakan
unutk mendeteksi polusi yang terdapat pada air limbah contohnya seperti minyak,
fosfor, nitrit dan lainnya. Tidak hanya untuk mendeteksi polusi, spektrofotometri juga
dapat digunakan didalam industri petrokimia (Hou dkk., 2019).

Besi merupakan salah satu logam berat dalam kadar rendah yang sering
ditemukan. Besi (Fe) juga merupakan unsur terkecil yang terdapat pada proses
biokimia. Fe memiliki bilangan oksidasi 2+ dan 3+ yaitu Fe (II) dan Fe (III).
Meskipun menjadi elemen ke empat yang sangat melimpah di kerak bumi, namun Fe
sukar tersedia pada tanah yang netral dan basa. Fe (III) kelarutan (pengasaman
rizosfer dan pelepasan senyawa penghkelat), lalu reduksi Fe (III) menjadi Fe (II)
melalui aktivitas enzim. Dalam kondisi mikronutrien terbatas kesediaan mekanisme
tersebut dapat ditingkatkan baik tingkat biokimia dan transkripsi memungkinkan
untukmeningkatkan fluks serapan (Valentinuzzi dkk., 2020).

Besi (Fe) memiliki dua tingkat oksidasi, yaitu ion besi(II) dan ion besi(III).
Ion Fe3+ dapat direduksi menjadi ion Fe2+ dengan cara menambahkan beberapa
reduktor, seperti Na2S2O3 atau hidroksilamin hidroklorida (NH2OH.HCl). Setelah
direduksi, kemudian ion Fe2+ dapat membentuk kompleks dengan pengompleks
1,10-fenantrolin, absorbansinya dapat diukur dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis. Sebaliknya, ion Fe2+ dapat dioksidasi menjadi ion Fe3+ dengan
penambahan oksidator, salah satunya adalah dengan penambahan HNO3. Larutan besi
(III) dapat dikomplekskan dengan pengompleks tiosianat (CNS- ) sebelum diukur
absorbansinnya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis (Khasanah dan
Sunarto, 2018).

Logam berat terbagi menjadi dua jenis, yaitu logam berat esensial dan logam
berat non esensial. Logam berat esensial merupakan suatu logam dalam jumlah
tertentu yang sangat dibutuhkan oleh oraganisme, namun jika ia berlebihan akan
dapat menimbulkan efek toksik. Yang termasuk dalam logam berat esensial
contohnya seperti Zn, Cu, Fe, Co, dan Mn. Sedangkan untuk logam non esensial
merupakan suatu logam yang keberadaannya dalam tubuh namun masih belum
diketahui manfaat dari keberadaannya, contohnya seperti Pb, Hg, Cd, dan Cs (Hasni
dan Ade, 2016).

Logam Fe merupakan logam essensial dimana keberadaannya dalam jumlah


tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup. Namun jika berlebih dapat
membahayakan tubuh baik itu bersifat racun dan lainnya. Efek yang dapat disebabkan
jika kandungan Fe dalam tubuh sangat tinggi diantaranya dapa menyebabkan muntah,
kerusakan usus, penuaan dini, kanker, diabetes hingga kematian mendadak (Endang
dan Hadi, 2015).
Nama : Alit Surya Perkasa
Nim : 1904103010036

Spektrofotometri adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mendeteksi


konsentrasi suatu zat berdasarkan absorbansi cahaya pada panjang gelombang
tertentu. Pada spektrofotometer, cahaya dengan rentang gelombang tertentu akan
ditembakkan kepada kuvet yang berisi sampel. Kemudian nilai abcorbansi dari
cahaya yang diserap akan dikonversi sebagai konsentrasi larutan pada kuvet tersebut
(Nadhira dkk., 2017).
Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis yaitu apabila cahaya monokromatik
melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut terserap, sebagian
dipantulkan, dan sebagian lagi dipancarkan. Adapun yang melandasi pengukuran
spektrofotometer ini dalam penggunaanya adalah hukum Lambert-Beer (Yanlinastuti
dan Syamsul, 2016).
Komponen monokromator memfokuskan sebuah sinar monokromatis pada
sampel di sample holder dan detector dari cahaya yang ditransmisikan mengubah
intensitas cahaya yang diterima kedalam bentuk listrik

Monokrom
Sample Detector
ator
(Ashfaque dkk., 2017).

