TINJAUAN PUSTAKA
pada material tanpa adanyan gangguan medan listrik luar. Ferroelektrifitas adalah
peristiwa yang diperlihatkan oleh kristal dengan polarisasi spontan dan efek
menggunakan medan listrik yang sesuai untuk mengubah polarisasi listrik internal
yang lebar. Polarisasi sendiri merupakan jumlah seluruh momen dipol tiap sel
satuan volume. Momen dipol dalam hal ini didefinisikan sebagai jarak yang
keadaan tanpa gangguan medan listrik dan orientasi itu bergeser dari suatu
keadaan ke keadaan lainnya dalam suatu medan listrik (Lines et al, 1979),
polarisasi spontan ini berharga nol (0), disebabkan oleh orientasi dipol yang acak.
Tanpa kehadiran medan listrik, konfigurasi dari kristal ini stabil dengan orientasi
6
2.2 Struktur Perovskite
monovalen atau divalen dan B adalah tetra atau pentavalent. Struktur tersebut
diagonal ruang kubus, dan oksigen oktahedra diatur menempati tiap diagonal
bidang kubus. Istilah perovskite mengandung dua arti, pertama perovskite adalah
mineral partikular yang disebut disebut juga Calcium Titanium Oxide dengan
rumus kimia CaTiO3. Mineral ini ditemukan di pegunungan Ural Rusial pada
tahun 1839 oleh Gustav Rose dan kemudian diberikan nama oleh mineralogist
struktur kristal yang sama sebagai CaTiO3 disebut juga struktur perovskite.
perubahan struktur yang berarti. Kekosongan ion oksigen ini kemudian diisi
kembali oleh ion oksigen lain dengan reaksi reoksidasi. Selain itu, perovskite juga
memiliki tingkat kestabilan struktur yang relatif tinggi maka sangat mungkin
memiliki struktur kristal perovskite (ABO3) yang sampai saat ini banyak diteliti
secara luas. Hal ini sangat menarik karena struktur kristal perovskite yang dimiliki
7
lebih sederhana jika dibanding dengan bahan ferroelektrik lainnya. Bahan ini
ditinjau dari segi penggunaannya sangat praktis karena memiliki sifat kimia dan
mekanik yang sangat stabil, mempunyai sifat ferroelektrik pada suhu ruang
sampai diatas suhu ruang karena mempunyai suhu Curie pada 1200C, sementara
dibutuhkan permitivitas yang lebar terhadap suhu, oleh karena itu suhu Curie
Struktur perovskite BaTiO3 memiliki ion Oksigen (O2-) yang berada pada
diagonal bidang dari unit sel, ion Titan (Ti4+) yang berada pada diagonal ruang
dari unit sel dan ion Barium (Ba 2+) yang berada diujung setiap rusuk dari unit sel.
Material ini sangat responsif terhadap medan listrik karena polarisabilitas yang
sangat besar dari divalen oksigennya. Beberapa material seperti LZT (Lead
berbeda. Perubahan struktur Barium Titanat dengan suhu di atas 1200C memiliki
struktur kristal kubik tanpa memiliki polarisasi spontan. Suhu dari 1200C sampai
dengan 50C memiliki struktur kristal tetragonal dan mimiliki polarisasi spontan.
Dari suhu 50C sampai dengan 900C memiliki struktur kristal orthorhombic dan
8
kristal hexagonal dan struktur kristal kubik yang bersifat paraelektrik, sedangkan
bahwa BST memiliki potensi untuk mengganti lapisan tipis SiO2 pada sirkuit
Metal Oxide Semiconductor (MOS). Sampai saat ini hasil penelitian pada film
BST biasanya memiliki konstanta dielektrik yang jauh lebih rendah dibandingkan
dengan bentuk bulk-nya. Struktur mikro butir yang baik, kekosongan oksigen,
formasi lapisan interfasial, dan oksidasi pada bottom electrode atau Si, dipercaya
temperatur curie BST menurun dari 1300C menjadi 250C yang berguna untuk
spesifikasi alat sensor, serta digunakan sebagai sel surya (Saputra, 2014).
