:
:
17 April 2008
17 Mei 2008
Abstrak
Pada paper ini akan direview beberapa metode sintesis material nanostruktur yang meliputi nanopartikel, nanotube, dan
komposit nanopartikel
Kata Kunci: nanopartikel, carbon nanotube, komposit nanopartikel, sintesis.
1. Pendahuluan
keunggulan nanopartikel dibandingkan dengan partikel
sejenis dalam keadaan bulk. Para peneliti juga percaya
bahwa kita dapat mengontrol perubahan-perubahan
tersebut ke arah yang diinginkan.
Contoh sederhana bagaimana sifat partikel berubah
jika ukurannya direduksi ke skala nanometer dijumpai
pada titanium dioxide atau titania (TiO2). Dibandingkan
dengan titania ukuran bulk, titania ukuran nano tidak
hanya transparant, tetapi juga sangat efektif untuk
menghalangi radiasi ultraviolet. Karena itu nanopartikel
titania banyak digunakan sebagai tabir surya (sunscreen).
Titania bukan skala nano, walaupun juga menyerap
ultraviolet, namun tidak transparan. Titania berukuran
besar berwarna putih susu dan banyak digunakan sebagai
bahan pemutih pada kosmetik.
Sintesis nanopartikel dapat dilakukan dalam fasa
padat, cair, maupun gas. Proses sintesis pun dapat
berlangsung secara fisika atau kimia. Proses sintesis
secara fisika tidak melibatkan reaksi kimia. Yang terjadi
hanya pemecahan material besar menjadi material
berukuran nanometer, atau pengabungan material
berukuran sangat kecil, seperti kluster, menjadi partikel
berukuran nanometer tanpa mengubah sifat bahan. Proses
sintesis secara kimia melibatkan reaksi kimia dari
sejumlah material awal (precursor) sehingga dihasilkan
material lain yang berukuran nanometer. Contohnya
adalah pembentukan nanopartikel garam dengan
mereaksikan asam dan basa yang bersesuaian.
Secara umum, sintesis nanopartikel akan masuk
dalam dua kelompok besar. Gambar 1 menjelaskan dua
pendekatan besar dalam mensintesis nanopartikel. Cara
pertama adalah memecah partikel berukuran besar
menjadi partikel berukuran nanometer. Pendekatan ini
kadang disebut pendekatan top-down. Pendekatan kedua
adalah memulai dari atom-atom atau molekul-molekul
atau kluster-kluster yang diassembli membentuk partikel
33
bulk
Top-down:
dipecah
nanopartikel
Bottom-up:
digabung, assembli
atom/kluster
34
PEG
Air
Campur
T 100 oC
Pemanasan
T > 600 oC
Nanopartikel
oksida
1 m
600 nm
35
1 m
1 m
36
Prekursor dicampur
Partikel Au 2 nm
Partikel Au 4 nm
Partikel terbentuk,
surfaktan dimasukkan
Surfaktan melindungi
permukaan partikel
(1)
37
(2)
OH-
TiCl4
Koloid TiO2
Intensitas (sembarang)
20
30
40
50
60
2 (derajat)
70
80
38
80 oC
3 jam
(CH3COO)2Zn.2H2O
LiOHH2O
Koloid ZnO
111
Intensitas (sembarang)
39
220
311
20
30
40
50
60
70
2 (derajat)
Gambar 10 (a) koloid ZnO jika tidak disinari UV, dan (b)
koloid ZnO ketika disinari UV, dan (c) foto TEM kolid
ZnO.
Cadmium selenide (CdSe)
CdSe adalah material semikonduktor yang
memancarkan luminisens. Dalam ukuran nanometer,
spektrum luminisens yang dipancarkan partikel
bergantung pada ukuran partikel. Dengan demikian,
pengontrolan ukuran partikel menjadi sangat penting agar
diperoleh spektrum luminisens yang diharapkan. Salah
satu contoh sintesis CdSe nanopartikel dijelaskan secara
ringkas sebagai berikut.
CdSO4.2.5H2O dilarutkan di dalam 1 L air
deionisasi sampai pada konsentrasi 2 mM. Larutan ini lalu
diletakkan pada 2 L tabung reaksi dan diputar dengan
kecepatan 200 rpm. Ketika sedang diputar, 18 mmol 1thioglycerol ditambahkan ke larutan dan diputar lagi
selama 5 menit. Lalu amonium sulfida (30 mmol)
ditambahkan secara cepat pada keadaan lingkungan yang
tetap agar tercipta nanopartikel CdSe. Metoda ini
20 nm
Gambar 12 Contoh foto TEM nanopartikel nanopartikel
CdSe.