Besi merupakan salah satu logam dengan kelimpahan terbesar di kulit bumi
setelah Aluminium, walaupun jumlah dalam tubuh sedikit yaitu sekitar 0,006% dari
berat tubuh. Namun besi memegang peranan penting bagi tubuh (Ariyanti dan Djarot,
2018).

Metode pengukuran kadar besi dalam suatu sampel cukup beragam, selain
AAS dan Kromatografi, pengukuran kadar Fe dapat pula dilakukan menggunakan
spektrofotometer sinar tampak atau UV-Vis. Metode ini merupakan teknik
pengukuran berbagai logam analit, komponen senyawa organik dengan ikatan
konjugasi, dan makromolekul yang simpel, cepat, akurat, presisi, murah, efektif, dan
efisien (Kakhki dan Kakeh, 2017)
BAB II
ALAT DAN BAHAN

2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: Jumlah
1. Bola Hisap 1 Buah
2. Gelas Beker 100 mL 1 Buah
3. Kuvet 2 Buah
4. Labu Ukur 10 mL 6 Buah
5. Labu Ukur 100 mL 1 Buah
6. Labu Ukur 20 mL 5 Buah
7. Mikro Pipet 1 μL 1 Buah
8. Pipet Ukur 5 mL 1 Buah
9. Spektrofotometer UV-Vis 1700 1 Unit

2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah: Jumlah
1. NH4Fe(SO4)2.12H2O Secukupnya
2. K2S2O8 Secukupnya
3. Larutan KCNS 10% Secukupnya
4. Aquadest Secukupnya
5. Sampel Sintetik I Secukupnya
6. Sampel Sintetik II Secukupnya
7. Sampel Sintetik III Secukupnya
8. Sampel Air Sumur Secukupnya
BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Pembuatan Larutan Standar


Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan larutan standar
adalah sebagai berikut:
1. Larutan standar Fe dibuat dari NH4Fe(SO4)2.12H2O dengan konsentrasi 1000
ppm, ditipiskan 10 kali menjadi 10 ppm dengan menggunakan aquadest.
2. Dibuat deret standar Fe dengan konsentrasi 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5; dan 3,5
ppm didalam labu ukur 10 mL.
3. Ditambahkan aquadest sampai tanda batas kedalam masing-masing labu ukur
10 mL.
4. Kemudian ditambahkan 0,3 mL larutan K2S2O8 dan 0,3 mL KCNS 10%
kedalam masing-masing labu ukur, lalu dicampur baik-baik sampai terbentuk
warna sempurna, dan diamkan 10-15 menit.
5. Larutan standar yang telah dibuat dicari panjang gelombangnya dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
6. Setelah didapat panjang gelombang larutan standar, dilakukan pembacaan
absorbansi untuk masing-masing konsentrasi.
7. Lalu dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi versus absorbansi.

3.2 Perlakuan Sampel


Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada perlakuan sampel adalah
sebagai berikut:
Diambil 20 mL sampel sintetik I, II, II, dan air sumur, lalu dimasukkan kedalam
labu ukur 20 mL yang berbeda.
1. Kedalam masing-masing labu ditambahkan 0,3 mL K 2S2O8 dan 0,3 mL KCNS
10%, lalu dicampur dan didiamkan 10-15 menit.
2. Dicari absorbansi sampel dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
3. Kemudian dicari konsentrasi sampel dengan menggunakan kurva kalibrasi.

3.3 Mencari Panjang Gelombang


Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mencari panjang gelombang
adalah sebagai berikut:
1. Dinyalakan spektrofotometri, setelah itu akan keluar tulisan “Enter Program”.
2. Tekan O untuk memilih absorbansi.
3. Diatur panjang gelombang dengan diputar tombol disebelah kanan dimulai
dari panjang gelombang 469,5 nm.
4. Diisi kuvet dengan dengan larutan blanko, dibersihkan dinding kuvet
kedalam, lalu masukkan kuvet kedalam spektrofotometer.
5. Ditutup kembali tempat kuvet dan tekan “Auto Zero” kemudian tunggu
sampai kordinat display menunjukkan angka 0.
6. Kemudian diisi kuvet denagn larutan standar dengan salah satu konsentrasi,
tekan “Lead” tunggu hingga display menunjukkan nilai absorbansi. Dilakukan
pembacaan untuk gelombang lainnya hingga mendapatkan absorbansi
maksimum.

