Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN I

BESI DAN MANGAN

Selasa, 9 April 2019

Disusun oleh:
Kelompok 6
1. Ayu Pipit (082001700009)
2. Dicky Wijaya (082001700015)

Asisten Laboratorium:
Nanda Astuti Lieswito

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS ARSITEKTUR LANSKAP DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Unsur – unsur yang bersifat logam, semilogam, dan nonlogam banyak
ditemukan di alam semesta ini. Unsur – unsur ini ada yang berada di tanah, udara,
dan air. Logam yang terlarut di dalam air dapat mencemari perairan tersebut.
Sumber dari pencemaran logam ini berasal dari industri pertambangan, peleburan
logam, dan jenis industri lainnya yang menggunakan logam. Selain itu, unsur logam
dapat berasal dari lahan pertanian yang menggunakan pestisida, pupuk, dan anti
hama lainnya yang mengandung udnsur logam.
Besi dan mangan memiliki kegunaan di dalam kehidupan manusia,
contohnya adalah besi dan mangan merupakan salah satu mikroelemen yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk berperan dalam proses metabolism tubuh. Tapi jika
kandungan besi dan mangan melebihi dari baku mutu akan mengakibatkan dampak
yang buruk bagi kehidupan manusia. Kelebihan kadar besi dan mangan dapat
mengakibatkan rusaknya organ – organ penting, seperti pancreas, otot jantung, dan
ginjal.
Jika di dalam tubuh terdapat kadar besi yang berlebih dapat menimbulkan
penyakit hemakromatosis, yaitu tubuh menyerap dan menyimpan terlalu banyak
besi yang dapat menyebablan gagal jantung, hati, dan pancreas. Selain itu, besi
dapat memicu pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan lendir pada sistem
perpipaan dan dapat menyumbat sostem perpipaan tersebut. Kadar besi yang
berlebihan juga dapat menimbulkan bau dan memberikan warna kuning.
Jika kadar mangan berlebihan ada di dalam tubuh mangan bersifat racun
yang dapat menyerang saraf sehingga menyebabkan sindrom Parkinson. Mangan
yang berlebihan memberikan warna kehitaman pada air minum. Mangan juga dapat
memacu pertumbuhan bakteri yang dapat menimbulkan lendir pada perpiaan.
Oleh karena itu, diperlukan percobaan penetapan besi dan mangan. Karena
kadar besi dan mangan di dalam air penting dalam menentukan kecocokan
penyediaan air ke seluruh masyarakat. Jika kadar besi dan mangan di dalam air

1
berlebihan dapat menyebabkan masalah – masalah untuk lingkungan dan kesehatan
manusia.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan penetapan besi dan mangan adalah sebagai berikut:
1. Mengukur kadar besi di Sungai Grogol menggunakan metode
Phenathoroline.
2. Mengukur kadar mangan di Sungai Grogol menggunakan metode
kalorimetri / spektrofotometri.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Besi
Besi (Fe) adalah logam berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentu.
Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VIII, dengan berat
atom 55,85 gr/mol, nomor atom 26, dan umumnya mempunyai valensi 2 dan 3
(selain 1, 4, 6. Besi (Fe) adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang
dijumpai dalam keadaan bebas, untuk mendapatkan unsur besi, campiran lain harus
dipisahkan melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi
baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy (canpuran
beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon). (Eaton, Et. al., 2005)
Logam Fe ditemukan dalam inti bumi berupa hematit. Fe hampir tidak dapat
ditemukan sebagai unsur bebas. Fe diperoleh dalam bentuk tidak murni sehingga
harus melalui reaksi reduksi guna mendapatkan Fe murni. Fe ditemukan terutama
sebagai mineral hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4), mineral lain yang merupajan
sumber Fe adalah limonit (FeO(OH)nH2O), siderite (FeCO3), dan tekonit. Inti bumi
sebagaian besar terdiri dari alloy besi – nikel (Fe – Ni) dan kira – kira 5% meteorit
yang mengandung alloy Fe-Ni. (Widowati, 2008)
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir
setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologi dan semua badan air. Pada
umumnya, besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut seperti Fe2+ (Ferro) atau
Fe3+(Ferri), tersuspensi sebagai butir koloidal atau lebih besar seperti Fe2O3, FeO,
dan Fe(OH)3, tergabung dengan zat organis atau zat padat yang anorganis seperti
tanah liat. Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe yang tinggi ini dapat
dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur. (Cristian, 1986).
Besi yang murni adalah logam berwarna putih – perak, yang kukuh dan liat.
Besi melebur pada 1535C. Pada umumnya alga, besi berperan sebagai penyusun
sitokrom dan klorofil. Kadar besi yang berlebihan selain dapat mengakibatkan
timbulnya warna juga mengakibatkan karat pada peralatan yang terbut dari logam,
serta dapat memudarkan bahan celupan dan tekstil. (Vogel, 1985)

