Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“SIFAT BAHAN NANOMATERIAL”

Mata Kuliah : Pengantar Nanomaterial


Dosen : Prof. Dr. Makmur Sirait, M.Si

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
NAMA NIM

Josua Simanjuntak 4183240014

Noraliza Hasanah Nasution 4182240001

Rio Andika Putra 4183240004

Rizka Riani 4182240004

FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan TUGAS MAKALAH ini pada mata kuliah
PENGANTAR NANOMATERIAL dengan judul SIFAT BAHAN NANOMATERIAL
sampai selesai. Kami berupaya menyusun MAKALAH ini dengan sebaik mungkin agar dapat
dipahami dengan mudah. Adapun maksud dan tujuan dari penulisan MAKALAH ini adalah
suatu bentuk tanggung jawab kami untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar
Nanomaterial.
Kami menyadari bahwa penulisan dari Tugas Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dalam kalimat, tata bahasa, bahkan urutan sistematika, sehingga kami
membutuhkan banyak kritikan dan masukan untuk dapat memperbaiki kesalahan dalam
penulisan.
Akhir kata kami mengucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami akhiri dengan kata terima kasih.

Medan, 31 Agustus 2021


Penulis

KELOMPOK 2

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. 1


DAFTAR ISI ............................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sifat Bahan Nanomaterial ........................................................................... 4
2.2. Sifat Kimia Bahan Nanomaterial ................................................................ 4
2.3. Pengaruh Pengurangan ukuran pada sifat nanopaertikel ............................ 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 8
3.2 Saran ............................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 9

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nanomaterial dapat diklasifikasikan berdasarkan dimensi (1D – 3D), masing-masing
dimensi memiliki morfologi nanostruktur yang berbeda antara lain: nanopartikel, nanowire,
nanotube dan nanopartikel. Produk hasil desain nanoteknologi lebih difokuskan untuk
merekayasa material yang berukuran kecil dari 100 nm1 . Material berukuran nano tersebut
memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan bulk material (besar dari 0,1 mm). Desain
nanomaterial secara nanoteknologi dapat meningkatkan sifat fisik, kimia, dan mekanik.
Perbandingan nilai rasio ukuran dan luas permukaan merupakan faktor yang sangat penting
pada reaktifitas suatu nanomaterial, karena atom-atom sebagian besar tersusun pada
permukaan yang menyebabkan timbulnya efek permukaan dan efek kuantum sehingga lebih
reaktif ketika kontak dengan lingkungan seperti panas, dan cahaya.
Oksida logam pada umumnya adalah senyawa semikonduktor seperti TiO2, ZnO,
Fe2O3. Senyawa ini sangat menarik perhatian banyak peneliti, karena memiliki aplikasi
sangat luas sebagai fotokatalis untuk polutan organik seperti zat warna, peptisida dan
mikroorganisme. Aplikasinya dapat dikembangkan pada bidang kesehatan, kosmetik, obat-
obatan, pigmen, water treatment, limbah, dan industri
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Nanomaterial ?
2. Apa saja sifat kimia bahan nanomaterial ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari Nanomaterial.
2. Mengetahui sifat kimia bahan nanomaterial.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sifat Bahan Nanomaterial
Nanomaterial adalah bidang ilmu material dengan pendekatan berbasis
Nanoteknologi. Nanoteknologi adalah pembuatan dan penggunaan materi atau devais pada
ukuran sangat kecil. Materi atau devais ini berukuran antara (1-100) nanometer. Satu nm
sama dengan satu per milyar meter (0.000000001 m), yang berarti 50.000 lebih kecil dari
ukuran rambut manusia. Ukuran (1-100) nm itu disebut juga dengan skala nano (nanoscale).
Dengan nanoteknologi, material dapat didesain dan disusun dalam orde atom per atom
atau moleku per molekul sedemikian rupa. Dengan menyusun ulang atau merekayasa struktur
material di level nanomter, maka akan diperoleh suatu bahan yang memiliki sifat istimewa
jauh mengungguli material yang lain.

