Anda di halaman 1dari 28

Pertemuan 9

KELOMPOK.6
SRI MULYANI 1801011467
JASHIMA UKHTIA 1801011013
RIYANTI BR SIAHAAN 1801011234
SRI WAHYUNI 1801011308
DARA MUTIA 180101180
SUB POKOK BAHASAN

1) Sejarah Nanoteknologi
2) Ukuran Nano
3) Sistem Penghantaran Obat Nano
4) Targetted Of Nanopartikel
Sejarah Nanoteknologi
Sejarah nano teknologi pertama kali konsep nanoteknologi
diperkenalkan oleh richard feynman pada sebuah pidato ilmiah yang
diselenggarakan oleh american physical society di caltech (california
institute of technology), 29 desember 1959. Dengan judul “there’s
plenty of room at the bottom”.Richard feynman adalah seorang ahli
fisika dan pada tahun 1965 memenangkan hadiah nobel dalam bidang
fisika.
Istilah nanoteknologi pertama kali diresmikan oleh prof norio
taniguchi dari tokyo science university tahun 1974 dalam makalahnya
yang berjudul “on the basic concept of ‘nano-technology’,” proc. Intl.
Conf. Prod. Eng. Tokyo, part II, japan society of precision engineering,
1974.“Pada tahun 1980an definisi nanoteknologi dieksplorasi lebih
jauh lagi oleh dr. Eric drexler melalui bukunya yang berjudul “engines
of creation: the coming era of nanotechnology”.
Nano teknologi itu sendiri adalah pembuatan dan
penggunaan materi atau devais pada ukuran sangat kecil. Materi
atau devais ini berada pada ranah 1 hingga 100 nanometer (nm).
Satu nm sama dengan satu-per-milyar meter (0.000000001 m),
yang berarti 50.000 lebih kecil dari ukuran rambut manusia.
Saintis menyebut ukuran pada ranah 1 hingga 100 nm ini sebagai
skala nano (nanoscale), dan material yang berada pada ranah ini
disebut sebagai kristal-nano (nanocrystals) atau material-nano
(nanomaterials).
Skala nano terbilang unik karena tidak ada struktur padat
yang dapat diperkecil. Hal unik lainnya adalah bahwa
mekanisme dunia biologis dan fisis berlangsung pada skala 0.1
hingga 100 nm. Pada dimensi ini material menunjukkan sifat
fisis yang berbeda; sehingga saintis berharap akan menemukan
efek yang baru pada skala nano dan memberi terobosan bagi
teknologi.
Dengan membuat zat hingga berukuran sangat kecil, sifat
dan fungsi zat tersebut bisa diubah sesuai dengan yang
diinginkan. Semua benda yang kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari tersusun dari atom-atom berukuran nano. Bahkan
makhluk hidup, termasuk manusia, juga tersusun dari atom-
atom. Karakteristik/sifat dari semua benda itu sangat bergantung
pada susunan atom-atomnya. Sehingga, sedikit saja susunan
struktur atomnya diubah, karakteristik suatu benda bisa berubah
drastis. Inilah konsep utama dalam nanoteknologi.
Pengembangan nanoteknologi dewasa ini berdampak luar
biasa, karena itu negara-negara maju berlomba-lomba
mengalokasikan dana untuk berinvestasi mengembangkan
teknologi material berukuran mini itu. Partikel baru yang sangat
halus itu akan mempunyai sifat-sifat dan penampilan yang jauh
lebih baik dan berbeda dengan material aslinya, misalnya teknik
pembuatan peralatan elektronik dari semikonduktor silikon yang
dibentuk sesuai pola tertentu dan teknologi layer.
Ilmuwan yang terkenal dalam konsep nanoteknologi adalah
k.E. Drexler. Drexler mengembangkan nanoteknologi molekular
dengan meniru apa yang terjadi pada sel. Hukum ini selanjutnya
disebut drexlerian nanoteknologi dengan idenya yang disebut
assembler. Assembler ini bertindak seperti tangan robot pada
pabrik skala makro, yang menaruh atom/molekul pada tempat
yang diinginkan.