BAB IV
DATA PENGAMATAN

Tabel 4.1 Nilai Absorbansi pada Konsentrasi 3,00 ppm pada Panjang Gelombang
tertentu.
No Panjang Gelombang (nm) Nilai Absorbansi
1 400 0,138
2 410 0,164
3 420 0,189
4 430 0,211
5 440 0,229
6 450 0,242
7 460 0,250
8 470 0,253
9 480 0,250
10 490 0,241
11 500 0,226

Tabel 4.2 Nilai Absorbansi pada konsentrasi Fe Standar dengan panjang gelombang
470 nm.
No Konsentrasi Larutan Standar (ppm) Nilai Absorbansi
1 0,0 0,00
2 0,5 0,0225
3 1,0 0,0732
4 1,5 0,1249
5 2,0 0,1519
6 2,5 0,2239
7 3,0 0,2522
Tabel 4.3 Nilai absorbansi pada sampel dengan panjang gelombang 470 nm.
No Sampel Nilai Absorbansi
1 I 0,00195
2 II 0,18030
3 III 0,32813
4 Air sumur 0,01477
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kadar Fe dalam suatu sampel


dengan menggunakan metode spektrofotometer. Adapun alat spektrofotometer yang
digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis. Pertama, dipersiapkan larutan standar
dan sampel yang akan digunakan. Larutan standar dibuat dari larutan baku Fe yaitu
NH4Fe(SO4)2.12H2O dengan konsentrasi mula-mula 1000 ppm. Kemudian dilakukan
pengenceran menjadi 10 ppm dalam labu ukur 100 mL dengan penambahan aquadest
hingga tanda batas.
Pada larutan 10 ppm dibuat sebanyak 7 deret standar setiap deret mewakili
konsentrasi 0,0 ppm ; 0,5 ppm ; 1,0 ppm ; 1,5 ppm ; 2,0 ppm ; 2,5 ppm ; dan 3,0 ppm
dengan menambahkan aquadest ke dalam labu ukur 10 mL hingga tanda batas.
Setelah itu, dimasukkan sampel, yaitu sampel sintesis I, sampel sintesis II, sampel
sintesis III, dan air sumur ke dalam labu ukur 20 mL dan ditambahkan aquadest
hingga tanda batas.
Deret standar yang telah homogen ditambahkan 0,3 mL K2S2O8 yang
berfungsi sebagai pengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ kemudian ditambahkan 0,3 mL
KCNS 10% yang berfungsi untuk pembentuk senyawa kompleks larutan berwarna.
Sedangkan untuk sampel air sumur penambahan K2S2O8 dan KCNS 10% sebanyak
0,6 mL.
Berdasarkan percobaan ini, digunakan spektrofotometer double beam,yang
Artinya dapat mengukur nilai absorbansi dua larutan secara bersamaan yaitu larutan
sampel dan larutan blanko. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak
mengandung konsentrasi sampel. Larutan blanko biasanya digunakan untuk kalibrasi
dan sebagai pembanding dalam analisis fotometri. Setelah itu, dicari panjang
gelombang dengan rentan 400-500 nm. Pada percobaan ini, panjang gelombang
dengan nilai absorbansi maksimum diperoleh pada panjang gelombang 470 nm.

5.1 Perbandingan kadar Fe dalam sampel


Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah sampel sintesis I, sintesis
II, sampel sintesis III, dan sampel air sumur. Sampel diuji dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis 1700 dengan panjang gelombang 470 nm. Nilai panjang
gelombang maksimum tersebut digunakan untuk mengukur larutan standar dan
sampel yang akan diuji.
Larutan standar dengan konsentrasi 0,0 ppm ; 0,5 ppm ; 1,0 ppm ; 1,5 ppm ;
2,0 ppm ; 2,5 ppm ; dan 3,0 ppm dan dilakukan pengukuran absorbansi diperoleh
nilainya secara berurutan sebesar 0,0000; 0,0225; 0,0732; 0,1249; 0,1519; 0,2239;
dan 0,2522.
Adapun grafik yang menunjukkan hubungan konsentrasi larutan standar
dengan absorbansinya adalah sebagai berikut.
0.3