3
Kandungan Fe di bumi sekitar 6,22%, di tanah sekitar 0,5 – 4,3%, di sungai
sekitar 0,7 mg/l, di air tanah 0,1 – 10 mg/l, air laut sekitar 1 – 3 ppb, pada air minum
tidak lebih dari 200 ppb. Pada air permukaan biasanya kandungan zat besi relative
rendah yakni jarang melebihi 1 mg/l sedangkan konsentrasi besi pada air tanah
bervariasi mulai dari 0,01 mg/l sampai dengan  25 mg/l. Di alam biasanya banyak
terdapat di dalam bijih besi hematite, magnetite, taconite, limonite, goethite,
siderite, dan pyrite (FeS), sedangkan di dalam air umumnya dalam air umumnya
dalam bentuk terlarut sebagai senyawa garam ferri (Fe3+) atau garam ferro (Fe2+).
Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 mm) atau lebih besar seperti
Fe(OH)3 dan tergabung dengan zat organic atau zat padat yang anorganik (seperti
tanah liat dan partikel halus terdispersi). Senyawa ferro dalam air yang sering
dijumpai adalah FeO, FeSO4, FeSO4, H2O, FeCO3, Fe(OH)2, FeCl2 sedangkan
senyawa dijumpai yaitu FePO4, Fe2O3, FeCl3, dan Fe(OH)3. (Eaton, Et. al., 2005)
Di beberapa tempat besi terdapat dalam tanah sebagai senyawa ferri yang
tak mudah larut. Selama kadar oksigen terlarut cukup besar, air di daerah ini tidak
mengandung besi walaupun kandungan CO2 nya cukup tinggi. akan tetapi jika
kandungan oksigen terlarut habis (anaerobic), ion ferri akan tereduksi menjadi ion
ferri dan akan terdapat dalam air. (Lindu, dkk., 2019)
Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih besar dari 1 mg/l, tetapi
di dalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. konsentrasi Fe yang tinggi ini
dapat dirasakan dan dapat menodai kain dan perkakas dapur. Dalam air minum Fe
menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan
bakteri besi dan kekeruhan. Zat besi merupakan suatu komponen dari berbagai
enzim yang mempengaruhi seluruh reaksi kimia yang penting di dalam tubuh.
(Nainggolan, H dan Susilawati, 2011)
Pada air yang tidak mengandung O2, seperti sering kali air tanah, besi berada
sebagai Fe2+ cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan
terjadi aerasik, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+. Fe3+ ini sulit terlarut pada pH 6
sampai 8, bahkan dapat menjadi Fe(OH)3, atau salah satu jenis oksida yang
merupakan zat pada dan bisa mengendap. Demikina dalam air sungai besi berada