Ukuran Nano
Nanopartikel merupakan suatu teknologi yang bertujuan untuk
mengembangkan ukuran dari bentuk sediaan pada rentang ukuran 10 nm
– 1000 nm (aloys, et al., 2016).
Nanoteknologi mampu menghasilkan suatu sediaan obat herbal pada
skala atom dan molekuler sehingga menyebabkan perubahan sifat kimia,
biologi dan aktivitas katalitik (ansari, et al., 2012). Teknologi nano
memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat memodifikasi karateristik
permukaan dan ukuran partikel sehingga obat herbal dapat ditargetkan
untuk suatu organ seperti otak, paru-paru, ginjal dan saluran pencernaan
dengan selektivitas dan efektivitas dan kemanan yang tinggi selain itu
pelepasan senyawa aktif dapat dikontrol sehingga meminimalisir efek
samping dan obat herbal dengan ukuran nano dapat diberikan dalam
konsentrasi tinggi dikarenakan ukuran yang kecil dan kapasitas pemuatan
yang tinggi (dewandari, et al., 2013). Persyaratan nanopartikel yang ideal
yaitu partikel tersebut harus dapat masuk ke dalam aliran darah dan
mencapai ke dalam sel dan jaringan target (abirami, et al.,2014).
Teknologi nano direkomendasikan untuk obat herbal karena
berbagai alasan seperti adanya efek samping pada formula yang
dipasarkan saat ini, terdapat faktor ketidakpatuhan pasien karena
pada formulasi yang tersedia menggunakan dosis besar dan
kurang efektif, formulasi yang ada tidak memiliki spesifitas
target untuk berbagai penyakit kronis (Ansari, et al., 2012)
dengan adanya teknologi nano bioavailabilitas dan absorbsi
bahan aktif dapat meningkat karena adanya peningkatan luas
permukaan partikel dan kelarutan, selain itu dalam ukuran nano
partikel memiliki waktu tinggal yang lebih lama karena dijerap
oleh mukosa usus(Dewandari, et al., 2013).
Tipe Teknologi Nano Dalam Farmaseutikal
1. Polimer Nanopartikel
Polimer nanopartikel merupakan suatu koloid berbentuk bola yang
memiliki ukuran sangat kecil (10-9m). Polimer ini memiliki
kemampuan untuk menjerap obat dalam matriks atau
mengkonjugasi pada permukaannya. Pelepasan obat pada
nanopartikel terjadi melalui difusi dan erosi dari matriks (Yadav, et
al., 2011). Istilah polimer nanopartikel merupakan istilah yang
diberikan khusus untuk nanosphere dan nanokapsul.
Nanosphere merupakan suatu partikel matriks yang dimana seluruh
massa padat dan molekul dapat teradsorpsi pada permukaan bola
atau dienkapsulasi dalam partikel. Nanokapsul merupakan sistem
vesikular dan bertindak seperti reservoir dimana zat yang terjerap
terbatas dan terdapat rongga yang terdiri dari inti yang bersifat
cairan (Rao dan Kurt, 1991). Dekstran, gelatin dan kitosan
merupakan contoh polimer alami sedangkan polimer ester,
anhidrida dan amida, merupakan polimer sintetis(Yadav, et al.,
2011).
2. Solid lipid nanopartikel (SLN)
Solid lipid nanopartikel memiliki ukuran partikel 50-
1000nm. SLN merupakan sistem partikulat yang meliputi
biodegradasi fisik lipid dan stabilisator (yadav, et al., 2011). SLN
terbuat dari lipid alami atau lipid sintetis seperti lesitin dan
trigliserida yang padat pada suhu kamar (li, et al., 2009).
Teknologi SLN muncul karena adanya keterbatasan dalam
teknologi polimer nanopartikel. SLN menggunakan lipid sebagai
pembawa alternatif terutama untuk obat yang bersifat lipofilik.
SLN merupakan generasi baru dari emulsi lipid yang berukuran
submikron, dimana lipid cair (minyak) telah disubstitusi dengan
lipid padat. Karakter SLN yaitu ukuran kecil, luas permukaan
besar, pemuatan obat tinggi dan adanya interaksi fase pada
antarmuka(mukherjee, et al., 2009).