0.25
f(x) = 0.04 x − 0.06
0.2 R² = 0.99
Absorbansi

0.15

0.1

0.05

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Konsentrasi (ppm)

Gambar 5.1 Hubungan larutan standar dan nilai absorbansinya

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi Fe


maka absorbansinya akan semakin meningkat sehingga terbentuk garis linier yang
lurus. Hal ini disebabkan oleh variasi konsentrasi Fe dalam suatu larutan. Jika
semakin tinggi konsentrasi Fe dalam suatu larutan maka semakin tinggi
absorbansinya. Variasi konsentrasi mempengaruhi warna kompleks yang dihasilkan
dimana semakin tinggi konsentrasi intensitas warna kompleks yang terlihat semakin
tinggi (Anjasari dan Djarot, 2015).
Pada spektrofotometri UV-Vis pengukuran absorbansi atau konsentrasi dilihat
berdasarkan seri larutan pada panjang gelombang yang telah ditetapkan. Panjang
gelombang yang paling sesuai ditentukan dengan membuat spektrum absorbansi
dimana panjang gelombang yang paling sesuai adalah yang menghasilkan absorbansi
maksimum. Kurva kalibrasi diperoleh dari suatu persamaan y=0,0442x-0,0556
dengan sumbu x berupa konsentrasi dan sumbu y adalah absorbansi dapat digunakan
untuk mencari konsentrasi dalam sampel dengan nilai absorbansinya. Nilai R 2 yang
baik terletak pada kisaran 0,9 ≤ R2 ≤ 1 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
konsentrasi larutan Fe (II) dengan absorbansi sehingga persamaan regresi pada kurva
kalibrasi dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi Fe (II) (Wulandari dan Sri,
2018).

5.2 Perbandingan konsentrasi Fe dalam sampel


Pada percobaan ini, sampel yang digunakan adalah sampel I, sampel II,
sampel III, dan sampel air sumur. Sampel tersebut diuji menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis 1700 dengan panjang gelombang 470 nm.

Tabel 5.2 Hasil Pengukuran Nilai Absorbansi dan Konsentrasi serta % Error pada
Sampel
Konsentrasi (ppm)
No Sampel Absorbansi
Sebenarnya Perhitungan %Error
1 Sampel I 0,00915 1 1,4649
2 Sampel II 0,18030 2 5,3371
3 Sampel III 0,32813 3 8,6816
4 Air Sumur 0,00415 - 1,3518 -

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa konsentrasi sampel sintetis I,


sampel sintetis II, sampel sintetis III, dan sampel air sumur berturut-turut adalah
1,4649 ppm ; 5,3371 ppm ; 8,6816 ppm ; dan 1,3518 ppm. Dari Tabel 5.1 dapat
diketahui bahwa air sumur ternasuk ke dalam air bersih dengan konsentrasi air sumur
1,3518 ppm berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.416/Menteri/Per/IX/1990 dimana kadar air maksimum Fe yang diperoleh adalah
1,0 mg/L. Sehingga, kadar Fe air sumur telah melewati batas standar air bersih
berdasarkan menteri kesehatan. Dimana, Konsentrasi unsur besi dalam air sumur
melebihi 2 mg/I akan menyebabkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang
berwarna putih, air sumur yang mengandung besi lebih tinggi dari 1 mg/I dapat
menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan, dan memberi rasa tidak enak
pada minuman. Oleh karena itu air sumur sebaiknya tidak digunakan untuk kegiatan
rumah tangga dan konsumsi air minum, serta pengairan dan budidaya perikanan
(Wulandari dan Sri, 2018).

BAB VI
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dalam percobaan ini adalah:

1. Absorbansi maksimum diperoleh pada panjang gelombang 470 nm.


2. Semakin tinggi konsentrasi suatu larutan maka warna yang dihasilkan akan
semakin pekat.
3. Persamaan linear yang diperoleh adalah Y= 0,0442x + 0,0556
4. Konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansi yang didapatkan. Semakin
tinggi konsentrasi suatu larutan maka absorbansinya juga akan semakin tinggi.
5. Sampel Air sumur dengan konsentrasi 1,3518 ppm tidak dapat digunakan
sebagai sumber air bersih.
6. Sampel Sintesis I, II, dan III dengan konsentrasi secara berurutan1,4649 ppm;
5,3371 ppm; dan 8,6816 ppm dengan persen error pada sampel Sintesis I
adalah 46,49 %.

