Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SLAMET BUDI SETYO

NIM : 4311416067
ROMBEL: 02

Pengertian Sol-Gel

Kata sol-gel digunakan secara luas untuk menjelaskan proses kimia dalam


pembuatan material seperti keramik dan gelas. Sol adalah partikel koloid yang
tersebar dalam bentuk larutan dari suatu molekul.  Kata gel mengacu kepada bahan
yang semi rigid (pejal) yang terbentuk ketika partikel koloid berikatan akibat gaya
pada permukaan yang membentuk  jaringan ketika molekul berikatan. Dalam
mensintesis material melalui  proses sol-gel terdiri dari bentuk
koloid dan polimer.  Dengan kata lain, proses sol-gel merupakan proses
pencampuran pembentukan senyawa anorganik melalui reaksi secara kimia dalam
larutan pada suhu rendah, dimana proses tersebut terjadi proses perubahan fasa dari
suspensi koloid (sol) membentuk fasa cair kontinyu (gel). Metode sol-gel memiliki
keuntungan diantaranya (i) tingkat stabilitas termal yang baik, (ii) stabilitas mekanik
yang baik, (iii) daya tahan pelarut yang baik, dan (iv) modifikasi permukaan dapat
dilakukan dengan mudah. Prekursor yang biasa digunakan umumnya logam-logam
anorganik atau senyawa logam organik yang dikelilingi oleh ligan yang reaktif
seperti logam alkoksida (M(OR)z), dimana R menunjukkan gugus alkil (CnH2n+1).
Logam alkoksida banyak digunakan karena sifatnya yang mudah bereaksi dengan air.

Metode Sol-Gel

Metode sol gel berkembang dengan pesat karena memungkinkan sintesis padatan


pada temperatur ruang. Secara umum, sintesis padatan ini diawali dengan
pembentukan sol, kemudian pembentukan gel, penuaan (aging), pengeringan yang
diikuti pemanasan hingga proses pemadatan (densification). Proses sol-
gel didefinisikan sebagai pembentukan jaringan oksida dengan reaksi polikondensasi
yang progresif dari molekul precusor pada medium cair. Prosessol-gel ini dapat
menghasilkan material keramik yang memiliki kemurnian dan kekuatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan  bahan yang menggunakanmetode lain. Sol merupakan
suspensi partikel koloid dalam suatu zat cair atau molekul-molekul polimer yang
melibatkan evolusi jaringan-jaringan anorganik melalui polimerisasi, kondensasi
(penggabungan) dan hydrolysis  dari senyawa hidroksida atau senyawa oksida
logam.  Sedangkan gel dibentuk ketika partikel-partikel koloid bergabung
akibat gaya permukaan yang membentuk suatu jaringan dan molekul-molekul
polimer saling bersilangan.

Tahapan Proses Sol-Gel

Prekursor atau bahan awal dalam pembuatannya adalah alkoksida logam dan klorida
logam, yang kemudian mengalami reaksi hidrolisis dan reaksi polikondensasi untuk
membentuk koloid, yaitu suatu sistem yang terdiri dari partikel-partikel padat (ukuran
partikel antara 1 nm sampai 1 µm) yang terdispersi dalam suatu pelarut. Bahan awal
atau prekursor juga dapat disimpan pada suatu substrat untuk membentuk film (seperti
melalui dip-coating atau spin-coating), yang kemudian dimasukkan ke dalam suatu
container yang sesuai dengan bentuk yang diinginkan contohnya untuk menghasilkan
suatu keramik monolitik, gelas, fiber atau serat, membrane, aerogel, atau juga untuk
mensitesis bubuk baik butiran mikro maupun nano.

Dari beberapa tahapan proses sol-gel, terdapat dua tahapan umum dalam pembuatan
metaloksida melalui proses sol-gel, yaitu hidrolisis dan polikondensasi seperti
terlihat pada Gambar berikut:
Aplikasi Sol-Gel

Metode sol-gel berkembang dengan pesat karena memungkinkan sintesis


padatan pada temperatur rendah (ruang), dan sudah diaplikasikan dalam pembuatan
beberapa material yakni, keramik atau gelas.  Keuntungan pada proses ini adalah
dapat menghasilkan partikel yang halus dan seragam serta peralatan yang digunakan
cukup sederhana.  Selain untuk menghasilkan serbuk, metode sol gel sudah
banyak diaplikasikan untuk mensintesis lapisan tipis (thin film), pelapisan (coating),
dan serat (fiber). Pada umumnya, metode sol-gel diaplikasikan dalam pembuatan
lapisan tipis dan pelapisan, karena sulit membuat lapisan gel dengan ketebalan
1 mm.  Material dasar dalam pembuatan larutan pelapis pada umumnya
menggunakan larutan logam alkosida, dengan cara reaksi hidrolisis dan
kondensasi .  Ada dua teknik yang dapat dilakukan dalam pembuatan lapisan tipis,
yakni (i) dip coating (pencelupan), dimana material yang akan dilapisi dicelupkan ke
dalam larutan dengan perlahan-lahan, dan (ii) spin coating (pemutaran), dimana
larutan ditetesi ke dalam material yang berputar dengan kecepatan tinggi.  Dari kedua
teknik tersebut, yang sudah sering digunakan adalah dengan cara pencelupan.  Salah
satu yang perlu diperhatikan adalah sudut antara larutan dengan permukaan material
harus kecil sehingga larutan akan membasahi secara merata pada permukaan
material. Untuk dip coating, ketebalan film tergantung dari viskositas larutan dan
kecepatan gerak dari material.   

Definisi Nano Material


Karena memiliki ukuran partikel yang sangat kecil dalam skala nanometer
maka para ahli bersepakat bahwa yang disebut material nano adalah material dengan
ukuran dimensi 1 nm sampai dengan ukuran 100 nm. Material tersebut memiliki
keunggulan dibandingkan dengan material yang berukuran lebih besar. Material
ukuran nano penting untuk dipelajari karena material ukuran nano memiliki sifat
yang khas yang ditimbulkan oleh luasnya fraksi interfasa atau permukaan yang
besar.
Berdasarkan standart pengukuran internasional, maka 1 nm sama dengan
(1/1.000.000.000 ) meter atau (0,000000001 m), hal ini hampir sama dengan sekitar
1/ 50.000 garis tengah rambut manusia. Material dengan skala 1 nm sampai dengan
100 nm memiliki ukuran yang lebih kecil dari material biologi seperti sel manusia
berukuran 5.000 nm sampai 200.000 nm. Material biologi yang masuk dalam ukuran
nano seperti virus berukuran 10 sampai 200 nm. Dalam bidang fisika atom skala
nano dapat mencakup atom seperti atom germanium berukuran 1 nm, sedangkan
atom yang lebih kecil seperti atam hydrogen berukuran 0,1 nm.
Nanomaterial merupakan material yang mempunyai ukuran dalam skala
nanometer yaitu berkisar antara 1-100 nm. Banyak orang tertarik dengan
nanomaterial, karena dengan ukuran nano, sifat material lebih menguntungkan dari
pada ukuran besar. Rekayasa material nanopartikel pada dasarnya adalah rekayasa
pengendalian ukuran, bentuk, dan morfologi, serta penataan material pada ukuran
nanometer, yang akan menentukan karakteristik nanopartikel hasil sintesis. Secara
geometris, nanomaterial dapat dimasukkan dalam material berdimensi rendah
(dibawah 3). Karena ukuran yang sangat kecil maka secara umum karakteristik dari
material nano adalah: kecil, ringan, properti unggul, dan cerdas.
Nanomaterials menjadi penting karena menawarkan kemampuan untuk
memanipulasi, mengontrol dan mensintesa material pada level atom dan molekul.
Serta mampu menyediakan afinitas, kapasitas dan selektifitas tingkat tinggi dari
suatu material dikarenakan sifat kimia, fisika dan bilogi yang unik. Karakteristik
material dapat menjadi berbeda setelah menjadi nanomaterial. Nanomaterial
memiliki surface area yang besar daripada material awalnya. Hal ini dapat
meningkatkan reaktifitas kimia dan meningkatkan kekuatan sifat elektronik. Efek
kuantum yang mendominasi bahan nanoscale terutama pada pengaruh optikal dan
sifat magnetik material. Terdapat berbagai fenomena quantum atraktif yang timbul
sebagai akibat pengecilan ukuran material hingga ke dimensi nano. Logam platina
meruah yang dikenal sebagai material inert dapat berubah menjadi material katalitik
jika ukurannya diperkecil mencapai skala nano. Material stabil, seperti aluminium,
menjadi mudah terbakar, bahan-bahan isolator berubah menjadi konduktor.
Aplikasi Material Nano
a) Lingkungan hidup
Nanofiltration terutama digunakan untuk menghilangkan ion atau pemisahan
fluida yang berbeda.
b) Elektronika
Salah satu aplikasi dalam elektronika adalah sebagai Memori Storage.
c) Kesehatan
 Contrast agent untuk pencitraan sel dan terapi untuk mengobati kanker
 Nanoteknologi-on-a-chip
 Drug delivery vehicles
 Kosmetik yang dapat melindungi diri dari bahaya sinar  ultraviolet
Dampak Material Nano
Potensi manfaat material nano bagi kesehatan dan lingkungan telah banyak
dipelajari, walaupun demikian pengaruh negatif material tersebut terhadap kesehatan
dan lingkungan atau lebih khususnya dapat menyebabkan keracunan tidak dapat
lepas dari pemikiran. Diantaranya pemikiran tersebut tentang efek samping
penggunaan material nano dalam bidang kesehatan serta kemampuan alam untuk
menguraikan partikel tersebut. Partikel nano mempunyai skala ukuran sama dengan
komponen seluler dan protein-protein yang lebih besar. Berdasarkan pemikiran ini
ada kemungkinan partikel nano menghindari pertahanan alami tubuh manusia dan
makhluk hidup yang lain serta dapat merusakan sel. Secara umum manusia telah
banyak menerima paparan berbagai jenis partikel nano yang bersumber dari alam
seperti fotokimia dari atmosfer, kebakaran hutan. Manusia menghirup jutaan polutan
partikel nano pada waktu menggunakan api untuk pembakaran.

Anda mungkin juga menyukai