• Kelebihan SLN yaitu :
• a. Mengontrol pelepasan obat
• b. Meningkatkan stabilitas farmasetik
• c. Teknologi berbasis air
• d. Mudah untuk disterilisasi
• e. Lebih terjangkau dibanding
• polimer nanopartikel
• f. Mudah dalam proses validasi
• g. Dapat membawa obat yang
• bersifat hidrofilik dan lipofilik
• h. Mudah disterilkan (Mukherjee, et
• al., 2009).
3. Magnetik Nanopartikel (MN)
Magnetik nanopartikel merupakan suatu teknologi yang direkayasa
dibawah pengaruh magnet eksternal. MN biasanya terdiri dari besi,
nikel, kobalt dan oksida seperti magnetit (Fe3O4), Kobalt ferit
(Fe2CoO4) dan kromium dioksida (CrO2). Klasifikasi MN berdasarkan
kerentanan, yaitu rasio induksi magnetik (M) terhadap luas magnet (H).
Kelebihan MN adalah dapat meningkatkan stabilitas kimia serta
biokompatibilitas dan mengurangi risiko agregasi partikel (Indira dan
Lakshmi, 2010)
4. Logam dan Inorganik Nanopartikel
Logam nanopartikel dapat disintesis dan dimodifikasi dengan variasi
gugus fungsi agar dapat dikonjugasikan dengan antibodi dan ligan.
Beberapa contoh logam nanopartikel yang telah dikembangkan adalah
gold nanopartikel dan silver nanopartikel. Gold nanopartikel memiliki
ukuran 2 -100 nm. Ukuran nanopartikel yang terkonjugasi bergantung
pada jumlah thiol atau gold. Bila jumlah thiol tinggi maka ukuran
partikel kecil. Silver nanopartikel merupakan teknologi yang unik
karena dapat digunakan ke dalam aplikasi antimikroba, biosensor,
produk kosmetik dan komponen elektronik (Iravani, et al., 2014).
• 5. Quantum dot
Quantum dot muncul karena adanya variasi dalam sifat optik,
elektronik dan ukuran partikel suatu padatan. QD merupakan suatu
kristal berukuran nanometer yang memiliki ukuran berkisar 2 nm -20
nm dan diameter kurang dari 10 nm. Keuntungan menggunakan
quantum dot adalah memiliki ukuran yang terkontrol sehingga sifat
konduktif material juga dapat dikontrol. QD biasa digunakan untuk
aplikasi yang berhubungan dengan optik (fujioka, et al., 2008).
• 6. Polimerik misel (PM)
Polimerik misel merupakan salah satu cangkang berinti yang memiliki
struktur nano. PM terbentuk di dalam larutan berari pada saat
konsentrasi dari kopolimer meingkat yang disebut konsentrasi misel
kritis (CMC) atau konsentrasi agregasi kritis (CAC) (xuwei, et al.,
2013) secara teori pembentukan misel didasakan pada penurunan
energi. Penurunan energi disebabkan oleh hilangnya fragmen
hidrofobik dan adanya ikatan hidrogen dalam air (K. Van butsele, et al.,
• 2009)
• 7. Dendrimer
Dendrimer merupakan suatu makromolekul yang
memiliki struktur tiga dimensi bercabang. Dendrimer
memiliki keunikan karena bentuknya yang bulat dan
didalamnya terdapat ruangan kosong di dalamnya. Dimana
ruangan kosong tersebut bisa menjerap molekul lain
sehingga dapat mencegah dari oksidasi dan pembentukan
agregat(mazumder, et al., 2013).
Sistem Penghantaran Obat Nano

Polimer pembawa nanopartikelpolimer secara kimia terdiri


dari unit struktural monomer yang berulang yang saling
berikatan dalam satu rantai. Contoh polimer, misalnya polimer
nanopartikel, misel polimer, dan dendrimers. Contoh lipid,
misalnya liposom, solid lipid nanoparticle, dan contoh logam,
misalnya emas, silika. Beberapa contoh yang telah disebutkan
telah banyak digunakan sebagai pembawa berukuran nano
(nanocarrier).
Sifat in vivo nanocarrier dapat disesuaikan dengan beberapa
teknik modifikasi, seperti:1. Jangka waktu dan stabilitas saat
dirilis.2. Kemampuan penargetan.3. Kemampuan mendiagnosa.
• 4. Kepekaan terhadap rangsangan.
Polimer nanopartikelpolimer nanopartikel telah banyak
digunakan dan menunjukkan integritas struktural yang tinggi,
memiliki kemampuan rilis terkontrol, dan stabilitas yang baik
selama penyimpanan. Selain itu, polimer nanopartikel juga
mudah dipersiapkan untuk pengiriman obat bertarget. Hal ini
membuat polimer nanopartikel sangat menarik untuk dijadikan
sebagai pembawa obat terapetik.
Lipid-polimer hibrid nanopartikellipid-polimer hibrid
nanopartikel adalah struktur nanopartikel yang teridiri dari
liposom dan polimer. Polimer sebagai inti dan lipid sebagai
lapisan terluar.Karakteristik dari komponen nanopartikel ini
menunjukkan stabilitas fisik yang baik dan biokompatibilitas.
Secara signifikan, strategi ini menunjukkan hal positif
nanopartikel sebagai pembawa obat. Walaupun telah banyak
menunjukkan kelebihan, strategi ini belum banyak diterapkan.
Dosis Sekali SehariStrategi persiapan lipid-polimer hibrid
nanopartikel ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode satu
langkah dan metode dua langkah. Metode yang digunakan
bergantung pada kebutuhan. Aplikasi LPHNPs ini juga telah
mencapai terapi antikanker, genetik, vaksin, dan
diagnostic.Mekanisme Pembentukkan LPHNPsSeperti yang
telah disebutkan di atas bahwa LPHNP menggabungkan dua
nanopartikel liposom dan polimer.
LPHNP tersusun dari tiga bagian, yaitu:1. Inti polimer, yang
berfungsi membungkus obat.2. Satu lipid monolayer, yang
mengelilingi inti polimer.3. Lipid terluar (lapisan PEG), yang
berfungsi sebagai penstabil dan memperpanjang sirkulasi
sistemik LPHNP untuk menghindari kehancurhan kekebalan
tubuh.Bagian lipid monolayer berfungsi menjaga molekul obat
untuk mengurangi kehilangan molekul obat saat proses
pembuatan.
Formulasi LPHNP harus dapat melindungi inti dari degradasi
dengan cara mencegah difusi air masuk ke dalam.Metode
Preparasi LPHNPsSampai saat ini, fusi antara lipid dan polimer
masih dalam penyelidikan. Misalnya, dalam metode satu
langkah, polimer yang mengendap dalam pelarut organik, lalu
bila dimasukan ke dalam media air yang mengadung lipid, secara
spontan membentuk monolayer dan mengelilingi inti.
Lipid-PEG juga membentuk lapisan selama langkah ini,
dimana bagian lipid menempel pada permukaan inti polimer dan
rantai PEG memanjang secara eksternal menuju bagian hidrofob.
Lipid-PEG juga dapat dikonjugasikan ke berbagai agen
penargetan, seperti asam folat, antibody, arginylglycylaspartic
acid (RGD), untuk memastikan pengiriman obat yang
ditargetkan.
Metode dua langkah, yaitu metode yang paling umum
digunakan dalam proses pengembangan LPHNP. Metode dua
langkah ini, polimer nanopartikel dicampurkan dengan lipid,
dimana vesikula-vesikula lipid diadsorpsi pada permukaan
polimer nanopartikel yang disebabkan adanya interaksi
elektrostatik. Polimer nanopartikel biasanya disiapkan dengan
proses emulsifikasi, pelarut, penguapan, nanopresipitasi, atau
homogenisasi tekanan tinggi.
Metode dua langkah ini, dapat disiapkan dengan membentuk
polimer nanopartikel dan ditambahkan ke vesikel lipid,
kemudian dibuat dengan hidrasi. Hibrida dibuat dengan adanya
energi eksternal saat di vortex atau ultrasonikasi suspensi dan
pemanansan pada suhu di atas suhu transisi konstituen lipid.
Selanjutnya, lipid dimurnikan dengan cara disentrifugasi.
Aplikasi Preparasi LPHNPs Satu LangkahAplikasi konvensional
dengan metode satu langkah ini di antaranya
1. Docetaxel (PLGA – Lecithin/DSPE – PEG)
2. Paclitaxel (PLGA – Lecithin/DSPE – PEG)
3. siRNA (mPEG-PLA – BHEM – Chol)4. mRNA (PBAE – DOPC,
DOTA/DSPE – PEG)
Aplikasi Preparasi LPHNPs Dua Langkah
1. Tumor necrosis factor (Polystyrene – EPC, Chol, Mal – PEG –
DSPE)
2. Doxorubicin, Combretatin (PLGA – PC, Chol, DSPE – PEG)
3. Paclitaxel (PLGA – FA – OQLCS, Chol, PEG – OQLCS)
Contoh Penghantaran Obat Tertarget Oleh LPHNPs1. Curcumin,
target RGD (mPEG – PLGA – Lechitin/Cholestrol/Chol – PEG –
RGD)
2. Doxorubicin HCl, target Folate (PLGA – Lechitin/PEG/DSPE –
PEG – FA)
3. Pacitaxel, target Folate (PEG/DSPE-PEG/DSPE – PEG – FA)
Aplikasi LPHNPs Dalam Penghantaran Obat TertargetSalah
satu aplikasi LPHNPs dalam penghantaran obat tertarget yaitu
dalam terapi antikanker. Pengiriman obat ditargetkan dalam
kemoterapi untuk meminimalkan efek samping obat kemoterapi
terhadapat sel-sel yang sehat, sementara pada saat yang
bersamaan harus memaksimalkan paparan obat terhadap sel
kanker.
Dalam hal ini, pengiriman obat terhadap target
diformulasikan LPHNP yang memiliki afinitas spesifik terhadap
sel kanker, yaitu asam folat. Asam folat adalah salah satu bagian
yang produksi berlebih oleh sel kanker. Dalam hal ini, PEG yaitu
lapisan terluar dari lipid-PEG dari LPHNP dianggap sangat
cocok untuk dikonjugasikan pada kelompok target.
• Selain folat, RGD juga dapat digunakan sebagai target sel
kanker. Beberapa upaya lainnya yang telah dilakukan, yaitu
dengan menggunakan transferin dan antibodi sebagai target
untuk sel-sel kanker.Prospektif Aplikasi LPHNPsMelihat
begitu besar potensi yang dimilki oleh LPHNP sebagai
platform pengiriman obat, ini dapat dikembangkan lebih lagi
terutama dalam studi klinis untuk masa depan dalam jangka
waktu yang lama.
• Beberapa penjelasan yang telah dijabarkan LPHNPs
menunjukkan keberhasilan sebagai platform pembawa obat.
Dalam beberapa kasus, LPHNPs memiliki keunggulan
dibandingkan dengan hanya menggunakan polimer atau
nanopartikel polimer.Potensi lainnya yaitu LPHNPs dapat
dikembangkan dan diproduksi dalam skala industri.
Diharapkan ini dapat menjadi salah satu platform masa depan
baik dalam bidang farmasi dan klinis.
• Targetted of nanopartikel
Pengembangan penghantaran obat tertarget berfungsi untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi obat yang diaplikasikan,
sekaligus keamanan c penggunaan obat karena mencegah obat
untuk bereaksi pada tempat yang tidak diharapkan.
Penghantaran obat jenis ini secara umum dipahami sebagai
hubungan ligan dengan ligan, ligan dengan protein, atau protein
dengan protein, karena kesesuaian interaksi spesifik dapat
diketahui dari fenomena kimiawi tersebut. Pemanfaatan protein
sebagai konjugat sistem nanopartikel adalah memanfaatkan
kekhasan dari polimer protein. Polimer ini tidak terbentuk atas
monomer yang terus berulang seperti halnya pada polimer secara
umum.
Asam amino penyusun suatu protein dapat membentuk
kombinasi urutan yang tak terbatas, membentuk sifat yang sangat
spesifik dari tiap protein, sehingga dapat mengadakan suatu
interaksi yang sangat spesifik pula. Oleh karena itu, protein
banyak digunakan sebagai konjugat dalam sistem penghantaran
obat. Polimer lain seperti derivat gula juga cukup banyak
dipresentasikan karena gula merupakan komponen membran
seluler yang dapat juga secara spesifik terdapat pada sel tertentu.