4
sebagai Fe2+, Fe3+, terlarut dan Fe3+ dalam bentuk senyawa organis berupa koloidal.
(Alearts dan Sumestri, 1984)
Warna kompleks tersebut tidak dipengaruhi oleh pH larutan, bilangan pH
antara 3 dan 9 suatu nilai absorpsi bersifat atau konsnterasi besi, dapat diketahui
dengan membandingkan dengan 5 larutan standar referensi yang mengandung
kakdar besi yang ditekatahui dan yang meliputi skala absorpsi spektrofotometer
(sebenarnya dikatakan absorbansi, bukan absorpsi). (Achamad, 2004)
Ion besi memberikan rasa amis dalam air memberi kesempatan tumbuhan
bakteri pengguna besi di dalam sistem distribusi. Oleh karena itu di dalam sistem
penyediaan air minum kandungan besi dibatasi sampai 0,3 mg/l dan mangan 0,05
mg/l. (Lindu, dkk., 2019)
Dewasa ini banyak metode digunakan untuk penetapan besi dalam air,
diantaranya metode presipitasi dan metode kalorimetri. Metode presipitasi
digunakan jika kadar besi di dalam air sangat besar seperti pada air limbah industri.
Sementara metode kalorimetri digunakan untuk penetapan kadar besi yang
jumlahnya tidak terlarut banyak. umumnya pada air minum terkandung kadar besi
yang tidak terlalu banyak, oleh karena itu digunakan metode kalorimetri yang
diharapkan dapat memberikan hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan
perlakuan pendahuluan (pretreatment) sebelum dilakukan analisis. Selain kedua
metode tersebut, besi dapat pula ditetapkan dengan menggunakan instrumentasi
AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry). (Lindu, dkk., 2019)
Besi yang terdapat dalam larutan akan direduksi menjadi bentuk Fe2+ oleh
pendidihan dengan adanya asam dan hidroksilamin, serta direaksikan dengan 1,10
– phenanthroline pada pH 3,2 – 3,3. Tiga molekul phenanthroline mengkelat
masing – masing ion Fe2+ membentuk kompleks merah – jingga. Warna yang
dihasilkan selanjutnya dapat diukur secara visual seperti pada metode tiosianat atau
dengan menggunakan spektrofotometer. (Lindu, dkk., 2019)

5
2.2 Mangan
Mangan adalah logam yang kurang tahan korosi dibandingkan kromium,
karena oksidanya tidak melindungi. Unsur ini dapat dibuat dari oksida MnO2 yang
terurai. Ion mangan yang stabil dalam basa, ialah MnO2 yang ditambahkan KOH
dan dioksidasi dengan O2 atau KNO3 yang menghasilkan manganat (MnO42-).
Konfigurasi electron mangan adalah [Ar] 3d5 4s2. Dengan menggunakan electron
4s dan kemudian ke 5 elektron 3d yang tidak berpasangan, mangan mempunyai
bilangan oksidasi antara +2 sampai +7. Reaksi yang penting dalam senyawa
mangan adalah reaksi oksidasi – reduksi. Kalium permanganate (KMnO4)
merupakan zat pengoksida yang penting. Untuk analisis kimia digunakan pada
larutan asam, dimana senyawa tersebut direduksi menjadi Mn2+. (Cotton &
Wikinson, 1989)
Mangan adalah logam putih abu – abu yang penampilannya serupa besi
tuang. Mangan melebur pada suhu kira – kira 1250C. Mangan bereaksi dengan air
hangat membentuk mangan (II) hidroksida dan hidrogen: (Fardiaz, 1992)