komposisi, dengan struktur kubik pada suhu ruang untuk 0.3 ≤ x ≤ 1, dan untuk
9
0 ≤ x ≤ 0.3 menjadi tetragonal (Remmel et al, 1999). Gambar 2.1 menunjukkan
dan berlapis yaitu metode sol-gel, interkalasi dan inklusi. Metode sol-gel
maka yang tersisa adalah material keras seperti gelas. Sol-gel ialah material amorf
yang tidak mempunyai dimensi pori yang seragam. Sintesis sol-gel umumnya
10
Metode sintesis memakai metode sol-gel untuk material berbasis oksida
berbeda-beda berkaitan dengan prekursor dan bentuk produk akhir, baik itu
berupa bubuk, film, aerogel, atau serat. Struktur dan sifat fisik dari gel
dipengaruhui oleh proses kimiawi dari sistem sol-gel, pemilihan bahan baku
material, serta laju hidrolisis dan kondensasi. Metode sol gel sangat sesuai untuk
preparasi film tipis dan material berbentuk bubuk. Tujuan preparasi ini supaya
suatu material keramik memiliki fungsional khusus (elektrik, optik, magnetik, dan
lain-lain). Kelebihan dari metode ini yaitu temperatur proses rendah, mudah
menggunakan spin coater dengan kecepatan tertentu. Kecepatan putar pada spin
coating akan mempengaruhi kualitas kristal dari material. Semakin cepat putaran
akan diperoleh lapisan tipis yang semakin homogen dan tipis. Proses spin coating
merupakan proses yang paling sederhana dan cepat dalam penumbuhan lapisan
tipis. Lapisan tipis yang dihasilkan dengan bantuan spin coater ini memiliki
tahap seperti ditunjukkan Gambar 2.2 deposisi, spin up (kecepatan putar), spin off
cairan ke substrat diam atau substrat yang diputar dengan kecepatan rendah.
11
Cairan ditahan ditengah dan cairan dalam jumlah banyak untuk mencegah
bagian pinggir lapisan. Tahapan spin up, substrat dipercepat hingga kecepatan
spin terakhir. Gaya rotasi ditransfer ke seluruh cairan, mengalir ketepi substrat
karena adanya gaya sentrifugal. Tahapan spin off adalah tahap spin coating
dimana sejumlah besar larutan berputar bebas diatas substrat pada rentang
kecepatan antara 1500-6000 rpm dan tergantung pada sifat cairan terhadap
substrat yang digunakan. Tahapan spin off memerlukan waktu sekitar 10 detik
setelah proses spin up. Tahap evaporasi merupakan tahapan terakhir dari proses
2013).
12
yang sama. Inti dari spektroskopi UV-Vis adalah sinar, di mana sinar berasal dari
dua lampu yang berbeda, yaitu lampu deuterium untuk sinar Ultraviolet (180
sampai dengan 380 nm) dan lampu wolfram untuk sinar Visible (380 sampai
dengan 780 nm). Pada spektroskopi UV-Vis, ketika cahaya jatuh pada sampel
kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa dirumuskan sebagai berikut:
hc
E= (2.1)
λ
elektron ini disebut transisi elektronik. Cahaya yang ditangkap oleh mata manusia
berbeda dengan cahaya yang diserap oleh suatu zat. Cahaya yang diserap benda
berwarna biru tetapi yang terlihat oleh mata berwarna orange dan benda akan
terlihat berwarna hitam apabila benda tersebut menyerap seluruh warna yang
terdapat pada spektrum sinar tampak (Hardjono, 1991). Tabel 2.1 merupakan
13
Absorbansi merupakan banyaknya cahaya yang diserap oleh partikel-
yang diteruskan oleh suatu benda. Lambert (1760), Beer (1852) dan Bouger
A=−log T (2.2)
1
A=log =log 1−log T (2.3)
T
menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu zat
tidak dipengaruhi oleh intensitas ahaya yang datang. Hukum ini berlaku jika tidak
ada reaksi kimia maupun peristiwa fisis didalam material tersebut yang dapat
pada daerah panjang gelombang ultraviolet dan sinar tampak. Spektrofotometri ini
tampak yang diserap oleh suatu materi. Spektrometri adalah Metode pengukuran
sekarang ini, sinar yang datang dari alat pada suatu materi diubah panjang
14
spektrum dengan absisnya menampilkan panjang gelombang (bilangan
gelombang) sinar yang datang dan ordinatnya menyatakan banyaknya energi yang
untuk mengetahui banyaknya energi secara relatif jika energi tersebut diteruskan,
fotometer seperti dapat lebih terseleksinya panjang gelombang dari sinar putih
menggunakan prisma sebagai alat pengurai. Seperti terlihat pada Gambar 2.3
1. Sumber Cahaya, lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram
15
daerah tampak, ultraviolet, dan inframerah. Sedangkan untuk sumber
3. Sel sampel yang berfungsi sebagai tempat meletakan sampel yang disebut
kuvet. Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari
kuarsa yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Kuvet
16
Celah pita energi adalah celah yang terletak diantara pita valensi dan pita
konduksi, dimana elektron akan melompat dari pita yang satu ke pita yang
lainnya. Celah ini akan menunjukkan sifat yang dimilki suatu zat padat, apakah
zat padat tersebut bersifat konduktor, isolator, atau semikonduktor. Energi gap
adalah energi minimum yang diperlukan untuk membuat elektron berpindah dari
pita valensi ke pita konduksi. Ketika suatu semikonduktor diberi energi yang
cocok dengan energi celah pita, maka elektron akan tereksitasi (berpindah) ke pita
celah pita energi (energi gap) dilakukan guna memperoleh energi yang diperlukan
untuk mengeksitasi elektron atau hole dalam material atau energi yang
dipancarkan elektron atau hole ketika kembali ke keadaan dasar dapat dapat
Gambar 2.4 Struktur Pita Energi (a) Isolator, (b) Semikonduktor, (c) Konduktor
(Suwitra, 1989).