2.2. Sifat Kimia Bahan Nanomaterial


Sifat kimia : Merupakan faktor yang penting untuk aplikasi kimia nanomaterial yaitu
penumbahan surface area yang mana akan mngningkatkan aktivitas kimia dari material
tersebut. Contoh aplikasi : Teknologi fuel cell dimana dalam fuel cell digunuakan logam Pt
dan Pt-Ru.
Sifat kimia bahan nanomaterial sering disebut Metode Bottom-Up Metode ini
merupakan proses sintesis nanopartikel secara kimia dengan melibatkan reaksi kimia dari
sejumlah material awal (precursor) sehingga dihasilkan material lain yang berukuran
nanometer. Contohnya adalah pembentukan nanopartikel garam dengan mereaksikan asam
dan basa yang bersesuaian.
A. Nanopartikel Oksida
Nanopartikel oksida menunjukkan sifat fisika dan kimia yang unik karena
keterbatasan ukuran dan densitas yang tinggi pada tepi sisi permukaannya. Ukuran partikel
dapat mempengaruhi sifat penting material yaitu karakteristik struktur, simetri dan parameter
kisi serta sel. Contoh nanopartikel oksida yang digunakan dalam keramik yaitu :
1. Alumina (Al2O3)
Alumina adalah keramik rekayasa paling serbaguna karena dapat digunakan hingga
pada suhu yang sangat tinggi dan memiliki sifat kimia, listrik, dan mekanik yang baik. Biaya
pembuatannya yang relatif rendah dan mudah C), kekerasan (9 Mohs scale), kekuatan,

4
stabilitas dimensi, Sifat utama alumina : titik lebur sangat tinggi (2050 inert, dan memiliki
kemampuan sebagai isolator listrik.
2. Zirconia (ZrO2)
Zirconia memiliki tiga polimorf yang stabil pada tekanan atmosfer yaitu bentuk kubik
pada suhu di atas 2370C, fase tetragonal diatas 1170C dan monoklinik di bawah 1000C.
Transformasi fase monoklinik menjadi tetragonal dimulai pada suhu 1050C dan selesai pada
suhu 1170C disertai dengan penyusutan volume 3-5% dan menunjukkan histeresis termal.
Hanya fase tetragonal yang memberikan bahan keramik dengan sifat yang memuaskan tetapi
perilaku mekanis membatasi penggunaannya.
Fase kubik memiliki sifat mekanis sedang sedangkan fase monoklinik memperlemah
kinerja mekanis dan secara simultan dapat mengurangi kohesi di antara partikel dan
densitasnya. Oleh karena itu, penggunaan fase monoklinik dalam keramik harus dengan
komposisi sekecil mungkin. Transformasi monoklinik-tetragonal disertai perubahan volume
sekitar 7% dan histeresis mengakibatkan stress dan keretakan pada keramik zirconia murni
sehingga perlu ditambahkan oksida logam untuk menstabilkan. Kestabilan penuh dapat
dicapai dengan penambahan 5-10% stabilizer.
3. Aluminium Titanate (Al2TiO5)
Aluminium titanat memiiliki struktur pseudobrookite (Fe2TiO5). Aluminium titanate
disintesis melalui reaksi solid-state (metode keramik) antara alumina dan titania, dengan suhu
>1350C. Produk reaksi disinter di udara pada 1400–1600C. Fabrikasi keramik dari
aluminium titanate menunjukkan ketahanan yang sangat baik untuk thermal shock.
Ketahanan thermal shock yang sangat baik, konduktivitas termal yang rendah dan
ketahanan kimia terhadap logam cair (terutama aluminium) menghasilkan material keramik
yang dapat diaplikasikan dalam industri pengecoran serta industri otomotif sebagai insulating
liner knalpot manifold.

B. Sifat Listrik
Sifat konduktivitas cenderung mengalami pembalikan ketika terjadi reduksi ukuran.
Nanokeramik dan nanokomposit memiliki kecenderungan menghantarkan listrik, sedangkan
nanologam menjadi bersifat isolator. Contohnya Cu nanopartikel bersifat isolator sedangkan
SiO2 nanopartikel bersifat penghantar listrik yang baik.