Partikel Magnetik
Monolithic ultra-porous (suatu batu dengan porosporos yang kecil) dan campuran material magnetik yang
sangat ringan dapat diperoleh dengan cara menyebarkan
poros-poros dari silica yang dibentuk dengan proses solgel, yang diawali dengan garam logam anhydrous lalu
diikuti oleh pengeringan pada tekanan yang sangat tinggi.
40
[1,58 mmol (0,54 g)] dilarutkan di dalam 3 ml 1,2dichlorobenzene (DCB) yang mengandung 0,6 mmol(0,2
ml) asam oleic dan 1,1 mmol (0,34 ml) dioctylamine serta
diaduk selama 15 menit. Struktur kristal dari bahan ini
lalu dikarakterisasi dengan difraksi sinar-X dan TEM.
Sifat magnetik dari bahan ini lalu dipelajari dengan
SQUID (Superconducting Quantum Interface Device).
Pada karakterisasi ini, yang diukur dari bahan tersebut
adalah ZFC (Zero Field Cooled) magnetisasi bahan.
Gambar 13 adalah pola difraksi sinar-X dan ZFC dari
nanopartikel cobalt.
Nanopartikel Co-Au Core-Shell (teras-kulit)
Intensitas
(a)
Intensitas
40
fcc-Au
Intensitas (sembarang)
221
-Co
311
45
2
50
55
Momen (sembarang)
40
0,2
50
60
2
M (emu/g)
310
Magnetization (emu/g)
40
35
50
(b)
FC
70
80
T=5K
-10000
10000
Medan (Oe)
ZFC
H = 20 G
0,02
0
10
Suhu (K)
100
1000
50
100
300 350
41
42
0,7 nm
1 nm
(3)
Amine atau tri-n-octylphosphine (TOP), atau tri-noctylphosphine oxide (TOPO) digunakan sebagai sebagai
stabilizer untuk menghindari penggumpalan InP. Ukuran
partikel berkisar antara 2,2 sampai 6 nm, bergantung pada
stabilizer yang digunakan. Lebar celah pita energi InP
ukuran bulk adalah 1.35 eV sedangkan nanokristal InP
menghasilkan nilai band gap antara 1.7 eV to 2.4 eV.
Nanokristal InAs juga dibuat dengan metode yang sama
dengan mereaksikan As[(CH3)3Si]3 dan InCl3.
Nanopartikel cobalt dapat dibuat dengan pirolisis
cepat dari prekursor organik Co(CO)8 di dalam atmosfer
argon dan dengan kehadiran surfaktan organik seperti
asam oleic dan asam trioctylphosphonic. Bentuk partikel
yang dihasilkan dapat berupa bola, kubus, atau bentuk
pentagon dengan ukuran antara 3 17 nm, bergantung
pada jenis stabuilizer yang digunakan.
Nanopartikel CdTe dapat dibuat dengan mereaksi
Na2Te dengan CdI2 dalam metanol pada suhu 78 oC.
Diamater partikel yang dibuat berkisar antara 2,2 2,5
nm. Nanostructur CoxCu1-x dapat disintesis dengan
mereduksi larutan cobalt dan cupric chloride dalam air
dengan natrium borohydride. Natrium borohydride dapat
digunakan untuk mereduksi tembaga klorida di dalam
tetrahydrofuran (THF) untuk membuat nanopartikel Cu.
2.3 Metode Polyol
Proses polyol adalah cara lain menghasilkan
partikel logam seperti Cu, Ni, dan Co dalam ukuran
nanometer dalam medium bukan air. Dalam metode ini
precursor seperti logam oksida, logam nitrat, dan logam
asestat dilarutkan atau dicampur secara homogen dengan
ethylene glycol atau diethylene glycol kemudian direflux
pada suhu antara 180 - 194 oC. Selama reaksi tersebut,
precursor direduksi membentuk partikel logam yang
kemudian mengendap di dalam larutan. Partikel CoxCu100x (4 x 49 at%) dapat disintesis dengan mereaksi cobalt
acetate tetrahydrate dan copper acetate hydrate di dalam
ethylene glycol. Campuran kemudian direflux pada suhu
180190 oC selama 2 jam. Partikel yang dihasilkan
mengendap di dalam larutan yang kemudian dikumpulkan
dan dikeringkan. Bubuk nanocrystalline Ni25Cu75 dapat
dibuat dengan mereduksi nikel dan tembaga asetat di
dalam ethylene glycol.