Mn + 2H2O  Mn(OH)2 + H2

pH berperan besar dalam proses biologi dan atau kimia (biokimia) termasuk
dasar penyisihan besi dan mangan. Pada kedua unsur tersebut, pH ikut menentukan
keberhasilan pengolahan. Sudah terbukti juga mengolah mangan tak semudah besi.
Ketika rendah pHnya aerasi tidak dapat menaikkan potensial mangan sehingga
tidak terjadi perubahan Mn2+ menjadi Mn4+. Tapi untungnya, konsentrasi besi dan
mangan di air permukaan relative rendah, sekitar 1 mg/l, di air tanah lebih tinggi,
kadar besinya bisa mencapai 10 mg/l dan mangan bisa melebihi 2 mg/l. (Fardiaz,
1992)
Mangan relative melimpah dan terdapat dalam banyak deposit, terutama
oksida, oksida hidrat, atau karbonat. Logam dapat diperoleh daripadanya, atau dari
Mn3O4 yang didapat dengan memenggangnya, melalui reduksi dengan alumunium.
Mangan cukup elektropositif, dan mudah melarut dalam asam bukan
pengoksidasinya. Kegunaan mangan yang paling penting adalah dalam produksi

6
baja, dan untuk keperluan ini biasanya digunakan logam campuran besi – mangan
yaitu fero mangan. Fero mangan diproduksi dengan mereduksi campuran besi dan
oksida mangan dengan karbon. Biji mangan yang utama adalah pirolust (MnO2).
(Petrucci, 1987)

MnO2 + Fe2O3 + 5C  Mn + 2Fe + 5CO(g)

Pada produksi baja, Mn berpartisipasi pada pemurnian besi melalui reaski


dengan belerang. Fungsi yang lain adalah untuk meningkatkan kekerasan baja. Baja
mengandung Mn dengan proporsi yang besar sangat keras dan tahan lama,
digunakans ebagai kereta api dan mesin – mesin buldoser. Garam mangan
kebanyakan larut dalam air. Penambahan OH pada larutan Mn2+ menghasilkan
hidroksida berupa gelatin putih. Ini dengan cepat menjadi gelap dalam udara akibat
oksida. Sulfatnya MnSO4 sangat stabil dan dapat digunakan untuk analisis Mn,
seperti dapat diperoleh pada penguapan larutan asam sulfat sampai kering. Fosfat
dan karbonat sukar larut. Tetapan kesetimbangan bagi pembentukan kompleks
mangan (II) relaitf rendah, karena ion Mn2+ tidak mempunyai energy penstabilan
medan ligan. (Petrucci, 1987)
Pada dasarnya Mangan terdapat dalam tanah sebagai MnO2 tidak mudah
larut dalam air yang mengandung CO2. Dalam kondisis anaerobic Mn4+ akan
tereduksi menjadi Mn2+ yang lebih mudah larut dalam air yang mengandung CO2.
(Lindu, dkk., 2019)
Air yang mengandung besi atau mangan apabila berkontak dengan udara
akan menjadi keruh dan terlihat tidak menyenangkan karena terbentuknya endapan
koloid Fe3+ dan Mn4+ dalam air akibat oksidasi yang terjadi. Kecepatan oksidasi
akan bertambah dengan hadirnya katalis anorganik tertentu, atau oleh aktivitas
mikroorganisme. (Lindu, dkk., 2019)
Penetapan mangan dilakukan secara kolorimetri dengan metode persulfate
yang diukur dengan spektofotometer pada panjang gelombang maksimum 525 nm.
(Lindu, dkk., 2019)

7
Oksidasi Mn2+ oleh persulfate menjadi Mn7+ (sebagai MnO4-) yang
berwarna merah ungu dalam suasana asam menggunakan Ag+ sebagai katalis.
Warna merah ungu yang timbul dibadningkan dengan warna standar KMnO4 dan
diukur dengan spektrofotometer. (Lindu, dkk., 2019)

2Mn2+ + 5(S2O8)2- + 8H2O  MnO4- (merah ungu) + 5K2SO4 + 16H+


atau
2Mn2+ + 5K2SO4 + 8H2O  2KMnO4 (merah ungu) + 5K2SO4 + 6H+ + 5H2SO4.