5
C. Sifat katalisis
Nanomaterial cenderung memiliki aktivitas katalisis yang lebih baik. Hal ini
disebabkan luas permukaan yang bertambah dan atom diujung – ujung permukaan semakin
banyak mengakibatkan bertambahnya reaktivitas dari bahan. Dibawah ini dicontohkan data
aktivitas dari logam emas untuk mengkatalis oksidasi CO dengan semakin mengecilnya
ukuran partikel.

2.3. Pengaruh Pengurangan ukuran pada sifat nanopaertikel


Ketika ukuran partikel berkurang dari makro ke skala nano akan membuat perubahan
dalam semua sifat-sifat yang diamati. Fenomena seperti itu disebut sebagai efek ukuran.
Polikristal pada umumnya bisa dijadikan bahan komposit yang terdiri dari dua fase, yaitu
butiran curah dan fase batas butir. Jika ukuran butir di polikristik dikurangi bagian relatif dari
fase batas butir meningkat yang menyebabkan perubahan pada semua sifat polikristal. Efek
ukuran seperti itu dinamakan intrinsik (I). Hal ini terjadi pada polikristal itu sendiri di bawah
pengurangan ukuran partikel.
Efek ukuran ekstrinsik (E) atau efek induksi disebut sebagai fenomena yang terjadi di
bawah interaksi partikel pengurangan dengan medan listrik, magnet, elektromagnetik,
akustik, radiasi, termal, atau kimia eksternal. Secara umum semua efek ukuran mungkin
memiliki sifat klasik dan kuantum sehingga dapat diklasifikasikan sebagai efek ukuran klasik
(C) dan kuantum (Q). Oleh karena itu berbagai macam efek ukuran dapat dibagi pada empat
jenis, yaitu IC, IQ, EC, EQ.
a) Sifat Kimia

6
 Peningkatan aktivitas katalitik
 Peningkatan kecepatan interaksi fisiko-kimia
 Tukar kelarutan
b) Sifat Listrik
 Peningkatan konduktivitas untuk nanometals
 Timbulnya konduktivitas untuk nanodielektrik
 Peningkatan induktivitas dielektrik untuk feroelektrik

7
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Nanomaterial adalah bidang ilmu material dengan pendekatan berbasis
Nanoteknologi. Nanoteknologi adalah pembuatan dan penggunaan materi atau devais pada
ukuran sangat kecil. Materi atau devais ini berukuran antara (1-100) nanometer. Satu nm
sama dengan satu per milyar meter (0.000000001 m), yang berarti 50.000 lebih kecil dari
ukuran rambut manusia. Ukuran (1-100) nm itu disebut juga dengan skala nano (nanoscale).
Sifat kimia : Merupakan faktor yang penting untuk aplikasi kimia nanomaterial yaitu
penumbahan surface area yang mana akan mngningkatkan aktivitas kimia dari material
tersebut. Contoh aplikasi : Teknologi fuel cell dimana dalam fuel cell digunuakan logam Pt
dan Pt-Ru.
Sifat kimia bahan nanomaterial sering disebut Metode Bottom-Up Metode ini
merupakan proses sintesis nanopartikel secara kimia dengan melibatkan reaksi kimia dari
sejumlah material awal (precursor) sehingga dihasilkan material lain yang berukuran
nanometer. Contohnya adalah pembentukan nanopartikel garam dengan mereaksikan asam
dan basa yang bersesuaian.
 Nanopartikel Oksida
 Sifat Listrik
 Sifat kimia
 Sifat katalis

3.2. Saran
Kritik dan saran yang bersifat membangun, selalu kami harapkan demi kesempurnaan
Tugas Makalah ini. Bagi pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh mengenai sifat kimia
bahan nanomaterial tersebut, penulis mengharapkan agar para pembaca, membaca buku-buku
lainnya atau membuka situs-situs internet yang berkaitan dengan judul Makalah ini yaitu
“Sifat Bahan Nanomaterial”.

8
DAFTAR PUSTAKA
Wahid, Bebeh Nuryadin. (2019). Pengantar Fisika Nanomaterial. Bandung : UIN Sunan
Gunung Djati Bandung

Anda mungkin juga menyukai