Berikut ini adalah contoh sintesis nanopartiel FePt
dengan metode polyol. Material yang digunakan adaalah
ethylene glycol, ferric acetyl acetonate atau Fe(acac)3, bisacetyl acetonate platinum atau Pt(acac)2, N,N-dimetyl
aminoethoxy ethanol atau (CH3)2N(CH2CH2O)3H dan
sodium hydroxyde atau NaOH. Sintesis diawali dengan
membuat prekursor Fe dengan cara melarutkan 369 mg
Pelarut:
ethylene
glycol
Suhu 180 oC
Fe/Pt
N,N-Dimethyl
aminoethoxyethanol
43
10 nm
44
Trap
Furnace
Patikel
padatan
Pengontrol
suhu
Larutan
menguap
Droplet
Memasuki
reaktor
Droplet
Gas
Pembawa
(gas inert)
Ultrasonic
nebulizer
Larutan
Prekursor
45
(5)
(a) 700 oC
5nm
20nm
D = 8.9 nm
(b) 900 C
o
5nm
(b) 1100 oC
46
D = 10.3 nm
20nm
D = 14.0 nm
Droplet
prekursor
nanocrystal
garam
20nm
5nm
pencucian
pengeringan
partikel
submikron
nanopartikel
47
Reaksi pada
suhu tinggi
Furnace
Dicuci/sentrifuge
beberapa kali
Pengeringan
pada suhu rendah
Nanopartikel
spray
Gas
pembawa
Nebulizer
utrasonic
Prekursor
dan koloid
48
10 m
ferrocene
Fe
benzene
2 m
49
50
Exhaust
Furnace
Pengeringan
Spray
Gas
pembawa
Nebulizer
utrasonic
Partikel
koloid A
Partikel
koloid B
1,5 m
Gambar 33 Komposit partikel yang
nanopartikel silica dan nanopartikel ZnO.
mengandung
51
Exhaust
c
Furnace
Pengeringan pada
suhu tinggi
Pengeringan pada
suhu rendah
Spray
Gas
pembawa
Nebulizer
utrasonic
Silika
Polistiren
52
Air ultramurni
Pencampuran
pada suhu kamar
(6)
MFC
Ar/N2
Udara
Pencampuran
pada suhu kamar
NH3(aq)
NH3
valve
Prekursor
500 1000 oC,
1- 10 min
di udara
Temperature controller
Sampel
Furnace listrik
Reaktor dari tabung quartz
bubbler
53
Heater
(a)
Precursor
Kristal koloid
struktur 3D
(b)
Substrat
(glass atau wafer Si)
Poros struktur 3D
Proses
annealing
dibuat
54
300 nm
a
500 nm
300 nm
b
2 m
2 m
55
2 m
Gambar 40 Foto SEM film yang mengandung poros yang
tersusun secara terorganisasi yang dibuat menggunakan
koloid polistriren dengan ukuran patikel 178 nm dan
koliod silica dengan ukuran partikel 5 nm, (a) (b)
dilihat dari atas dengan perbesaran berbeda, (d) (e)
dilihat dari samping dengan perbesaran berbeda, (e)
tampak atas dengan perbesaran kecil, dan (f) tempat
patahan film.
waktu yang ckup bagi partikel koloid melakukan selforganisasi sehingga membetuk penyusunan yang teratur.
Setelah itu ampel ditempatkan dalam ion sputter dan
dideposisi selama beberapa menit untuk memberuk lpisan
logam yang cukup para permukaan partikel. Jenis target
pada sputter menentukan jenis material yang akan dibuat.
Kemudian sample dipanaskan pada suhu di atas suhu
dekomposisi polistriren. Mekanisme sintesis tampak pada
Gbr 41.
Pemasanan pada suhu di atas suhu dekoposisi
polistriren tetapi di bawah titik leleh logam pelapis
menghasilkan cakang yang tersusun secara teratur.
Pemanasan di atas titik leleh logam menghasilkan
nanopartkel yang tersusun secara teratur. Contoh foto
SEM sampel yang dibuat tampak pada Gbr 42.
Droplet koloid
Wafer Si
Pengeringan
Bola polistiren
Sputtering
56
Cangkang mrlrlah
dan jatuh
300 nm
2 m
Gambar 42 (a) cangkang dan (b) partikel logam yang
teroganisasi yang dibuat dengan metode koloidal
templating dan over sputtering.
Referensi
[1] W. Budiawan, A. S. Vioktalamo, M. Abdullah, dan
57