8
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam percobaan penetapan besi dan mangan, metode yang digunakan


untuk penetapan besi adalah metode Phenanthroline, besi yang terdapat dalam
larutan akan direduksi menjadi bentuk Fe2+ oleh pendidihan dengan adanya asam
dan hidroksilamin, dan ditambahkan larutan Phenanthroline lalu diukur dengan
spektrofotometer. Dan metode yang digunakan untuk penetapan mangan adalah
metode persulfat, metode ini mengoksidasi Mn2+ oleh persulfat menjadi Mn7+ yang
berwarna merah ungu dalam suasan asam menggunakan Ag+ sebagai katalis lalu
diukur menggunakan spektrofotometer.

3.1 Waktu dan Tempat


Hari, Tanggal : Selasa, 9 April 2019
Waktu Sampling : 07.10 WIB
Lokasi Sampling : Samping Halte Busway Grogol 2 (610’2”S 10647’19”E)

Gambar 3.1
Kondisi Sungai Pada Pengambilan Sampel

9
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Penetapan Besi
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Penetapan Besi
Nama
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Konsetrasi Jumlah
Bahan
1. Pipet Ukur 25 ml 1 buah Sampel Air - 50 ml

2. Erlenmeyer 250 ml 1 buah HCl Pekat - 2 ml


3. Hot Plate - 1 buah NH2OH.HCL - 1 ml

4. Labu Ukur 50 ml 1 buah Larutan - 10 ml


Penyangga
Amonium
Asestat
5. Spektrofotome- - 1 buah 1,10 - 4 ml
ter Phenantroli-
ne
6. - - - Aquades - Secukup-
nya

3.2.2 Penetapan Mangan


Tabel 3.2 Alat dan Bahan Penetapan Mangan
Nama
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Konsetrasi Jumlah
Bahan
1. Pipet Ukur 25 ml 1 buah Sampel Air - 50 ml

2. Erlenmeyer 250 ml 1 buah Pereaksi - 5 ml


Khusus
3. Hot Plate - 1 buah H2O2 - 1 tetes

4. Labu Ukur 100 ml 1 buah (NH4)2S2O8 - 1 gram

10
Nama
No. Nama Alat Ukuran Jumlah Konsetrasi Jumlah
Bahan
5. Spektrofotome- - 1 buah Aquades - Secukup-
ter nya

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pengambilan Sampel
Tabel 3.3 Cara Kerja Pengambilan Sampel
No. Cara Kerja Gambar
1. Ambil sampel air pada kedalam 1⁄ sampai 2⁄ dari
2 3
permukaan air sungai.

2. Buang air sampel yang ada di jerigen terlebih dahulu,


lalu ulangi langkah pertama.

3. Masukkan sampel ke dalam jerigen sampai penuh dan


bawa ke laboratorium lingkungan.

11
3.3.2 Penetapan Besi
Tabel 3.4 Cara Kerja Penetapan Besi
No. Cara Kerja Gambar
1. Pipet 50 ml sampel air dan masukkan ke dalam
erlenmeyer

2. Tambahkan 2 ml HCl pekat

3. Tambahkan 1 ml NH2OH.HCL

4. Panaskan di atas hot plate sampai volume larutan 15


– 20 ml dan dinginkan.

6. Pindahkan ke dalam labu ukur 50 ml

12
No. Cara Kerja Gambar
7. Tambahkan 4 ml Larutan Penyangga Amonium
Asestat

8. Tambahkan 4 ml 1,10 – phenanthroline.

9. Tera dengan aquades. Dan diamkan selama 15 menit.

10. Masukkan ke dalam kuvet dan ukur dengan


spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm.

13
3.3.3 Penetapan Mangan
Tabel 3.5 Cara Kerja Mangan
No. Cara Kerja Gambar
1. Pipet 50 ml sampel air dan masukkan ke dalam
erlenmeyer

2. Tambahkan 5 ml pereaksi khusus

3. Tambahkan 1 tetes H2O2

4. Tambahkan 35 ml aquades sampai volume 90 ml.

5. Tambahkan 1 gram (NH4)2S2O8

14
No. Cara Kerja Gambar
6. Panaskan di atas hot plate selama 1 menit setelah
sampel mendidih.

7. Pindahkan ke dalam labu ukur 100 ml

8. Masukkan ke dalam kuvet dan ukur dengan


spektrofotometer dengan panjang gelombang 510 nm.