Gambar 2.4 (a) memperlihatkan struktur pita energi isolator, antara pita
valensi dan pita konduksi memiliki celah yang jauh sehingga isolator memiliki
17
energi gap yang sangat besar sekitar 6 eV. Sehingga medan listrik luar terlalu
penghantaran listrik tidak dapat berlangsung. Pita konduksi pada isolator kosong
antara konduktor dan isolator, atau bahan yang memiliki resistivitas antara
konduktor dan isolator yaitu sebesar 10-2 – 10-9 Ωm. Bahan semikonduktor seperti
energi yang sama dengan isolator, celah energi terlarang atau energi gap (Eg)
pada semikonduktor jauh lebih kecil daripada isolator. Celah energi yang tidak
Gambar 2.4 (c) memperlihatkan struktur pita energi konduktor, antara pita
valensi dan pita konduksi saling tumpang tindih (overlap) sehingga konduktor
memiliki energi gap yang sangat kecil. Pita konduksi diisi elektron hanya
sebagian saja. Apabila ada medan listrik luar, maka elektron akan mendapat
tambahan energi dan memasuki tingkat energi yang lebih tinggi. Elektron akan
berpindah dari pita valensi ke pita konduksi, elektron tersebut ialah elektron
bebas. Hail inilah yang akan menyebabkan timbulnya arus listrik. Contoh dari
18
Semikonduktor merupakan bahan yang pita valensinya hampir penuh dan
pita konduksinya hampir kosong dengan lebar pita terlarang (Eg) sangat kecil (±1
isolator dengan pita valensinya terisi penuh dan pita konduksi kosong. Namun
pada suhu kamar, bahan semikonduktor akan mempunyai sifat konduktor. Energi
termal diterima oleh elektron-elektron pada pita valensi. Jika energi termal lebih
besar atau sama dengan Eg-nya maka elektron-elektron tersebut mampu melewati
celah energi terlarang dan berpindah ke pita konduksi sebagai elektron hampir
yang disebut dengan lubang (hole). Hole pada pita valensi dan elektron hampir
bebas pada pita konduksi itulah yang berperan sebagai penghantar arus pada
bergantung pada suhu dibandingkan dengan hantaran listrik pada konduktor dan
Penentuan celah pita optik pada lapisan tipis dapat dilakukan dengan
tampak (300 nm sampai 800 nm). Nilai indeks bias dan ketebalan lapisan tipis
T M −T m n2s + 1
N=2n s + (2.4)
T M Tm 2
19
√
n= N + √ N −ns
2 2
(2.5)
Nilai ketebalan lapisan tipis dapat ditentukan dari hasil perhitungan nilai
λ1 λ2
d= (2.6)
2(λ 1 n 2−λ2 n1 )
−1
α= ln (T ) (2.7)
d
c
hν dimana hν=h . Kemudian menentukan celah pita optik menggunakan
λ
metode Tauc plot yaitu metode penentuan celah pita optik dengan cara melakukan
ekstrapolasi dari grafik hubungan (hν) sebagai absis dan (αhν)n sebagai kordinat
hingga memotong sumbu energi dan dari kurva dapat ditentukan nilai energi gap
dari masing-masing bahan Ba1-xSrxTiO3 yang ingin diketahui (Tauc et al, 1966).
20