OLEH
Sulistia Ningsih
1803110783
Mengetahui/ Menyetujui :
PENGELOLA DOSEN
Assalammualaikum wr.wb,
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kepada Prof. Dr, Iwantono, M.Phil selaku dosen pembimbing akademik yang
dengan sepenuh hati dan penuh kesabaran memberikan dorongan dan bimbingan
Penulis,
Sulistia Ningsih
NIM. 1803110783
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
alternatif yang dapat digunakan secara masal dan murah serta dapat diperbaharui
dikembangkan saat ini, karena sifatnya yang tidak terbatas jumlahnya serta relatif
murah. Selain itu, pemilihan cahaya matahari sebagai energi alternatif juga
pencemaran, efek rumah kaca, dan pemanasan global. Cahaya matahari dapat
diubah menjadi energi listrik dengan menggunakan sel surya (W.S.M. Kumara
perkembangan teknologi. Generasi pertama adalah sel surya yang terbuat dari
silikon kristal tunggal (monokristal) dan silikon kristal banyak (polikristal). Sel
surya generasi kedua adalah sel surya yang terbuat dari silikon film tipis (thin
film), adapun generasi yang ketiga adalah Dye-Sensitized Solar Cell (DSSC).
DSSC pertama kali diperkenalkan oleh Michael Gratzel pada tahun 1991 yang
Efisiensi tertinggi yang diperoleh DSSC hingga saat ini adalah sebesar 14%
dengan bahan baku yang murah dan proses pembuatan yang mudah (Chuan-Pie
Lee, 2017).
Nilai efisiensi DSSC dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah
dalam DSSC adalah metal oksida seperti TiO 2, SnO2, dan ZnO. TiO2 sering
digunakan sebagai material aktif DSSC karena memiliki energi gap yang rendah
(sekitar 3,2 – 3,8 eV), sifat optik yang baik, inert, serta tidak berbahaya. Selain
TiO2, salah satu oksida logam yang banyak diteliti dan diaplikasikan dalam DSSC
adalah zink oksida (ZnO). Penelitian mengenai ZnO dan aplikasinya dalam
bidang DSSC, optik, photonik dan sensor telah menjadi perhatian dalam beberapa
dapat dilakukan dengan melakukan pendopingan pada material aktif ZnO. Doping
sehingga elektron dan hole yang dihasilkan akan semakin banyak. Makalah ini
efisiensi DSSC
V).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sel surya
Sel surya merupakan salah satu perangkat alternatif yang berpotensi untuk
lingkungan. Cahaya matahari bisa menjadi sumber energi listrik melalui proses
konversi dari energi cahaya menjadi energi listrik dengan bantuan sel surya.
Beberapa keunggulan sel surya yaitu prinsip operasi tidak berbahaya, tidak
2017).
Panel Surya adalah alat konversi energi cahaya matahari menjadi energi
listrik. Untuk memanfaatkan potensi energi surya ada dua macam teknologi yang
sudah diterapkan, yaitu energi surya fotovoltaik dan energi surya termal (Nurlaila
Amna, 2016).
potensial pada sambungan (junction) dari dua material yang memiliki reaksi yang
tidak sama terhadap radiasi tampak (visibel) atauradiasi lainnya. Bacquerel juga
larutan elektrolit. Prinsip dasar penggunaan sel surya adalah pemanfaatan energi
berupa foton dari matahari. Apabila energi tersebut sesuai besarnya dengan energi
gap material, maka energi tersebut dapat mengeksitasi elektron dari pita valensi ke
.2 DSSC
Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) pertama kali ditemukan oleh Michael
Gratzel dan Brian O’Regan pada tahun 1991 di Ecole Polytecnique Federale de
Lausanne, Swiss. DSSC telah menjadi salah satu topik penelitian yang dilakukan
secara intensif oleh peneliti diseluruh dunia. Sel surya tersensitisasi dye berbentuk
struktur sandwich, dimana dua elektroda yaitu nanopartikel ZnO sebagai elektroda
memiliki band gap lebar, misalnya ZnO, elektroda counter, elektrolit, dan dye.
Pada bagian atas sel surya merupakan elektroda kerja yang terbuat dari bahan
semikonduktor ZnO yang telah disintesis menjadi nanopartikel ZnO. Pada bagian
bawah sel surya merupakan elektroda counter yang terbuat dari platinum yang
I −¿ / I −¿
3 ¿ ¿(iodide/triiodide). Pada dasarnya prinsip kerja dari DSSC merupakan
nanopartikel ZnO yang berfungsi sebagai elektroda kerja pada sel atau` anoda
yang berfungsi sebagai penyerap cahaya yang datang dan menambah luas
permukaan nanopartikel platinum sebagai elektroda lawan atau katoda.
Cara kerja dari teknologi DSSC mudah yakni dengan menggunakan bahan
semikonduktor dan pewarna sebagai penyerap energi dari matahari untuk diubah
menuju eksiton (pasangan hole dan electron yang terkunci oleh gaya
antara hole dengan electron. Dan kemudian electron akan bergerak menuju sel
Salah satu oksida loga yang banyakditeliti dan diaplikasikan adalah ZnO.
