Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zulfina Arinda Putri

NIM : 20/456408/TP/12703
Tugas : Teknik Proses Pangan – Nanotechnology
Dosen : Dr. Dimas Rahadian Aji Muhammad

Prinsip-prinsip Dasar Nanotechnology

Nanotechnology menggunakan teknik dan bahan yang cukup banyak


kemudian dikombinasikan agar dapat dieksplorasi. Nanotechnology memiliki
prinsip untuk memenuhi keinginan atau tuntutan konsumen. Konsumen di bidang
pangan relatif dari waktu ke waktu keinginannya terus berkembang, bergantung
dari latar belakang sosial, ekonomi, dan sebagainya. Nanotechnology diadopsi dari
teknik farmasi yang diaplikasikan di bidang pangan sesuai dengan tujuannya.
Nanotechnology sesuatu yang relatif baru dengan berbagai macam tekniknya, dapat
membuat suatu bahan berkarakter nano (liposome, polymeric nanoparticle,
dendrimer, magnetic nanoparticle, micelle, nanogel, dan lain-lain) dengan bentuk
yang berbeda-beda, bergantung pada teknik dan bahan yang digunakan. Misalnya
pada liposome memiliki gugus polar dan non-polar sehingga saat diberikan
nanotechnology akan bersatu dan memiliki ruang antara keduanya. Ruang tersebut
dapat diisi oleh komponen bioaktif (hasil pertanian yang diekstrak).
Nanotechnology berfungsi untuk membawa senyawa bioaktif agar dapat masuk ke
dalam tubuh dengan tingkat keterserapannya lebih tinggi.
Penggunaan nanoparticle sudah banyak diaplikasan untuk food addictive.
Bahan yang dipakai juga bermacam-macam, seperti gold, iron, silver, nisin, clay,
dan lain-lain. Namun, yang paling sering digunakan adalah bahan dengan polimer
organik agar lebih aman. Ada 2 cara untuk membuat bahan berukuran nano, seperti
top-down technique (suatu metode yang digunakan untuk memecah suatu bahan
yang besar atau mikro menjadi berukuran nano sekitar 100 nm) dan bottom-up
technique (berbentuk liquid sehingga dapat memadat dan mengembang menjadi
partikel berukuran nano). Top-down technique dapat dicontohkan berupa
emulsifikasi (dua bahan yang tidak dapat bercampur sehingga satu bahan akan
terdispersi ke bahan lain) dan emulsifikasi-solvent evaporation (membentuk lebih
padat). Suatu bahan dapat disebut nano apabila ukurannya maksimal 100 nm.
Dengan ukuran tersebut, maka suatu material sudah mempunyai sifat yang berbeda
dengan ukuran besarnya >100 nm. Namun, masih dapat disebut nano apabila sifat-
sifatnya sama dengan partikel saat berukuran 100 nm. Bottom-up technique dapat
dicontohkan berupa coacervation, nanoprecipitation, dan inclusion complexation.
Nanoprecipitation adalah cara untuk membuat nanocapsule dan nanosphere.
Nanocapsule memiliki senyawa aktif di tengah dan diselimuti wol material,
sedangkan nanosphere memiliki bentuk bola padat dan senyawa aktifnya tersebar
di dalamnya.
Nanoprecitipation adalah metode untuk melarutkan bahan dalam pelarut
sehingga menjadi larutan. Untuk membuat nanoparticle digunakan wall material
dan core material. Keduanya harus dicek berdasarkan masing-masing kekuatan
jenis ikatan. Pembuatan nanoparticle paling banyak terjadi adalah ikatan hidrogen
dimana tingkat keberhasilannya lebih tinggi. Biasanya digunakan alat FTIR
(Fourier Transform Infra Red) untuk menguji wall material dan core material
dimana diperlakukan terlebih dahulu penggunaan spektra pada tempat tertentu
apakah ada ikatan tambahan interaksi di dalam keduanya. Disuntikkan cairan
kuning sebagai solvent di dalam cairan putih sebagai anti-solvent. Dimasukkannya
secara pelan-pelan agar terdispersi dengan baik sehingga ukuran partikelnya dapat
nano secara sempurna. Setelah dicampur, dilakukan evaporasi sehingga sedikit
demi sedikit pelarutnya (misalnya etanol) akan berkurang. Setelah memadat,
komponen zat terlarut akan terjebak dan memadat di dalam wall material. Wall
material akan mengkapsulasi (menjebak) core material menjadi bulatan yang
berukuran <100 nm dimana disebut sebagai nanoparticle.
Biopolimer harus diketahui larut dalam solvent apa sehingga dimodifikasi
sesuai kebutuhan dan karakter bahan yang digunakan. Parameter kualitas
nanopartikel dan pengukuran terdiri dari ukuran dan keseragaman partikel (untuk
menentukan karakter); kestabilan partikel (berkorelasi dengan keseragaman
partikel dan fungsionalitas partikel); serta encapsulation effiency dan particle
loading. Adapun faktor yang berpengaruh dalam pembuatan nanoparticle adalah
rasio solvent dan anti-solvent, konsentrasi bahan, pemilihan material, urutan
solvent dan anti-solvent (solvent disuntikkan pada anti solvent), stabilizer (semakin
cepat putaran, maka akan terdispersi dengan baik), dan kecepatan putaran. Potensi
pengaplikasian nanoparticle di bidang pangan adalah odor masking dan controlled
release; bioactive compounds masking dan controlled release; serta improving
bioavailability. Nanoparticle berfungsi untuk melindungi makanan secukupnya
dari waktu ke waktu, tetepi berjangka panjang. Nanotechnology masih banyak
berpeluang untuk dimanfaatkan dan dikembangkan (wall material, core material,
stabilizer, teknik pembuatan, aplikasi, dan lain-lain).

Anda mungkin juga menyukai