DAFTAR PUSTAKA

Andini, A. 2018. Analisa Kadar Fe (III) Air Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo.


MTPH Journal. 2(1): 19-24.

Anjasaari, N., dan Djarot, S. R. 2015. Analisa Gangguan Ion Merkuri (II) terhadap
Kompleks Besi (II)-Fenantrolin Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-
Vis. Jurnal Sains dan Seni ITS. 4(2):2337-3520.
Anjasari, N dan Sugiarso, R. D. 2015. Analisa Gangguan Ion Merkuri (II) Terhadap
Kompleks Besi (II) Fenantrolin Menggunakan Metode Spektrofotometri
UV-Vis. Jurnal Sains dan Seni ITS. 4(2): 139-142.

Ariyanti, D., dan Djarot, S. 2018. Optimasi pH Larutan Penyangga dan Pereduksi
K2C2O untuk Penentuan Kadar Fe(II)-1,10-fenantrolin secara
Spektrofotometri Sinar Tampak 4. Akta Kimia Indonesia. 3(2) : 190-202.

Ashfaque, M., Muhammad, R. I., dan Ismat, J. F. 2017. Development and Validation
of Low-Cost Visible Light Spectrophotometer. Journal of Science. 52(3): 117-
123

Budianti, T., Djarot S. KS, R., dan Suprapto, S. 2017. Analisis Perbandingan
Pengaruh Campuran ION Cu2+ dan Ni2+ Pada Penentuan Kadar Fe Sebagai
Fe (II)-Fenantrolin. Jurnal Sains dan Seni ITS. 6(2): C25-C30.

Hasni, N, A, M dan Ade, M, M. 2016. Penetapan Kadar Logam Besi (Fe) pipa Air
Sumur Galian Warga sekitar Industri “X” Kecamatan Panjang dengan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Analisis Farmasi. 1(3): 163-168.

Hou, X., Feipeng Xiao, Rui Guo, Qian Xiang, Tao Wang, dan Jiayu Wang. 2019.
Application of Spectrophotometry on Deteching Asphalt Content of
Emulsifield Asphalt. Journal of Cleaner Production. 215.626-633.

Hou, X., Xiao, F., Wang, J., dan Amirkhanian, S. 2018. Identification of Asphalt
Aging Characterization by Spectrophotometry Technique. Fuel. 226(1): 230-
239.

Kakhki, R. M., dan Kakeh, F. 2017. Extraction and Determination of Rose Bengal in
Water Samples by Dispersive Liquid-Liquid Microextraction Coupled to UV-
Vis Spectrophotometry. Arabian Journal of Chemistry. 10(2): S2518-S2522.
Khasanah, S, R, N dan Sunarto. 2018. Perbandingan Validasi Metode Analisis Ion
Besi Secara Spektrofotometri Sinar Tampak dengan Pengompleks KCSN dan
1,10-Ortofenantrolin. Jurnal Kimia Dasar. 7(3): 105-115.

Kurniawati, S dan Sugiarso, R. D. 2016. Perbandingan Kadar Fe (II) dalam Tablet


Penambah Darah Secara Spektrofotometri UV-Vis yang Dipreparasi
Menggunakan Metode Destruksi Basah dan Kering. Jurnal Sains dan Seni
ITS. 5(1): 1-5.

Mohammadzadeh, R, Nejati-Yazdinejad, M., dan Kakeh, F. 2017. Extraction and


Determination Of Rose Bengal in Water Samples by Dispersive Liquid–
Liquid Microextraction Coupled to UV–Vis Spectrophotometry. Arabian
Journal of Chemistry. 10(2): S2518-S2522.

Nadhira, V., Endang, J., Lidzikri, I. F., dan Rizky, T. W. 2017. Alat Ukur Portabel
Kadar Logam Mangan dan Besi Dalam Air Menggunakan Prinsip
Spektrofotometer. Jurnal Otomasi Kontrol dan Instrumentasi. 9(2): 71-80.

Passos, M. L., dan Saraiva, M. L. M. 2019. Detection in UV-visible


spectrophotometry: Detectors, Detection Systems, and Detection
Strategies. Measurement. 135 : 896-904.