Dalam beberapa tahun terakhir ini penelitian ZnO sering menjadi perhatian karena
potensi aplikasinya dalam bidang elektronik optik dan photonic ZnO adalah
sehingga berpotensi dalam berbagai aplikasi, misalnya DSSC dan sensor (Haliq
dan Susanti,2014).
band gap besar seperti mampu bertahan pada tegangan yang tinggi, kemampuan
semikonduktor, bahkan tanpa adanya dopant. Hal ini dikarenakan adanya cacat
kristal alami ZnO seperti oxygen excess, dan atom intersisi dari zinc. Kelebihan
ZnO antara lain memiliki band gap dengan level pita konduksi yang hampir sama
dengan pita konduksi TiO2. Oksida seng mengkristal dalam tiga bentuk, yaitu
wurtzite heksagonal, zincblende kubik, dan jarang diamati kubik rocksalt. Struktur
wurtzite paling stabil dan dengan demikian yang paling umum pada kondisi stabil.
Bentuk zincblende dapat distabilkan dengan ZnO yang tumbuh pada substrat
transistor, sensor gas, fotokatalis, dan sel surya. Untuk aplikasi sel surya, ZnO
dimilikinya. Jika dibandingkan dengan metal oksida lainnya seperti TiO 2, ZnO
memiliki bebrapa kelebihan yaitu mobilitas elektron yang lebih tinggi, waktu
hidup (life time) pembawa muatan yang lebih lama, dan banyak mengandung
dan meningkatkan proses transpor muatan. Selain itu, ZnO memiliki beberapa
baikdalam bentuk serbuk ataupun lapisan tipis, telah banyak diteliti dan
elektrokimia, dan metode berbasis larutan kimia seperti sol-gel dan hidrotermal.
Metode berbasis larutan kimia merupakan metode yang mudah dan sederhana
serta tidak memerlukan kondisi vakum sehingga dapat mengurani biaya produksi (
Sifat dan karakteristik dari material ZnO dalam bentuk lapisan tipis sangat
dipengaruhi oleh struktur, morfologi dan ukuran partikel. Material oksida ini
merupakan material semikonduktor dengan celah pita energi langsung dan lebar
yaitu ~3,4 eV serta energi ikat eksiton sebesar 60 meV. Untuk menghasilkan
adalah dengan memilih metoda preparasi yang tepat, konsentrasi bahan dasar,
perlakuan suhu ataupun dengan penambhan doping. Dalam kajian sel surya,
khususnya sel surya generasi baru seperti sel surya tersensitisasi dye (dye
sensitized solar cell-dssc) dan sel surya perovskite, struktur unik dari ZnO
surya provskite hingga 14%. Hal tersebut berkaitan dengan struktur rod yang
kritalinitas, diameter dan panjang rod sangat mempengaruhi sifat optik dan
elektrik yang selanjutnya dapat berdampak pada performa sel surya. Sehingga,
penambahan aluminium pada lapisan tipis ZnO dapat menurunkan ukuran partikel
ZnO, meningkatkan transparansi di daerah cahaya tampak serta menigkatkan
Al, Li, dan Ga mampu menurunkan ukuran partikel ZnO dan megubah sifat
nanorod dalam bentuk lapisan tipis (thin film) sangat dipengaruhi oleh kondisi
2.4 Aluminium
Logam Aluminium (Al) adalah suatu unsur kimia yang mempunyai nomor
atom 13. Al merupakan bagian dari golongan IIIA. Pada makalah ini Al
elektron valensi bebas dalam jumlah lebih banyak dan permanen sehingga dapat
meghantarkan listrik.
optikdan sifat fisisnya. Pada makalah ini karakterisasi yang dilakukan adalah
sebagai sinar tunggal atau sinar rangkap. Alat-alat sinar rangkap biasanya
adalah menggunakan sinar elektron yang dipercepat dengan anoda dan difokuskan
menuju sampel. Sinar elektron yang terfokus memindai keseluruhan sampel degan
diarahkan oleh koilpemindai. Ketika elektron mengenai sampel maka sampel akan
mengeluarkan elektron baru yang diterima oleh detektor dan dikirim kemonitor.
Intensitas elektron baru ini tergantugpada nomor atom unsur yang ada pada
0,2 nm. Dengan menggunakan elektron kita juga bisa mendapatkan beberapa jenis
Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan
cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel
komposisi kimia, dan sifat-sifat fisika dari nanomaterial (Sharma et al., 2012).
Difraksi sinar-x terjadi pada hamburan elastis foton-foton sinar-x oleh atom dalam
jarak antara dua bidang kisi, θ adalah sudut antara sinar datang dengan bidang
normal, dan n adalah bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan. Hukum
dipantulkan, dan pantulan terjadi hanya jika sudut datangnya mempunyai sudut
tertentu.
harus dipenuhi agar berkas sinar-X yang dihamburkan tersebut merupakan berkas
difraksi. Berkas sinar-X monokromatik yang datang pada permukaan kristal akan
dipantulkan, dan pantulan terjadi hanya jika sudut datagnya mempunyai sudut
tertentu.
sampel kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki
panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar
yang dibiaskan akan ditangkap oleh 218 detektor kemudian diterjemahkan sebagai
seuah puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel,
makin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul
pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu
PEMBAHASAN
3.1 Metodologi
hidrotermal yang melalui dua tahap yaitu prosees pembenihan dan proses
Proses pembenihan dilakukan dengan melakukan Zinc Acetat Dihydrat (ZAD) 0,1
diletakkan di atas hot plate dengan suhu 100oC selama 15 menit. Terakhir sampel
Al dimasukkan dengan variasi konsentrasi 2% mol (0,02 M), 4% mol (0,04 M),
6% mol (0,06 M), 8% mol (0,06 M) dan 10% mol (0,1 M). Proses penumbuhan
tersusun dari elektroda lawan (FTO) yang dilapisi dengan plastisol dan elektroda
dilewatkan pada sampel. Spektroskopi ultra violet dan sinar tampakdiukur dengan
Hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan pengukuran yaitu letak sampel,
tiap sampel. Karakterisasi ini menggunakan dua sampel yaitu sampel ZnO murni
dan sampel ZnO yang telah didoping dengan Al. Sampel ZnO murni digunakan
Spektrum UV-Vis untuk ZnO murni dan ZnO yang didoping Al terlihat
pada gambar dibawah. Pada gambar tersebut terlihat spektrum yang hampir sama
untuk kedua sampel. Penyerapan kuat terjadi pada panjang gelombang 300-380
nm. Tingkat penyerapan tertinggi terjadi pada sampel yang didoping dengan Al
sebesar 2%, ini menunjukkan bahwa nanorod yang didoping tumbuh secara
absorbansi akan menurun ketika panjang gelombang yang lebih besar, hal ini
banyak molekul ZnO yang terlibat pada proses penyerapan cahaya tampak, yang
menghasilkan efisiensi sebesar 0,150%, sedangkan sel surya dengan nanorod ZnO
%. Jadi dapat disimpulkan bahwa efisiensi sel surya meningkat tiga kali lebih
tinggi dibanding dengan efisiensi semula, yang bernilai 319 % dengan diberi
3.3.2 FESEM
Foto FESEM dari kedua sampel yaitu ZnO murni dan ZnO yang
hidrotermal dapat dilihat pada Gambar 3.3 dengan pembesaran 30.000 X. Foto
substrat. Pada sampel A masih banyak bagian FTO yang tidak ditumbuhi oleh
nanorod ZnO sedangkan pada sampel B terdapat struktur yang terbentuk lebih
rapat dan padat. Dapat dilihat ukuran diameter nanorod ZnO murni memiliki
bentuk heksagonal dengan diameter berkisar 66-98 nm, sedangkan untuk nanorod
kerapatan yang dihasilkan. Hal ini berkaitan dengan dengan radius atom Al yang
lebih kecil dari pada Zn, dimana letak yang semestinya ditempati oleh Zn menjadi
3.3.3 XRD
Pola XRD dari ZnO murni dan ZnO yang didoping Al sebesar 2% dapat
dilihat pada Gambar 3.4. Pada gambar dapat dilihat puncak-puncak difraksi pada
sudut 2ϴ: 34,48o; 36,28o; dan 47,6o sedangkan nanorod ZnO yang didoping Al 2%
muncul pada puncak difraksi 34,52o; 35,32o dan 47,6o dengan orientasi bidang
tumbuhnya nanostruktur ZnO ini sesuai dengan standar data Joint Committe on
Uji peformansi terhadap DSSC dilakukan dengan sel yang sudah disusun
sandwih kemudian disinari cahaya lampu halogen dengan intensitas 100 mW/cm 2.
Ketika se disinari oleh cahaya, maka elektron yang tereksitasi ke pita konduksi
akan semakin banyak, baik dari material aktif maupun elektron yang berasal dari
dye (Labib et al, 2012). Meningkatnya nilai rapat arus pada titik daya maksimum
semakin banyak. Sampel dengan luasan yang besar pada kurva J-V menunjukkan
didoping dengan Al sebesar 2%, darisemua sampel nilai Jsc dan Voc tertiggi
terdapat pada sampel ZnO didoping Al. Untuk efisiensi terendah terdapat pada
ZnO murni . Besar efisiensi sel ZnO murni sekitar 0,45% sedangkan pada ZnO
ketebalan sel pada sampel, sehingga jumlah cahaya yang diserap oleeh dye juga
meningkat. Namun, pada sampel ZnO yang didoping dengan logam Al nilai
mengakibatkan sebagian dye meluruh, sehingga dye tidak dapat menempel pada
ZnO. Akibatnya transfer elektron dari dye menjadi kurang optimal (Firmanila,
KESIMPULAN
Nanorod ZnO berhasil ditumbuhkan diatas FTO sebagai material aktif
nanorod ZnO sekiar 6 jam dengan suhu 90 C. Nanorod ZnO dengan pemberian
mampu menyerap dye lebih banyak dibandingkan ZnO tanpa doping. Hasil dari