15
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatana


Tabel 4.1 Hasil Pengamatan
No. Hasil Pengamatan Gambar
1. Sampling (Insitu)
pH = 7,607
DO = 0,72 ppm
DHL = 377 s
Kekeruhan = 21,7 NTU
Suhu = 28C
Tutupan Awan = 60%
Arah Angin = S  U
Rona Lingkungan = Jalan raya, jembatan
penyebrangan, mall, halte, tanaman, pos polisi, fly
over.

2. Besi
Volume sampel = 50 ml
Panjang gelombang = 510 nm
Absorbansi sampel (y) = 0,101
Perubahan Warna:
Sampel + HCl (p) + NH2OH.HCl  bening

16
No. Hasil Pengamatan Gambar
Setelah proses pemanasan  bening
+ Penyangga ammonium asetat  bening
+ 1,10 – phenantroline  oranye
a = 5,2381 x 10-4
b = 0,1966
r2 = 0,992

3. Mangan
Volume sampel = 50 ml
Panjang gelombang = 525 nm
Absorbansi sampel (y) = 0,005
Perubahan Warna:
Sampel + Per. Khusus + H2O2  bening
+(NH4)2S2O8  bening
Setelah pemanasan  merah muda
seula=-s
a = -3,0545 x 10-3
b = 0,0103
r2 = 0,9989

4.2 Perhitungan
4.2.1 Besi
Rumus:
y = a + bx

Keterangan:
y = konsentrasi
a = intersep

17
b = slope
x = konsentrasi
Diketahui:
Intersep (a) = 5,2381 x 10-4
Slope (b) = 0,1966
Regresi (r2) = 0,992
Absorbansi(y) = 0,101
Tabel 4.2 Besi
Konsentrasi Absorbansi
0 0
0,1 0,022
0,2 0,038
0,3 0,057
0,4 0,085
0,5 0,096
x 0,101

Ditanya: x?
Jawab:
y = a + bx
0,101 = 5,2381 x 10-4 + 0,1966.x
0,101 - 5,2381 x 10-4 = 0,1966x
0,1005 = 0,1966 x
0,1005
=𝑥
0,1966
0,511 mg/L = x

18
Grafik Besi
0.12
0.1 y = 0.1966x + 0.0005
R² = 0.99189
Absorbansi

0.08
0.06 Sampel
0.04
0.02
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Konsenterasi

Besi sampel Linear (Besi)

Grafik 4.1 Besi

4.2.2 Mangan
Rumus:

y = a + bx
𝑋
100𝑚𝑙
mg Mn/L =
𝑉𝑜𝑙.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Keterangan:
y = konsentrasi
a = intersep
b = slope
x = konsentrasi
Diketahui:
Intersep (a) = -3,0545 x 10-3
Slope (b) = 0,0103
Regresi (r2) = 0,998
Absorbansi(y) = 0,005
Vol. Sampel = 50 ml

19
Tabel 4.3 Mangan
Konsentrasi Absorbansi
0 0
2 0,019
4 0,037
8 0,076
12 0,113
16 0,164
20 0,210
40 0,408
x 0,005

Ditanya: x?
Jawab:
y = a + bx
0,005 = -3,0545 x 10-3 + 0,0103.x
0,005 + 3,0545 x 10-3 = 0,0103.x
8,054 x10-3 = 0,0103.x
8,054 x10−3
=𝑥
0,0103
0,7819 mg/L = x
1 mg = 1000g
g = 0,7819 x 1000
g = 781,9 g
𝑋
100𝑚𝑙
mg Mn/L =
𝑉𝑜𝑙.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
781,9g
100𝑚𝑙
mg Mn/L =
50 𝑚𝑙
mg Mn/L = 0,15638 mg/L