Park et al (2009) mempresentasikan suatu kombinasi
nanopartikel silika dengan polietilenimin (PEI) dapat secara
efektif menghantarkan plasmid DNA ke dalam sel punca
mesenkim manusia (human mesenchimal stem cell/hMSC),
sehingga dapat meningkatkan keberhasilan endositosis gen ke
dalam sel, baik secara in vitro maupun in vivo. Model gen yang
mengekspresikan green fluorescence protein (GFP) berhasil
diinternalisasikan dengan baik, ditandai dengan peningkatan
produksi protein tersebut hingga 75% setelah hari ke-2.
Penelitian ini menunjukkan bahwa nanopartikel silika yang bersifat
netral dapat dimodifikasi dengan metode yang sederhana untuk
menghasilkan suatu sistem penghantaran gen non-viral yang lebih aman
dan murah.Teknologi penghantaran tertarget saat ini juga telah
memperkenalkan asam nukleat sebagai molekul pentarget yang dapat
dikombinasikan dengan sistem nanopartikel. Oligonukleotida sebagai
molekul pentarget ini disebut aptamer (Keefe et al., 2010; Lee et al.,
2010). Penggunaan aptamer ini dinyatakan lebih baik daripada
penggunaan polipeptida proteinkarena lebih mudah disintesis,
dimodifikasi, tidak ada resiko penolakan oleh sistem imun, dan lebih
stabil sehingga lebih fleksibel pada semua aplikasi sediaan farmasi
(Keefe et al., 2010; Lee et al., 2010).
Beberapa contoh nanopartikel yang dikonjugasikan dengan aptamer di
antaranya A10 RNA (aptamer) yang diimobilisasi pada permukaan
nanopartikel supermagnetik besi-oksida (Min et al., 2011) dan
nanopartikel PLGA-b-PEG berisi cisplatin yang dikonjugasikan dengan
aptamer A10 (Dhar et al., 2011). Kedua sistem tersebut ditujukan
sebagai kandidat terapi tertarget pada kanker prostat (Ozalp et al., 2011).
Untuk mendapatkan aptamer yang tepat sesuai reseptor target, telah
diperkenalkan metode seleksi yang disebut SELEX.
Metode ini menyeleksi aptamer secara berulang
menggunakan sel target atau protein target, dan setelah diperoleh
aptamer yang tepat, kemudian diperbanyak secara eksponensial
menggunakan bakteriofag (Stoltenburg et al., 2007; Yan dan
Levy, 2009).Selanjutnya, contoh yang baik dalam pengembangan
gula terkonjugasi polipeptida sebagai molekul pentarget
dipresentasikan oleh Greupinket al (2005), di mana pada
penelitian ini telah berhasil dihasilkan sebuah sistem
penghantaran asam mikofenolat (MPA), suatu imunosupressan,
dengan menggunakan polimer pembawa manosa-6-fosfat (M6P)
yang telah dikonjugasikan dengan human serum albumin (HSA).
Sistem ini secara in vitro terbukti mampu berinteraksi secara
spesifik pada sel-sel stellate hepatik dan tidak pada sel-sel
Kupffer dan endotel sinusoidal sehingga potensial untuk dapat
menjadi obat fibrosis liver yang selektif. Manfaat dari kombinasi
ini lebih dapat terlihat jika obat lebih dapat menimbulkan efek
balik yang tidak diinginkan,
misalnya gliotoksin yang mampu menginduksi terjadinya
apoptosis sehingga ketidakselektifan aksinya akan menimbulkan
efek yang buruk. Kombinasi gliotoksin dengan sistem M6P-HSA
yang meningkatkan selektivitas kerjanya (Hagens et al., 2008)
secara langsung akan meningkatkan keamanannya.
Dari tipe penyusun sistemnya, dapat dilihat bahwa HSA
berfungsi sebagai pembawa (drug carrier), dengan M6P sebagai
konjugat untuk meningkatkan selektivitas pembawa (Poelstra et
al., 2010). Kombinasi dari sistem yang telah dibentuk dapat
dijadikan acuan dalam mencari kombinasi baru untuk kebutuhan
penghantaran lain dengan
• TERIMAKASI

Anda mungkin juga menyukai