Sha, R. S., Rutuja, R. S., Rajashri, B. P., dan Pranit, P. G. 2015. UV-Visiable
Spectroscopy A review. International Journal of Institutional Pharmacy and
Life Sciences. 5(5): 490-505.

Sugiarso, D., Pranata, A. E., Suprapto, S., dan Juwono, H.2018. Pengaruh gangguan
campuran ion As3+ dan ion Mn2+ pada analisis besi (II) dengan pengomplek
fenantrolin secara spektrofotometer UV-Vis. Akta Kimia Indonesia. 3(2) :203-
221.
Valentinuzzi, F., Young Pii, Porfido Carlo, Terzano Roberto, Maria Chiara
Fontanella, Gian Maria Beane, Stefania Asfolfi, Tanja Mimmo, dan Stefano
Gesco. 2020. Root-Shoot-Root Fe Translocation in Cucumber Plants Grown
in a Heterogeneous Fe Provision. Plant Science. 293.293-296.

Wulandari, T., dan Sri, W. 2018. Analisis Kandungan Fe (II) Air Selokan di Sekitar
TPA II Kelurahan Karya Jaya Musi 2 Palembang dengan Metode
Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan. 2(2):15-21.

Yanlinastuti, dan Syamsul, F. 2016. Pengaruh Konsentrasi Pelarut Untuk


Menentukan Kadar Zirkonium Dalam Paduan U-Zr Dengan Menggunakan
Metode Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Teknologi. 9(17): 22-33

LAMPIRAN A

PERHITUNGAN DATA

A.1 Pengenceran Larutan Baku 1000 ppm menjadi 10 ppm dalam 100 mL
aquadest
M1.V1 = M2.V2
1000 ppm . V1 = 10 ppm . 100 ml
V1 = 1 ml
A.2 Menghitung Pengenceran Setiap Konsentrasi.

1. Konsentrasi 0 ppm.
M1 × V1 = M2 × V2
10 ppm × V1 = 0 ppm × 10 mL
V1 = 0 mL
2. Konsentrasi 0,5 ppm.
M1 × V1 = M2 × V2
10 ppm × V1 = 0,5 ppm × 10 mL
V1 = 0,5 mL
3. Konsentrasi 1,0 ppm.
M1 × V1 = M2 × V2
10 ppm × V1 = 1,0 ppm × 10 mL
V1 = 1,0 mL
4. Konsentrasi 1,5 ppm.
M1 × V1 = M2 × V2
10 ppm × V1 = 1,5 ppm × 10 mL
V1 = 1,5 mL
5. Konsentrasi 2,0 ppm.
M1 × V1 = M2 × V2
10 ppm × V1 = 2,0 ppm × 10 mL
V1 = 2,0 mL
6. Konsentrasi 2,5 ppm.
M1 × V1 = M2 × V2
10 ppm × V1 = 2,5 ppm × 10 mL
V1 = 2,5 Ml
7. Konsentrasi 3,0 ppm.
M1 × V1 = M2 × V2
10 ppm × V1 = 3,0 ppm × 10 mL
V1 = 3,0 mL

A.3 Menghitung Konsentrasi Sampel.


Persamaan garis linier : Y = 0,0442x - 0,0556
Dengan Y = absorbansi
X = konsentrasi
1. Konsentrasi Sampel Sintesis I
Dik : y = 0,0442x – 0,0556
y = 0,00915
Dit : x ?
Jawab: y = 0,0442x – 0,0556
x = 0,00915 + 0,0556
0,0442
= 3,3257
2. Konsentrasi Sampel Sintesis II
Dik : y = 0,0442x – 0,0556
y = 0,18030
Dit : x ?
Jawab: y = 0,0442x – 0,0556
x = 0,18030 + 0,0556
0,0442
= 5,3371
3. Konsentrasi Sampel Sintesis III
Dik : y = 0,0442x – 0,0556
y = 0,32813
Dit : x ?
Jawab: y = 0,0442x – 0,0556
x = 0,32813 + 0,0556
0,0442
= 8,6816
4. Konsentrasi air sumur
Dik : y = 0,0442x – 0,0556
y = 0,00415
Dit : x ?
Jawab: y = 0,0442x – 0,0556
x = 0,00415 + 0,0556
0,0442
= 1,3518

Anda mungkin juga menyukai