20
Grafik Mangan
0.5

0.4 y = 0.0106x - 0.0253


R² = 0.973
0.3
Absorbansi

Sampel
0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
-0.1
konsenterasi

Mangan sampel Linear (Mangan) Linear (sampel)

Grafik 4.2 Mangan

4.3 Pembahasan
Pengambilan sampel air di Sungai Grogol yang digunakan untuk praktikum
penetapan asiditas, alkalinitas, dan CO2 bebas dilakukan pada pukul 07.10 WIB di
samping Halte Busway Grogol 2 dengan titik koordinat 610’2”S 10647’19”E.
Kondisi sungai keruh, tutupan awan 60%, arah angin bertiup dari Barat ke Timur,
dan rona lingkungan di sekitar titik pengambilan sampel terdapat jalan raya,
jembatan penyebrangan, mall, halte, tanaman, pos polisi, dan fly over.
Parameter insitu yang diukur adalah pH, DO, DHL, suhu, dan kekeruhan.
Didapatkan hasil bahwa sampel air memiliki pH 7,607, DO sebesar 0,72 ppm, DHL
sebesar 377 s, bersuhu 28C, dan kekeruhannya adalah 21,7 NTU.

4.3.1 Besi
Percobaan penetapan besi menggunakan metode Phenanthroline. Pada
metode ini sampel diukur menggunakan spektrofotometer dengan penambahan
larutan Phenanthroline. Larutan ini digunakan agar sampel membentuk kompleks
larutan berwarna merah jingga sehingga mudah untuk dibaca oleh
spektrofotometer.
Reaksi antara kadar besi dengan larutan Phenanthroline merupakan reaksi
kesetimbangan dan berlangsung pada pH netral. Oleh karena itu, pH larutan harus

21
dijaga agar tetap netral. Digunakan larutan ammonium asetat agar pH larutan netral.
Penambahan ammonium asetat dilakukan sebelum penambahan larutan
Phenanthroline. Dalam penentuan kadar besi di dalam sampel harus dibuat larutan
standar. Tujuan dibuatnya larutan standar adalah agar terbuatnya kurva kalibrasi
yang akan digunakan untuk menghitung kadar besi di dalam sampel air Sungai
Grogol. Panjang gelombang yang dipakai untuk larutan standar adalah 510 nm.
Dapat dilihat bahwa semakin besar konsentrasi larutan standar, semakin besar pula
nilai absorbansi.
Panjang gelombang yang digunakan untuk pengukuran absorbansi sampel
air Sungai Grogol adalah 510 nm. Setelah diukur mengunakan spektrofotometer
nilai absorbansinya adalah 0,101 sehingga setelah perhitungan didapatkan hasil
konsentrasinya adalah 0,511 mg/L. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 kadar maksimum besi untuk
kualitas air besih adalah 1 mg/L. Sehingga, kadar besi di Sungai Grogol masih ada
di bawah kadar maksimum yang ditentukan dan dapat dipastikan bahwa kandungan
besi tidak akan bersifat toksik untuk organisme yang ada di perairan.
Dari grafik kadar besi Sungai Grogol dengan larutan standar diperoleh nilai
persamaan garis y = 5,2381 x 10-4 + 0,1966. Dan memiliki nilai regresi 0,992. Nilai
regresi ini menunjukan korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar
sehingga linearitas dari kurva itu baik.

4.3.2 Mangan
Percobaan penetapan mangan menggunakan metoode spektrofotometri.
Larutan ditambah dengan larutan persulfate lalu diukur menggunakan
spektotrofotometer pada panjang gelombang 525 nm.
Penambahan pereaksi yang ditambahkan ke sampel air kemungkinan
merupakan larutan asam. Dan penambahan hidrogen peroksida memiliki tujuan
untuk mereduksi MnO4+ yang berada dalam sampel air menjadi Mn2+. Hal ini
disebabkan karena reaksi ion mangan dengan persulfate membentuk permanganat
akan lebih mudah dalam suasana asam. Dilakukan pemanaasan larutan juga
bertujuan untuk mempermudah terjadinya reaksi. Permanganat inilah yang akan

22
berwarna merah muda seulas, dimana intensitas warna yang dihasilkan sebanding
dengan kadar mangan yang berada di dalam sampel air.
Sampel air Sungai Grogol yang diukur melalui spektrofotometer dengan
panjang gelombang 525 nm didapatkan hasil bahwa absorbansinya adalah 0,005
dan setelah dihitung konsentrasinya adalah 0,7819. Hasil konsentrasi mangan
tersebut dimasukan ke dalam rumus sehingga didapatkan kadar mangan Sungai
Grogol adalah 0,15638 mg/L. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 kadar maksimum mangan untuk
persyaratan kualitas air bersih adalah 0,5 mg/L. Sehingga, kadar mangan dalam
Sungai Grogol masih di bawah kadar maksimum persyaratan kualitas air besih dan
dapat dipastikan bahwa kandungan mangan tidak akan bersifat toksik untuk
organisme yang ada di perairan. Tetapi, dampak dari kandungan mangan
menyebabkan warna keruh pada Sungai Grogol. Hal ini diakibatkan karena mangan
berkontak dengan O2 sehingga terjadi oksidasi dan terbentuknya endapan koloid
yang menyebabkan kekeruhan.
Dari grafik kadar mangan Sungai Grogol dengan larutan standar diperoleh
nilai persamaan garis y = -3,0545 x 10-3 + 0,0103. Dan memiliki nilai regresi 0,998.
Nilai regresi ini menunjukan korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar
sehingga linearitas dari kurva itu baik.

23
BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum penetapan besi dan mangan
adalah sebagai berikut:
1. Dari hasil percobaan penetapan besi, sampel air memiliki kandungan besi 0,511
mg/L atau dalam satu liter sampel air terdapat 0,511 mg besi yang terkandung.
Dibandingkan dengan Permenkes Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990
menyebutkan bahwa kadar maksimum sulfat adalah 1 mg/L sehingga Sungai
Grogol masih berada dibawah persyaratan kadar maksimum untuk kualitas air
bersih.
2. Dari hasil percobaan penetapan mangan, sampel air memiliki kandungan besi
0,15638 mg/L atau dalam satu liter sampel air terdapat 0,15638 mg mangan
yang terkandung. Dibandingkan dengan Permenkes Nomor
416/MENKES/PER/IX/1990 menyebutkan bahwa kadar maksimum sulfat
adalah 0,5 mg/L sehingga Sungai Grogol masih berada dibawah persyaratan
kadar maksimum untuk kualitas air bersih.

24
DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G dan Sumestri S.S. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha
Nasional.

Christian, Gary. 1986. Analitika Chemistry. New York: Wiley.

Cotton, A., Geoffrey Wilkinson, 1989. Kimia Anorganik Dasar. Penerjemah:


Suhati Suharto. Pendamping: Yanti R.A. Koestoer. Cetakan Pertama.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Eaton, Andrew. Et.al. 2005. Standard Methods for Examination of Water and
Wastewater. 21st Edition. Marryland – USA : American Public Health
Association.

Fardiaz, Srikandi. 1992. Populasi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Lindu, Muhammad., dkk. 2019. Penuntun Praktikum Laboratorium Lingkungan I.


Jakarta: Universitas Trisakti.

Nainggolan, S. dan Susilawati. 2011. Pengolahan Limbah Cair Industri


Perkebunan dan Air Gambut Menjadi Air Bersih. Medan: USU Press.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta. Erlangga.

Vogel. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT.
Kalman Media Pusaka.

Widowati, Wahyu., dkk. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta: Andi

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai